Anda di halaman 1dari 28

LANDASAN RELIGIUS DAN NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG

DALAM OLAHRAGA BOLA VOLI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kajian Pedagogik
yang Diampu Oleh: Dr. H. Babang Robandi, M.Pd. & Dr. Eka Sakti Yudha M.Pd

Oleh :
SYIFA NURHAYATI
2208861

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT , berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Landasan
Religius Dan Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Olahraga Bola Voli”. Shalawat
serta salam tercurahkan kepada paduka alam Habibana Wanabiyana Muhammad
SAW, beserta keluarga, sahabat, serta umatnya dan senantiasa setia hingga akhir
zaman.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kajian
pedagogik yang diampu oleh Dr. H. Babang Robandi, M.Pd. & Dr. Eka Sakti Yudha
M.Pd.
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan baik
dari segi bahasa, penulisan, penyusunan maupun penyampaiannya. Maka dari itu,
penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihak.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya untuk penulis
dan umumnya bagi para praktisi olahraga. Aamiin.

Bandung, Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

BAB II TEORI ........................................................................................................ 5

2.1 Landasan Religius .................................................................................... 5

2.2 Nilai-nilai dalam Olahraga Bola Voli....................................................... 8

BAB III MASALAH ............................................................................................. 15

3.1 Permasalahan Nilai-nilai Olahraga pada Cabang Bola Voli ................. 15

BAB IV SOLUSI UNTUK MASALAH .............................................................. 17

4.1 Solusi untuk Olahraga Prestasi ............................................................... 17

4.2 Solusi untuk Olahraga Pendidikan ......................................................... 19

BAB V KESIMPULAN ........................................................................................ 22

DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................... 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Olahraga pada dasarnya adalah kebutuhan setiap manusia di dalam
kehidupannya agar kondisi fisik dan kesehatannya tetap terjaga dengan baik.
Menurut Undang-undan No. 11 Tahun 2022, olahraga adalah segala kegiatan yang
melibatkan pikiran, raga, dan jiwa secara terintegrasi dan sistematis untuk
mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, sosial, dan
budaya. Menurut Renstrom & Roux 1988 dalam (Purwanto & Susanto, 2018),
olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk
memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak
(meningkatkan kualitas hidup).
Ruang lingkup olahraga meliputi 3 kegiatan, yaitu: a) olahraga pendidikan;
b) olahraga masyarakat/rekreasi; dan c) olahraga prestasi. Olahraga pendidikan
adalah kegiatan olahraga yang diselenggarakan untuk menanamkan nilai-nilai
karakter dan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan
guna membangun gaya hidup sehat aktif sepanjang hayat. Olahraga Prestasi
dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi
olahragawan dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Olahraga
Prestasi dilaksanakan melalui pembinaan dan pengembangan secara terencana,
sistematis, terpadu, berjenjang, dan berkelanjutan dengan dukungan ilmu
pengetahuan dan teknologi Keolahragaan. Olahraga masyaratakat/rekreasi adalah
olahraga yang dilakukan oleh masyarakat berdasarkan kegemaran dan kemampuan
yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat
setempat yang dilakukan secara terus-menerus untuk kesehatan, kebugaran, dan
kegembiraan.
Perkembangan olahraga di Indonesia semakin maju dan meningkat. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya kegiatan olahraga yang berkembang baik di bidang
olahraga masyarakat, maupun olahraga prestasi. Banyak masyarakat yang mulai
menyadari akan manfaat olahraga, maka kecenderungan dalam melakukan aktivitas
olahraga oleh sebagian masyarakat diarahkan untuk meningkatkan kebugaran

1
2

jasmani sedangkan yang lainnya bertujuan untuk meningkatkan prestasi. Salah satu
cabang olahraga yang dapat dimamfaatkan sebagai wahana untuk meningkatkan
kebugaran jasmani sekaligus untuk prestasi adalah olahraga bola voli. Permainan
bola voli merupakan salah satu diantara banyak cabang olahraga yang populer di
Indonesia (Achmad Zinat, 2016).
Olahraga bola voli digemari oleh masyarakat dari berbagai tingkat usia,
anak-anak, remaja dan dewasa baik pria maupun wanita. Pembinaan olahraga bola
voli di indonesia juga sudah sangat berkembang, proses pembinaannya terlihat
dengan banyaknya event yang dilaksanakan oleh pengurus cabang olahraga bola
voli dari tingkat kabupaten, provinsi dan nasional (Pakaya, Rahayu, & Ks, 2012).
Prestasi cabang olahraga bola voli untuk di kawasan Asia Tenggara saat ini sangat
disegani. Dalam perhelatan olahraga Sea Games tahun 2021 yang diselenggarakan
di Vietnam, timnas Putra Indonesia mampu meraih medali emas dan timnas Putri
meraih medali perunggu.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi
yang tinggi dalam olahraga bola voli, diantaranya adalah kondisi fisik, penguasaan
teknik dan taktik, serta mental (Husdarta, 2014). Kemampuan fisik yang baik akan
membantu pencapaiam pemain dalam menguasai teknik dalam bola voli.
Mengingat bola voli termasuk jenis olahraga banyak mengandalkan fisik maka
kondisi fisik pemain sangat penting dalam menunjang aktifitas permainan, terutama
dalam pertandingan. Pada olahraga bola voli, seorang pemain juga harus menguasai
teknik dasar yang baik, sebab hal tersebut merupakan salah satu syarat untuk
menjadi seorang pemain voli yang baik. Teknik dasar sebagaimana yang dimaksud
adalah service, passing, smash/spike, dan block. Teknik dasar bola voli ini memiliki
kontribusi yang sangat besar untuk mendukung kemenangan dalam sebuah
pertandingan. Selain itu, mental juga menjadi aspek penting dari performa seorang
atlet dalam mencapai prestasi yang tinggi karena 90% dari pertandingan olahraga
adalah bagaimana cara penguasaan mental (Ashwani Bali, 2015).
Olahraga bola voli adalah salah satu cabang olahraga yang dapat digunakan
sebagai sarana pendidikan, sebagai wahana untuk rekreasi mengisi waktu luang,
sekaligus untuk prestasi. Selain itu, banyak manfaat yang dapat diperoleh dari
olahraga bola voli diantaranya adalah meningkatkan koordinas gerak, membentuk
3

