Anda di halaman 1dari 21

Makalah Sosiologi Olahraga

Tentang
Trend Perkembangan Olahraga di Indonesia

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Phil. Yanuar Kiram
Dr. Padli S.Si M.Pd

Disusun Oleh :
Dira Kurniasari
21340004/2021

JURUSAN ILMU KEOLAHRAGAAN

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
Kata Pengantar

Puji syukur yang dalam penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini sesuai yang diharapkan.

Shalawat beriring salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulallah SAW, yang
telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang.

Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Olahraga
di Jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang berperan
dalam mendorong penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Oleh sebab itu perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Phil Yanuar Kiram dan Dr. Padli, S.Si., M.Pd selaku Dosen
Pengampu pada mata kuliah Sosiologi Olahraga ini.
2. Teman-teman seangkatan yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
selesai pada waktunya.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan menjadi kebaikan serta menjadi
ladang pahala dan diridhoi Allah SWT

Dalam makalah ini penyusun sepenuhnya menyadari bahwa masih banyak


memiliki kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu penyusun
mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi penyempurnaan makalah ini
agar kedepannya bisa lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
serta dapat membantu proses kegiatan belajar mengajar.

Padang Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

A. Trend Perkembangan Olahraga di Indonesia ....................................... 3


B. Tekhnologi ..........................................................................................10
C. Sarana dan Prasaran .............................................................................12

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 8

A. Kesimpulan ..........................................................................................17

DAFTAR RUJUKAN ....................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Sudah tidak dapat  dipungkiri lagi, bahwa pada saat sekarang kita sedang berada
dalam suatu era perkembangan  ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Dunia
syarat dengan muatan teknologi yang merambah pada seluruh aspek kehidupan. Kondisi
yang demikian dipicu oleh keinginan dan  upaya manusia untuk mengkonstruksi
perubahan kehidupan masa depan supaya lebih baik, lebih bermakna, mudah, nyaman,
aman, efisien dan efektif. Teknologi pada kenyataannya telah memberikan sumbangan
yang cukup besar terhadap kemaslahatan umat manusia.

Pengembangan IPTEK dalam dunia olahraga telah memberikan sumbangan yang


cukup besar dan sangat bermakna. Penelitian-penelitian yang terkait dengan manfaat
olahraga untuk berbagai aspek kesehatan telah memberikan sumbangan tersendiri
terhadap peningkatan kualitas kesehatan masyarakat yang berujung pada peningkatan
kualitas hidup manusia. Demikian juga penelitian-penelitian yang berhubungan dengan
dampak aktifitas olahraga terhadap kehidupan sosial masyarakat. Sedangkan dari sisi lain,
pengembangan IPTEK dalam dunia olahraga telah banyak membantu dalam peningkatan
prestasi olahraga. Kajian-kajian yang terkait dengan anatomi dan fisiologi serta sport
medicine telah memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap peningkatan prestasi
olahraga. Kajian-kajian dalam bidang ini akan terus berkembang dan akan menghasilkan
temuan-temuan yang besar dan bermanfaat tidak hanya untuk peningkatan prestasi
olahraga, tetapi juga kajian-kajian yang terkait dengan pengaruh olahraga terhadap
peningkatan kualitas hidup manusia. Temuan-temuan tersebut akan lebih akurat berkat
bantuan teknologi pendukung. Pengembangan IPTEK juga telah memberikan kontribusi
yang cukup besar terhadap teknologi dan peralatan-peralatan yang dibutuhkan dalam
berbagai jenis dan fungsi baik untuk meningkatkan prestasi olahraga maupun untuk
kebugaran dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia. Kita juga dihadapkan pada
fakta, bahwa cukup banyak bermunculan cabang-cabang atau jenis-jenis olahraga baru
sebagai hasil rekayasa teknologi, seperti para layang, gantole, jenis olahraga lain yang
menggunakan mesin/motor dan berbagai jenis olahraga yang mengundang sensasi atau
ketegangan. Tak dapat dipungkiri, bahwa jenis-jenis olahraga yang demikian juga telah

1
memberikan sumbangan yang cukup besar dalam pengembangan dunia wisata dan bisnis,
sehingga pengembangan IPTEK dalam dunia olahraga akan dapat membangun suatu
kekuatan ekonomi.

Dalam konteks ini, ada dua aspek penting yang perlu dikemangkan, yaitu
kreatifitas dan inovasi. Kreatifitas akan menghasilkan inovasi. Inovasi akan menghasilkan
produk baru, baik dalam artian teknologi maupun pelayanan jasa. Kreatifitas merupakan
aset yang muncul dari potensi-potensi yang ada. Dalam dunia yang semakin kompetitif,
kreatifitas dan inovasi sangat diperlukan untuk membangun suatu keunggulan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana peranan ilmu
pengetahuan dan teknologi terhadap dunia olahraga.

