Tentang
Trend Perkembangan Olahraga di Indonesia
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Phil. Yanuar Kiram
Dr. Padli S.Si M.Pd
Disusun Oleh :
Dira Kurniasari
21340004/2021
2021
Kata Pengantar
Puji syukur yang dalam penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini sesuai yang diharapkan.
Shalawat beriring salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulallah SAW, yang
telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Olahraga
di Jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang berperan
dalam mendorong penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
1. Prof. Dr. Phil Yanuar Kiram dan Dr. Padli, S.Si., M.Pd selaku Dosen
Pengampu pada mata kuliah Sosiologi Olahraga ini.
2. Teman-teman seangkatan yang telah membantu sehingga makalah ini dapat
selesai pada waktunya.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan menjadi kebaikan serta menjadi
ladang pahala dan diridhoi Allah SWT
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ..........................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa pada saat sekarang kita sedang berada
dalam suatu era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Dunia
syarat dengan muatan teknologi yang merambah pada seluruh aspek kehidupan. Kondisi
yang demikian dipicu oleh keinginan dan upaya manusia untuk mengkonstruksi
perubahan kehidupan masa depan supaya lebih baik, lebih bermakna, mudah, nyaman,
aman, efisien dan efektif. Teknologi pada kenyataannya telah memberikan sumbangan
yang cukup besar terhadap kemaslahatan umat manusia.
1
memberikan sumbangan yang cukup besar dalam pengembangan dunia wisata dan bisnis,
sehingga pengembangan IPTEK dalam dunia olahraga akan dapat membangun suatu
kekuatan ekonomi.
Dalam konteks ini, ada dua aspek penting yang perlu dikemangkan, yaitu
kreatifitas dan inovasi. Kreatifitas akan menghasilkan inovasi. Inovasi akan menghasilkan
produk baru, baik dalam artian teknologi maupun pelayanan jasa. Kreatifitas merupakan
aset yang muncul dari potensi-potensi yang ada. Dalam dunia yang semakin kompetitif,
kreatifitas dan inovasi sangat diperlukan untuk membangun suatu keunggulan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana peranan ilmu
pengetahuan dan teknologi terhadap dunia olahraga.
C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang diperoleh adalah untuk
mengetahui bagaimana peranan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap dunia
olahraga.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Olahraga
3
Karena organisasi ini bisa berkembang dengan baik, kemudian pada tahun
1938 Belanda mulai melakukan pendekatan dan kerjasama dengan PPO melalui
organisasi miliknya yaitu Nederlanch Indische Voetbal Unie (NIVU). Selain dari
organisasi sepakbola, organisasi yang mulai berkembang dari bidang olahraga
adalah Persatuan Lawn Tennis Indonesia atau PELTI pada tahun 1935 di
Semarang. Tahun 1938 berdiri ISI di Jakarta dan diketuai oleh Soetarjo
Hadikusumo. ISI ini merupakan satu-satunya organisasi yang memiliki sifat
nasional dan berbentuk federasi. Tujuan dari pembuatan dari organisasi ini adalah
untuk membimbing, menghimpun dan menggkoordinir seluruh cabang olahraga di
Indonesia.
Hasil dari kongres tersebut adalah disepakati dan diresikannya PORI yang
merupakan satu-satunya badan resmi persatuan olahraga Indonesia. Fungsi dan
tujuan PORI sama persis dengan fungsi dari ISI. Berbagai kegiatan olahraga
diurus oleh PORI seperti ha yang berkaitan dengan Olimpiade, yang kemudian
dibentuk Komite Olympiade Republik Indonesia yang diketuhai oleh Sultan
Hamengku Buwono IX di Yogyakarta.
Salah satu ajang atau laga olahraga yang sedang berkembang pada saat itu
adalah Olimpiade. Olimpiade pada tahun 1948 merupakan olimpiade yang ke 14
setelah 8 tahun tidak diselenggarakan karena adanya perand gunia ke II. Untuk
4
bisa mengikuti olimpiade ini Indonesia harus bisa meyakinkan negara lain jika
Indonesia sudah dalam keadaan dan kondisi yang Merdeka. Sutan Syahrir dan
Haji Agus Salim merupakan diplomat yang diusung untuk mendapatkan
persetujuan dari negara lain.
Indonesia pada saat itu harus kecewa karena paspor yang digunakan oleh
atlet Indonesia tidak diakui oleh pemerintah Inggris. Mereka hanya akan diakui
jika menggunakan paspor Belanda saja. Namun, hal ini ditolak oleh Indonesia
karena pada saat itu yang diinginkan adalah ingin mengibarkan bendera Indonesia.
Sehingga olimpiade di London pun batal diikuti oleh Indonesia.
