DOSEN PENGAMPU:
Disusun oleh:
Dr, Fahrizal, M.pd
Kelompok 6
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. karena atas berkat rahmat dan hidayahnyalah
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul “Isu-isu Kritis Dalam
Olahraga”.
Terselesaikan tugas ini tidak terlepas dari peranan dan dukungan baik moril
maupun materi dari berbagai pihak. Rasa terima kasih yang tidak terhingga kami
sampaikan kepada:
1. Allah SWT yang telah memberi petunjuk, kemudahan dan anugerah yang tidak
ternilai kepada kami (kelompok enam)
2. Bapak Dr, Fahrizal, M.pd : Selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah Sosiologi Penjas
dan Olahraga yang telah mengajarkan, memberitahu cara-cara/langkah-langkah nya dll.
Kami telah berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan kami agar
pembuatan/penyusunan makalah ini selesai dengan baik dan benar, baik bentuk maupun
isinya.
Kami menyadari bahwa laporan yang saya buat ini masih jauh dari sempurna ,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih
semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat, bagi kelompok kami maupun
pembaca. Dan semoga Allah SWT senantiasa meridhohi segala usaha kita.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
Kesimpulan ............................................................................................................ 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prestasi olahraga merupakan hasil optimal yang dicapai oleh seorang olahragawan (atlet)
atau sekelompok orang (tim/regu) dalam bentuk kemampuan dan keterampilan dalam
menyelesaikan tugas-tugas, baik dalam kompetisi beregu maupun individu. Usaha latihan yang
maksimal dan terstuktur dapat memberikan hasil yang maksimal dalam prestasi olahraga. UU
No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional ialah olahraga prestasi dilaksanakan
melalui proses pembinaan dan pengembangan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan
dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. UU RI Nomor 3 Tahun 2005
tentang Sistem Keolahragaan Nasional Bab VII pasal 21 ayat 2 dan 3, Pembinaan dan
pengembangan olahraga prestasi dilaksanakan dan diarahkan untuk mencapai prestasi olahraga
pada tingkat daerah, nasional, dan internasional yang dilakukan oleh induk organisasi cabang
olahraga tingkat pusat maupun pada tingkat daerah. Untuk pelaksanaan pengembangan prestasi
pengorganisasian adalah salah satu cara untuk dapat melakukan pembinan yang sistematis dan
terstruktur. Melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 95 tahun 2017 tentang
peningkatan prestasi olahraga nasional, Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional adalah
kegiatan untuk menciptakan atlet berprestasi dalam rangka mencapai target medali di kejuaraan
maupun pekan olahraga tingkat internasional. Selain itu, pemerintah pusat melalui UUD RI
nomor 3 tahun 2015 tentang sistem keloahragaan menekankan pemerintah kabupaten/kota
melaksanakan perencanaan, pembinaan, pengembangan, penerapan standardisasi, dan
penggalangan sumber daya keolahragaan yang berbasis keunggulan lokal. Proses pembinaan
dan pengembangan dilakukan salah satunya dengan menyelengarakan kompetisi secara
berjenjang dan berkelanjutan, di tambah dengan adanya lembaga-lembaga keolahragaan di
Indonesia dapat memberikan upaya untuk meningkatkan prestasi olahraga.
Sarana prasarana olahraga adalah semua sarana prasarana olahraga yang meliputi semua
lapangan dan bangunan olahraga beserta perkengkapannya untuk melaksanakan program
kegiatan olah raga (Seminar Prasarana Olah Raga Untuk Sekolah dan Hubungannya dengan
Lingkungan 1978). Sarana prasarana olahraga adalah sumber daya pendukung yang terdiri dari
1
segala bentuk jenis bangunan/tanpa bangunan yang digunakan untuk perlengkapan
olahraga. Sarana prasarana olahraga yang baik dapat menunjang pertumbuhan masyarakat
yang baik. Prasarana olaharaga secara umum berarti segala sesuatu yang merupakan penunjang
terselengaranya suatu proses (usaha atau pembangunan). Dalam olah raga prasarana
didefinisikan sesuatu yang mempermudah atau memperlancar tugas dan memiliki sifat yang
relatif permanen (Soeparnoto, 2000: 5). Dari definisi tersebut dapat disebutkan beberapa
contoh prasarana olaharaga ialah, stadion sepakbola, stadion atletik dan lain-lain. Gedung
olahraga merupakan prasarana berfungsi serba guna yang secara berganti-ganti dapat
diguankan untuk pertandingan beberapa cabang olahraga.
