Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

LANDASAN FALSAFAH OLAHRAGA DAN PENJAS

Tulisan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Azaz dan Landasan Penjas

Dosen Pengampu: Ibnu Prasetyo Widiyono,M.pd.

Disusun Oleh:
Danni Arrahman / OR822148
Windu Arif Hardiansyah / OR822120
Fatkhan Arifan Syah / OR822103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA


UNIVERSITAS MA’ARIF NAHDLATUL ULAMA
KEBUMEN
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas
individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani
memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya
menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Pada
kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik
perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan
dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari
perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh
perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari
manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti
pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.
Pendidikan Jasmani tampil untuk mengatasi masalah tersebut sehingga
kedudukannya dianggap penting. Melalui program yang direncanakan secara baik, anak-
anak dilibatkan dalam kegiatan fisik yang tinggi intensitasnya. Pendidikan Jasmani juga
tetap menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan yang ada di sekitarnya
dengan banyak mencoba, sehingga kegiatannya tetap sesuai dengan minat anak. Lewat
pendidikan jasmanilah anak-anak menemukan saluran yang tepat untuk bergerak bebas
dan meraih kembali keceriaannya, sambil terangsang perkembangan yang bersifat
menyeluruh.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Pendidikan Jasmani?
2. Bagaimana perbedaan makna antara Pendidikan Jasmani dengan Pendidikan
Olahraga?
3. Apa yang menjadi dasar falsafah pendidikan jasmani?
4. Apa yang menjadi landasan ilmiah pelaksanaan pendidikan jasmani?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian pendidikan jasmani.
2. Mengetahui perbedaan makna antara pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga.
3. Mengetahui dasar falsafah pendidikan jasmani.
4. Mengetahui landasan ilmiah pelaksanaan pendidikan jasmani.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Jasmani


Konsep pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan
berarti penjas bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah
sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi penjas adalah bagian penting dari
pendidikan. Menurut Mahendra (2003) melalui penjas yang diarahkan dengan baik, anak-
anak akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang,
terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang
secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya
(psychologymania.com, 2013). Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan, yang
memberikan kesempatan bagi anak untuk mempelajari hal-hal yang penting. Oleh karena
itu, pelajaran penjas tidak kalah penting dibandingkan dengan pelajaran lain seperti;
Matematika, Bahasa, IPS dan IPA, dan lain-lain. Namun demikian tidak semua guru
penjas menyadari hal tersebut, sehingga banyak anggapan bahwa penjas boleh
dilaksanakan secara serampangan. Di kalangan guru penjas sering ada anggapan bahwa
pelajaran pendidikan jasmani dapat dilaksanakan seadanya, sehingga pelaksanaannya
cukup dengan cara menyuruh anak pergi ke lapangan, menyediakan bola sepak untuk
laki-laki dan bola voli untuk perempuan. Guru tinggal mengawasi di pinggir lapangan.
Pengertian pendidikan jasmani menurut para ahli adalah sebagai berikut
(anggipratiwi77.blogspot.com):
1. Nixon and Cozens (1963) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani didefinisikan
sebagai fase dari seluruh proses pendidikan yang berhubungan dengan aktivitas dan
respons otot yang giat dan berkaitan dengan perubahan yang dihasilkan individu dari
respons tersebut.
2. Dauer dan Pangrazi (1989) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani adalah fase
dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan kontribusi, terutama melalui
pengalaman gerak, untuk pertumbuhan dan perkembangan secara utuh untuk tiap
anak. Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai pendidikan dan melalui gerak dan
harus dilaksanakan dengan cara-cara yang tepat agar memiliki makna bagi anak.
Pendidikan jasmani merupakan program pembelajaran yang memberikan perhatian
yang proporsional dan memadai pada domain-domain pembelajaran, yaitu
psikomotor, kognitif, dan afektif.
3. Bucher, (1979). Mengemukakan pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari
suatu proses pendidikan secara keseluruhan, adalah proses pendidikan melalui
kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
organik, neuromuskuler, interperatif, sosial, dan emosional.
4. Ateng (1993) mengemukakan; pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari
pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan
mengembangkan secara organik, neuromuskuler, intelektual dan emosional.

Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani,


permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. Definisi
tersebut, mengukuhkan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian tak terpisahkan dari
pendidikan umum. Tujuannya adalah untuk membantu anak agar tumbuh dan
berkembang secara wajar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu menjadi
manusia Indonesia seutuhnya. Jadi, pendidikan jasmani diartikan sebagai proses
pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olahraga. Inti pengertiannya adalah mendidik
anak. Yang membedakannya dengan mata pelajaran lain adalah alat yang digunakan
adalah gerak insani, manusia yang bergerak secara sadar. Tujuan pendidikan jasmani
sudah tercakup dalam pemaparan tersebut yaitu memberikan kesempatan kepada anak
untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi
anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional dan moral. Singkatnya,
pendidikan jasmani bertujuan untuk mengembangkan potensi setiap anak setinggi-
tingginya.
Tujuan tersebut merupakan pedoman bagi guru penjas dalam melaksanakan
tugasnya. Untuk disadari oleh guru penjas adalah bahwa ia harus menganggap dirinya
sendiri sebagai pendidik, bukan hanya sebagai pelatih atau pengatur kegiatan. Misi
pendidikan jasmani tercakup dalam tujuan pembelajaran yang meliputi domain kognitif,
afektif dan psikomotor. Perkembangan pengetahuan atau sifat-sifat sosial bukan sekedar
dampak pengiring yang menyertai keterampilan gerak. Tujuan itu harus masuk dalam
perencanaan dan skenario pembelajaran. Kedudukannya sama dengan tujuan
pembelajaran pengembangan domain psikomotor. Dalam hal ini, untuk mencapai tujuan
tersebut , guru perlu membiasakan diri untuk mengajar anak tentang apa yang akan
dipelajari berlandaskan pemahaman tentang prinsip-prinsip yang mendasarinya.
B. Perbedaan Makna Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Olahraga
Salah satu pertanyaan yang sering diajukan oleh guru-guru penjas belakangan ini
adalah : “Apakah pendidikan jasmani?” Pertanyaan yang cukup aneh ini justru
dikemukakan oleh yang paling berhak menjawab pertanyaan tersebut. Hal tersebut
mungkin terjadi karena pada waktu sebelumnya guru itu merasa dirinya bukan sebagai
guru penjas, melainkan guru pendidikan olahraga. Perubahan pandangan itu terjadi
menyusul perubahan nama mata pelajaran wajib dalam kurikulum pendidikan di
Indonesia, dari mata pelajaran pendidikan olahraga dan kesehatan (orkes) dalam
kurikulum 1984, menjadi pelajaran “pendidikan jasmani dan kesehatan” (penjaskes)
dalam kurikulum1994.
Pengertian pendidikan olahraga menurut para ahli (Bangun, 2016) sebagai berikut.
1. Makna olahraga menurut ensiklopedia Indonesia adalah gerak badan yang dilakukan
oleh satu orang atau lebih yang merupakan regu atau rombongan.
2. Sedangkan dalam Webster’s New Collegiate Dictonary (1980) yaitu ikut serta dalam
aktivitas fisik untuk mendapatkan kesenangan, dan aktivitas khusus seperti berburu
atau dalam olahraga pertandingan (athletic games di Amerika Serikat).
3. UNESCO mendefinisikan olahraga sebagai “setiap aktivitas fisik berupa permainan
yang berisikan perjuangan melawan unsur-unsur alam, orang lain, ataupun diri
sendiri”.
4. Dewan Eropa merumuskan olahraga sebagai “aktivitas spontan, bebas dan
dilaksanakan dalam waktu luang”.
5. Definisi terakhir ini merupakan cikal bakal panji olahraga di dunia “Sport for All” dan
di Indonesia tahun 1983, “memasyarakatkan olahraga dan mengolahragaka
masyarakat” (Rusli dan Sumardianto,2000: 6).
6. Menurut Cholik Mutohir olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala
kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-
potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota
masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/pertandingan, dan prestasi puncak
dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan
Pancasila.
7. Menurut Edward (1973) olahraga harus bergerak dari konsep bermain, games, dan
sport. Ruang lingkup bermain mempunyai karakteristik antara lain; a. Terpisah dari
rutinitas, b. Bebas, c. Tidak produktif, d. Menggunakan peraturan yang tidak baku.
Ruang lingkup pada games mempunyai karakteristik; a. ada kompetisi, b. hasil
ditentukan oleh keterampilan fisik, strategi, kesempatan. Sedangkan ruang lingkup
sport; permainan yang dilembagakan.

Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan
olahraga. Di dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau cabang olahraga
tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk mendidik. Pendidikan jasmani berarti program
pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga. Di dalamnya terkandung arti bahwa
gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk
mendidik. Hal ini dapat berupa keterampilan fisik dan motorik, keterampilan berpikir dan
keterampilan memecahkan masalah, dan bisa juga keterampilan emosional dan sosial.
Pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina anak agar menguasai
cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada murid diperkenalkan berbagai cabang olahraga
agar mereka menguasai keterampilan berolahraga. Yang ditekankan di sini adalah
“hasil”dari pembelajaran itu, sehingga metode pengajaran serta bagaimana anak
menjalani pembelajarannya didikte oleh tujuan yang ingin dicapai. Ciri-ciri pelatihan
olahraga menyusup ke dalam proses pembelajaran.
Tabel di bawah menekankan persamaan perbedaan antara pendidikan jasmani
dengan pendidikan olahraga (Noerwilis.web.id, 2019)
No. Aspek Pendidikan Jasmani Pendidikan Olahraga
1 Tujuan Pendidikan untuk Pendidikan yang berfokus
perkembangan peserta didik pada gerak khusus dan sebagai
yang menyeluruh sarana pencarian prestasi
2 Materi Berpusat pada Berpusat pada program latihan
perkembangan gerak dasar pembentukan prestasi dan
anak atau apa yang suka masa emas prestasi anak.
dilakukan oleh anak.
3 Model Latihan Multilateral Lebih spesifik
4 Bentuk Latihan Menggunakan permainan
Latihan yang lebih khusus dan
tradisional atau bahkan bertahap dengan tujuan untuk
dimodifikasi supaya anak pertandingan pada even
mempunyai pengalaman
kejuaraan yang akan datang.
gerak. Dan latihan ini tidak
Berfokus pada program jangka
dipertandingkan dalam
pendek, menengah dan lama
event-event perlombaan
pada pertandingan-
manapun pertandingan yang akan
diikuti.
5 Gerak Berlatar pada gerak Berlatar pada gerak spesifik
kehidupan sehari-hari yaitu gerak fungsional dari
cabang olahraga tertentu
6 Anak yang kurang Mendapat perhatian ekstra Dengan sangat terpaksa
terampil dan bimbingan ditinggalkan karena
berorientasi pada prestasi
7 Peraturan Tidak ada peraturan yang Dibakukan oleh induk
baku namun peraturan bisa organisasi olahraga
dimodifikasi sesuai
kebutuhan peserta didik
8 Peserta didik Wajib untuk semua anak Bebas
9 Talent Scouting Dipakai untuk entry Dipakai untuk memilih atlet
behavior yang berprestasi dan
professional
10 Sarana Prasarana Disesuaikan dnegan kondisi Menggunakan sarana dan
sekolah dan kebutuhan prasarana yang baku dan
peserta didik standar