C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang diperoleh adalah untuk
mengetahui bagaimana peranan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap dunia
olahraga.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Olahraga

Setelah Indonesia merdeka, kemudian perkembangan olahraga di Indonesia


juga mulai berkembang dengan sangat pesat. Pada tahun 1945 – 1950 Indonesia mulai
membentuk Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan. Organisasi ini
kemudian memiliki tugas utama yaitu untuk menyelenggarakan pelatihan fisik untuk
para kalangan muda dan mengusahakan rehabilitasi fisik dan juga mental.

Pada awalnya pendidikan olahraga dan juga cara mengembangkan dan


mengajarinya belum ditata secara runtut bahkan pada saat itu tanpa menggunakan
modal sedikitpun. Perkembangan kegiatan olahraga hanya dikembangkan melalui dua
cara yaitu dengan menggunakan sarana sekolah dan masyarakat dengan dasar
pengabdian. Kala itu, pendidikan yang diberikan juga masih teknik yang masih sangat
amatir.

Selanjutnya pada tahun 1951 – 1956 baru terlihat bagaimana Indonesia


memiliki olahraga yang bisa berkembang dengan sangat pesat. Dari beragam segi,
olahraga di Indonesia berkembang dengan pesat dari segi teknis ataupun organisator.
PON pertama kali kemudian diselenggarakan pada tahun 1952 setelah Indonesia bisa
berdaulat atas negaranya sendiri. Kemudian pada tahun yang sama juga ada
perlombaan pelajar SLTP dan SLTA di Semarang dan tahun 1953 di Surabaya.

1. Perjalanan dan Perkembangan Organisasi Olahraga Indonesia

Tanggal 19 April 1930 Indonesia telah mendirikan sebuah organisasi


dengan bentuk Persatuan Pendidikan Olahraga dengan sifat kebangsaan.
Organisasi ini didirikan di Yogyakarta. Kemudian pada tahun 1931, organisasi
tersebut mulai menggelar berbagai pertandingan antar kota atau anggota namun
tidak mengikuti kompetisi yang diselenggarakan oleh pihak Belanda.

3
Karena organisasi ini bisa berkembang dengan baik, kemudian pada tahun
1938 Belanda mulai melakukan pendekatan dan kerjasama dengan PPO melalui
organisasi miliknya yaitu Nederlanch Indische Voetbal Unie (NIVU). Selain dari
organisasi sepakbola, organisasi yang mulai berkembang dari bidang olahraga
adalah Persatuan Lawn Tennis Indonesia atau PELTI pada tahun 1935 di
Semarang. Tahun 1938 berdiri ISI di Jakarta dan diketuai oleh Soetarjo
Hadikusumo. ISI ini merupakan satu-satunya organisasi yang memiliki sifat
nasional dan berbentuk federasi. Tujuan dari pembuatan dari organisasi ini adalah
untuk membimbing, menghimpun dan menggkoordinir seluruh cabang olahraga di
Indonesia.

ISI pernah berhasil mengadakan Pekan Olahraga Indonesia pada tahun


1938 dengan nama ISI – sportweek atau pekan olarhaga ISI. Hanya saja ketika
Jepang kemudian datang pada tahun 1941, ISI kemudian tidak bisa bergerak lagi
secara leluasa seperti tahun sebelumnya. Kegiatan olahraga kemudian pindah
tangan menjadi GELORA (Gerakan Latihan Olahraga).

Setelah kemerdekaan kemudian Sejarah Olahraga di Indonesia memiliki


nyawa kembali dengan diadakannya Kongres olahraga yang pertama kali pasca
kemerdekaan Indonesia. Kongres diselenggarakan pada bulan Januari 1946 di
Harbiprojo, Solo. Kongres pertama hanya dihadiri oleh tokoh olahraga dari jawa
saja karena memang pada situasi dan kondisi saat itu belum terlalu kondusif.

Hasil dari kongres tersebut adalah disepakati dan diresikannya PORI yang
merupakan satu-satunya badan resmi persatuan olahraga Indonesia. Fungsi dan
tujuan PORI sama persis dengan fungsi dari ISI. Berbagai kegiatan olahraga
diurus oleh PORI seperti ha yang berkaitan dengan Olimpiade, yang kemudian
dibentuk Komite Olympiade Republik Indonesia yang diketuhai oleh Sultan
Hamengku Buwono IX di Yogyakarta.

2. Olimpiade Pertama Indonesia

Salah satu ajang atau laga olahraga yang sedang berkembang pada saat itu
adalah Olimpiade. Olimpiade pada tahun 1948 merupakan olimpiade yang ke 14
setelah 8 tahun tidak diselenggarakan karena adanya perand gunia ke II. Untuk

4
bisa mengikuti olimpiade ini Indonesia harus bisa meyakinkan negara lain jika
Indonesia sudah dalam keadaan dan kondisi yang Merdeka. Sutan Syahrir dan
Haji Agus Salim merupakan diplomat yang diusung untuk mendapatkan
persetujuan dari negara lain.