otot, meningkatkan kondisi fisik, meredakan stress, dan membakar kalori (Winarno,
Tomi, Sugiono, & Shandy, 2013). Olahraga bola voli juga dapat membentuk sikap
tubuh yang baik meliputi anatomis, fisiologis, kesehatan dan kemampun jasmani.
Manfaatnya bagi rohani yaitu kejiwaan, kepribadian dan karakter akan tumbuh ke
arah yang sesuai dengan tuntutan masyarakat (Susilowati, 2012).
Selain populer di kegiatan olahraga masyarakat dan olahraga prestasi,
olahraga bola voli juga merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang
termasuk ke dalam materi pembelajaran pokok mata pelajaran pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan (PJOK) (Murtiyono, E. Raharjo, 2015) (Irwanto, 2016).
Dalam olahraga pendidikan, olahraga bola voli di pelajari di tingkat SD, SMP,
maupun SMA. Dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah olahraga
bola voli ini bermanfaat sebagai sarana untuk pendidikan.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1, Pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya. Potensi ini mencangkup potensi jasmani dan rohani sehingga melalui
pendidikan seorang peserta didik dapat mengoptimalkan perkembangan rohaninya
agar dengan totalitas pertumbuhan fisik dan perkembangan psikisnya secara serasi
dan harmoni, dia dapat menjalankan tugas hidupnya dalam seluruh aspeknya, baik
sebagai anggota masyarakat, sebagai individu maupun sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa (Wiyani, 2012). Berdasarkan hal diatas diperlukan pendidikan
yang berkarakter dan yang berkualitas agar terciptanya karakter yang kuat sebagai
modal dalam membangun peradaban tinggi dan unggul melalui penanaman nilai-
nilai (Hidayatullah, 2010).
Pendidikan karakter di Indonesia didasarkan pada sembilan pilar karakter
dasar. Karakter dasar menjadi tujuan pendidikan karakter. Kesembilan pilar
karakter adalah: (1) cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya, (2) tanggung
jawab, disiplin dan mandiri, (3) jujur, (4) hormat dan santun (5) kasih sayang,
peduli, dan kerja sama, (6) percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah,
(7) keadailan dan kepemimpinan, (8) baik dan rendah hati, serta (9) toleransi, cinta
damai dan persatuan (Arismantoro, 2008).
4

Dalam olahraga bola voli terdapat beberapa nilai karakter salah satunya
karakter religius, religius merupakan suatu sikap dan perilaku yang taat/patuh
dalam menjalankan ajaran agama yang dipeluknya, bersikap toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, serta selalu menjalin kerukunan hidup antar
pemeluk agama lain. Religius di deskripsikan sebagai sikap dan perilaku yang patuh
dalam beribadah sesuai dengan agama yang dianunya, toleran kepada penganut
agama lainnya dan mampu hidup dengan rukun. Karakter religious sangat penting
dalam kehidupan seseorang dan menjadi sikap hidup yang mengacu pada tatanan
dan larangan sikap yang telah diatur dalam agamanya.
Olahraga bola voli juga memiliki karakter tanggung jawab, yaitu sikap dan
perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya
dilakukan,terhadap diri sendiri,masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya),
negara dan Allah Yang Maha Esa. Setiap orang harus belajar bertanggung jawab
tentang apa yang diperbuat. Selain itu, olahraga bola voli mempunyai karater kerja
keras, yaitu merupakan perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya.
Mengingat pentingnya karakter dalam membangun sumber daya manusia
(SDM) yang kuat, maka perlunya pendidikan karakter yang dilakukan dengan tepat.
Pendidikan atau pelatihan tidak cukup hanya berhenti pada memberikan
pengetahuan yang paling mutakhir, namun juga harus mampu membentuk dan
membangun sistem keyakian dan karakter kuat setiap peserta didik sehingga
mampu mengembangkan potensi diri dan menemukan tujuan hidupnya
(Hidayatullah, 2010).
BAB II
TEORI

2.1 Landasan Religius


Religius merupakan suatu keadaan dan keyakinan yang ada dalam diri
seseorang yang dapat mendorong seseorang itu bertingkah laku, bersikap, berbuat
dan bertindak sesuai dengan ajaran agama yang telah dianutnya. Agama (Religion)
berasal dari kata Latin “religio”, berarti “tie-up”. Dalam bahasa Inggris, Religion
dapat diartikan “having engaged ‘God’ atau ‘The Sacred Power’.
Secara umum di Indonesia, Agama dipahami sebagai sistem kepercayaan, tingkah
laku, nilai, pengalaman dan yang terinstitusionalisasi, diorientasikan kepada
masalah spiritual/ritual yang diterapkan dalam sebuah komunitas dan diwariskan
antar generasi dalam tradisi.
Pemahaman agama sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan
pertumbuhan kepribadian anak didik, karena pendidikan agama mempunyai dua
aspek penting yaitu :
 Aspek pertama dari pendidikan agama adalah ditujukan kepada jiwa atau
pembentukan kepribadian.
 Aspek kedua dari pendidikan agama adalah ditujukan kepada pikiran atau
pengajaran agama itu sendiri.
Ada beberapa peran agama dalam kesehatan mental, antara lain :
1) Dengan agama dapat memberikan bimbingan dalam hidup
2) Aturan agama dapat menentramkan batin.
3) Ajaran agama sebagai penolong dalam kebahagiaan hidup
4) Ajaran agama sebagai pengendali moral
5) Agama dapat menjadi terapi jiwa
6) Agama sebagai pembinaan mental
Landasan religius dalam pendidikan yaitu suatu dasar yang bersumber dari
agama. Tujuan dari landasan religius dalam pendidikan merupakan semua proses
dan hasil dari pendidikan dapat mempunyai manfaat dan makna hakiki. Agama
mengatur seluruh aspek kehidupan pemeluknya sebagai individu, anggota
masyarakat serta lingkungannya. Agama merupakan penghambaan manusia

