Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ISU-ISU KRITIS DALAM OLAHRAGA

DOSEN PENGAMPU:
Disusun oleh:
Dr, Fahrizal, M.pd
Kelompok 6

1. Sri Nadira Gandhi


2. Nur Alim Syamsuddin
3. Muh Reyhan Hidayat
Tholib
4. Muh Rifaldi

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. karena atas berkat rahmat dan hidayahnyalah
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul “Isu-isu Kritis Dalam
Olahraga”.

Terselesaikan tugas ini tidak terlepas dari peranan dan dukungan baik moril
maupun materi dari berbagai pihak. Rasa terima kasih yang tidak terhingga kami
sampaikan kepada:

1. Allah SWT yang telah memberi petunjuk, kemudahan dan anugerah yang tidak
ternilai kepada kami (kelompok enam)

2. Bapak Dr, Fahrizal, M.pd : Selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah Sosiologi Penjas
dan Olahraga yang telah mengajarkan, memberitahu cara-cara/langkah-langkah nya dll.

Kami telah berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan kami agar
pembuatan/penyusunan makalah ini selesai dengan baik dan benar, baik bentuk maupun
isinya.

Kami menyadari bahwa laporan yang saya buat ini masih jauh dari sempurna ,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih
semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat, bagi kelompok kami maupun
pembaca. Dan semoga Allah SWT senantiasa meridhohi segala usaha kita.

Makassar,20 Oktober 2023

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... .i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... .ii

BAB I PENDAHULIAN ................................................................................................... .1

1.1 Latar belakang ................................................................................................... .1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. .3
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. .3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... .3

A. Isu- Isu Olahraga ............................................................................................... .4


B. Gender dan Sosialisasi Olahraga ..................................................................... .4
C. Agresi dalam Olahraga.......................................................................................6
D. Pengaruh Penonton dan Perilaku Massal............................................................7
E. Pemanduan dalam Bakat Olahraga.....................................................................8

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 10

Kesimpulan ............................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prestasi olahraga merupakan hasil optimal yang dicapai oleh seorang olahragawan (atlet)
atau sekelompok orang (tim/regu) dalam bentuk kemampuan dan keterampilan dalam
menyelesaikan tugas-tugas, baik dalam kompetisi beregu maupun individu. Usaha latihan yang
maksimal dan terstuktur dapat memberikan hasil yang maksimal dalam prestasi olahraga. UU
No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional ialah olahraga prestasi dilaksanakan
melalui proses pembinaan dan pengembangan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan
dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. UU RI Nomor 3 Tahun 2005
tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bab VII pasal 21 ayat 2 dan 3, Pembinaan dan
pengembangan olahraga prestasi dilaksanakan dan diarahkan untuk mencapai prestasi olahraga
pada tingkat daerah, nasional, dan internasional yang dilakukan oleh induk organisasi cabang
olahraga tingkat pusat maupun pada tingkat daerah. Untuk pelaksanaan pengembangan prestasi
pengorganisasian adalah salah satu cara untuk dapat melakukan pembinan yang sistematis dan
terstruktur. Melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 95 tahun 2017 tentang
peningkatan prestasi olahraga nasional, Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional adalah
kegiatan untuk menciptakan atlet berprestasi dalam rangka mencapai target medali di kejuaraan
maupun pekan olahraga tingkat internasional. Selain itu, pemerintah pusat melalui UUD RI
nomor 3 tahun 2015 tentang sistem keloahragaan menekankan pemerintah kabupaten/kota
melaksanakan perencanaan, pembinaan, pengembangan, penerapan standardisasi, dan
penggalangan sumber daya keolahragaan yang berbasis keunggulan lokal. Proses pembinaan
dan pengembangan dilakukan salah satunya dengan menyelengarakan kompetisi secara
berjenjang dan berkelanjutan, di tambah dengan adanya lembaga-lembaga keolahragaan di
Indonesia dapat memberikan upaya untuk meningkatkan prestasi olahraga.