Pendidikan jasmani tentu tidak bisa dilakukan dengan cara demikian. Pendidikan
jasmani adalah suatu proses yang terencana dan bertahap yang perlu dibina secara hati-
hati dalam waktu yang diperhitungkan. Bila orientasi pelajaran pendidikan jasmani adalah
agar anak menguasai keterampilan berolahraga, misalnya sepak bola, guru akan lebih
menekankan pada pembelajaran teknik dasar dengan kriteria keberhasilan yang sudah
ditentukan. Dalam hal ini, guru tidak akan memperhatikan bagaimana agar setiap anak
mampu melakukannya, sebab cara melatih teknik dasar yang bersangkutan hanya
dilakukan dengan cara tunggal. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani yang efektif,
semua kecenderungan tadi bisa dihapuskan, karena guru memilih cara agar anak yang
kurang terampil pun tetap menyukai latihan memperoleh pengalaman sukses. Di samping
guru membedakan bentuk latihan yang harus dilakukan setiap anak, kriteria
keberhasilannya pun dibedakan pula. Untuk ‘kelompok mampu’ kriteria keberhasilan
lebih berat dari anak yang kurang mampu, misalnya dalam pelajaran renang di tentukan:
mampu meluncur 10 meter untuk anak mampu, dan hanya 5 meter untuk anak kurang
mampu. Dengan cara demikian, semua anak merasakan apa yang disebut “perasaan
berhasil” tadi, dan anak makin menyadari bahwa kemampuannya pun meningkat, seiring
dengan seringnya mereka mengulang-ulang latihan. Cara ini disebut gaya mengajar
‘partisipatif’ karena semua anak merasa dilibatkan dalam proses pembelajaran. Untuk
mencegah terjadinya bahaya lain dari kegagalan, guru pendidikan jasmani harus
mengembangkan cara respons siswa terhadap anak yang gagal dan melarang siswa untuk
melemparkan ejekan pada temannya.

C. Dasar Falsafah Penjas


Penjas merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan umum.
Lewat program penjas dapat diupayakan peranan pendidikan untuk mengembangkan
kepribadian individu. Tanpa penjas proses pendidikan di sekolah akan pincang.
Sumbangan nyata penjas adalah untuk mengembangkan keterampilan (psikomotor).
Karena itu posisi penjas menjadi unik sebab berpeluang lebih banyak dari mata pelajaran
lainnya untuk membina keterampilan.
Ada tiga hal penting yang bisa menjadi sumbangan unik dari pendidikan penjas
menurut Dauwer dan Pangrazy (1992) dalam silabusweb.id, yaitu antara lain.
1. Meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan.
2. Meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya.
3. Meningkatkan pengertian siswa dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana
menerapkannya dalam praktik.