5
6

terhadap Tuhannya. Agama bersifat dogmatis, otoriter serta imperatif sehingga


setiap pemeluknya harus mentaati aturan, nilai serta norma yang ada di dalammnya.
Aturan-aturan tersebut bersifat mengikat dan berfungsi sebagai pedoman bagi
pemeluknya untuk mencapai kebahagian yang diidamkannya. Bila aturan tersebut
dilanggar maka dampaknya bukan hanya pada individual saja tetapi juga
lingkungan sekitar.
Pembentukan manusia yang Cerdas dan Kompetitif tidak semata dilakukan
hanya dengan transfer ilmu dan pengetahuan saja tetapi juga penanaman nilai-nilai
moral yang sesuai dengan nilai dan norma yang terdapat di dalam agama. Hal ini
dilakukan agar output pendidikan yang dihasilkan tidak hanya cerdas secara ilmu
dan pengetahuan tetapi juga memiliki akhlak dan moral yang baik. Akhlak dan
moral inilah yang menjadi penyeimbang dan penggerak output pendidikan sehingga
tidak lepas control dan tidak menjadi sombong dengan hasil yang dicapainya. “Ilmu
tanpa agama adalah buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh”. (Albert Einstein).
Dalam setiap agama memiliki landasan agamis terhadap pendidikan. Karena
landasan agama terhadap pendidikan merupakan landasan yang paling mendasari
dari landasan-landasan pendidikan lainnya. (Ulfa, 2017)
Nilai-Nilai Religius diantaranya adalah:
1. Nilai Ibadah. Manusia sebagai ciptaan Tuhan mempunyai kewajiban terhadap
Tuhan dan juga sesamanya.
2. Nilai Akhlak mulia yaitu suatu sikap atau perilaku yang wajib dimiliki oleh
setiap umat muslim, baik yang hubungan kepada Allah maupun dengan
makhluk-makluk-Nya.
3. Nilai Ikhlas merupakan sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan, semata-
mata demi memperoleh ridha dari Allah SWT, dan tanpa mengharapkan
imbalan apapun dari Allah SWT, baik tertutup maupun terbuka.
4. Nilai Sabar merupakan sikap batin yang tumbuh karena kesadaran tujuan hidup
yaitu Allah.
5. Nilai Jujur. Secara harfiah, jujur berarti lurus hati, tidak berbohong, tidak
curang.
Nilai religius sangat mempengaruhi manusia dalam bertingkah laku dan
bersikap, seseorang bila tingkah laku dan sikapnya baik maka orang tersebut
7

memiliki nilai religius yang baik pula kepada agamanya. Religius sebagai
pendorong manusia dalam membangun keimanan kepada tuhan sehingga manusia
dapat selalu berbuat kebaikan dan selalu mengingat kebesaran tuhannya dan
memiliki keyakinan yang bertambah kepada tuhannya. Nilai-nilai religius memiliki
tujuan untuk mendidik dan mendorong manusia berjalan di jalan Allah, membuat
manusia berbuat baik dan meningkatkan iman hanya kepada Allah.
Religius ialah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain. Sikap religius ini dapat ditanamkan kepada anak
usia dini dengan memberikan berbagai kegiatan keagamaan untuk anak. Misalnya,
mengajarkan anak melaksanakan shalat secara bersama-sama, melatih anak berdoa
sebelum makan, dan menanamkan sikap saling menghormati terhadap teman
sebaya yang memiliki agama berbeda (Muhammad & Khorida Mualifatu, 2013).
Berdoa atau bersyukur. Berdoa merupakan ungkapan syukur secara
langsung kepada Tuhan. Ungkapan syukur dapat pula diwujudkan dalam relasi atau
hubungan seseorang dengan sesama, yaitu dengan membangun persaudaraan tanpa
dibatasi oleh suku, ras, dan golongan. Kerelaan seorang siswa memberikan ucapan
selamat hari raya kepada teman yang tidak seiman merupakan bentuk-bentuk
penghormatan kepada sesama yang dapat dikembangkan sejaka anak usia sekolah
dasar. Ungkapan syukur terhadap lingkungan alam misalnya menyiram tanaman,
membuang sampah pada tempatnya, dan memperlakukan binatang dengan baik
(Kurniawan, n.d.)
Nilai religius sangat erat kaitannya dengan nilai keagamaan karena nilai
religius bersumber dari agama dan mampu merasuk kedalam jiwa seseorang. Nilai
religius bersifa mulak dan abadi, serta bersumber pada kepercayaan dalam diri
manusia. Di dalam pancasila, karakter nilai religius terletak pada sila pertama yang
berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” (Aulia, 2016).
Karakter religius merupakan sikap atau perilaku yang dekat dengan hal-hal
spiritual, patuh melaksanakan ajaran agama yangdianutnya. Religius dapat
diartikan sebagai pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan
selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan ajaran agamanya (Wijaya, 2017).
8

Nilai religius merupakan nilai yang mendasari pendidikan karakter karena


pada dasarnya Indonesia adalah negara yang beragama. Nilai religius yang bersifat
universal sebenarnya dimiliki oleh masing-masing agama sehingga tidak akan
terjadi hegemoni agama yang dipeluk mayoritas kepada orang-orang yang memeluk
agama minoritas. Nilai religius yang akan dijadikan dalam pendidikan karakter
sangat penting karena keyakinan seseorang terhadap kebenaran nilai yang berasal
dari agama yang dipeluknya bisa menjadi moivasi kuat dalam membangun karakter
(Utami, n.d.). Dalam meningkatkan pendidikan karakter khususnya nilai karakter
religius pada anak dimulai dari kegiatan yang paling sering dilakukan anak sehari-
hari yaitu berdoa. Walaupun secara kualitas doa disejajarkan dengan setengah
ibadah wajib, tapi dari segi subtansinya doa merupakan inti dari setiap ibadah yang
kita lakukan pada sang pencipta. Hal ini membiasakan anak untuk selalu bersyukur
dengan apa yang telah dimilikinya. Secara mendasar doa merupakan penghancuran
nilai-nilai egoisme kemanusiaan yang selalu identik dengan kesombongan,
keangkuhan dan merasa bahwa setiap keberhasilan adalah jerih payah sendiri tanpa
menganggap adanya campur tangan Allah SWT sebagai zat pengatur (Noiyeni, Ali,
& Halida, 2016).