Sarana prasarana olahraga adalah semua sarana prasarana olahraga yang meliputi semua
lapangan dan bangunan olahraga beserta perkengkapannya untuk melaksanakan program
kegiatan olah raga (Seminar Prasarana Olah Raga Untuk Sekolah dan Hubungannya dengan
Lingkungan 1978). Sarana prasarana olahraga adalah sumber daya pendukung yang terdiri dari

1
segala bentuk jenis bangunan/tanpa bangunan yang digunakan untuk perlengkapan
olahraga. Sarana prasarana olahraga yang baik dapat menunjang pertumbuhan masyarakat
yang baik. Prasarana olaharaga secara umum berarti segala sesuatu yang merupakan penunjang
terselengaranya suatu proses (usaha atau pembangunan). Dalam olah raga prasarana
didefinisikan sesuatu yang mempermudah atau memperlancar tugas dan memiliki sifat yang
relatif permanen (Soeparnoto, 2000: 5). Dari definisi tersebut dapat disebutkan beberapa
contoh prasarana olaharaga ialah, stadion sepakbola, stadion atletik dan lain-lain. Gedung
olahraga merupakan prasarana berfungsi serba guna yang secara berganti-ganti dapat
diguankan untuk pertandingan beberapa cabang olahraga.

Sarana olahraga adalah terjemahan dati “facilities”, yaitu sesuatu yang dapat digunakan
dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani (Soeparnoto,
2000: 5). Sarana olahraga dapat di bedakan menjadi dua kelomppok yaitu: 1. Peralatan
(apparatus), ialah sesuatu yang digunakan, contoh: peti lincat, palang tungggal, palang sejajar,
gelang gelang, kuda-kuda dan lain-lain. 2. Perlengkapan (device),yaitu : - Sesuatu yang
melengkapi kebutuhan prasarana, misalnya: net, bendera untuk tanda, garis batas dan lain-lain.
- Sesuatu yang dapat dimainkan atau dimanipulasi dengan tangan atau kaki misalnya; bola,
raket, pemukul, dan lain lain. Seperti halnya prasarana olahraga, sarana yang dipakai dalam
kegiatan olahraga memiliki ukuran standard. Kegiatan olah raga memerlukan ruang untuk
bergerak. Kebutuhan ruang untuk bergerak itu ditentukan dengan standar ruang perorangan.
Sarana prasarana olah raga paling sedikit atau minimal disesuaikan dengan kondisi masyarakat
yang berolah raga itu sendiri. Sehingga disini kunci dan tujuan sarana prasarana adalah
sehingga media olah raga yang diharapkan dengan adanya sarana penunjang kegiatan olah raga
berjalan dengan baik. Sehingga masyarakat dapat menikmati olahraga dengan baik dan
optimal. Sarana prasarana olahraga merupakan modal utama dalam penyelenggaraan kegiatan
olahraga, melalui peningkatan ketersediaan fasilitas olahraga yang berkualitas baik dan
memadai dalam artian harus disesuaikan dengan standar keutuhan ruang perorangan. Fungsi
sarana dan prasarana olahraga adalah sebagai pendukung pelaksanan suatu kegiatan terutama
dalam pengajaran olahraga. Manfaat sarana dan prasarana olahraga adalah dapat meningkatkan
kualitas kesehatan dengan pemakaian alat dan tempat olahraga dengan benar.

2
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian isu-isu olahraga?


2. Apa yang dimaksud dengan gender dan sosialisasi olahraga?
3. Apa saja agresi dalam olahraga?
4. Apa saja teori dalam pengaruh penonton dan perilaku massal?
5. Apa yang dimaksud pemanduan dalam bakat olahraga?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengertian isu-isu olahraga.


2. Untuk mengetahui pengertian gender dan sosialisasi olahraga.
3. Untuk mengetahui agresi dalam olahraga.
4. Untuk mengetahui teori dalam pengaruh penonton dan perilaku massal.
5. Untuk mengetahui pemanduan dalam bakat olahraga.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Isu-Isu Olahraga
Isu-isu olahraga adalah persoalan-persoalan yang terkait dengan olahraga baik itu
olahraga prestasi, kesehatan, maupun rekreasi. Isu-isu olahraga dapat diperoleh dengan
melihat berbagai faktor yang terkait dengan olahraga, seperti faktor kesehatan, prestasi,
sarana prasarana, pola asuh, dan kedudukan atlet dalam keluarga. Selain itu, isu-isu
olahraga juga dapat didekati sesuai dengan daur hidup manusia, yaitu dalam rahim, usia
dini, usia sekolah, usia mahasiswa, dan bahkan usia lanjut. Beberapa isu spesifik dalam
konteks olahraga antara lain motivasi untuk berprestasi, stabilitas emosi, dan fungsi
kognisi pada tingkat yang tinggi. Isu-isu olahraga juga dapat menciptakan dan
membentuk masalah sosial, seperti kesenjangan dalam pemahaman dan komunikasi
antara penonton dan atlet, pengucilan beberapa bagian dari populasi yang mungkin
menerima olahraga, dan penggambaran negatif atlet dalam olahraga. Selain itu,
olahraga juga memiliki dampak pada masyarakat, seperti meningkatkan tingkat minat
dan partisipasi dalam olahraga, meningkatkan profil olahraga di benak masyarakat
umum, dan mempengaruhi tingkat kompetisi atletik. Dalam pendidikan jasmani, isu-
isu olahraga juga terkait dengan nilai-nilai seperti penipuan, sportivitas, dan etika.

