Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SEJARAH PENDIDIKAN JASMANI

DISUSUN OLEH :
Yoga :21190142
Melky: 21190127
Evan: 21190125
Frandika: 21190139
Ferdi: 2119014

PROGRAM STUDI PENDIDKAN JASMANI


FAKULTAS KEGURUAN ILMU DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat-Nya yang
telah dilimpahkan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “sejarah Pendidikan jasmani” .

Dalam menyelesaikan makalah ini. Kelompok kami banyak mendapat


bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,dalam kesempatan ini
kami ingin menyampaikan terima kasih kepada Dosen mata kuliah yang telah
memberikan tugas mengenai “sejarah pendidikan jasmani ” sehingga
pengetahuan kami makin bertambah dan hal ini sangat bermanfaat bagi kami di
kemudian hari.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini sangat jauh dari


kesampurnaan, namun demikian telah memberikan manfaat bagi kami . Akhir
kata berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran
yang bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati.

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................2

Daftar Isi ...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................4
B. Rumusan Masalah ............................................................................5
C. Tujuan ................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Jasman................................................................6


B. Konsep Pendidikan Jasmani yang Dahulu/Lama....................................9
C. Konsep Pendidikan Jasmani yang Sekarang/Baru..................................11
D. Pengembangan Pendidikan Jasmani
dan Olahraga di Indonesia.......................................................................12
E. Strategi Pengembangan Pendidikan Jasmani di Indonesia.....................14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Merupakan suatu kehormatan bagi pemakalah untuk dapat
mengemukakan pendapatnya dibidang Sejarah Pendidikan Jasmani di
Indonesia, yang memang dewasa ini dianggap sangat penting. Namun kiranya
tidak mudah untuk menulis suatu sejarah dalam suatu makalah yang terbatas
tempatnya. Lain kalau itu dituliskan berupa buku teks untuk dapat dikaji oleh
para mahasiswa maupun ahli yang lain. Namun untuk memenuhi permintaan
fihak panitya penyelenggara maka makalah ini akan dicoba untuk disusun.
Sebagaimana diketahui sejarah itu mempunyai arti yang penting bagi
semua bidang ilmu termasuk ilmu pendidikan dan pendidikan jasmani. Atas
permintaan fihak panitya istilah yang digunakan adalah pendidikan jasmani.
Sebenarnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggunakan istilah
pendidikan jasmani dan olahraga sebagai suatu bidang ilmu tersendiri seperti
tertera pada U.U. R.I. No. Tahun 2003 , Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dan itu adalah wajar karena UNESCO (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa
mengenai Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan) dimana Indonesia juga
tergabung didalamnya, menggunakan istilah Pendidikan Jasmani dan olahraga
dalam satu kata. (UNESCO Charter on Physical Education and Sport, 1970).
Setiap krisis yang berulang dalam masyarakat memberikan dorongan
yang segar pada studi sejarah pendidikan (termasuk pendidikan jasmani,
tentunya) dan filsafat. Laju rentetan peristiwa-peristiwa besar mempercepat
akan minat pada masa lampau. Sekolah-sekolah hanya akan berfungsi secara
efektif sebagai agen kemajuan masyarakat hanya jikalau mereka
menyesuaikan diri pada peradapan yang sedang berubah. Masalah yang
dihadapi pendidikan dewasa ini adalah merupakan hasil dari suatu evolusi
sejarah yang cukup lama. Suatu visi pada masa mendatang tergantung pada
suatu pemahaman dan interpretasi yang cerdas dari keadaan masa lampau.
Tidak seorangpun mengharap untuk menghargai pendidikan jasmani yang
terkini , tanpa suatu konsep dari kekuatan sosial (social forces), kondisi ,

