Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SOSIOLOGI OLAHRAGA

“Konsep pendidikan jasmani,olahraga dan sosiologi


olahraga"

DisusunOleh :

DEVIONA ALYA ENJELIA (A42120077)

ANUGRAH FITRAWAN (A42120012)

CLARA PAULINA (A42120057)

RICKY FENGKI (A42120062)

FADLI (A42120017)

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO 2021

i
KATA PENGANTAR

Segalapuji syukur penulis panjatkanTuhan Yang MahaEsa, karena atas

petunjuk dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan makalah matakuliah SOSIOLOGI OLAHRAGA.Penyusunan

makalah ini dimaksudkan untuk tugas dari matakuliah SOSIOLOGI

OLAHRAGAberkat bantuan dari semua pihak akhirnya penulis dapat

menyelesaikan makalah ini. Dalam kesempatan yang paling baik, penulis

ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya.Terlepas

dari semua kekurangan penulisan makalah ini, baik dalam susunan dan

penulisannya yang salah, penulis memohon maaf dan berharap semoga

penulisan makalah ini bermanfaat khususnya kepada saya selaku penulis

dan umumnya kepada pembaca yang budiman.Demikian semoga karya

ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................i

DAFTAR
ISI...............................................................................................................ii

BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................1

A.LATAR
BELAKANG..............................................................................................1

B.RUMUSAN MASALAH.............................................................1

BAB 2. PEMBAHASAN............................................................................2

A. Pentingnya Soliology Olahraga Terhadap Prestasi Olahraga.......2

B. Pendidikan Jasmani dan Olahraga .....................................................2

C. Perspektif Sosiologi Olahraga (Asumsi-Asumsi Sosiologi Olahraga)


Pendidikan Jasmani dan
Olahraga..............................................................................................3

BAB 3. PENUTUP.......................................................................................4

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam perkembangan pendidikan manusia akan berpengaruh terhadap dinamika


sosial-budaya masyarakatnya. Sejalan dengan itu, pendidikan akan terus
mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kebudayaan. Banyak
pendapat para tokoh pendidikan yang kemudian berdampak terhadap peradaban
manusia. Tulisan ini akan mendeskripsikan pendapat tentang arti pentingnya
pendidikan bagi manusia. Dari masa perkembangan peradaban kuno sampai
munculnya abad (pencerahan) (renaisance) di Eropa, bidang pendidikan mendapat
tempat utama dan strategis dalam kehidupan pemerintahan. Pendidikan merupakan
yang paling utama, hal itu setidaknya dapat kita lihat dari pendapat beberapa ahli
berikut ini : Jean Jaqques Rosseau, seorang tokoh pembaharu Perancis
menyebutkan, Semua yang kita butuhkan dan semua kekurangan kita waktu lahir,
hanya akan kita penuhi melalui pendidikan. Aristoteles, ahli filsafat Yunani kuno
berpendapat, bahwa perbaikan masyarakat hanya dapat dilakukan dengan terlebih
dahulu meperbaiki sistem pendidikan. Van de venter, tokoh politik ETIS atau balas
budi, yang menjadi tonggak awal perkembangan munculnya golongan terpelajar
Indonesia juga mengatakan, Pendidikan yang diberikan kapada rakyat pribumi,
akan dapat merubah nasib pribumi, Tokoh Pendiri nasional yakni Ir. Soekarno dan
Ki Hajar Dewantara, juga menyebutkan bahwa satu-satunya yang dapat mengubah
nasib suatu bangsa hanyalah Pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1.Bagaimana Pentingnya Soliologi Olahraga Terhadap Prestasi Olahraga

2.Pengertian Pendidikan Jasmani dan Olahraga

3.Perspektif Sosiologi Olahraga (Asumsi-Asumsi Sosiologi Olahraga)


Pendidikan Jasmani dan Olahraga

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pentingnya Soliologi Olahraga Terhadap Prestasi Olahraga