2.2 Nilai-nilai dalam Olahraga Bola Voli


Menurut (Chen & Liu, 2019), nilai-nilai yang terkandung dalam olahraga
dan pendidikan jasmani adalah sebagai berikut:
1) Motivasi untuk berperilaku positif. Nilai ini mengandung arti bahwa
pendidikan jasmani menumbuhkan sikap motivasi kepada siswa terutama
sebagai dorongan atau penggerak dalam dirinya untuk berperilaku positif di
lingkungan masyarakat.
2) Kegigihan. Kegigihan dalam pendidikan jasmani diartikan untuk memegang
teguh pendirian dalam dirinya.
(Freire, E. dos S., Marques, & Miranda, 2018) menyatakan bahwa nilai-nilai
yang ada dalam olahraga sebagai berikut:
1) Bertanggung jawab, arti nilai ini yaitu untuk kesadaran diri individu dalam
semua tingkah laku dan perbuatan yang disengaja atau tidak disengaja untuk
dipertanggung jawabkan.
9

2) Aktif Nilai ini mengandung arti bahwa individu diharapkan untuk tidak
berdiam dalam segala kegiatan yang dilaksanakan, seperti beraktivitas,
berkomunikasi, dan berdiskusi dengan yang lainnya.
3) Mampu memecahkan masalah Makna yang terkandung adalah kemampuan
individu untuk menghadapi situasi keadaan yang berada di depannya.
Lebih lanjut, pernyataan dari (Yuliawan, 2016) bahwa nilai-nilai yang
terkandung dalam pendidikan jasmani, meliputi:
1) Sportivitas
Maksud dari nilai ini adalah untuk dapat bersikap adil terhadap siapapun,
dan mau menerima hasil apapaun yang telah didapatkan.
2) Kejujuran
Nilai ini mengandung arti untuk berkata apa adanya dan menjadikan orang-
orang percaya terhadapnya.
3) Kerjasama
Kemampuan untuk saling berkoordinasi dengan sesama untuk pencapaian
tujuan yang sudah ditetapkan.
Nilai terdapat dalam melalui sebuah pembelajaran bola voli antara lain:
kerjasama, disiplin, tanggung jawab, sportivitas, Fair Play, dan kejujuran (Purwanto
& Susanto, 2018). Nilai-nilai moral ini sangat dibutuhkan untuk membekali siswa
dalam menghadapi kehidupan. Bila semua warga negara telah mampu memiliki
nilai-nilai moral di atas maka masalah besar yang menjadi akar kemunduran bangsa
Indonesia akan teratasi. Moralitas adalah kumpulan ajaran atau wacana lisan dan
tulisan, standar, atau aturan tentang bagaimana seseorang harus hidup dan bertindak
untuk menjadi orang yang baik (Kusrahmadi, 2007).Moral dapat dijadikan
pengukuran standar baik dan buruk seorang individu sebagai anggota social. Moral
merupakan suatu peraturan baik tertulisan maupun tidak, yang dijadikan
pengukuran baik dan buruknya setiap individu. Hal tersebut berlaku juga bagi para
atlet dalam bersikap. Secara lebih rinci dibawah ini akan diuraikan mengenai
penanaman nilai moral lewat pembelajaran bola voli.
1. Pembelajaran bola voli menanamkan kerjasama
Kerjasama berarti bekerja secara bersama-sama dalam mengerjakan sesuatu
untuk suatu tujuan tertentu. Dalam pembelajaran bola voli ketika bermain voli
10

maka tiap regu bisa diisi enam orang bahkan lebih sehingga tanpa adanya
kerjasama tidak akan dapat menciptakan permainan yang diharapkan bahkan
sampai kemenangan regu. Pembelajaran bola voli merupakan sebuah sarana yang
mampu menyampaikan pesan-pesan moral. Pembelajaran bola voli mampu
menumbuhkan kerjasama diantara para pemainnya. Dilihat dari segi permainan,
olahraga bola voli merupakan permainan tim sehingga kerjasama sangat
dibutuhkan. Tanpa adanya kerjasama permainan bola voli tidak akan bisa berjalan
dengan baik.
2. Pembelajaran bola voli menanamkan jiwa disiplin
Disiplin merupakan suatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seorang
terhadap peraturan . Disiplin merupakan sesuatu tata tertib yang bisa
mengendalikan tatanan kehidupan individu serta kelompok. Sedangkan ketertiban
muncul dari dalam jiwa sebab terdapatnya dorongan untuk menaati tata tertib
tersebut. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa kedisiplinan merupakan
sesuatu prilaku yang patuh pada tata tertib, adalah ketaatan pada sesuatu peraturan
ataupun sesuatu tata tertib yang adat timbulnya dari dalam jiwa. Hal tersebut sesuai
dengan kedisiplinan dalam definisi G. R Terry bahwa kedisiplinan dapat timbul
dari dalam diri sendiri yang atas dasar kerelaan (self imposet discipline) dan timbul
karena peraturan/paksaan (command discipline) Rahman, (2011 : 25-26). Menurut
(Munawaroh, 2016) menarangkan bahwa disiplin merupakan kegiatan ataupun
sikap manusia yang selalu menaati peraturan ataupun peraturan yang sudah berlaku
di daerah warga. Menurut Gie dalam (Noor, 2016) disiplin merupakan kondisi
tertib pada peraturan dimana orang-orang ataupun sekelompok orang tergabung
dalam suatu organisasi serta wajib tunduk pada aturan-aturan yang terdapat dan
berlaku.
Disiplin adalah sebuah perasaan patuh terhadap nilai yang dipercaya
termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang dirasakan menjadi tanggung
jawabnya. Dalam bola voli, sikap disiplin salah satunya dapat tercermin dengan
datang tepat waktu pada saat latihan/pertandingan, disiplin dalam melaksanakan
kegiatan latihan yang diberikan oleh pelatih, dan patuh kepada tata tertib serta
peraturan yang ada dalam olahraga bola voli.
11