Sarana olahraga adalah terjemahan dati “facilities”, yaitu sesuatu yang dapat digunakan
dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani (Soeparnoto,
2000: 5). Sarana olahraga dapat di bedakan menjadi dua kelomppok yaitu: 1. Peralatan
(apparatus), ialah sesuatu yang digunakan, contoh: peti lincat, palang tungggal, palang sejajar,
gelang gelang, kuda-kuda dan lain-lain. 2. Perlengkapan (device),yaitu : - Sesuatu yang
melengkapi kebutuhan prasarana, misalnya: net, bendera untuk tanda, garis batas dan lain-lain.
- Sesuatu yang dapat dimainkan atau dimanipulasi dengan tangan atau kaki misalnya; bola,
raket, pemukul, dan lain lain. Seperti halnya prasarana olahraga, sarana yang dipakai dalam
kegiatan olahraga memiliki ukuran standard. Kegiatan olah raga memerlukan ruang untuk
bergerak. Kebutuhan ruang untuk bergerak itu ditentukan dengan standar ruang perorangan.
Sarana prasarana olah raga paling sedikit atau minimal disesuaikan dengan kondisi masyarakat
yang berolah raga itu sendiri. Sehingga disini kunci dan tujuan sarana prasarana adalah
sehingga media olah raga yang diharapkan dengan adanya sarana penunjang kegiatan olah raga
berjalan dengan baik. Sehingga masyarakat dapat menikmati olahraga dengan baik dan
optimal. Sarana prasarana olahraga merupakan modal utama dalam penyelenggaraan kegiatan
olahraga, melalui peningkatan ketersediaan fasilitas olahraga yang berkualitas baik dan
memadai dalam artian harus disesuaikan dengan standar keutuhan ruang perorangan. Fungsi
sarana dan prasarana olahraga adalah sebagai pendukung pelaksanan suatu kegiatan terutama
dalam pengajaran olahraga. Manfaat sarana dan prasarana olahraga adalah dapat meningkatkan
kualitas kesehatan dengan pemakaian alat dan tempat olahraga dengan benar.
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Isu-Isu Olahraga
Isu-isu olahraga adalah persoalan-persoalan yang terkait dengan olahraga baik itu
olahraga prestasi, kesehatan, maupun rekreasi. Isu-isu olahraga dapat diperoleh dengan
melihat berbagai faktor yang terkait dengan olahraga, seperti faktor kesehatan, prestasi,
sarana prasarana, pola asuh, dan kedudukan atlet dalam keluarga. Selain itu, isu-isu
olahraga juga dapat didekati sesuai dengan daur hidup manusia, yaitu dalam rahim, usia
dini, usia sekolah, usia mahasiswa, dan bahkan usia lanjut. Beberapa isu spesifik dalam
konteks olahraga antara lain motivasi untuk berprestasi, stabilitas emosi, dan fungsi
kognisi pada tingkat yang tinggi. Isu-isu olahraga juga dapat menciptakan dan
membentuk masalah sosial, seperti kesenjangan dalam pemahaman dan komunikasi
antara penonton dan atlet, pengucilan beberapa bagian dari populasi yang mungkin
menerima olahraga, dan penggambaran negatif atlet dalam olahraga. Selain itu,
olahraga juga memiliki dampak pada masyarakat, seperti meningkatkan tingkat minat
dan partisipasi dalam olahraga, meningkatkan profil olahraga di benak masyarakat
umum, dan mempengaruhi tingkat kompetisi atletik. Dalam pendidikan jasmani, isu-
isu olahraga juga terkait dengan nilai-nilai seperti penipuan, sportivitas, dan etika.
4
dalam olahraga daripada wanita. Stephens dan Bredemeier (Martin&Nikos, 2005, hlm.
201) menyebutkan bahwa gadis - gadis muda telah diarahkan untuk mengekspresikan
perilaku moral yang lebih baik dalam partisipasi olahraga, namun studi menunjukkan
bahwa perempuan juga mendukung tindakan agresif terhadap lawan jika norma
kelompok mendukungnya.