Untuk meneliti aspek penting dari Penjas di atas maka dasar-dasar pemikiran
seperti berikut perlu dipertimbangkan.
1. Kebugaran dan Kesehatan
Kebugaran dan kesehatan akan dicapai melalui program penjas yang
terencana, teratur dan berkesinambungan. Dengan beban kerja yang cukup berat serta
dilakukan dalam jangka waktu yang cukup serta teratur. Penjas juga dapat membentuk
gaya hidup yang sehat. Dengan kesadarannya anak akan mampu menentukan sikap
baha kegiatan fisik merupakan kebutuhan pokok dalam hidupnya, dan akan tetap
dilakukan di sepanjang hayat.
Konsep sehat dan sejahtera secara menyeluruh berbeda dengan pengertian
sehat secara fisik. Kebiasaan hidup sehat bukan hanya kesehatan fisik, tetapi juga
mencakup kesejahteraan mental, moral, dan spiritual.
2. Keterampilan Fisik
Keterlibatan anak dalam asuhan permainan, senam, kegiatan bersama, dan
lain-lain merangsang perkembangan gerakan yang efisien yang berguna untuk
menguasai berbagai keterampilan. Pada akhirnya keterampilan ini bisa mengarah
kepada keterampilan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Terkuasainya Prinsip-Prinsip Gerak
Penjas yang baik harus mampu meningkatkan pengetahuan anak tentang
prinsip-prinsip gerak. Pengetahuan tersebut akan membuat anak mampu memahami
bagaimana suatu keterampilan dipelajari hingga tingkatannya yang lebih tinggi.
Dengan demikian, seluruh gerakannya bisa lebih bermakna. Penjas pun bukan hanya
bersifat fisik semata, melainkan merambah pada peningkatan kemampuan olah pikir,
seperti kemampuan membuat keputusan dan olah rasa seperti kemampuan memahami
perasaan orang lain (empati).
4. Kemampuan Berfikir
Memang sulit diamati secara langsung bahwa kegiatan yang diikuti oleh anak
dalam Penjas dapat meningkatkan kemampuan berfikir anak. Namun demikian dapat
ditegaskan di sini bahwa Penjas yang efektif mampu merangsang kemampuan berfikir
dan daya analisis anak ketika terlibat dalam kegiatan-kegiatan fisiknya. Dalam
kegiatan Penjas banyak sekali adegan pembelajaran yang memerlukan diskusi terbuka
yang menantang penalaran anak. Teknik gerakan dan prinsip-prinsip yang
mendasarinya merupakan topik-topik yang mearik untuk didiskusikan. Peraturan
permainan dan variasi-variasi gerak juga bisa dijadkan rangsangan bagi anak untuk
memikirkan pemecahannya.
5. Kepekaan Rasa
Dalam hal olahraga, Penjas menempati posisi yang sungguh unik.
Kegiatannya yang selalu melibatkan anak-anak dalam kelompok kecil maupun besar
merupakan wahana yang tepat untuk berkomunikasi dan bergaul dalam lingkup sosial.
Melalui Penjas, norma dan aturan juga dipelajari, dihayati dan diamalkan.
Sesungguhnya, bahwa kegiatan Penjas disebut sebagai ajang nyata untuk melatih
keterampilan-keterampilan hidup (life skill), agar seseorang dapat hidup berguna dan
tidak hanya menyusahkan masyarakat. Keterampilan yang dipelajari bukan hanya
keterampilan-keterampilan gerak dan fisik semata, melainkan terkait pula dengan
keterampilan sosial, seperti berempati pada orang lain, menahan sabar, memberikan
respek dan penghargaan pada orang lain, mempunyai motivasi yang tinggi, serta
banyak lagi.
6. Keterampilan Sosial
Kecerdasan emosional atau keterampilan hidup bermasyarakat sangat
mementingkan kemampuan pengendalian diri. Dengan kemampuan ini seseorang bisa
berhasil mengatasi masalah dengan kerugian sekecil mungkin. Penjas menyediakan
pengalaman nyata untuk melatih keterampilan mengendalikan diri, membina
ketekunan dan motivasi diri. Hal ini diperkuat lagi jika proses pembelajaran
direncanakan sebaik-baiknya. Sebagai contoh, jika dalam sebuah proses penjas terjadi
pertengkaran antara dua orang anak, guru bisa segera menghentikan kegiatan seluruh
kelas dan mengundang mereka untuk membicarakannya. Sebab-sebab pertengkaran