3. Pembelajaran bola voli menanamkan rasa tanggung jawab


Tanggung jawab merupakan nilai moral yang sangat penting dalam
kehidupan bermasyarakat. Tanggung jawab disini merupakan sebuah tanggungan
dari perbuatan sendiri. Tanggung jawab ialah perbuatan yang penting dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari, karena tanpa tanggung jawab, maka hal yang
dilakukan akan kacau. Sebagai contoh seorang pemain bola voli yang bertugas
sebagai pengumpan apa bila ia tidak melakukan tanggung jawabnya mengumpan
bola maka tim itu akan kacau. Tanggung Tanggung jawab dalam pembelajaran
bola voli dapat ditanamkan melalui pemberian tugas kepada siswa, dalam bermain
bola voli siswa diberikan tugas sebagai pengumpan, Pemukul dan banyak lagi.
Tugas- tugas tersebut memampu mendidik anak untuk bertanggung jawab terhadap
apa yang menjadi kwajiban mereka.
4. Pembelajaran bola voli menanamkan sportivitas
Sportivitas di definisikan sebagai sikap yang ditunjukan oleh individu, sikap
hormat dan adil mau menerima orang lain apapun hasil pertandingan yang
dilakukan. Sportivitas yang ditunjukan oleh individu dalam olahraga untuk
menghormati paham dalam aturan yang berlaku dipertandingan dengan
berpartisipsi bersikap positif tidak menimbulkan sikap yang memancing lawan
atau bersikap negetif (Arifin, 2014).
5. Pembelajaran bola voli menanamkan sikap fair play
Fair Play adalah sikap jujur dalam bermain pada saat melaksanakan suatu
pertandingan. Menurut (Indra Kasih, 2009), menyebutkan bahwa “Fair play adalah
kebesaran hati terhadap lawan yang menimbulkan perhubungan kemanusian yang
akrab dan hangat dan mesra”. Fair play mengandung unsur pertandingan dan
kompetisi, yang disertai dengan kesadaran moral melalui sikap dan perilaku
(Kusrahmadi, 2007). Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa fair
play merupakan suatu kompetensi atau pertandingan untuk meraih kemenangan.
Nilai Fair Play memiliki peran penting dan bagian dari nilai olahraga,
sehingga menjadi nyawah dalam pertandingan bola voli. Nilai Fair Play dalam
pertandingan dengan baik, akan menjadikan tontonan dan tuntunan. Sikap Fair
Play harus sangat ditekankan oleh pelatih pada setiap anak didiknya. Contoh sikap
Fair Play diantaranya adalah pelatih menekankan bahwa menang atau kalah pada
12

suatu pertandingan bukanlah hal yang utama, melainkan kejujuran dan


sportifitaslah yang harus dijunjung tinggi dalam pertandingan tersebut.
6. Pembelajaran bola voli menanamkan kejujuran
Karakter utama yang menjadi nilai, harkat dan martabat seseorang adalah
sifat jujur atau kejujuran. Kejujuran merupakan salah satu nilai moral yang
hendaknya dimiliki oleh semua orang yang hidup di dunia ini sebab dengan
kejujuran kehidupan ini akan jauh lebih baik. Jujur bisa tertanam melalui sebuah
pembelajaran bola voli. Dalam permainan apa saja kejujuran merupakan nilai yang
harus dijunjung tinggi. Permainan bola voli memungkinkan dimainkan tanpa
seorang wasit atau pengadil dalam proses pembelajarannya, sehingga dari sini nilai
kejujuran sangat dibutuhkan. Bisa saja anak yang tidak jujur mengatakan bola itu
keluar padahal masuk, menyentuh net atau tidak, menginjak garis dan tidak. Serta
masih banyak lagi, sehingga pembelajaran ini memungkinkan kita menanamkan
nilai moral kepada atlet atau peserta didik.
Salah satu contoh dari bersikap jujur dalam pertandingan olahraga adalah
mengakui keunggulan tim lawan usai pertandingan. Hal ini menunjukkan
kedewasaan tim dan pemain karena secara tidak langsung sikap tersebut
menunjukkan kejujuran pada diri tim sendiri tentang pengakuan kelemahan mereka
yang menjadi tugas jajaran pelatih dan ofisial untuk dapat memperbaiki diri. Selain
itu beberapa contoh sikap jujur dalam olahraga atau fair play adalah tidak protes
dengan keputusan wasit atas pelanggaran yang terjadi dan menjalani pertandingan
tanpa bersikap curang.
Nilai-nilai Karakter menurut (Dr. Zubaedi, 2013) diantaranya adalah
sebagai berikut:
 Religius, sikap dan perilaku yang patuh dirinya dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
 Jujur, perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
 Toleransi, sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Disiplin,
13

tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai


ketentuan dan peraturan.
 Kerja Keras, perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik- baiknya.
 Kreatif, berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
 Mandiri, sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
 Demokratis, cara berpikir, brsikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
 Menghargai Prestasi, sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
 Bersahabat/Komunikatif, tindakan yang memperlihakan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
 Peduli Sosial, sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
 Tanggung Jawab, sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
dan kewajiban, yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.
Karakter individu yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila menurut Pemerintah
Republik Indonesia tentang Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa
tahun 2010-2025 (2010:22) antara lain berasal dari:
a. Karakter yang bersumber dari olah hati antara lain beriman dan bertakwa,
jujur, amanah,adil, tertib, aturan, bertanggung jawab, berempati, berani
mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik.
b. Karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain cerdas, kritis, kreatif,
inovatif, ingin tahu, produktif, berorientasi, ipteks, reflektif.
c. Karakter yang bersumber dari olahraga kinestetika antara lain bersih, dan
sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan,bersahabat, kooperatif,
determinatif, kompetitif, ceria, ulet, dan gigih.
14

d. Karakter yang bersumber dari olahraga dan karsa anatara lain kemanusiaan,
saling menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran,
nasionalis, kosmopolit (mendunia), mengutamakan kepentingan umum,
cinta tanah air(patrioti), bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia,
dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.
BAB III
MASALAH