4
gerakan, dan filsafat yang muncul pada masa lampau , guna membentuk
institusi pada masa sekarang. (Van Dalen, and Bennet, 1971).
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang melibatkan interaksi
antara peserta didik dengan lingkunganya yang dikembangkan melalui aktivitas
jasmani untuk meningkatkan keterampilan motorik dan mengembangkan nilai-
nilai yang mencakup aspek kognitif, afektif, serta nilai-nilai sosial seperti
saling menghargai, kerjasama, berkompetisi dengan sehat, tidak kenal lelah,
dan pantang menyerah. Pendidikan jasmani lebih mengutamakan untuk
memperoleh pengalaman gerak yang lebih banyak sehingga siswa dapat
menambah tabungan gerak yang bermanfaat bagi kehidupannya. Pendidikan
jasmani beroriantasi pada pembudayaan gerak bagi peserta didik sehingga
kebugaran jasmani dapat tercapai. Pendidikan jasmani tidak dapat disamakan
dengan pendidikan olahraga.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari pendidikan jasmani?


2. Apa konsep pendidikan jasmani yang dahulu/lama?
3. Apa konsep pendidikan jasmani yang sekarang/baru?
4. Bagaimana pengembangan pendidikan jasmani di Indonesia?
5. Apa strategi pengembangan pendidikan jasmani di Indonesia?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari pendidikan jasmani.


2. Mengetahui konsep pendidikan jasmani yang dahulu/lama.
3. Mengetahui konsep pendidikan jasmani yang sekarang/baru.
4. Memahami pengembangan pendidikan jasmani di Indonesia.

5
BAB II
SEJARAH PENJAS DI INDONESIA

A. Pengertian Pendidikan Jasman

Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan dengan


menggunakan aktivitas fisik, permainan, dan olahraga sebagai sarana untuk
mencapai tujuan pendidikan. J.B Nash dalam Simanjutkan berpedapat bahwa
pendidikan jasmani sebagai sebuah aspek dari proses pendidikan keseluruhan
dengan menggunakan/ menekankan pada aktivias fisik yang mengembangkan
fitness, fungsi organ tubuh, control neuro-muscular, kekuatan intelektual dan
pengendalian emosi. (Simanjutkan & dkk, 2010). Pendidikan jasmani
merupakan pendidikan yang melibatkan interaksi antara peserta didik dengan
lingkunganya yang dikembangkan melalui aktivitas jasmani untuk
meningkatkan keterampilan motorik dan mengembangkan nilai-nilai yang
mencakup aspek kognitif, afektif, serta nilai-nilai sosial seperti saling
menghargai, kerjasama, berkompetisi dengan sehat, tidak kenal lelah, dan
pantang menyerah. Pendidikan jasmani menjadi pondasi untuk mencapai
tujuan pendidikan.

1. Sejarah Pendidikan Jasmani Tahun 1955/1966


Mendekati tahun 1960, situasi di tanah air memanas dengan adanya
pergolakan Di Sumatra Utara, Sumatra Barat , Sumatra Selatan dan
Sulawesi Utara. Setelah pergolakan dapat diselesaikan dengan baik
Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 1959, untuk kembali ke
Undang-Undang Dasar tahun 1945. Tahun 1961 Indonesia ditetapkan
menjadi penyelenggara Asian Games IV Tahun 1962, di Jakarta. Bung
Karno selaku Presiden R.I. mengambil alih persiapan penyelenggaraan AG
IV. Dibentuk DAGI (Dewan Asian Games Indonesia) yang mengambil
alih peran KOI dan Induk-Induk organisasi cabang olahraga dalam semua
persiapannya. Komplek Gelora Bung Karno dibangun, pelatih luar negeri
didatangkan, dan pemerintah menanggung semua dana dan fasilitas untuk