B. Gender dan Sosialisasi


Menurut Wrangham dan Peterson (Martin&Nikos, 2005, hlm. 200) dalam dunia
olahraga bahwa pria lebih mungkin untuk terlibat dalam perilaku agresif daripada
wanita. Eagly dan Chaiken (Martin&Nikos, 2005, hlm. 200) menambahkan bahwa pria
lebih mungkin untuk mengekspresikan sikap dan keyakinan agresif. Perbedaan -
perbedaan ini telah dikaitkan dengan peningkatan kadar androgen (hormon seks) pada
laki - laki, gagasan bahwa agresi memiliki manfaat evolusioner dalam menunjukkan
dominasi dan status, dan sosialisasi yang cenderung agresif terjadi pada pria selama
proses perkembangan. Menurut Tucker dan Taman (Martin&Nikos, 2005, hlm 200),
dalam olahraga, mayoritas, tindakan agresif terlihat pada kompetisi tim yang dilakukan
oleh atlet laki - laki, dan tampaknya lebih memungkinkan untuk mendukung agresi

4
dalam olahraga daripada wanita. Stephens dan Bredemeier (Martin&Nikos, 2005, hlm.
201) menyebutkan bahwa gadis - gadis muda telah diarahkan untuk mengekspresikan
perilaku moral yang lebih baik dalam partisipasi olahraga, namun studi menunjukkan
bahwa perempuan juga mendukung tindakan agresif terhadap lawan jika norma
kelompok mendukungnya.

Seperti yang dijelaskan dalam teori identitas sosial dalam olahraga yang
menjelaskan bahwa kelompok dapat mempengaruhi perilaku individu dalam kelompok
tersebut. Teori ini mengandaikan bahwa individu mengorbankan identitas mereka
sendiri dan menganggap keyakinan bersama, sikap, dan harapan kelompok yang
kompleks dan pola individual perilaku seperti prasangka dan agresi terhadap tim
olahraga lainnya. Dalam teori identitas sosial, sikap pribadi individu digantikan oleh
sikap bersama dengan kelompok. Setiap individu dalam kelompok akan menganggap
keyakinan, penilaian, dan pola perilaku bersama oleh anggota kelompok
lainnya. Mereka melakukan hal itu karena harga diri mereka terikat dengan
keanggotaan mereka dalam kelompok.

Dalam kasus asumsi identitas sosial, pernyataan konsep diri akan mencerminkan atribut
dan nilai - nilai yang orang tanamkan dalam kelompok dimana mereka berada. Dalam
rangka mempertahankan rasa positif diri, anggota kelompok harus mengalami rasa
saling memiliki dengan kelompok, memiliki kepentingan yang sama dan memiliki
kebutuhan untuk menerima dukungan berkelanjutan. Hal tersebut menyebabkan self-
stereotip dimana seorang individu dalam kelompok atau orang mengkategorikan
dirinya sebagai bagian dari kelompok. Ini merupakan hasil dari self-categorization
diantara anggota kelompok yang sesuai dengan perilaku normatif yaitu perilaku yang
diterima untuk kelompok. Proses self-categorization dipenuhi oleh suatu proses
perbandingan sosial dimana orang membentuk penilaian tentang anggota kelompoknya
sendiri, didalam kelompok, atau luar kelompok. Proses perbandingan ini membentuk
dasar prasangka antar kelompok, dimana harga diri dianggap sebagai alasan utama
prasangka tersebut berkembang. Hal ini karena harga diri anggota kelompok terikat
dengan keanggotaan kelompok mereka, dan ketika kelompok terancam oleh orang lain,
maka ancaman tersebut dipandang sebagai ancaman bagi harga diri. Dalam rangka
mempertahankan rasa positif harga diri, anggota kelompok cenderung penuh semangat
5
membela kelompok mereka dalam kepentingan menjaga rasa positif diri melalui
kelompok. Hal tersebut dapat mengakibatkan eskalasi agresi dan menampilkan
kekerasan terhadap anggota luar kelompok dan tanpa moderasi yang tepat, dapat
mengakibatkan adegan konfrontasi dan kekerasan.