3.1 Permasalahan Nilai-nilai Olahraga pada Cabang Bola Voli


Permasalahan mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam olahraga bola voli
saat ini adalah kurangnya penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam olahraga
bola voli itu sendiri, baik itu dalam olahraga prestasi, olahraga pendidikan, maupun
olahraga rekreasi. Dalam olahraga prestasi, tidak ada implementasi khusus dari
nilai-nilai yang terkandung dalam olahraga bola voli. Pada olahraga prestasi, pelatih
hanya menekankan pada aspek teknik, taktik dan fisik saja. Padalah peran pelatih
dalam membina moral atlet sangatlah di perlukan karena baik buruk perilaku atlet
saat di lapangan maupun di luar lapangan dipengaruh bagaimana pelatih tersebut
membina para atlet-atletnya. Banyak pelatih yang berfikiran bahwa tugas pelatih
hanya membimbing serta mengarahkan atlet untuk berprestasi dan mencapai target
latihannya. Namun, tidak hanya itu, (Purbaningrum & Wulandari, 2020)
menyatakan bahwa “pelatih merupakan seseorang yang kompeten dalam mengatur
fisik, teknik, taktik, dan mental serta menyediakan dukungan moral kepada atlet”.
Penerapan nilai-nilai yang terdapat dalam olahraga bola voli akan sulit
diterapkan didalam proses pelatihan karena kondisi atlet yang kelelahan. Pada
olahraga prestasi, pada saat proses pelatihan, pelatih hanya berfokus pada materi
latihan guna untuk pencapaian target latihan. Sehingga penanaman nlai-nilai sangat
sulit untuk diimplementasikan. Kemudian masalah yang sering didapat adalah
keterbatasan pelatih dalam penyampaian kepada atlet untuk menanamkan nilai-nilai
yang terkandung dalam olahraga bola voli.
Sama halnya dengan implementasi nilai-nilai dalam olahraga pendidikan,
sebagian besar guru belum mengimplementasikan secara khusus nilai-nilai yang
terkandung dalam olahraga. Padahal menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun
2022 Pasal 18 disebutkan bahwa: olahraga pendidikan adalah kegiatan olahraga
yang diselenggarakan untuk menanamkan nilai-nilai karakter dan memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan guna membangun gaya
hidup sehat aktif sepanjang hayat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
olahraga pendidikan harus bisa menanamkan nilai-nilai karakter yang ada dalam

15
16

olahraga sehingga peserta didik mampu menanamkan nilai-nilai tersebut dalam


kehidupan sehari-hari.
BAB IV
SOLUSI UNTUK MASALAH

4.1 Solusi untuk Olahraga Prestasi


Tidak adanya implementasi khusus nilai-nilai yang terkandung dalam
olahraga bola voli menjadi permasalahan yang timbul dalam penerapan nilai-nilai
tersebut dalam diri atlet. Hal ini disebabkan karena tidak adanya program dan
khusus dari pelatih untuk menanamkan nilai-nilai dalam olahraga kepada atletnya.
Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan dan menerapkan nilai-nilai
moral olahraga kepada atlet pada saat melaksanakan kegiatan pelatihan olahraga
bola voli, yakni pelatih harus menggabungkan dan menerapkan segala dasar
pendekatan di dalam setiap kesempatan (Weiss & Bredemeier, 1990).Menurut
(Dasopang & Montessori, 2018) menyebutkan bahwa terdapat empat bagian
pendekatan yaitu:
a) Pendekatan Penalaran Moral
Pendekatan penalaran moral menjelaskan bagaimana seorang atlet dapat
melaksanakan sebuah tindakan yang benar atau salah. Proses pengambilan
keputusan dalam bertingkah laku dan bertekad untuk meminimalisir melakukan
kesalahan merupakan bagian dari penalaran moral.
b) Pendekatan Belajar Sosial
Landasarn dasar yang dilakuakan oleh seseorang dalam membuat keputusan
moral yakni dengan cara (1) meniru dan mencotoh sesuai dengan yang dilakuakan
dan yang tidak dilakukan oleh orang lain, (2) menyadari bahwa ketika melakukan
tindakan yang baik akan menerima reward dan menerima punishment ketika
melakukan tindakan yang tidak baik, (3) menunjukan tingkah laku dan usaha
sesuai dengan teman sebayanya atau membandingkan dengan kelompok (Bandura,
1977).
c) Pendekatan Pilihan Penemuan Hasil Penelitian
Pengembangan moral dalam kontenks olahraga, yakni: (1) keyakinan moral
atau filosofis seseorang tidak ada hubungannya dengan penelitian ilmiah, (2)
banyak orang mempertanyakan kegunaan penelitian tentang moralitas, (3) dalam
menjaga perkembangan moral banyak yang merasa tidak terlepas dari peran

17
18

keluarga, masyarakat, lembaga pendidikan dan tidak berpegang teguh pada guru
dan pembina (Weiss & Bredemeier, 1990).
d) Pendekatan Perkembangan Kritis Dalam Pembangunan Moral
(Kalpirtanata, 2003), menyatakan “peran pelatih secara positif dapat
mempengaruhi perkembangan moral. Kemudian dikatakan juga bahwa, terdapat
tiga faktor utama yang harus diperhatikan pelatih dalam mengembangkan moral,
yaitu: (1) pelatih harus memainkan peranan ganda, tidak hanya unggul dalam
sebuah proses tetapi juga unggul dalam pembelajaran moral, (2) pelatih harus
menciptakan lingkungan intelektual dengan pada ide-ide-ide atlet dan pelatih harus
mendedikasikan lebih banyak menyediakan waktu untuk proses menavigasi,
mendiskusikan dan mengevaluasi ideide atlet, (3) pelatih harus mengembangkan
seperangkat tujuan yang realistis dalam proses latihan, harapan untuk hasil yang di
capai harus mengacu pada tingkat kemampuan dan keterampilan atlet”.
Implementasi Pembinaan Moral Di Lapangan
1) Pembiasaan Dalam Latihan
Pembiasaan adalah salah satu alat dalam membangun moral atlet.
Menanamkan kebiasaan pada atlet merupakan hal yang sukar dan terkadang butuh
waktu yang lama, namun jika dilakukan secara terus menerus akan terbiasa dan
menjadi kebiasaan. Oleh karena itu, pelatih harus mengenalkan atlet pada perilaku
yang baik, sehingga akan memiliki kebiasaan yang baik dan tidak ada kebiasaan
yanng buruk. Memulai latihan dengan berdo’a merupakan salah satu pembiasaan
yang perlu ditekankan. Pelatih harus dapat menunjukan bahwa berdo’a tidak hanya
sekedar berkumpul, namun berdo’a mempunyai makna tersendiri yaitu agar ilmu
yang dipelajari mudah di mengerti. selalu di berikan ketenangan dan kemudahan
saat latihan. Berdo’a juga mengajarkan atlet agar selalu ingat kepada Tuhan yang
maha menciptakan, bahwa seorang atlet tidak akan berhasil tanpa adanya campur
tangan dari Tuhan.
Pembiasaan juga diterapkan dalam bertingkah laku pada saat latihan, seperti
sopan santun, disiplin, bertutur kata yang baik, menghargai pelatih dan juga sesama
atlet. Pelatih dapat menjadi model yang paling penting serta panutan yang paling
utama dalam menerapkan pembiasaan bertingkah laku. Atlet suka meniru
karakteristik pelatih, sehingga pelatih harus berhati-hati dalam bertidak dan
19