Indonesia pada saat itu harus kecewa karena paspor yang digunakan oleh
atlet Indonesia tidak diakui oleh pemerintah Inggris. Mereka hanya akan diakui
jika menggunakan paspor Belanda saja. Namun, hal ini ditolak oleh Indonesia
karena pada saat itu yang diinginkan adalah ingin mengibarkan bendera Indonesia.
Sehingga olimpiade di London pun batal diikuti oleh Indonesia.

3. Berlangsungnya PON Pertama Kali

Karena adanya hal tersebut kemudian pemerintah Indonesia memutuskan


untuk mendirikan sebuah ajang olahraga sendiri  yaitu dengan mendirikan sebuah
pekan olahraga yang sama persis yang pernah dilakukan oleh ISI. Tempat yang
digunakan adalah Solo karena saat itu sarana dari statdion Sriwedari sudah cukup
mumpuni untuk digunakan sebagai tempat untuk digelarnya pekan Olahraga.
Sehingga, diputuskan untuk melakukan Pekan Olahraga Nasional yang pertama
kali atau PON I pada tanggal 8 s/d 12 September 1948 yang diselenggarakan di
Solo.

Jadi begitulah sejarah olahraga di indonesia, yang akan semakin membuat


kita semangat untuk melakukan olahraga. Olahraga sendiri juga menjadikan tubuh
menjadi sehat dan juga kuat. Semoga menambah pengetahuan anda

Proklamasi Negara Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,


merupakan pintu gerbang terbukanya bangsa Indonesia dari penjajah. Peristiwa
monumental tersebut merupakan Babak baru dalam sejarah perkembangan negara
Indonesia tercinta ini, termasuk babak baru dalam perkembangan olahraga
Indonesia. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan
Pengajaran, mempropagandakan penyelenggaraan latihan-latihan dan rehabilitasi
fisik dan mental yang telah rusak selama penjajahan kolonial Belanda dan Jepang.
Penyelenggaraan olahraga di sekolah-sekolah mulai digalakan. Di setiap provinsi
diusahakan pembentukan inspeksi-inspeksi pendidikan jasmani, antara lain :

5
Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta, Solo,
dan Jawa Timur.

Beberapa peristiwa yang menandai perkembangan olahraga pada zaman


kemerdekaan antara lain sebagai berikut :

a. Tanggal 19 Agustus 1945, tanggal terbentuknya kabinet yang pertama, dalam


Kementerian Pendidikan dan Pengajaran di adakan suatu lembaga yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan urusan di bidang keolahragaan di
sekolah, yaitu inspeksi pendidikan jasmani adalah Organisasi di bawah
jawatan Pengajaran. Olahraga di masyarakat diurus oleh lembaga dibawah
jawatan Pendidikan Masyarakat. Kementerian Pendidikan dan Pengajaran
dalam pelaksanaan tugas di bidang pembinaan dan pengembangan fisik antara
lain melakukan :
(a) penyelenggaraan latihan-latihan di kalangan pemuda Indonesia
untuk mencapai dan memperoleh kondisi badan yang prima juga
persiapan memasuki angkatan perang yang pada waktu itu sangat
diperlukan;
(b) mengusahakan rehabilitasi fisik dan mental bangsa Indonesia agar
dapat berperan serta dalam forum Internasional.

b. Pada bulan September 1945 tentara Belanda mendampingi tentara sekutu


(Inggris) masuk ke Indonesia terutama Jakarta. Pada waktu itu organisasi
olahraga yang bernama GELORA (Gerakan Latihan Olahraga) yang dipimpin
oleh Otto Iskandar Dinata sebagai ketua umum dan Soemali Prawirosoedirjo
sebagai ketua harian meleburkan diri bersama-sama Djawa Iku Kai (pusat
olahraga versi Jepang) menjadi persatuan olahraga republik Indonesia (PORI).
Mengingat suasana di jakarta kurang menguntungkan karena gangguan tentara
Belanda, PORI Hijrah ke Solo dan berkantor di rumah Soemono sekertaris
PORI di jalan Purwosari. Pada bulan Januari 1947 diadakan Kongres Darurat
PORI dan terpilih sebagai ketua, Mr. Widodo Sastrodininggrat dan sebagai
wakil ketua Soemali Prawirosoedirjo, sebagai sekertaris Soemono.