C. Agresi dalam Olahraga


Dalam dunia olahraga terutama olahraga yang body contact sering mengalami
agresi. Baik itu agresi yang baik, maupun agresi yang buruk. Weinberg (2011, hlm.
538) menjelaskan agresi yang baik misalnya, bergegas kembali ke posisi setelah bola
voli lepas atau memasang pundak lebih rendah ketika menuju akan memasukan bola ke
ring, dan agresi yang buruk misalnya adalah, melakukan pelanggaran seperti mencolok
pemain lawan pada permainan bola basket. Menurut Baron dan Richardson (Weinberg,
2011, hlm.538) psikolog mendefinisikan agresi sebagai setiap bentuk perilaku yang
diarahkan menuju tujuan menyakiti atau melukai makhluk hidup lain yang termotivasi
untuk menghindari pengobatan tersebut. Agresi tersebut dapat berupa fisik maupun
psikologis. Gill dan Williams (Weinberg, 2011, hlm.538) menyebutkan empat kriteria
agresi sebagai berikut:
1. Mengenai perilaku
2. Melibatkan bahaya atau cedera
3. Melibatkan niat
4. Diarahkan kepada organisme hidup

Sedangkan menurut Husman dan Silva (Martin&Nikos, 2005, hlm. 194)


menyebutkan ada dua kriteria dalam agresi yaitu agresi bermusuhan dan intrumental.
Agresi bermusuhan tujuan utamanya adalah untuk menimbulkan cedera atau bahaya
psikologis pada orang lain. Sedangkan agresi intrumental adalah niat menyakiti orang
lain tapi masih mampu dimediasi karena memikirkan keselamatan individu atau timnya
dari sanki. Agresi intrumental cenderung kurang spontan dan belum tentu dipicu oleh
peningkatan kadar gairah atau kemarahan. Namun, tetap saja, agresi bermusuhan dan
instrumental keduanya melibatkn maksud untuk melukai dan membahayakan dan
sering tidak bisa dibedakan secara jelas. Untuk mengurangi tindakan agresi maka perlu
memahami terlebih dahulu mengenai penyebab terjadinya agresi. Para psikolog

6
membagi empat teori yang menjelaskan penyebab terjadinya agresi (Weinberg, 2011,
hlm. 540) sebagai berikut:

1. Teori naluri, menjelaskan bahwa orang memiliki naluri bawaan untuk menjadi
agresif (Gill, 2000)
2. Teori frustasi-agresi, menjelaskan bahwa agresi merupakan akibat langsung dari
frustasi yang terjadi karena hambatan atau kegagalan tujuan (Dollard, Dood, Miller,
Mowrer, & Sears, 1939)
3. Teori social learning, menjelaskan agresi sebagai perilaku bahwa orang belajar
melalui pengamatan orang lain yang memodelkan perilaku tertentu, diikuti dengan
menerima dan melakukan tindakan serupa.
4. Teori Revised Frustration-Aggresion, memadukan unsur-unsur asli hipotesis
frustasi-agresi dengan teori pembelajaran sosial. Meskipun frustasi tidak selalu
menyebabkan agresi, peningkatan kemungkinan agresi bisa dari akibat peningkatan
gairah, kemarahan, dan pikiran lain serta emosi (Baron&Richardso, 1994, Berkowitz,
1993).

D. Pengaruh Penonton dan Perilaku Massal


Seperti disebutkan sebelumnya, teori social learning memprediksi bahwa
pengamatan kekerasan mungkin memiliki pengaruh pada orang lain. Seperti halnya
penonton atau suporter mempengaruhi penampilan atlet atau performa atlet yang
mempengaruhi keadaan emosional penonton. Menurut Khairun (2012) kehadiran
penonton, fans, atau suporter bisa berpengaruh baik atau buruk terhadap penampilan
atlet saat bertanding. Bagi atlet yang belum sepenuhnya terampil, prestasi umumnya
menurun di hadapan penonton. Sedangkan pada atlet top yang berpengalaman dan
sangat menguasai keterampilannya, prestasi umumnya tidak dipengaruhi bahkan dapat
meningkat dihadapan penonton. Bagi atlet-atlet yang akan bertanding di event besar
dan belum memiliki pengalaman, untuk membiasakan diri, dan tidak mengalami stress
atau frustasi yang berlebihan, dapat melakukan latihan di depan penonton yang
jumlahnya banyak.