6
kepentingan Asian Games IV. Hasilnya AG IV sukses dalam arti prestasi
dan penyelenggaraan. Indonesia menduduki ranking II setelah Jepang.
Namun Kesuksesan Indonesia berakhir tragis, dengan disekores dari Asian
Games Federation dan dari IOC, sebagai akibat Indonesia tidak
mengundang Israel dan Taiwan. Bung Karno marah besar dan
memerintahkan Indonesia keluar dari International Olynpic Committee
(IOC) serta memerintahkan membuat Games of the New Emerging Forces
atau GANEFO pada tahun 1963 di Jakarta. Pada saat itu dimulai babak
baru dalam perjalanan sejarah pendidikan jasmani di sekolah dan
universitas. Kebijakan yang diambil pemerintah adalah sbb. :
1) Fakultas Pendidikan Jasmani , atau jurusan pendidikan Jasmani di FKIP
dilebur dalam suatu Sekolah Tinggi Olahraga (STO) yang berdiri
sendiri.Semula STO Pusat hanya di Jakarta, sedangkan didaerah
merupakan cabang dari Jakarta. Namun dalam perkembangannya STO
daerah, Bandung, Semarang, Yogya, Solo, Surabaya, Medan, Padang,
Makasar dan Menado, menjadi STO yang berdiri sendiri.
2) Sekolah Guru Pendidikan Jasmani yang berjumlah kurang lebih 50
buah dijadikan Sekolah Menengah Olahraga.
3) Dibentuk Departemen Olahraga dalam kabinet,serta menempatkan STO
dan SGO dibawah Departemen Olahraga.
4) Mata pelajaran Pendidikan Jasmani di sekolah menjadi mata pelajaran
olahraga.
5) Semua daya dan dana dipersiapkan untuk menyelenggarakan GANEFO
I dan yang terakhir, pada tahun 1963.
6) Ganefo berjalan dengan sukses dan IOC, AGF, dan organisasi olahraga
internasional merasa khawatir.
7) Jepang sebagai tuan rumah Olympic Games Tokyo tahun 1964, mersa
khawatir akan diboykot oleh peserta GANEFO yang mayoritas teerdiri
dari negara-negara Asia, Afrika dan Amerika Latin
8) Pada tahun 1965 terjadi peristiwa G30S yang menggemparkan
Indonesia.

7
9) Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Suharto mengambil alih
kepemimpinan Presiden Suukarno. Maka dimulailah babak baru yaitu
permulaan orde baru, yang kemudian diteruskan oleh orde Reformasi
dari tahun 1998 sampai sekarang
2. Sejarah Pendidikan Jasmani Tahun 1966 hingga sekarang.
Pada permulaan orde baru Departemen olahraga dijadikan
Direktorat Jenderal Olahraga dibawah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Demikian juga Sekolah Tinggi Olahraga dijadikan Fakultas
Pendidikan Olahraga dan Kesehatan dan digabungkan pada Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP). Sedangkan Sekolah Menengah
Olahraga Atas (SMOA) dijadikan Sekolah Guru Olahraga (SGO). Dengan
kebijakan baru dari pemerintah Orde Baru yang mengharuskan pendidikan
guru harus mengambil mata kuliah di level perguruan tinggi, maka SGO
dan SGA diintegrasikan ke IKIP. Kebijakan tentang olahraga dan
pendidikan jasmani disekolah digariskan oleh pemerintah sbb.
1. Pada Pasal 37, U.U.R.I. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, mengatakan sbb.
(1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat :
a. pendidikan agama;
b. pendidikan kewargtanegaraan;
c. bahasa;
d. matematika;
e. ilmu pengetahuan alam;
f. illmu pengetahuan sosial;
g. seni dan budaya;
h. pendidikan jasmani dan olahraga;
i. ketrampilan / kejuruan; dan
j. muatan lokal.