Seperti yang dijelaskan dalam teori identitas sosial dalam olahraga yang
menjelaskan bahwa kelompok dapat mempengaruhi perilaku individu dalam kelompok
tersebut. Teori ini mengandaikan bahwa individu mengorbankan identitas mereka
sendiri dan menganggap keyakinan bersama, sikap, dan harapan kelompok yang
kompleks dan pola individual perilaku seperti prasangka dan agresi terhadap tim
olahraga lainnya. Dalam teori identitas sosial, sikap pribadi individu digantikan oleh
sikap bersama dengan kelompok. Setiap individu dalam kelompok akan menganggap
keyakinan, penilaian, dan pola perilaku bersama oleh anggota kelompok
lainnya. Mereka melakukan hal itu karena harga diri mereka terikat dengan
keanggotaan mereka dalam kelompok.
Dalam kasus asumsi identitas sosial, pernyataan konsep diri akan mencerminkan atribut
dan nilai - nilai yang orang tanamkan dalam kelompok dimana mereka berada. Dalam
rangka mempertahankan rasa positif diri, anggota kelompok harus mengalami rasa
saling memiliki dengan kelompok, memiliki kepentingan yang sama dan memiliki
kebutuhan untuk menerima dukungan berkelanjutan. Hal tersebut menyebabkan self-
stereotip dimana seorang individu dalam kelompok atau orang mengkategorikan
dirinya sebagai bagian dari kelompok. Ini merupakan hasil dari self-categorization
diantara anggota kelompok yang sesuai dengan perilaku normatif yaitu perilaku yang
diterima untuk kelompok. Proses self-categorization dipenuhi oleh suatu proses
perbandingan sosial dimana orang membentuk penilaian tentang anggota kelompoknya
sendiri, didalam kelompok, atau luar kelompok. Proses perbandingan ini membentuk
dasar prasangka antar kelompok, dimana harga diri dianggap sebagai alasan utama
prasangka tersebut berkembang. Hal ini karena harga diri anggota kelompok terikat
dengan keanggotaan kelompok mereka, dan ketika kelompok terancam oleh orang lain,
maka ancaman tersebut dipandang sebagai ancaman bagi harga diri. Dalam rangka
mempertahankan rasa positif harga diri, anggota kelompok cenderung penuh semangat
5
membela kelompok mereka dalam kepentingan menjaga rasa positif diri melalui
kelompok. Hal tersebut dapat mengakibatkan eskalasi agresi dan menampilkan
kekerasan terhadap anggota luar kelompok dan tanpa moderasi yang tepat, dapat
mengakibatkan adegan konfrontasi dan kekerasan.
6
membagi empat teori yang menjelaskan penyebab terjadinya agresi (Weinberg, 2011,
hlm. 540) sebagai berikut:
1. Teori naluri, menjelaskan bahwa orang memiliki naluri bawaan untuk menjadi
agresif (Gill, 2000)
2. Teori frustasi-agresi, menjelaskan bahwa agresi merupakan akibat langsung dari
frustasi yang terjadi karena hambatan atau kegagalan tujuan (Dollard, Dood, Miller,
Mowrer, & Sears, 1939)
3. Teori social learning, menjelaskan agresi sebagai perilaku bahwa orang belajar
melalui pengamatan orang lain yang memodelkan perilaku tertentu, diikuti dengan
menerima dan melakukan tindakan serupa.
4. Teori Revised Frustration-Aggresion, memadukan unsur-unsur asli hipotesis
frustasi-agresi dengan teori pembelajaran sosial. Meskipun frustasi tidak selalu
menyebabkan agresi, peningkatan kemungkinan agresi bisa dari akibat peningkatan
gairah, kemarahan, dan pikiran lain serta emosi (Baron&Richardso, 1994, Berkowitz,
1993).
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agresi merupakan perilaku yang diarahkan kepada tujuan menyakiti atau melukai
makhluk hidup lain. Tindakan yang disebut sebagai agresi harus memenuhi 4 kriteria
yaitu: harus menjadi perilaku yang sebenarnya, harus melibatkan bahaya dan cedera,
harus diarahkan kepada makhluk hidup lain, dan harus melibatkan niat. Penyebab
agresi dijelaskan melalui 4 teori yaitu: teori naluri, frustasi-agresi, social learning, dan
teori frustasi-agresi yang direvisi.
Agresi tidak hanya terjadi diantara atlet atau pelatih, tetapi juga terjadi diantara
atlet dan penonton serta antara penonton dan penonton. Akibat dari agresi ini dapat
memicu kerusakan fisik dan mental atau sebaliknya. Jika akibat dari agresi adalah
negatif, maka diperlukan suatu solusi untuk menanganinya. Solusi tersebut berupa
sanksi atau hukuman yang tegas agar pelaku agresi merasa takut.
10
DAFTAR PUSTAKA
11