Dalam olahraga kompetitif, penonton biasanya bukan observer yang pasif,


mereka mengidentifiksi secara aktif terhadap tim mereka. Keterlibatan mereka
7
biasanya sopan dan suportif, tetapi perkembangan sekarang kasus kekerasan diantara
penonton olahraga meningkat. Para psikolog kemudian menguji teori katarsis untuk
menjelaskan keadaan penonton setelah menonton suatu pertandingan olahraga. Secara
umum peneliti menemukan bahwa tingkat agresi penonton tinggi setelah
mengobservasi suatu pertandingan olahraga (Weinberg, 2011, hlm. 544). Untuk
meminimalisir dan mengendalikan kekerasan akibat agresi penonton yang tinggi ini,
Weinberg (2011, hlm. 550) menggunakan beberapa strategi sebagai berikut:

1. Mengembangkan kebijakan pengendalian alkohol yang ketat atau melarang alkohol


untuk penonton di kompetisi olahraga.
2. Menghukum penonton segera untuk tindakan agresif misalnya menendang mereka
keluar.
3. Ketika anda menyewa para official, permohonan orang yang anda kenal tidak akan
mentolerir agresi dilapangan.
4. Informasikan kepada pelatih bahwa menampilkan agresi dalam pertandingan tidak
akan ditoleransi.
5. Bekerja dengan media untuk menyampaikan pentingnya tidak memuliakan tindakan
agresi dalam bidang olahraga.

E. Pemanduan Bakat Olahraga


Komarudin (2014) menjelaskan konsep pemanduan bakat olahraga merupakan
potensi seseorang untuk berprestasi dalam cabang olahraga tertentu, karena dalam
dirinya terdapat ciri - ciri yang dapat dikembangkan dan pra kondisi yang menunjang
keberhasilan. Tujuan pemanduan bakat ini adalah untuk mengidentifikasi calon atlet
berpotensi, memilih cabang olahraga yang sesuai dengan potensi serta minatnya, dan
memperkirakan peluangnya untuk berhasil dalam program pembinaannya, sehingga
dapat mencapai prestasi yang diharapkan setiap kompetisi.
Khairun (2012) menjelaskan secara umum faktor-faktor yang diperlukan atlet
berprestasi untuk segala jenis olahraga:
1. Motivasi untuk berprestasi
2. Stabilitas emosi
3. Fungsi kognisi (intelegensi) pada tingkat yang memadai
4. Sikap dan minat yang menunjang partisipasi dalam olahraga
8
Penjelasan Khairun sesuai dengan Mac Namara et al, (2008), Kamil et. al. (2006), dan
Daniel Gould (2001) yang mengatakan bahwa karakteristik psikologis atlet untuk
menuju performa terbaik yaitu, motivation, commitment, goal-setting, quality practice,
imagery, realistic performance evaluatiom, coping under pressure, dan social
skills (Komarudin, 2014, Slide. 6).

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Agresi merupakan perilaku yang diarahkan kepada tujuan menyakiti atau melukai
makhluk hidup lain. Tindakan yang disebut sebagai agresi harus memenuhi 4 kriteria
yaitu: harus menjadi perilaku yang sebenarnya, harus melibatkan bahaya dan cedera,
harus diarahkan kepada makhluk hidup lain, dan harus melibatkan niat. Penyebab
agresi dijelaskan melalui 4 teori yaitu: teori naluri, frustasi-agresi, social learning, dan
teori frustasi-agresi yang direvisi.

Agresi tidak hanya terjadi diantara atlet atau pelatih, tetapi juga terjadi diantara
atlet dan penonton serta antara penonton dan penonton. Akibat dari agresi ini dapat
memicu kerusakan fisik dan mental atau sebaliknya. Jika akibat dari agresi adalah
negatif, maka diperlukan suatu solusi untuk menanganinya. Solusi tersebut berupa
sanksi atau hukuman yang tegas agar pelaku agresi merasa takut.

10
DAFTAR PUSTAKA

Google. (2016). Agresi dalam olahraga. Diakses dari: http://riyobarcelonista.


wordpress.com/2013/04/29/agresi-dalam-olahraga/
Google. (2016). Formasi Pertandingan Sepak Bola. Diakses dari: http://famdom.
id/analisis/taktik/2016/09/analisis-pertandingan-manchester-united-1-2-manchester-city/
Google. (2016). Psikologi Olahraga. Diakses dari: http://staff.unila.ac.id/
khairunnisa/2012/01/17/psikologi-olahraga/
Weinberg, Robert. S., & Gould, D. (2011). Foundation of Sport and Exercise Psychology. Human
Kinetics: United States.

11

Anda mungkin juga menyukai