8
B. Konsep Pendidikan Jasmani yang Dahulu/Lama

Merupakan konsep yang bersifat otoriter, guru merupakan sumber dari


segala sesuatu yang berhubungan dengan pengajaran baik dari pembuatan RPP
dan Silabus serta dalam proses pembelajaran yang cenderung memaksa siswa
secara terus menerus yang dapat mengakibatkan siswa kurang aktif, kurang
kreatif dan manjadi lebih manja sehingga siswa tidak mandiri pada saat berada
di tingkat yang lebih tinggi. Hal ini juga dipengaruhi oleh sejarah
pengembangan Pendidikan Jasmani di masa lampau.
Jika kita melihat pada perspektif sejarah, maka dapat dimaklumi
bahwa kualitas pendidikan jasmani di Indonesia dalam bentuknya yang
sekarang. Melihat konteks sejarah perkembangan pendidikan jasmani dan
olahraga nasional kita, dapat diduga bahwa telah terjadi perubahan anggapan
Pendidikan jasmani di masa lalu, yang terjadi pada tahun 60-an. Kala itu, para
pendahulu bangsa kita mencoba memanfaatkan olahraga sebagai alat strategis
dan sekaligus politis untuk keluar dari rasa rendah diri sebagai bangsa yang
baru merdeka setelah sekian abad terjajah. Keyakinan yang berkembang adalah
bahwa olahraga dapat menjadi bukti bahwa bangsa kita memiliki potensi dan
kemampuan yang sama dengan bangsa lain, yang ditunjukkan melalui bisa
berkiprahnya bangsa Indonesia dalam berbagai event olahraga regional dan
internasional. Anggapan tersebut pada akhirnya mempengaruhi keyakinan
dalam pelaksanaan Pendidikan Jasmani di Sekolah.
Dengan kepercayaan tersebut, penjas di sekolah-sekolah bukan lagi
sebagai alat pendidikan, melainkan menjadi alat untuk membantu gerakan
olahraga sebagai penegak bangsa, agar lebih banyak lagi bibit-bibit atlet yang
bisa dipersiapkan. Akibatnya, seperti yang dapat kita saksikan sekarang, Dikjas
kita lebih bernuansa pelatihan olahraga daripada sebagai proses sosialisasi dan
mendidik anak melalui olahraga. Demikian kuatnya keyakinan dalam bentuk
pelatihan olahraga dalam Penjas kita, sehingga dewasa ini keyakinan tersebut
masih kuat digenggam oleh para guru Pendidikan Jamani. Dalam kondisi

9
demikian, pembelajaran sering berubah menjadi aktivitas yang dalam kategori
program yang tidak membantu perkembangan peserta didik melalui latihan.
Dengan keyakinan yang salah tersebut, program olahraga dalam
pelajaran pendidikan jasmani lebih menekankan pada pembibitan atlet usia
dini. Alasannya cukup jelas, penggunaan olahraga di sekolah bukanlah
dipandang sebagai alat pedagogis, melainkan lebih dihargai sebagai alat
sosialisasi olahraga kepada siswa. Sebagai konsekuensinya, ruang lingkup
pendidikan jasmani menjadi menyempit seolah-olah terbatas pada program
memperkenalkan anak pada cabang olahraga. Ketika guru menggeser pola
pembelajaran menjadi pola pelatihan, maka tugas gerak dan ukuran
keberhasilannya pun bergeser menjadi keterampilan dengan kriteria yang kaku
dan tidak disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak. Seperti yang
dijelaskan (Mahendra, 2006) secara tidak disadari, profil guru Penjas pun
berubah dari yang semula santun dan bersifat mengasuh, bergeser menjadi
profil keras dan angker serta menyepelekan kepribadian anak. Dalam kondisi
tersebut, guru hanya menetapkan satu kriteria keberhasilan, yaitu ketika
gerakan yang dilakukan anak sesuai dengan teknik dasar yang sudah
dibakukan. Hanya sedikit anak yang biasanya mampu menguasai keterampilan
dengan kriteria tersebut, sehingga anak yang lain masuk ke dalam kelompok
yang gagal. Akibatnya, dalam proses pembelajaran, anak akan lebih banyak
merasakan pengalaman gagal daripada pengalaman berhasil. Hal ini menjadi
ancaman serius bagi pembelajaran pendidikan jasmani.
Ancaman malpraktek program pendidikan jasmani di sekolah
nampaknya semakin potensial dalam masa-masa pengimplementasian
kurikulum Penjas 2004, yang juga disebut sebagai Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Mayoritas guru Penjas hingga kini masih belum mengetahui
secara menyeluruh tentang pengertian dan implementasi KBK dalam
prakteknya. Demikian juga kasusnya dengan Kurikulum 2006 atau yang lebih
dikenal sebagai Standard Isi atau KTSP. Di samping hanya memasukkan
materi kesehatan ke dalam ruang lingkupnya, standar isi inipun adalah sebagai

10
kurikulum imitasi dari KBK. Tidak ada pembaharuan apapun di dalamnya, di
samping lebih memepeluas kemungkinan kebingungan di antara guru-guru.

