DisusunOleh :
FADLI (A42120017)
i
KATA PENGANTAR
dari semua kekurangan penulisan makalah ini, baik dalam susunan dan
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR
ISI...............................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................1
A.LATAR
BELAKANG..............................................................................................1
B.RUMUSAN MASALAH.............................................................1
BAB 2. PEMBAHASAN............................................................................2
BAB 3. PENUTUP.......................................................................................4
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
Persepsi yang sempit dan keliru terhadap pendidikan jasmani akan mengakibatkan
nilai-nilai luhur dan tujuan pendidikan yang terkandung di dalamnya tidak akan
pernah tercapai. Orientasi pembelajaran harus disesuaikan, dengan perkembangan
anak, isi dan urusan materi serta cara penyampaian harus disesuaikan sehingga
menarik dan menyenangkan, sasaran pembelajaran ditujukan bukan hanya
4
mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi perkembangan pribadi anak
seutuhnya. Konsep dasar pendidikan jasmani dan model pengajaran pendidikan
jasmani yang efektif perlu dipahami bagi orang yang hendak mengajar pendidikan
jasmani.
b) Pengertian Olahraga
6
Dalam memahami arti sosiologi olahraga, pendidikan jasmani, kita harus juga
mempertimbangkan hubungan antara Pendidikan jasmani dan olahraga (sport)
dengan sebagai istilah yang lebih dahulu populer dan lebih sering digunakan dalam
konteks kegiatan sehari-hari ORKES (Olahraga Kesehatan).
Pemahaman tersebut akan membantu para guru atau masyarakat dalam memahami
peranan dan fungsi pendidikan jasmani secara lebih konseptual.
Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat
kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk
permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah
pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa
secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif.
Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang terorganisir,
kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan
hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap yang
terlibat. Peraturan, misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau
dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat
diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang
terlibat. Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita
tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa
kompetisi itu, olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi.
Bermain, karenanya pada satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga
tidak pernah hanya semata-mata bermain; karena aspek kompetitif teramat
penting dalam hakikatnya.
Sosiologi intinya adalah aktivitas atau hubungan satu kelompok dengan kelompok
yang lain. Kita mengartikan sosiologi sebagai ujung tombak berinteraksi yang
bersifat universal yang kompetitif, meskipun berinteraksi tidak harus selalu bersifat
ada pertemuan. Berinteraksi bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani,
meskipun elemen dari berinteraksi dapat ditemukan di dalam keduanya.
Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung elemen baik dari sosial maupun
dari olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah satu saja, atau tidak juga harus selalu
seimbang di antara keduanya. Sebagaimana dimengerti dari kata-katanya,
pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang memiliki tujuan kependidikan
tertentu. Pendidikan Jasmani bersifat fisik dalam aktivitasnya dan penjas
7
dilaksanakan untuk mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi bermain dan
olahraga, meskipun keduanya selalu digunakan dalam proses kependidikan.
Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan,
seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan. Misalnya, olahraga
profesional (di Amerika umumnya disebut athletics) dianggap tidak punya misi
kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai olahraga. Olahraga dan sosiologi
dapat eksis meskipun secara murni untuk kepentingan berinteraksi dengan
kelompok yang lain, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi
keduanya. berinteraksi dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif;
keduanya dapat dan harus beriringan bersama.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat ditarik satu kesimpulah bahwa Salah satu
masalah penting dalam kehidupan bermasyarakat adalah bersosial dan berinteraksi,
pendidikan jasmani dan olahraga sebagai salah satu sarana pendidikan masyarakat /
Olahragawan /manusia/ individu untuk memberikan suatu pemikiran tentang
bagaimana cara hidup dengan layak dan sehat jasmani dan rohani dalam kehidupan
bermasyarakat. Mengajarkan Sosiologi sebaiknya lebih bersifat berinteraksi dengan
lingkungan.Tindakan lebih baik dari kata-kata. Nilai Sosial itu beraneka ragam,
termasuk loyalitas, kebajikan, kehormatan, kebenaran, respek, keramahan,
integritas, keadilan, kooperatif dan mudah berinteraksi dengan
masyarakat.
Dalam memahami arti pendidikan jasmani dan, kita harus juga mempertimbangkan
Perspektif Sosiologi Olahraga, Pendidikan jasmani dan olahraga (sport) dengan
sebagai istilah yang lebih dahulu populer dan lebih sering digunakan dalam
konteks kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut akan membantu para guru atau
masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan jasmani secara
lebih konseptual.
Olahraga dan sosiologi dapat eksis meskipun secara murni untuk kepentingan
berinteraksi dengan kelompok yang lain, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk
kombinasi keduanya. berinteraksi dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara
eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan bersama. Pendidikan mutlak
9
harus ada pada manusia, karena pendidikan merupakan hakikat hidup dan
kehidupan. Pendidikan berguna untuk membina kepribadian manusia. Dengan
pendidikan maka terbentuklah pribadi yang baik sehingga di dalam pergaulan
dengan manusia lain, individu dapat hidup dengan tenang. Pendidikan membantu
agar tiap individu mampu menjadi anggota kesatuan sosial manusia tanpa
kehilangan pribadinya masing-masing. Pada hakikatnya pendidikan menjadi
tanggung jawab bersama, yakni keluarga, masyarakat, dan sekolah/ lembaga
pendidikan. Keluarga sebagai lembaga pertama dan utama pendidikan, masyarakat
sebagai tempat berkembangnya pendidikan, dan sekolah sebagai lem-baga formal
dalam pendidikan.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR.PEND._OLAHRAGA/196509091991021-
BAMBANG_ABDULJABAR/Konsep_Pendidikan_Jasmani.pdf
http://ahbarfatahullah14.blogspot.com/2017/03/v-
behaviorurldefaultvmlo_1.html?m=1
11