5
Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta, Solo,
dan Jawa Timur.
6
c. Pada tahun 1947 PORI mengadakan hubungan dengan Menteri Pembangunan
dan Pemuda Wikana. Berkat bantuan sekertarsi menteri Drs. Karnadi, PORI
dapat mengembangkan organisasinya antara lain : (a) pembangunan kembali
cabang-cabang olahraga yang tersebar dan bercerai berai. (b) Membentuk
organisasi induk cabang olahraga yang belum tersusun, (c) Menerbitkan
majalah “Pendidikan Djasmani” dengan simbol obor menyala dan lima
gelang, (d) Mempersiapkan Pekan Olahraga Nasional ke satu. Pada malam
peresmian PORI bulan Januari 1947, Presiden Soekarno sekaligus melantik
KORI (Komite Olimpiade Republik Indonesia), sebagai ketua ditunjuk Sri
Sultan Hamengku Buwono IX, wakil ketua adalah drg. Koesmargono dan
Soemali Prawirodirjo. KORI mempunyai tugas menangani masalah
keolahragaan yang ada kaitannya dengan olimpiade, saat itu KORI dibentuk
karena Indonesia ingin ikut Olympic Games 1948 (namun karena persiapan
para atlet itu tidak memadai, pengiriman ke London tidak jadi). PORI
kemudian membentuk badan-badan (sekarang disebut induk cabang olahraga).
Yang ada pada waktu itu adalah cabang olahraga sepak bola, basket, atletik,
bola keranjang, panahan, tenis, bulutangkis, pencak silat, dan gerak jalan.
Keuangan PORI dan KORI diperoleh dari subsidi pemerintah yang disalurkan
melalui Kementerian Pembangunan dan Pemuda. Selama aksi militer Belanda
21 Juni 1947 – 17 Januari 1948 kegiatan olahraga praktis terhenti. Pada
tanggal 2 – 3 Mei 1948, PORI mengadakan konferensi di Solo berkat bantuan
Walikota Solo (Syamsurizal), PON I dapat diselenggarakan pada 9 – 14
September 1948 dengan lancar, meskipun suasana politk meruncing kembali.
d. Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama di Solo adalah pekan olahraga yang
sangat berkesan dan merupakan tonggak sejarah keolahragaan yang penting
bagi bangsa Indonesia yang baru merdeka. PON I adalah PON revolusi, PON
perjuangan, PON penyebar semangat dan sekaligus PON persatuan.
Berkenaan dengan PON I, Maladi (mantan Menteri Olahraga) mengutarakan
kembali kesannya, yaitu :
"PON I di Solo Tahun 1948 membuat berdiri bulu roma tiap orang
Indonesia yang menyaksikan rakyat sepanjang Yogya-Solo menyambut dan
menghormati bendera PON yang dibawa dan diarak oleh ribuan Pemuda dari
Gedung Negara Yogya untuk dikibarkan di Stadion Sriwedari, Solo. Teriakan
7
'Hidup PON' bersamaan dengan pekik 'Merdeka atau Mati' berkumandang
sepanjang Yogya-Solo"
8
bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat dan kuat lahir bathin, diberikan
di segala jenis sekolah”
9
pada tahun 1954. Sejarah dan Perkembangan Bulu Tangkis Olahraga yang
dimainkan dengan kok dan raket ini kemungkinan berkembang di Mesir kuno
sekitar 2000 tahun lalu. Selain di Mesir, diperkirakan juga India dan China
sebagai tempat asal usul permainan ini.
B. Teknologi
Sudah tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa pada saat sekarang kita sedang
berada dalam suatu era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat
pesat. Dunia syarat dengan muatan teknologi yang merambah pada seluruh aspek
10
kehidupan. Kondisi yang demikian dipicu oleh keinginan dan upaya manusia untuk
mengkonstruksi perubahan kehidupan masa depan supaya lebih baik, lebih bermakna,
mudah, nyaman, aman, efisien dan efektif. Teknologi pada kenyataannya telah
memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap kemaslahatan umat manusia.