C. Konsep Pendidikan Jasmani yang Sekarang/Baru

Selama ini masih banyak para guru pendidikan jasmani yang


menggunakan metode pembelajaran pendidikan jasmani dengan menggunakan
metode pelatihan olahraga dalam kegiatan pembelajaran. Dalam metode
pelatihan olahraga lebih menekankan pada keterampilan gerak yang bertujuan
untuk meguasai gerak sebaik mungkin untuk menghasilkan prestasi yang
tinggi. Dalam metode ini tujuan pendidikan jasmani secara keseluruhan tidak
akan tercapai dengan baik. Karena banyak aspek dari tujuan pendidikan
jasmani yang terabaikan dan tidak dikuasai oleh anak didik.
Pendidikan jasmani ada karena dalam pendidikan di sekolah, anak perlu
aktivitas-aktivitas yang berdampak pada kebugaran jasmani yang dimana tidak
didapatkan pada mata pelajaran lain. Anak perlu aktivitas fisik yang sehat dan
teratur yang didapat baik di sekolah maupun di rumah dalam kehidupan sehari-
hari. Pendidikan jasmani membekali anak didik untuk dapat melakukan
kegiatan tersebut di masyarakat serta mengetahui pentingnya aktivitas fisik
bagi kesehatan.
Pendidikan jasmani juga mengembangkan keterampilan gerak anak.
Selain itu peningkatan kecakapan gerak yang benar, efektif, dan otomatis dapat
menunjang kelancaran anak dalam kehidupan sehari-hari. Melalui standar
kompetensi yang terdapat pada pendidikan jasmani diharapakan anak didik
memiliki tingkat kebugaran jasmani yang tinggi. Materi-materi yang disajikan
dalam pendidikan jasmani juga diharapkan dapat meningkatkan kedisiplinan,
penetapan tujuan yang realistis, kerjasama tinggi, jiwa kepemimpinan,
melakukan tindakan yang berguna, mengurangi stress, dan memperkuat
hubungan antar teman pada peserta didik. Aktivitas fisik yang dilakukan dalam
penjasorkes juga betujuan untuk selalu menghindari sikap atau tindakan yang
ekstrim (moderat) pada anak didik.

11
Melalui aktivitas fisik yang dilaksanakan di sekolah diharapkan
dilaksanakan juga oleh anak didik dimasyarakat. Karena melalui aktivitas fisik
yang dilakukan, diharapkan dapat mengurangi timbulnya beberapa penyakit
seperti penyakit jantung koroner, hipertensi, kanker usus, diabetes melitus dan
masalah obesitas. Keterlibatan semua anak didik dalam kegiatan pendidikan
jasmani , diharapkan dapat meningkatkan keyakinan diri untuk terus terlibat
dalam olahraga yang rutin.
Guru juga harus menerapkan urutan kurikulum yang direncanakan
secara progresif untuk membangun dan mengembangkan pengalaman baru.
Selain itu fasilitas dan perlengkapan harus memadai dalam setiap kegaitan
pembelajaran pendidikan jasmani dan disesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak. Selain itu pelaksanaan kegiatan pembelajaran haruslah
menyenangkan anak didik agar pengembangan afektif, kognitif, psikomotor,
dan fisik dapat berlangsung bersamaan. Pengenalan semua gerakan pada masa
usia perkembangan menentukan kecakapan anak dalam membuat keputusan
tentang olahraga yang mereka senangi pada saat dewasa.
D. Pengembangan Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Indonesia
Salah satu pertanyaan yang sering diajukan oleh guru-guru penjas
belakangan ini adalah: "Apakah pendidikan jasmani?" Pertanyaan yang cukup
aneh ini justru dikemukakan oleh pihak yang paling berhak menjawab
pertanyaan tersebut. Hal ini mungkin terjadi karena pada waktu sebelumnya
guru itu merasa dirinya bukan sebagai guru pendidikan jasmani, melainkan
guru pendidikan olahraga. Perubahan pandangan itu terjadi menyusul
perubahan nama mata pelajaran wajib dalam kurikulum pendidikan di
Indonesia, dari mata pelajaran pendidikan olahraga dan kesehatan (orkes)
dalam kurikulum 1984, menjadi pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan
(penjaskes) dalam kurikulum1994. Akibatnya sebagian besar guru menganggap
bahwa perubahan nama itu tidak memiliki perbedaan, dan pelaksanaannya
dianggap sama. Padahal kedua istilah di atas sungguh berbeda, sehingga
tujuannya pun berbeda pula. Pertanyaannya, apa bedanya pendidikan olahraga
dengan pendidikan jasmani?