diteliti dan guru memandang pendapat anak-anak tentang apa perlunya mereka
bertengkar, selain itu mereka dirangsang untuk mencari pemecahan yang paling baik
untuk kedua belah pihak.
7. Kepercayaan Diri dan Citra Diri (Self Esteem)
Melalui penjas kepercayaan diri dan citra diri (self esteem) anak akan
berkembang. Secara umum citra diri diartikan sebagai cara kita menilai diri kita
sendiri. Citra diri ini merupakan dasar untuk perkembangan kepribadian anak. Dengan
citra diri yang baik seseorang merasa aman dan berkeinginan untuk mengeksplorasi
dunia. Cara membina citra diri ini tidak cukup hanya dengan selalu berucap “saya
pasti bisa” atau “saya paling bagus”, tetapi perlu dinyatakan dalam usaha dan
pembiasaan prilaku. Disitulah penjas menyediakan pada anak untuk membuktikannya.
Ketika anak-anak berhasil mempelajari berbagai keterampilan gerak dan kemampuan
tubuhnya, perasaan positif akan berkembang dan ia merasa optimis atau mampu untuk
berbuat sesuatu. Kejadian demikian yang beulang-ulang akan memperkuat
kepercayaan bahwa dirinya memang memiliki kemampuan, sehingga terhentak
menjadi kepercayaan diri yang kuat.
D. Landasan Ilmiah Pelaksanaan Penjas
Secara ilmiah pelaksanaan penjas mendapat dukungan dari berbagai disiplin ilmu,
dimana pandangan dari setiap disiplin tersebut dapat dijadikan sebagai landasan bagi
berlangsungnya program penjas di sekolah-sekolah. Di bagian ini, penulis akan
menguraikan landasan ilmiah dari minimal tiga disiplin ilmu, yaitu dari sudut pandang
biologis, sudut pandang psikologis dan yang terakhir sudut pandang sosiologis (Setiawati,
2021).
1. Landasan Biologis Penjas
Penjas adalah disiplin yang berorientasi pada tubuh, di samping berorientasi
pada disiplin mental dan sosial. Guru Penjas karenanya harus memiliki penguasaan
yang kokoh terhadap fungsi fisikal dari tubuh untuk memahami secara lebih baik
pemanfaatannya dalam kegiatan pendidikan jasmani.
Potensi Manusia dan Prestasi menurut Joseph W. Still telah menghabiskan
waktu bertahun-tahun untuk meneliti prilaku fisikal dan intelektual manusia. Dalam
penelitiannya, Still mengemukakan bahwa keberhasilan manusia dalam pencapaian
prestasi, baik dalam hal prestasi fisikal maupun dalam prestasi intelektual,
berhubungan dengan usia serta dapat digambarkan dalam bentuk sebuah kurva,
dimana kurva itu bisa menaik dan biisa menurun, sesuai dengan perjalanan usia
manusia. Demikian juga dalam hal pertumbuhan dan perkembangan psikologis, yang
menunjukkan kurva kegagalan dalam hal prestasinya.
Ciri-ciri perkembangan mental menunjukkan puncak prestasi pada tahap
perkembangan yang berbeda kemampuan mengingat dicapai pada usia muda,
imajinasi kreatif mencapai puncaknya pada usia dua puluhan hingga tiga puluhan,
keterampilan menganalisis dan sintesis suatu persoalan berakhir di usia pertengahan,
sedangkan pada usia-usia berikutnya berkembang kemampuan berfilsafat. Dalam hal
itulah penjas yang baik di sekolah dan di masa-masa berikut dalam hidupnya
dipandang amat penting dalam menjaga kemampuan biologis manusia. Dipandang
dari sudut ini, penjas terikat dekat pada kekuatan mental, emosional, sosial dan
spiritual manusia.
2. Landasan Psikologi Penjas
Penjas melibatkan interaksi antara guru dengan anak serta anak dengan anak.
Didalam adegan pembelajaran yang melibatkan interaksi tersebut, terletak suatu
keharusan untuk saling mengakui dan menghargai keunikan masing-masing termasuk
kelebihan dan kelemahannya. Program penjas yang baik tentu harus dilandasi oleh
pemahaman guru terhadap karakteristik psikologis anak dan yang paling penting
dalam hal sumbangan apa yang dapat diberikan oleh program penjas terhadap
perkembangan mental dan psikologis anak.
Kata psikologi berasal dari kata-kata Yunani psyche, yang berarti berjiwa atau