Nanang Martono, 2014, halaman: 217, mengemukakan, ”Teknologi
menjanjikan perubahan. Setiap penemuan baru akan melahirkan berbagai perubahan
dalam masyarakat. Ibarat sebuah subsistem, kehadiran teknologi baru sebagai
subsistem baru dalam masyarakat akan membawa berbagai konsekwensi, subsistem
lain dalam sistem tersesebut mau tidak mau harus menyesuaikan diri akibat kehadiran
teknologi tersebut (ingat analisis person). Teknologi pasti akan mengubah pola
aktivitas keseharian individu”. Pengembangan IPTEK dalam dunia olahraga telah
memberikan sumbangan yang cukup besar dan sangat bermakna. Penelitian-penelitian
yang terkait dengan manfaat olahraga untuk berbagai aspek kesehatan telah
memberikan sumbangan tersendiri terhadap peningkatan kualitas kesehatan
masyarakat yang berujung pada peningkatan kualitas hidup manusia. Demikian juga
penelitian-penelitian yang berhubungan dengan dampak aktifitas olahraga terhadap
kehidupan sosial masyarakat. Sedangkan dari sisi lain, pengembangan IPTEK dalam
dunia olahraga telah banyak membantu dalam peningkatan prestasi olahraga. Kajian-
kajian yang terkait dengan anatomi dan fisiologi serta sport medicine telah
memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap peningkatan prestasi olahraga.
Kajian-kajian dalam bidang ini akan terus berkembang dan akan menghasilkan
temuan-temuan yang besar dan bermanfaat tidak hanya untuk peningkatan prestasi
olahraga, tetapi juga kajian-kajian yang terkait dengan pengaruh olahraga terhadap
peningkatan kualitas hidup manusia. Temuan-temuan tersebut akan lebih akurat
berkat bantuan teknologi pendukung. Pengembangan IPTEK juga telah memberikan
kontribusi yang cukup besar terhadap teknologi dan peralatan-peralatan yang
dibutuhkan dalam berbagai jenis dan fungsi baik untuk meningkatkan prestasi
olahraga maupun untuk kebugaran dalam upaya meningkatkan kualitas hidup
manusia. Kita juga dihadapkan pada fakta, bahwa cukup banyak bermunculan cabang-
cabang atau jenis-jenis olahraga baru sebagai hasil rekayasa teknologi, seperti para
layang, gantole, jenis olahraga lain yang menggunakan mesin/motor dan berbagai
jenis olahraga yang mengundang sensasi atau ketegangan. Tak dapat dipungkiri,
bahwa jenis-jenis olahraga yang demikian juga telah memberikan sumbangan yang
cukup besar dalam pengembangan dunia wisata dan bisnis, sehingga pengembangan
11
IPTEK dalam dunia olahraga akan dapat membangun suatu kekuatan ekonomi. Dalam
konteks ini, ada dua aspek penting yang perlu dikemangkan, yaitu kreatifitas dan
inovasi. Kreatifitas akan menghasilkan inovasi. Inovasi akan menghasilkan produk
baru, baik dalam artian teknologi maupun pelayanan jasa. Kreatifitas merupakan aset
yang muncul dari potensi-potensi yang ada. Dalam dunia yang semakin kompetitif,
kreatifitas dan inovasi sangat diperlukan untuk membangun suatu keunggulan.
Berkaitan dengan IPTEK dalam dunia olahraga, Undang-Undang Republik
Indonesia nomor: 3 tahun 2005, tentang Sistem Keolahragaan Nasional Pada pasal 21
ayat 3 menegaskan ”Olahraga prestasi dilaksanakan melalui proses pembinaan dan
pengembangan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan dengan dukungan
ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan”. Pada pasal 74 ayat 1 dikemukakan
bahwa ”Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat melakukan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara berkelanjutan untuk
mmemajukan keolahragaan nasional”. Selanjutnya pada pasal 74 ayat 2 dikatakan
”Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat dapat membentuk lembaga
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan yang
bermanfaat untuk memajukan pembinaan dan pengembangan keolahragaan
nasional”.
C. Sarana dan Prasarana
1. Adanya konsep mengenai Otonomi Daerah yang telah dituangkan dalam Undang-
Undang.
2. Adanya ketentuan bahwa tuan rumah untuk Pekan Olahraga Nasional (PON) sejak
tahun 2000 ditetapakan daerah secara bergantian.
Pada PON XVI -2004 dilaksanakan di Provinsi Sumatera Selatan dan kota
Palembang sebagai pusat dari penyelenggaraan pertandingan. Pada tahun 1978
dibangun Stadion Bumi Sriwijaya yang pada awalnya direncanakan untuk
diklembangkan menjadi Stadion Utama tetapi pada akhirnya ditetapkan sebagai
Stadion Atletik untuk dibangun lintasan atletik dengan bahan sintetis, sedangkan
Stadion Utama direncanakan dibangun di Seberang Ulu di wilayah Jakabaring. Upaya
pembangunan Stadion Utama Jakabaring di seberang Ulu dimaksudkan untuk
mengembangkan kota kea rah selatan di areal reklamase sesuai dengan rencana Induk
Kota yang telah disususn oleh Departemen Pekerjaan Umum.