12
Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau
permainan dan olahraga. Di dalamnya terkandung arti bahwa gerakan,
permainan, atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk
mendidik. Mendidik apa ? Paling tidak fokusnya pada keterampilan anak. Hal
ini dapat berupa keterampilan fisik dan motorik, keterampilan berpikir dan
keterampilan memecahkan masalah, dan bisa juga keterampilan emosional dan
sosial. Karena itu, seluruh kegiatan pembelajaran dalam mempelajari gerak dan
olahraga di atas lebih penting dari pada hasilnya. Dengan demikian, bagaimana
guru memilih metode, melibatkan anak, berinteraksi dengan murid serta
mengutamakan interaksi murid dengan murid lainnya, harus menjadi
pertimbangan utama.
Sedangkan pendidikan olahraga adalah pendidikan yang rnembina anak
agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada murid diperkenalkan
berbagai cabang olahraga agar mereka menguasai keterampilan berolahraga.
Yang ditekankan di sini adalah hasil dari pembelajaran itu, sehingga metode
pengajaran serta bagaimana anak menjalani pembelajarannya yang ditekankan
pada tujuan yang ingin dicapai. Perbedaan inilah yang terkadang menjadi
kesalahan dalam mengartikan pendidikan jasmani.
Yang sering terjadi pada pembelajaran pendidikan jasmani adalah bahwa
guru kurang memperhatikan kemampuan dan kebutuhan murid. Jika siswa
harus belajar bermain sepak bola, mereka belajar keterampilan teknik sepak
bola secara langsung. Teknik-teknik dasar dalam pelajaran demikian lebih
ditekankan, sementara tahapan tugas gerak yang disesuaikan dengan
kemampuan anak kurang diperhatikan, kejadian tersebut merupakan salah satu
kelemahan dalam pendidikan jasmani kita. Anak yang sudah terampil biasanya
dapat menjadi contoh, dan anak yang belum terampil belajar dari mengamati
demonstrasi temannya yang sudah mahir tadi. Dalam salah satu gaya mengajar
memang menekankan pada kegiatan tersebut tapi dalam pelaksanaannya masih
menitikberatkan pada penguasaan teknik dasar bukan pada proses yang dijalani
siswa. Namun sebenarnya pendidikan jasmani kita diharapkan tidak seperti
yang di atas.