Untuk meningkatnya kerjasama dalam pertandingan dapat meningkatkan


kerjasama satu atlet dengan atlet lainya dengan mudah dan cepat berinteraksi
dengan lingkungan sekitar, baik dalam hal fisik maupun psikis, sehingga
kemampuan olahraganya dapat berkembang. Mereka tidak mudah tegang dan
cemas akan hasil pertandingannya, dan mereka merasakan mudah berkonsentrasi.
Keadaan ini seringkali menyebabkan para atlet dapat menampilkan permainan
terbaiknya. Para pelatih pun menaruh minat terhadap bidang sosiologi olahraga,
khususnya dalam bagaimana berhubungan atau berinteraksi dengan
lingkungan. Sosiologi olahraga juga diperlukan agar atlet dapat dengan mudah
berfikir mengenai. mengapa mereka berolahraga dan apa yang ingin mereka capai?
Sekali tujuannya diketahui, latihan-latihan ketrampilan sosiologis dapat
menolong tercapainya tujuan tersebut.

B. Pendidikan Jasmani dan Olahraga.

Sejak manusia lahir di dunia, ia telah berjuang untuk mempertahankan kehidupan


yang wajar, untuk dapat hidup dengan tenaga dan pikirannya. Untuk itu manusia
memperkembangkan kekuatan fisik dan jasmani supaya badannya cukup kuat dan
tenaganya cukup terlatih, menjadi tangkas untuk melakukan perjuangan hidupnya.
Disamping itu menjadi kebutuhan hidup tiap manusia dan menjadi sifat manusia
untuk mencoba kekuatan dan ketangkasannya dengan manusia-manusia lain.
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara
keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan
pada pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan
aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi siswa melalu
aktivitas jasmani.

Persepsi yang sempit dan keliru terhadap pendidikan jasmani akan mengakibatkan
nilai-nilai luhur dan tujuan pendidikan yang terkandung di dalamnya tidak akan
pernah tercapai. Orientasi pembelajaran harus disesuaikan, dengan perkembangan
anak, isi dan urusan materi serta cara penyampaian harus disesuaikan sehingga
menarik dan menyenangkan, sasaran pembelajaran ditujukan bukan hanya
4
mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi perkembangan pribadi anak
seutuhnya. Konsep dasar pendidikan jasmani dan model pengajaran pendidikan
jasmani yang efektif perlu dipahami bagi orang yang hendak mengajar pendidikan
jasmani.

Pengertian pendidikan jasmani sering dikaburkan dengan konsep lain, dimana


pendididkan jasmani disamakan dengan setiap usaha atau kegiatan yang mengarah
pada pengembangan organ-organ tubuh manusia (body building), kesegaran
jasmani (physical fitness), kegiatan fisik (pysical activities), dan pengembangan
keterampilan (skill development). Pengertian itu memberikan pandangan yang
sempit dan menyesatkan arti pendidikan jasmani yang sebenarnya. walaupun
memang benar aktivitas fisik itu mempunyai tujuan tertentu, namun karena tidak
dikaitkan dengan tujuan pendidikan, maka kegiatan itu tidak mengandung unsur-
unsur pedagogi.

Pendidikan jasmani bukan hanya merupakan aktivitas pengembangan fisik secara


terisolasi, akan tetapi harus berada dalam konteks pendidikan secara umum
(general education). Tentunya proses tersebut dilakukan dengan sadar dan
melibatkan interaksi sistematik antarpelakunya untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.

a) Pengertian Pendidikan Jasmani

Definisi Pendidikan Jasmani ialah pendidikan yang mengaktualisasikan potensi


aktivitas manusia yang berupa sikap tindakan dan karya untuk diberi bentuk, isi,
dan arah menuju kebulatan kepribadian sesuai dengan cita-cita kemanusiaan.
Pendidikan Jasmani merupakan terjemahan kata demi kata dari Negara barat :
Lichamelijke opvoeding-Physical Education-Physique Libes Erziehung.