6
c. Pada tahun 1947 PORI mengadakan hubungan dengan Menteri Pembangunan
dan Pemuda Wikana. Berkat bantuan sekertarsi menteri Drs. Karnadi, PORI
dapat mengembangkan organisasinya antara lain : (a) pembangunan kembali
cabang-cabang olahraga yang tersebar dan bercerai berai. (b) Membentuk
organisasi induk cabang olahraga yang belum tersusun, (c) Menerbitkan
majalah “Pendidikan Djasmani” dengan simbol obor menyala dan lima
gelang, (d) Mempersiapkan Pekan Olahraga Nasional ke satu. Pada malam
peresmian PORI bulan Januari 1947, Presiden Soekarno sekaligus melantik
KORI (Komite Olimpiade Republik Indonesia), sebagai ketua ditunjuk Sri
Sultan Hamengku Buwono IX, wakil ketua adalah drg. Koesmargono dan
Soemali Prawirodirjo. KORI mempunyai tugas menangani masalah
keolahragaan yang ada kaitannya dengan olimpiade, saat itu KORI dibentuk
karena Indonesia ingin ikut Olympic Games 1948 (namun karena persiapan
para atlet itu tidak memadai, pengiriman ke London tidak jadi). PORI
kemudian membentuk badan-badan (sekarang disebut induk cabang olahraga).
Yang ada pada waktu itu adalah cabang olahraga sepak bola, basket, atletik,
bola keranjang, panahan, tenis, bulutangkis, pencak silat, dan gerak jalan.
Keuangan PORI dan KORI diperoleh dari subsidi pemerintah yang disalurkan
melalui Kementerian Pembangunan dan Pemuda. Selama aksi militer Belanda
21 Juni 1947 – 17 Januari 1948 kegiatan olahraga praktis terhenti. Pada
tanggal 2 – 3 Mei 1948, PORI mengadakan konferensi di Solo berkat bantuan
Walikota Solo (Syamsurizal), PON I dapat diselenggarakan pada 9 – 14
September 1948 dengan lancar, meskipun suasana politk meruncing kembali.
d. Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama di Solo adalah pekan olahraga yang
sangat berkesan dan merupakan tonggak sejarah keolahragaan yang penting
bagi bangsa Indonesia yang baru merdeka. PON I adalah PON revolusi, PON
perjuangan, PON penyebar semangat dan sekaligus PON persatuan.
Berkenaan dengan PON I, Maladi (mantan Menteri Olahraga) mengutarakan
kembali kesannya, yaitu :

"PON I di Solo Tahun 1948 membuat berdiri bulu roma tiap orang
Indonesia yang menyaksikan rakyat sepanjang Yogya-Solo menyambut dan
menghormati bendera PON yang dibawa dan diarak oleh ribuan Pemuda dari
Gedung Negara Yogya untuk dikibarkan di Stadion Sriwedari, Solo. Teriakan

7
'Hidup PON' bersamaan dengan pekik 'Merdeka atau Mati' berkumandang
sepanjang Yogya-Solo"

Kiranya perlu disampaikan penghargaan dan terima kasih setinggi-


tingginya kepada para tokoh olahraga saat itu terutama Sri Sultan Hamengku
BUwono IX, Paku Alam VIII, GPH Suryohamidjo, GPH Prabuwijoyo,
Nurbambang, dan Ali Marsaban. Setelah keamanan negara pulih kembali pada
akhir tahun 1949 dan ketenangan bangsa Indonesia tercapai, maka gerakan
olahraga yang telah terhenti itu digerakan kembali dan dikembangkan. Bekal
konsep-konsep yang telah dirintis dan pengalaman-pengalaman yang telah
dimiliki dijadikan titik tolak untuk mengembangkan olahraga dan menetapkan
sistem pembinaan keolahragaan di Indonesia, yaitu sebagai berikut :

a) Keolahragaan di lingkungan sekolah dibina langsung oleh pemerintah;


b) Keolahragaan di lingkungan masyarakat dibina oleh masyarakat
sendiri, dengan bimbingan dan pengawasan oleh pemerintah;
c) Keolahragaan di lingkungan sekolah pelaksanaan, pengaturan,
pengurusan dan pembinaan langsung dipegang oleh pemerintah, yaitu
di tugaskan kepada Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan, yang pelaksanaannya dilakukan oleh Inspeksi Pusat
Pendidikan Jasmani. Keolahragaan di lingkungan sekolah ini masih
tetap diberi nama Pendidikan Jasmani. Pendidikan Jasmani merupakan
unsur dan alat pendidikan untuk menyiapkan dan membentuk manusia
yang harmonis antara pertumbuhan jasmani dan perkembangan
rohaninya. Dalam hubungannya dengan peningkatan mutu dan prestasi
olahraga bangsa Indonesia, pendidikan jasmani hanya merupakan dasar
dan pencarian bibit yang akan dikembangkan lebih lanjut dalam
lingkungan masyarakat nanti.

Tujuan Pendidikan Jasmani ini dikuatkan dengan dikeluarkannya


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1950, tentang Dasar-
Dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah-Sekolah. Undang-Undang
tersebut berbunyi sebagai barikut :

“Pendidikan Jasmani yang menuju kepada keselarasan antar tumbuhnya


badan dan perkembangan jiwa merupakan suatu upaya untuk membuat

8
bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat dan kuat lahir bathin, diberikan
di segala jenis sekolah”

Untuk melaksanakan tujuan olahraga di lingkungan sekolah ini


pemerintah telah menetapkan bahwa pendidikan jasmani tetap merupakan
salah satu pelajaran wajib di sekolah-sekolah mulai dari taman kanak-kanak
sampai perguruan tinggi. Cabang-cabang olahraga yang diberikan di sekolah
itu terdiri atas : senam, atletik, permainan, dan renang dengan disesuaikan
dengan keadaan fasilitas yang tersedia.