13
Pendidikan jasmani tentu tidak bisa dilakukan dengan cara demikian.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang terencana dan bertahap yang
perlu dibina secara hati-hati dalam waktu yang diperhitungkan. Bila orientasi
pelajaran pendidikan jasmani adalah agar anak menguasai keterampilan
berolahraga, misalnya sepak bola, guru akan lebih menekankan pada
pembelajaran teknik dasar dengan kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan.
Dalam hal ini, guru tidak akan memperhatikan bagaimana agar setiap anak
mampu melakukannya, sebab cara melatih teknik dasar yang bersangkutan
hanya dilakukan dengan cara tunggal. Beberapa anak mungkin bisa mengikuti
dan menikmati cara belajar yang dipilih guru tadi. Tetapi sebagian lain merasa
selalu gagal, karena bagi mereka cara latihan tersebut terlalu sulit, atau terlalu
mudah. Anak-anak yang berhasil akan merasa puas dari cara latihan tadi, dan
segera menyenangi permainan sepak bola. Lain lagi dengan anak-anak lain
yang kurang berhasil? Mereka akan serta merta merasa bahwa permainan sepak
bola terlalu sulit dan tidak menyenangkan, sehingga mereka tidak menyukai
pelajaran dan permainan sepak bola tersebut. Apalagi ketika mereka
melakukan latihan yang gagal tadi, mereka selalu diejek oleh teman-teman
yang lain atau bahkan. Anak-anak dalam kelompok gagal ini biasanya
mengalami perasaan negatif. Akibatnya, anak tidak bisa berkembang dan anak
cenderung menjadi anak yang rendah diri. Namun hal tersebut dapat diatasi
melalui pembelajaran pendidikan jasmani yang lebih efektif.

E. Strategi Pengembangan Pendidikan Jasmani di Indonesia

Pendidikan jasmani dalam pelaksanaannya harus tersusun rapi dalam


sebuah program yang sistematis dan berkelanjutan. Program tersebut
diharapkan mampu memenuhi kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan
kebugaran dan menambah tabungan gerak. Karena itu dibutuhkan strategi
pengembangan yang mencakup beberapa aspek sebagai berikut:

1. Kembangkan program yang menekankan pada penyediaan pengalaman


gerak yang disenagi peserta didik dalam jangka waktu yang panjang.

14
Program tersebut dapat diterapkan dalam bentuk permainan-permainan
yang menyenangkan sehingga peserta didik lebih antusias yang tingga
terhadap pembelajaran. Dengan antusiasme peserta didik dalam belajar
gerak maka pengalaman gerak yang dirasakan akan semakain bervariasi.
Misalnya materi lompat tidak perlu diberikan teknik melompat yang benar
namun dapat melalui permainan lompat kardus sehingga siswa akan
merasa tidak terbebani dengan tugas yang mereka berikan. Karena itu,
jangan memberikan materi yang mengharuskan siswa menguasai materi
tersebut tetapi anak bisa memperoleh pengalaman gerak yang lebih
banyak.
2. Bantulah siswa untuk menguasai keterampilan gerak dan kembangkan
penilaian diri yang positif bahwa siswa dapat menguasai keterampilan
tersebut. Biarkan siswa melakukan sesuai kemampuan yang dimiliki dan
jangan memberikan patokan yang terlalu memberatkan bagi siswa. Siswa
yang belum mampu melakukan jangan dipaksakan untuk bisa. Bantus
siswa tersebut dengan pentahapan gerak dan pengulangan yang lebih
banyak. Sebagai contoh, bagaimana melakukan pemanasan yang benar
sebelum berlatih, bagaimana melakukan stretching yang aman dan efektif;
atau bagaimana memainkan suatu cabang olahraga dengan memuaskan
dan mendatangkan kesenangan.
3. Berikan kesempatan yang lebih luas dan merata sehingga semua semua
siswa merasakan setiap kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran
secara adil. Kesempatan yang diberikan kepada setiap siswa harus sama
sehingga mereka tidak merasa di bedakan dengan siswa lain. Program
yang diterapkan jangan memberikan kesempatan yang lebih pada siswa
yang mampu melakukan karena hal tersebut dapat menimbulkan rasa
kurang percaya diri pada siswa yang belum mampu melakukan.
Kesempatan yang ada diusahakan agar siswa memanfaatkannya dengan
baik sehingga penyusunan program yang baik sangat diperlukan oleh guru
dalam pelaksanaannya agar kesempatan yang diberikan tidak di gunakan
dengan percuma oleh siswa.