berkata dalam menyampaikan materi, perilaku pelatih dan kebiasan pelatih


lainnya. Misalnya, tindakan yang dapat dilakukan pelatih adalah menunjukkan
contoh berpakaian yang benar saat mengajar. Hal ini akan ditiru para atlet,
sehingga menjadikan kebiasaan baik bagi mereka. Konsistensi pelatih dalam
menegakkan pembiasaan juga perlu adanya penekanan agar kebiasaan-kebiasaan
baik akan tetap dijalankan dan tidak hilang.
2) Menyusun Pedoman Dan Tata Tertib
Supaya pembinaan moral dapat terbentuk, maka pembelajaran yang
dilakukan saat latihan harus sesuai dengan pedoman tentang etika. Pedoman dan
tata tertip yang baik yakni pedoman yang dibuat bersama-sama antara pelatih dan
atlet. Pedoman dan tata tertib tersebut akan mengatur hal yang memiliki kaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran saat di lapangan maupun diluar lapangan.
Pedoman yang sudah dirancang tersebut kemudian dipatuhi dan diterapkan
bersama termasuk pelatih. Komitmen pelatih pada pedoman dan tata tertib
berpengaruh akan keberhasilan pembinaan pembentukan moral. Pelatih harus tegas
menegakan pedoman dan tata tertib tanpa berpilih kasih terhadap atlet. Seorang
atlet yang sedang dalam proses perkembangan kepribadian, tentu akan
memerlukan lingkungan klub yang tertib, tenang, teratur, tenteram akan sangat
berpengaruh dalam membangun kepribadian yang baik. Tata tertib yang berlaku
dalam klub seperti tidak boleh merokok pada saat latihan, harus ijin yang jelas
ketika tidak bisa datang latihan, dsb. Pedoman dan aturan selalu mengandung hal-
hal positif yang harus dilakukan oleh atlet, tetapi di sisi lain juga mengandung
hukuman dan sanksi yang melanggar aturan tersebut. Adanya sanksi dan hukuman
sangat penting, karena dapat memberikan dorongan serta kekuatan bagi atlet untuk
taat dan patuh. Tanpa hukuman, keinginan untuk taat dan patuh akan melemah.

4.2 Solusi untuk Olahraga Pendidikan


Dalam menerapkan nilai-nilai pada pendidikan jasmani, guru diharapkan
menetapkan seperangkat nilai inti yang dapat ditanamkan melalui pembelajaran
yang proaktif, sehingga memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk
memiliki kesempatan dan merefleksikan diri dalam memahami pembelajaran
(Vickerman & Maher, 2018). Dari hal tersebut, guru memiliki peranan penting
20

untuk menerapkan nilai-nilai yang ada kepada peserta didik untuk menjadi manusia
yang paham akan norma, agama, dan adat istiadat di lingkungan masyarakat: Ada
beberapa peranan penting untuk guru atau praktisi seperti yang disebutkan oleh
(Whitehead, Telfer, & Lambert, 2014), diantaranya:
1) Menghargai perilaku yang baik.
Aspek menghargai pada guru lebih tepatnya adalah memberikan suatu
penghargaan atau pujian untuk siswa yang memiliki perilaku baik seperti bisa
menghormati guru dan teman lainnya, memiliki sikap yang baik seperti sopan
santun dan sebagainya. Dari hal kecil tersebut, siswa merasa diperhatikan sehingga
ketika guru memberikan pembelajaran, siswa akan senang dan mengamati dengan
seksama pada pembelajaran pendidikan jasmani. Dengan itu, nilai-nilai yang
diajarkan akan mudah tersampaikan ke peserta didik.
2) Mengabaikan, atau mungkin menghukum perilaku yang tidak diinginkan.
Peran guru dalam menghukum lebih tepatnya adalah memberikan teguran
ataupun ketegasan kepada peserta didik yang menyalahi aturan dan menekankan
aturan itu untuk dipatuhi bukan dilanggar. Dengan hal tersebut, nilai-nilai
pendidikan jasmani terutama menghormati dan mentaati aturan yang ada akan
tertanam pada peserta didik, sehingga akan terbawa di lingkungan masyarakat
untuk mentaati aturan setempat.
3) Mencontohkan perilaku yang baik.
Guru adalah sosok yang ditiru oleh peserta didik. Sebagai guru harus
mencontohkan hal-hal baik yang membuat peserta didik memiliki perhatian lebih
kepada guru. Profesionalitas guru merupakan hal yang penting, baik dalam
berperilaku ataupun ketika mengajar. Ketika guru sukses dalam hal tersebut, peserta
didik akan mengagumi dan mencontoh perilaku seperti yang guru perlihatkan.
Selanjutnya, (Freire, E. dos S. et al., 2018) menyebutkan bahwa nilai-nilai dalam
pendidikan jasmani dapat tersampaikan dengan beberapa cara, seperti:
1) Penjelasan guru kepada siswa secara benar mengenai kegiatan yang akan
datang.
2) Mendemonstrasikan usulan kelas yang direncanakan. Hal ini dimaksudkan
supaya siswa mengembangkan kemampuannya dalam menentukan
21

keputusan dan untuk merefleksikan sikap dirinya baik kepada guru ataupun
teman satu kelas.
3) Membuat seperangkat aturan yang ditentukan secara kolektif.
4) Melibatkan siswa dalam memecahkan suatu permasalahan dalam
pembelajaran.
5) Mengadakan pertemuan antara guru dengan siswa untuk mengidentifikasi
masalah yang mengganggu mereka baik dari hubungan pertemanan,
keluarga, ataupun sekolah yang mengganggu individu dan kualitas kelas,
sehingga dpat mengusulkan cara untuk mengatasi permasalahan.
BAB V
KESIMPULAN

Landasan religius dalam pendidikan yaitu suatu dasar yang bersumber dari
agama. Tujuan dari landasan religius dalam pendidikan merupakan semua proses
dan hasil dari pendidikan dapat mempunyai manfaat dan makna hakiki. Religius
ialah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain. Nilai terdapat dalam melalui sebuah pembelajaran
bola voli antara lain: kerjasama, disiplin, tanggung jawab, sportivitas, Fair Play, dan
kejujuran. Untuk mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam
olahraga bola voli diperluka upaya khusus baik oleh pelatih dalam pelatihannya
maupun oleh guru dalam proses pembelajarannya.