Sebagai pendorong bagi pelajarn untuk giat melaksanakan pendidikan


jasmani dan olahraga, serta sebagai alat pengontrol bagi guru dan pemerintah
tentang hasil pelajarannya, maka pemerintah menentukan adanya dua jenis
kegiatan, yaitu : (a) Ujian Ketangkasan Olahraga bagi Pelajar ; (b) Perlombaan
Olahraga antar sekolah.

Oleh karena tumbuhnya sekolah-sekolah tidak seimbang dengan


tersedianya tenaga-tenaga guru, khususnya guru-guru pendidikan jasmani
maka pemerintah telah mengambil kebijaksanaan untuk membuka sekolah-
sekolah dan kursus-kursus yang menyiapkan tenaga-tenaga guru pendidikan
jasmani baik untuk sekolah rakyat, sekola lanjutan maupun perguruan tinggi.
Sampai dengan tahun 1957 seluruh Indonesia telah memiliki : (1) enam buah
SGPD (Sekolah Guru Pendidikan Djasmani) yang menyiap guru-guru
pendidikan jasmani untuk sekolah rakyat; (2) tujuh buah kursus B1 Pendidikan
Djasmani, yang menyiapkan guru-guru untuk sekolah lanjutan pertama (3)
sebuah kursus B2 Pendidikan Djasmani, yang menyiapkan guru-guru
Pendidikan Djasmani untuk sekolah lanjutan atas; (4) dua buah Fakultas
Pendidikan Djasmani, sampai tingkat Sarjana Muda dan sarjana yang
menyiapkan ahli-ahli dan guru-guru pendidikan jasmani di sekolah-sekolah,
dengan mengadakan kursus-kursus singkat.

Untuk mendorong semangat belajar para pelajar dalam bidang


keolahragaan dan untuk usaha meningkatkan mutu prestasi olahraga di
kalangan pelajar, telah diadakan puncak-puncak kegiatan olahraga di kalangan
sekolah lanjutan dalam bentuk Pancalomba. Pancalomba yang pertama di
adakan di Semarang (1952) dan Pancalomba yang kedua diadakan di Surabaya

9
pada tahun 1954. Sejarah dan Perkembangan Bulu Tangkis Olahraga yang
dimainkan dengan kok dan raket ini kemungkinan berkembang di Mesir kuno
sekitar 2000 tahun lalu. Selain di Mesir, diperkirakan juga India dan China
sebagai tempat asal usul permainan ini.

Awal mula permainan ini kemungkinan merupakan sebuah permainan


yang berasal dari Tionghoa, Jianzi. Permainan tersebut menggunakan kok
tetapi tanpa memakai raket melainkan dengan kaki. Misi permainan ini adalah
untuk menjaga kok agar tidak menyentuh tanah selama mungkin tanpa
menggunakan tangan. Asal Usul Nama Badminton Di Inggris, sejak zaman
pertengahan permainan anak-anak yang disebut Battledores dan Shuttlecocks
sangat populer. Anak-anak pada waktu itu biasanya akan memakai dayung
atau tongkat (Battledores) dan bermain bersama untuk menjaga kok tetap di
udara dan mencegahnya menyentuh tanah. Permainan ini cukup populer untuk
menjadi pemandangan sehari-hari di jalan-jalan London pada tahun 1854
ketika majalah Punch mempublikasikan kartun untuk ini.

Penduduk Inggris kemudian membawa permainan ini ke Jepang,


China, dan Siam (sekarang Thailand) selagi mereka mengkolonisasi Asia.
Permainan ini kemudian dengan segera menjadi permainan anak-anak di
wilayah tersebut. Olahraga bulu tangkis modern seperti sekarang ini
diciptakan oleh petugas Tentara Britania di Pune, India pada abad ke-19 saat
mereka menambahkan jaring dan memainkannya secara kompetitif. Karena
kota Pune sebelumnya dikenal dengan nama Poona, permainan tersebut juga
dikenali sebagai Poona pada masa itu. Para tentara membawa permainan itu
kembali ke Inggris pada 1850-an. Olahraga ini mendapatkan namanya yang
sekarang pada 1860 dalam sebuah pamflet oleh Isaac Spratt, seorang penyalur
mainan Inggris, berjudul "Badminton Battledore-A New Game" ("Badminton
Battledore-Sebuah Permainan Baru").