Pendidikan Jasmani bukanlah imbangan terhadap pendidikan rokhani, jasmani dan


rokhani merupakan satu kesatuan yang tidak dipisahkan. Pendidikan Jasmani di
sekolah merupakan dasar yang baik bagi perkembangan olahraga di luar sekolah.
Olahraga dan pendidikan jasmani tidak dapat dipisahkan karena keduanya sangat
erat hubungannya dan saling mempengaruhi. Dengan demikian Pendidikan
jasmani adalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani yang didesain
untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,
pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan
emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan
5
pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotorik. kognitif,
dan afektif.

b) Pengertian Olahraga

Makna olahraga menurut ensiklopedia Indonesia adalah gerak badan yang


dilakukan oleh satu orang atau lebih yang merupakan regu atau rombongan.
Sedangkan dalam Webster’s New Collegiate Dictonary (1980) yaitu ikut serta
dalam aktivitas fisik untuk mendapatkan kesenangan, dan aktivitas khusus seperti
berburu atau dalam olahraga pertandingan. Menurut Cholik Mutohir olahraga
adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat
mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan
rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk
permainan, perlombaan/pertandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan
manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila. Untuk
penjelasan pengertian olahraga menurut Edward (1973) olahraga harus bergerak
dari konsep bermain, games, dan sport. Ruang lingkup bermain mempunyai
karakteristik antara lain; a. Terpisah dari rutinitas, b. Bebas, c. Tidak produktif, d.
Menggunakan peraturan yang tidak baku. Ruang lingkup pada games mempunyai
karakteristik; a. ada kompetisi, b. hasil ditentukan oleh keterampilan fisik, strategi,
kesempatan. Sedangkan ruang lingkup sport; permainan yang dilembagakan.

Tujuan utama olahraga bukanlah pembangunan fisik saja melainkan juga


pembangunan mental dan spiritual. Olahraga (Lama) ialah merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan atas pilihan sendiri yang bermaksud menguatkan diri baik
phisik maupun psychis tanpa mengharapkan suatu hasil materiil tetapi
mengharapkan kenaikan prestasi. Olahraga (baru) ialah membentuk manusia
Indonesia Pancasila yang fisik kuat-sehat berprestasi tinggi, yang memiliki
kemampuan mental dan ketrampilan kerja yang kritis kreatif dan sejahtera. Jadi
Olahraga ialah suatu usaha untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan
dan membina kekuatan jasmaniah maupun rokhaniah pada tiap manusia. Lebih
tegas dikatakan bahwa olahraga untuk mempertahankan existensi kemanusiaan dan
untuk melakukan cita-cita hidup bangsa. Olahraga merupakan pembentukan fisik
dan mental

C. Perspektif Sosiologi Olahraga (Asumsi-Asumsi Sosiologi Olahraga)


Pendidikan Jasmani dan Olahraga

6
Dalam memahami arti sosiologi olahraga, pendidikan jasmani, kita harus juga
mempertimbangkan hubungan antara Pendidikan jasmani dan olahraga (sport)
dengan sebagai istilah yang lebih dahulu populer dan lebih sering digunakan dalam
konteks kegiatan sehari-hari ORKES (Olahraga Kesehatan).

Pemahaman tersebut akan membantu para guru atau masyarakat dalam memahami
peranan dan fungsi pendidikan jasmani secara lebih konseptual.

Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat
kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk
permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah
pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa
secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif.

Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang terorganisir,
kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan
hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap yang
terlibat. Peraturan, misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau
dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat
diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang
terlibat. Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita
tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa
kompetisi itu, olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi.
Bermain, karenanya pada satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga
tidak pernah hanya semata-mata bermain; karena aspek kompetitif teramat
penting dalam hakikatnya.

Sosiologi intinya adalah aktivitas atau hubungan satu kelompok dengan kelompok
yang lain. Kita mengartikan sosiologi sebagai ujung tombak berinteraksi yang
bersifat universal yang kompetitif, meskipun berinteraksi tidak harus selalu bersifat
ada pertemuan. Berinteraksi bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani,
meskipun elemen dari berinteraksi dapat ditemukan di dalam keduanya.

Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung elemen baik dari sosial maupun
dari olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah satu saja, atau tidak juga harus selalu
seimbang di antara keduanya. Sebagaimana dimengerti dari kata-katanya,
pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang memiliki tujuan kependidikan
tertentu. Pendidikan Jasmani bersifat fisik dalam aktivitasnya dan penjas
7
dilaksanakan untuk mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi bermain dan
olahraga, meskipun keduanya selalu digunakan dalam proses kependidikan.

Sosiologi olahraga , pendidikan jasmani dan olahraga melibatkan bentuk-bentuk


gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika
digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan.

Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan,
seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan. Misalnya, olahraga
profesional (di Amerika umumnya disebut athletics) dianggap tidak punya misi
kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai olahraga. Olahraga dan sosiologi
dapat eksis meskipun secara murni untuk kepentingan berinteraksi dengan
kelompok yang lain, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi
keduanya. berinteraksi dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif;
keduanya dapat dan harus beriringan bersama.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas maka dapat ditarik satu kesimpulah bahwa Salah satu
masalah penting dalam kehidupan bermasyarakat adalah bersosial dan berinteraksi,
pendidikan jasmani dan olahraga sebagai salah satu sarana pendidikan masyarakat /
Olahragawan /manusia/ individu untuk memberikan suatu pemikiran tentang
bagaimana cara hidup dengan layak dan sehat jasmani dan rohani dalam kehidupan
bermasyarakat. Mengajarkan Sosiologi sebaiknya lebih bersifat berinteraksi dengan
lingkungan.Tindakan lebih baik dari kata-kata. Nilai Sosial itu beraneka ragam,
termasuk loyalitas, kebajikan, kehormatan, kebenaran, respek, keramahan,
integritas, keadilan, kooperatif dan mudah berinteraksi dengan
masyarakat.

Dalam memahami arti pendidikan jasmani dan, kita harus juga mempertimbangkan
Perspektif Sosiologi Olahraga, Pendidikan jasmani dan olahraga (sport) dengan
sebagai istilah yang lebih dahulu populer dan lebih sering digunakan dalam
konteks kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut akan membantu para guru atau
masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan jasmani secara
lebih konseptual.

Pendidikan jasmani, olahraga dan Sosiologi olahraga , melibatkan bentuk-bentuk


gerakan kepribadian , dan ketiganya dapat secara pas dalam konteks pendidikan
jika digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan bagai mana berinteraksi dengan
masyarakat dan lingkungan sekitar. Berolahraga dapat membuat rileks dan
menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa
ada tujuan kependidikan. Misalnya, olahraga profesional (di Amerika umumnya
disebut athletics) dianggap tidak punya misi kependidikan apa-apa, tetapi tetap
disebut sebagai olahraga.

Olahraga dan sosiologi dapat eksis meskipun secara murni untuk kepentingan
berinteraksi dengan kelompok yang lain, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk
kombinasi keduanya. berinteraksi dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara
eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan bersama. Pendidikan mutlak

9
harus ada pada manusia, karena pendidikan merupakan hakikat hidup dan
kehidupan. Pendidikan berguna untuk membina kepribadian manusia. Dengan
pendidikan maka terbentuklah pribadi yang baik sehingga di dalam pergaulan
dengan manusia lain, individu dapat hidup dengan tenang. Pendidikan membantu
agar tiap individu mampu menjadi anggota kesatuan sosial manusia tanpa
kehilangan pribadinya masing-masing. Pada hakikatnya pendidikan menjadi
tanggung jawab bersama, yakni keluarga, masyarakat, dan sekolah/ lembaga
pendidikan. Keluarga sebagai lembaga pertama dan utama pendidikan, masyarakat
sebagai tempat berkembangnya pendidikan, dan sekolah sebagai lem-baga formal
dalam pendidikan.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR.PEND._OLAHRAGA/196509091991021-
BAMBANG_ABDULJABAR/Konsep_Pendidikan_Jasmani.pdf

http://ahbarfatahullah14.blogspot.com/2017/03/v-
behaviorurldefaultvmlo_1.html?m=1

11

Anda mungkin juga menyukai