22
DAFTAR RUJUKAN

Achmad Zinat, I. (2016). Hubungan Antara Power Otot Tungkai, Koordinasi Mata
Tangan, Dan Rasa Percaya Diri Dengan Hasil Keterampilan Open Spike Bola
Voli. Jurnal Pendidikan Unsika, 4(1), 78–90.
https://doi.org/Doi.Org/10.35706/Judika.V4i1.238
Arismantoro. (2008). Tinjauan Berbagai Aspek Character Building. Yogyakarta:
Tiara Wacana.
Ashwani Bali. (2015). Psychological Factors Affecting Sports Performance
Ashwani. International Journal of Physical Education, Sports and Health,
1(6), 92–95. https://doi.org/10.4314/sajrs.v29i2.25972
Aulia, L. R. (2016). Implementasi Nilai Religius dalam Pendidikan Karakter Bagi
Peserta Didik di Sekolah Dasar Juara Yogyakarta. Jurnal Kebijakan
Pendidikan, 5(3).
Chen, A., & Liu, X. (2019). Task values, cost, and choice decisions in college
physical education. Journal of Teaching in Physical Education, 28(2), 192–
213. https://doi.org/https://doi.org/10.1123/jtpe.28.2.192
Dasopang, M. A., & Montessori, M. (2018). Pengaruh Lingkungan dan Kebiasaan
Orangtua Terhadap Perilaku dan Sikap Moral Anak. Journal of Civic
Education, 1(2), 222–237.
Dr. Zubaedi. (2013). Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Freire, E. dos S., Marques, B. G., & Miranda, M. L. de J. (2018). Teaching values
in physical education classes: the perception of Brazilian teachers. Sport,
Education and Society, 23(5), 449–461.
https://doi.org/https://doi.org/10.1080/13573322.2016.1213715
Hidayatullah, M. F. (2010). Pendidikan Karakter Membangun Peradaban Bangsa.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Husdarta. (2014). Psikologi Olahraga. Bandung: Alfabeta.
Irwanto, E. (2016). Metode Pembelajaran Dan Modifikasi Bola Pada Proses
Pembelajaran Bolavoli. Jurnal Pendidikan Olahraga, 5(2), 102–118.
Kalpirtanata, J. (2003). PARADIGMAPENDIDIKAN JASMANI YANG

23
24

BERKARAKTER.
Kurniawan, S. (n.d.). Pendidikan Karakter. Pontianak: Direktur Program
Pascasarjana (PPs.) STAIN Pontianak.
Muhammad, F., & Khorida Mualifatu, L. (2013). Pendidikan Karaketr Anak Usia
Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Munawaroh, S. (2016). Perilaku Disiplin dan Kejujuran Generasi Muda di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: BPNP.
Murtiyono, E. Raharjo, H. (2015). Meningkatkan Hasil Belajar Bola Voli Mini
Melalui Tutor Sebaya Siswa Sekolah Dasar. Journal of Physical Education,
Sport, Health and Recreation, 4(2), 1613–1620. Retrieved from
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/peshr
Noiyeni, H., Ali, M., & Halida. (2016). Peningkatan Pendidikan Karakter Religius
Melalui Sikap Berdoa Pada Anak Usia 5-6 Tahun. Jurnal PG-PAUD FKIP
Universitas Tanjungpura Pontianak.
Noor, R. M. (2016). The Hidden Curriculum Membangun Karakter Melalui
Kegiatan Ekstrakurikuler. Yogyakarta: Insan Mandiri.
Purwanto, S., & Susanto, E. (2018). Nilai-nilai karakter dalam pendidikan jasmani.
UNY Press.
Susilowati, A. I. (2012). Penggunaan Bola Plastik untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Passing Bawah pada Permainan Bola Voli pada Siswa Kelas IV SD
Negeri 01 Kalitorong Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang Tahun
2012. Universitas Negeri Semarang.
Undang-undan No. 11 Tahun 2022. (2022). Undang-undan Nomor 11 Tahun 2022
Tentang Keolahragaan.
Utami, A. T. (n.d.). Pelaksanaan Nilai Religius dalam Pendidikan Karakter di SD
Negeri 1 Kutowinangun Kebumen. Universitas Negeri Yogyakarta.
Vickerman, P., & Maher, A. (2018). Teaching Physical Education to Children with
Special Educational Needs and Disabilities. London: Routledge.
https://doi.org/https://doi.org/10.4324/9781351206150
Weiss, & Bredemeier. (1990). Moral Development in sport.
Whitehead, J., Telfer, H., & Lambert, J. (2014). Values in youth sport and physical
education. Sports Coaching Review, 3(2).
25

https://doi.org/https://doi.org/10.1080/21640629.2015.1035162
Wijaya, B. A. (2017). Peran Guru dalam Membentuk Karakter Religius Siswa
Kelas 4 SD Al-Firdaus Surakarta Tahun 2017/2018,. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Winarno, M. E., Tomi, A., Sugiono, I., & Shandy, D. (2013). Teknik Dasar Bermain
Bola Voli. Malang: Universitas Negeri Malang.
Wiyani, N. A. (2012). Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Taqwa. Yogyakarta:
Teras.
Yuliawan, D. (2016). Pembentukan Karakter Anak Dengan Jiwa Sportif Melalui
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jurnal SPORTIF : Jurnal
Penelitian Pembelajaran, 2(1), 101–112.
https://doi.org/https://doi.org/10.29407/js_unpgri.v2i1.661

Anda mungkin juga menyukai