B. Teknologi

Sudah tidak dapat  dipungkiri lagi, bahwa pada saat sekarang kita sedang
berada dalam suatu era perkembangan  ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat
pesat. Dunia syarat dengan muatan teknologi yang merambah pada seluruh aspek

10
kehidupan. Kondisi yang demikian dipicu oleh keinginan dan  upaya manusia untuk
mengkonstruksi perubahan kehidupan masa depan supaya lebih baik, lebih bermakna,
mudah, nyaman, aman, efisien dan efektif. Teknologi pada kenyataannya telah
memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap kemaslahatan umat manusia.
Nanang Martono, 2014, halaman: 217, mengemukakan, ”Teknologi
menjanjikan perubahan. Setiap penemuan baru akan melahirkan berbagai perubahan
dalam masyarakat. Ibarat sebuah subsistem, kehadiran teknologi baru sebagai
subsistem baru dalam masyarakat akan membawa berbagai konsekwensi, subsistem
lain dalam  sistem tersesebut mau tidak mau harus menyesuaikan diri akibat kehadiran
teknologi tersebut (ingat analisis person). Teknologi pasti akan mengubah pola
aktivitas keseharian individu”. Pengembangan IPTEK dalam dunia olahraga telah
memberikan sumbangan yang cukup besar dan sangat bermakna. Penelitian-penelitian
yang terkait dengan manfaat olahraga untuk berbagai aspek kesehatan telah
memberikan sumbangan tersendiri terhadap peningkatan kualitas kesehatan
masyarakat yang berujung pada peningkatan kualitas hidup manusia. Demikian juga
penelitian-penelitian yang berhubungan dengan dampak aktifitas olahraga terhadap
kehidupan sosial masyarakat. Sedangkan dari sisi lain, pengembangan IPTEK dalam
dunia olahraga telah banyak membantu dalam peningkatan prestasi olahraga. Kajian-
kajian yang terkait dengan anatomi dan fisiologi serta sport medicine telah
memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap peningkatan prestasi olahraga.
Kajian-kajian dalam bidang ini akan terus berkembang dan akan menghasilkan
temuan-temuan yang besar dan bermanfaat tidak hanya untuk peningkatan prestasi
olahraga, tetapi juga kajian-kajian yang terkait dengan pengaruh olahraga terhadap
peningkatan kualitas hidup manusia. Temuan-temuan tersebut akan lebih akurat
berkat bantuan teknologi pendukung. Pengembangan IPTEK juga telah memberikan
kontribusi yang cukup besar terhadap teknologi dan peralatan-peralatan yang
dibutuhkan dalam berbagai jenis dan fungsi baik untuk meningkatkan prestasi
olahraga maupun untuk kebugaran dalam upaya meningkatkan kualitas hidup
manusia. Kita juga dihadapkan pada fakta, bahwa cukup banyak bermunculan cabang-
cabang atau jenis-jenis olahraga baru sebagai hasil rekayasa teknologi, seperti para
layang, gantole, jenis olahraga lain yang menggunakan mesin/motor dan berbagai
jenis olahraga yang mengundang sensasi atau ketegangan. Tak dapat dipungkiri,
bahwa jenis-jenis olahraga yang demikian juga telah memberikan sumbangan yang
cukup besar dalam pengembangan dunia wisata dan bisnis, sehingga pengembangan

11
IPTEK dalam dunia olahraga akan dapat membangun suatu kekuatan ekonomi. Dalam
konteks ini, ada dua aspek penting yang perlu dikemangkan, yaitu kreatifitas dan
inovasi. Kreatifitas akan menghasilkan inovasi. Inovasi akan menghasilkan produk
baru, baik dalam artian teknologi maupun pelayanan jasa. Kreatifitas merupakan aset
yang muncul dari potensi-potensi yang ada. Dalam dunia yang semakin kompetitif,
kreatifitas dan inovasi sangat diperlukan untuk membangun suatu keunggulan.
Berkaitan dengan IPTEK dalam dunia olahraga, Undang-Undang Republik
Indonesia nomor: 3 tahun 2005, tentang Sistem Keolahragaan Nasional Pada pasal 21
ayat 3 menegaskan ”Olahraga prestasi dilaksanakan melalui proses pembinaan dan
pengembangan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan dengan dukungan
ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan”. Pada pasal 74 ayat 1 dikemukakan
bahwa ”Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat melakukan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara berkelanjutan untuk
mmemajukan keolahragaan nasional”. Selanjutnya pada pasal 74 ayat 2 dikatakan
”Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat dapat membentuk lembaga
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan yang
bermanfaat untuk memajukan pembinaan dan pengembangan keolahragaan
nasional”.
C. Sarana dan Prasarana

Keadaan sarana prasarana  olahraga di Indonesia,menurut pengamatan ada dua


faktor yang dapat berdampak positif dalam penyiapan prasarana olahraga sebagai
berikut:

1. Adanya konsep mengenai Otonomi Daerah yang telah dituangkan dalam Undang-
Undang.
2. Adanya ketentuan bahwa tuan rumah untuk Pekan Olahraga Nasional (PON) sejak
tahun 2000 ditetapakan daerah secara bergantian.