15
4. Berilah program yang dalam pelaksanaanya siswa belajar keterampilan-
keterampilan yang bermanfaat dalam kehidupannnya sehingga program
yang diberikan bukan hanya untuk kepentingan jasmani, seperti
kebugaran, tetapi juga untuk perkembangan sosial, dan keterampilan yang
diperlukan untuk menjalani kehidupannnya (berbasis life skill) sehingga
siswa mengaplikasikan kegiatan yang mereka lakukan dalam pembelajaran
ke dalam kehidupan sehari-harinya. Keterampilan itu antara lain,
mengatasi masalah, memotivasi diri, meredam emosi, merencanakan
sesuatu, dan lain-lain.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan
pendidikan jasmani masih mengarah pada pelaksanaan pendidikan olaharaga
sehingga lebih menekankan pada penguasaan teknik dasar padahal yang
sebenarnya adalah pendidikan jasmani lebih menekankan pada pemberian
pengalaman gerak pada peserta didik. Selain itu pendidikan jasmani lebih
menitikberatkan pada pembudayaan gerak sehingga nantinya kegiatanya dapat
diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
B. Saran
Dari uraian di atas diharapkan penyelenggaraan pendidikan jasmani
tidak disamakan dengan latihan olahrga yang menekankan pada penguasan
teknik dasar karena siswa akan merasa bosan dengan kegiatan yang sifatnya
baku. Diharapkan pendidikan jasmani kedepannya bisa menyesuaikan dengan
kebutuhan siswa untuk menambah pengalaman gerak dan menambah tabungan
gerak. Dengan memahami konsep baru dan pengembangan pendidikan jasmani
diharapkan pendidikan jasmani dapat menjadi sarana yang paling efektif untuk
membudayakan gerak kepada peserta didik sehingga dapat aktivitas dalam
pendidikan jasmani diaplikasikan di kehidupan nyata. Pada akhirnya
diharapkan dengan makalah ini dapat menjadi rujukan yang mendukung dalam
menjadikan pendidikan jasmani kearah penyesuaian dengan konteks saat ini.

17
DAFTAR PUSTAKA
Simanjutkan, v. G., & dkk. (2010). Pendidikan Jasmani dan kesehatan. Jakarta:
Dikti.
Husdarta H. J. S., 2009. Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung. Penerbit
Alfabeta Bandung.
Lutan, Rusli. 2001. Mengajar Pendidikan Jasmani Pendekatan Pendidikan Gerak
Di Sekolah Dasar. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional
DIJDASMEN.
Mahendra, Agus, dkk. (2006). Implementasi Movement-Problem-Based Learning
Sebagai Pengembangan Paradigma Reflective Teaching Dalam
Pendidikan Jasmani: Sebuah Community-Based Action Research Di
Sekolah Menengah Di Kota Bandung. Laporan Penelitian. UPI.
Bandung.
Departemen Olahraga, Revolusi Keolahragaan,Siaran no.1 – Departemen
Olahraga, Jakarta, 1963.
Hackensmith, C.W., History of Physical Education, Harper & Row Publishers,
New York, 1966.
Harsuki dan Siregar, M.F. et al. , Sejarah Olahraga Indonesia,Kantor Menteri
Negara Pemuda dan Olahraga, Jakarta, 1991.
Harsuki, et al. , Olahraga Indonesia Dalam Perspektif Sejarah, Proyek
Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Olahraga , Direktorat
Jenderal Olahraga, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2004.
Organizing Committee Asian Games IV , 1962, Membangun Manusia Indonesia
Baru, O.C. Asian Games IV, Jakarta, 1962.
Sepuluh Tahun Djawatan Pengajaran 1945-1955, Kementerian Pendidikan,
Pengajaran dan Kebudayaan, Djawatan Pengadjaran, Jakarta, 1955.

18
United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization, International
Charter of Physical Education and Sport, UNESCO, Paris, 1978.
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Fokusindo Mandiri, Bandung, 2012.

19

Anda mungkin juga menyukai