Kompleks Gelora Bung Karno di Senayan Jakarta memiliki luas lahan 279 Ha,
sebagai areal dengan luas 155 Ha adalah lahan untuk kompleks olahraga yang sampai
saat ini masih merupakan kompleks olahraga yang terlenghkap dan terbesar di seluruh
Indonesia. Pada saat PON di Jakarta pada tahun 1996 didalam kompleks Stadion
dapat diselenggarakan 18 cabang olahraga yang dipertandingkan. Stadion ini
sampai saat ini dari waktu ke watu secara bertahap dikembangkan agar dapat
memenuhi kebutuhan untuk kegiatan-kegiatan olahraga.
13
Pengembangan dan pembanguna sarana prasaran olahraga tetap mengikuti
perkembangan jaman, beberapa sarana prasarana olahraga yang telah diikutsertakan
dalam kompetisi luar negeri dan memperoleh penghargaan adalah sebagai berikut :
1. Gedung Pusat Latihan Bulutangkis, memperoleh IAKS Award pada tahun 1989
intuk kategori B. “Trainning For Top-level Sport”.
2. Gedung/Lapangan Menembak, memperoleh “Bronz Award” untuk kategori F.
“Trainning and Competition Facilities for special sport disciplines”
3. Lapangan Latihan Softball/Baseball, memperileh IOC/IAKS Bronze Award tahun
1999 untuk kategori F, “Trainning and Competition Facilities for special sport
disciplines”
Kegiatan olah raga memerlukan ruang untuk bergerak. Kebutuhan ruang untuk
bergerak itu ditentukan dengan standar tuang ruang perorangan. Sarana prasarana olah
raga paling sedikit atau minimal disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang berolah
raga itu sendiri. Sehingga disini kunci dan tujuan sarana prasarana adalah sehingga
media olah raga yang diharapkan dengan adanya sarana penunjang kegiatan olah raga
berjalan dengan baik. Sehingga masyarakat dapat menikmati olahraga dengan baik
dan optimal.
1. Horisontal
Dalam arti bersifat menyebar atau meluas sesuai dengan konsep
“Sport for All” atau dengan semboyan yang kita miliki
memasyarakatkan olah raga dan mengolahragakan yang tujuannya
untuk kebugaran dan Kesehatan.
2. Vertikal
Dalam arti bersifat mengarah ke atas dengan tujuan mencapai
prestasi tinggi dalam cabang olah raga tertentu baik tingkat daerah
nasional maupun internasional.
14
1. Kuantitas
2. Kualitas
3. Dana
15
c. Mengacu pada standar kebutuhan prasarana olahraga sesuai dengan pedoman
yang ditetapkan.
d. Otonomi Daerah dapat dimanfaatkan dengan baik yakni harus ada koordinasi
agar dapat memberi saran dan pedoman teknis karena mereka lebih
mengetahui bagaimana kondisi daerahnya sehingga dapat menyempurnakan
pengembangan sarana prasarana olahraga yang sesua dengan perkembangan
jaman.
e. Adanya koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah agar dapat
saling memberi masukan baik yang bersifat teknis maupun non teknis dan
bekerjasama membangun sarana prasarana olahraga yang sesuai dengan
perkembangan jaman.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proklamasi Negara Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,
merupakan pintu gerbang terbukanya bangsa Indonesia dari penjajah. Peristiwa
monumental tersebut merupakan Babak baru dalam sejarah perkembangan negara
Indonesia tercinta ini, termasuk babak baru dalam perkembangan olahraga Indonesia.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Pengajaran,
mempropagandakan penyelenggaraan latihan-latihan dan rehabilitasi fisik dan mental
yang telah rusak selama penjajahan kolonial Belanda dan Jepang. Penyelenggaraan
olahraga di sekolah-sekolah mulai digalakan. Di setiap provinsi diusahakan
pembentukan inspeksi-inspeksi pendidikan jasmani, antara lain : Sumatera Utara,
Sumatera Tengah, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta, Solo, dan Jawa Timur.
Berkaitan dengan IPTEK dalam dunia olahraga, Undang-Undang Republik
Indonesia nomor: 3 tahun 2005, tentang Sistem Keolahragaan Nasional Pada pasal 21
ayat 3 menegaskan ”Olahraga prestasi dilaksanakan melalui proses pembinaan dan
pengembangan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan dengan dukungan
ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan”. Pada pasal 74 ayat 1 dikemukakan
bahwa ”Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat melakukan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara berkelanjutan untuk
mmemajukan keolahragaan nasional”. Selanjutnya pada pasal 74 ayat 2 dikatakan
”Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat dapat membentuk lembaga
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan yang
bermanfaat untuk memajukan pembinaan dan pengembangan keolahragaan
nasional”.
17
Daftar Rujukan
https://decungkringo.wordpress.com/tag/perkembangan-industri-olahraga-di-
indonesia/
18