Sarana prasarana yang ada di Indonesia kurang mendapat perhatian secara


khusus dari masyarakat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang sangat
kompleks. Kenyataannya dapat dilihat pada ketidak berhasilan Kota Surabaya dalam
membangun kawasan “Sport Complex” baru yang akan digunakan untuk
menyelenggarakan PON XV -2000 akibat keterbatasan biaya. Keterbatasan ini
disebabkan oleh krisis moneter yang terjadi di beberapa Negara Asia. Pelaksanaan ini
12
terpaksa harus dialih kan ke Stadion Delta yang ada di Sidoarjo. Stadion ini
digunakan untuk seluruh kegiatan PON yang berlangsung, baik upacara pembukaan,
penutupan maupun pertandingan-pertandingan. Jelas dalam hal ini sarana prasarana di
Indonesia sangatlah minim akan semua fasilitasnya.

Pada PON XVI -2004 dilaksanakan di Provinsi Sumatera Selatan dan kota
Palembang sebagai pusat dari penyelenggaraan pertandingan. Pada tahun 1978
dibangun Stadion Bumi Sriwijaya yang pada awalnya direncanakan untuk
diklembangkan menjadi Stadion Utama tetapi pada akhirnya ditetapkan sebagai
Stadion Atletik untuk dibangun lintasan atletik dengan bahan sintetis, sedangkan
Stadion Utama direncanakan dibangun di Seberang Ulu di wilayah Jakabaring. Upaya
pembangunan Stadion Utama Jakabaring di seberang Ulu dimaksudkan untuk
mengembangkan kota kea rah selatan di areal reklamase sesuai dengan rencana Induk
Kota yang telah disususn oleh Departemen Pekerjaan Umum.

Untuk Sport Complex telah dipersiapkan lahan reklame seluas 50 Ha yang


nantinya akan dipakai untuk lokasi Stadion Utama dan dua buah gedung Olahraga
yang dipergunakan untuk Senam dan cabang olahraga Bulutangkis. Selain itu ada
beberapa sarana prasaran aolah raga outdoor untuk olahraga:voli pantai, soft ball, hoki
dan lain-lainyang akan dapat ditampung. Diseberang kompleks satdion itu, sedang
dibangun perumahan sebanyak 1.000 buah yang nantinya akan digunakan untuk PON
XVI -2004 yang dimanfaatkan untuk tempat tinggal sementara atlit-atlit selama PON
berlangsung. Setelah selesai kegiatan PON, maka perumahan ini akan dijual pada
masyarakat untuk dijadikan pemukiman. Meskipun pembangunan sarana prasarana
olahraga sedikit terhambat namun penggunaan bahan-bahan sarana prasrana olahraga
cukup baik, misalnya saja yang telah disebutkan di atas mengenai penggunaan lantai
dari bahan sintetis.

Kompleks Gelora Bung Karno di Senayan Jakarta memiliki luas lahan 279 Ha,
sebagai areal dengan luas 155 Ha adalah lahan untuk kompleks olahraga yang sampai
saat ini masih merupakan kompleks olahraga yang terlenghkap dan terbesar di seluruh
Indonesia. Pada saat PON di Jakarta pada tahun 1996 didalam kompleks Stadion
dapat diselenggarakan 18 cabang olahraga yang dipertandingkan. Stadion ini
sampai saat ini dari waktu ke watu secara bertahap dikembangkan agar dapat
memenuhi kebutuhan untuk kegiatan-kegiatan olahraga.
13
Pengembangan dan pembanguna sarana prasaran olahraga tetap mengikuti
perkembangan jaman, beberapa sarana prasarana olahraga yang telah diikutsertakan
dalam kompetisi luar negeri dan memperoleh penghargaan adalah sebagai berikut :

1. Gedung Pusat Latihan Bulutangkis, memperoleh IAKS Award pada tahun 1989
intuk kategori B. “Trainning For Top-level Sport”.
2. Gedung/Lapangan Menembak, memperoleh “Bronz Award” untuk kategori F.
“Trainning and Competition Facilities for special sport disciplines”
3. Lapangan Latihan Softball/Baseball, memperileh IOC/IAKS Bronze Award tahun
1999 untuk kategori F, “Trainning and Competition Facilities for special sport
disciplines”

Kegiatan olah raga memerlukan ruang untuk bergerak. Kebutuhan ruang untuk
bergerak itu ditentukan dengan standar tuang ruang perorangan. Sarana prasarana olah
raga paling sedikit atau minimal disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang berolah
raga itu sendiri. Sehingga disini kunci dan tujuan sarana prasarana adalah sehingga
media olah raga yang diharapkan dengan adanya sarana penunjang kegiatan olah raga
berjalan dengan baik. Sehingga masyarakat dapat menikmati olahraga dengan baik
dan optimal.

Penggunaan Prasarana Olah Raga Selalu dikaitkan dengan Kegiatan Olah


Raga yang Memiliki Sifat :

1. Horisontal
Dalam arti bersifat menyebar atau meluas sesuai dengan konsep
“Sport for All” atau dengan semboyan yang kita miliki
memasyarakatkan olah raga dan mengolahragakan yang tujuannya
untuk kebugaran dan Kesehatan.
2. Vertikal
Dalam arti bersifat mengarah ke atas dengan tujuan mencapai
prestasi tinggi dalam cabang olah raga tertentu baik tingkat daerah
nasional maupun internasional.

Penggunaan Prasarana Olah Raga Perlu Menyertakan 3 Faktor untuk dapat


memenuhi kedua arah tersebut :

14
1. Kuantitas

Guna menampung kegiatan olah raga yang jumlahnya mencukupi


sesuai dengan ketentuan seperti yang ditentukan di dalam pedoman
penyiapan prasarana.

2. Kualitas

Guna menampung kegiatan olah raga prestasi prasaran olah raga


yang disiapkan perlu memenuhi kualitas dengan syarat dan ketentuan
masing-masing cabang olah raga : Memenuhi Standart Internasional,
kualitas bahan atau material harus memenuhi syarat Internasional.

3. Dana

Untuk menunjang kedua faktor diperlukan dana yang cukup


sehingga cepat disiapkan prasarana yang mencukupi jumlahnya serta
kualitas memenuhi syarat.

Dalam menciptakan sarana prasarana olah raga yang sesuai dengan


perkembangan jaman yakni :

a. Kuantitas sarana prasarana olahraga harus diperbanyak. Kualitas harus


ditingkatkan agar tidak hanya kuantitas yang banyak, namun kualitasnya juga
baik. Yang terpenting adalah dana, dana harus dirancang sedemikian rupa agar
rencana pembangunan sarana prasaran olahraga dapat terlaksana dengan
optimal.Untuk itu perlu dikembangkangkan ketiga faktor ini secara serius agar
sarana prasarana olahraga di Indonesia sesuai dengan perkembangan jaman.
b. Memperhatikan peta kependudukan Indonesia, kepadatan dan penyebaran
penduduknya, karena jumlah kebutuhan prasarana olah raga harus sesuai
dengan jumlah penduduk yang akan menggunakannya.

15
c. Mengacu pada standar kebutuhan prasarana olahraga sesuai dengan pedoman
yang ditetapkan.
d. Otonomi Daerah dapat dimanfaatkan dengan baik yakni harus ada koordinasi
agar dapat memberi saran dan pedoman teknis karena mereka lebih
mengetahui bagaimana kondisi daerahnya sehingga dapat menyempurnakan
pengembangan sarana prasarana olahraga yang sesua dengan perkembangan
jaman.
e. Adanya koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah agar dapat
saling memberi masukan baik yang bersifat teknis maupun non teknis dan
bekerjasama membangun sarana prasarana olahraga yang sesuai dengan
perkembangan jaman.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Proklamasi Negara Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,
merupakan pintu gerbang terbukanya bangsa Indonesia dari penjajah. Peristiwa
monumental tersebut merupakan Babak baru dalam sejarah perkembangan negara
Indonesia tercinta ini, termasuk babak baru dalam perkembangan olahraga Indonesia.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Pengajaran,
mempropagandakan penyelenggaraan latihan-latihan dan rehabilitasi fisik dan mental
yang telah rusak selama penjajahan kolonial Belanda dan Jepang. Penyelenggaraan
olahraga di sekolah-sekolah mulai digalakan. Di setiap provinsi diusahakan
pembentukan inspeksi-inspeksi pendidikan jasmani, antara lain : Sumatera Utara,
Sumatera Tengah, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta, Solo, dan Jawa Timur.
Berkaitan dengan IPTEK dalam dunia olahraga, Undang-Undang Republik
Indonesia nomor: 3 tahun 2005, tentang Sistem Keolahragaan Nasional Pada pasal 21
ayat 3 menegaskan ”Olahraga prestasi dilaksanakan melalui proses pembinaan dan
pengembangan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan dengan dukungan
ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan”. Pada pasal 74 ayat 1 dikemukakan
bahwa ”Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat melakukan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara berkelanjutan untuk
mmemajukan keolahragaan nasional”. Selanjutnya pada pasal 74 ayat 2 dikatakan
”Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat dapat membentuk lembaga
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan yang
bermanfaat untuk memajukan pembinaan dan pengembangan keolahragaan
nasional”.

17
Daftar Rujukan

Kiram, Yanuar.2019. Menelusuri dan Menguak Nilai-Nilai Luhur Olahraga :


Pengantar Sosiologi Olahraga. Jakarta: Prenadamedia Group

Kiram, Yanuar.2020. Revolusi Olahraga : Suatu Analisis – Sintesis dari Sudut


Sosiologi Olahraga. Jakarta: Prenadamedia Group

Triwijayanto, T. (2014).Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.


Depdiknas. 2006. Permendiknas.No.22 tentang Tujuan Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Depdiknas.

https://decungkringo.wordpress.com/tag/perkembangan-industri-olahraga-di-
indonesia/

18

Anda mungkin juga menyukai