roh, dan logos yang berarti ilmu. Diartikan secara populer, psikologi adalah ilmu jiwa
atau ilmu pikiran. Para ahli psikologi mempelajari hakikat manusia secara ilmiah, dan
untuk memahami alam pikiran manusia, termasuk anak, termasuk cirri-ciri manusia
ketika belajar. Penjas lebih menekankan proses pembelajarannya pada penguasaan
gerak manusia. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap kecendurangan dan
hakikat gerak. Jika dahulu para guru Penjas lebih bersandar pada teori belajar
behaviorisme, yang lebih melihat proses pembelajaran dari perubahan prilaku anak,
maka dewasa ini sudah diakui adanya keharusan untuk memahami tentang apa yang
terjadi di dalam diri anak keterampilan gerak yang ditunjang oleh berkembangnya
teori belajar kognitivisme.
Perkembangan teori belajar kognitivisme menguak fakta kekakuan proses
pembelajaran Penjas tersebut. Dalam salah satu teori belajar pengolahan informasi
(information processing theory) diungkap bahwa idealnya, pembelajaran gerak adalah
sebuah proses pengambilan keputusan, yang secara hirarkis akan selalu melalui tiga
tahapan yang tetap, yaitu tahap mengidentifikasi stimulus, tahap memilih respons dan
tahap memprogram respons. Dari pemahaman terhadap landasan psikologis itulah,
maka pembelajaran penjas yang baik tidak cukup hanya dengan memberikan perintah
dan tugas-tugas gerak semata melainkan harus pula dibarengi dengan upaya
memberikan kesempatan pada mereka untuk menganalisis situasi dan berikan
kebebasan untuk mengambil keputusan sendiri.
3. Landasan Sosiologis Dalam Penjas
Penjas adalah sebuah wahana yang sangat baik untuk proses sosialisasi.
Perkembangan sosial jelas penting, dan aktivitas penajs mempunyai potensi untuk
menuntaskan tujuan-tujuan tersebut. Seperangkat kualitas dari perkembangan social
yang dapat dikembangkan dan dipengaruhi dalam proses penjas diantaranya adalah
kepemimpinan, karakter moral dan daya juang. Singkatnya, sosiologi adalah ilmu
yang berkepentingan dalam mengembangkan struktur dan status social yang lebih
baik yang dicirikan oleh adanya kebahagiaan, kebaikan, toleransi dan kesejajaran
sosial. Dikaitkan dengan landasan tersebut, seorang guru penjas sesungguhnya adalah
seorang sosiologis yang perlu mengetahui prinsip-prinsip umum sosiologi agar
mampu memanfaatkan proses pembelajarannya untuk menanamkan nilai-nilai yang
dapat dikembangkan melalui penjas. Sebagaimana dikemukakan Bucher, guru yang
mengerti sosiologi dalam konteks kependidikan akan mampu mengembangkan
minimal tiga fungsi: (1) pengaruh pendidikan pada institusi social dan pengaruh
kehidupan kelompok pada individu, seperti bagaimana sekolah berpengaruh pada
kepribadian atau prilaku individu, (2) hubungan manusia yang beroperasi di sekolah
yang melibatkan siswa, orangtua, dan guru dan bagaimana mereka mempengaruhi
kepribadian dan prilaku individu dan (3) hubungan sekolah pada institusi lain dan
elemen lain masyarakat, misalnya pengaruh dari pendidikan pada kehidupan
masyarakat kota.
BAB III
KESIMPULAN

Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani,


permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan
jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga.
Sedangkan pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina anak agar
menguasai cabang-cabang olahraga tertentu.
Dasar-dasar pemikiran yang perlu dipertimbangkan untuk meneliti aspek
penting dari Penjas antara lain kebugaran dan kesehatan, keterampilan fisik,
terkuasainya prinsip-prinsip gerak, kemampuan berfikir, kepekaan rasa, keterampilan
sosial, dan kepercayaan diri dan citra diri (self esteem). Landasan ilmiah pelaksanaan
penjas antara lain landasan biologis penjas, landasan psikologi penjas, dan landasan
sosiologis dalam penjas.
DAFTAR PUSTAKA

Bangun, S. Y. (2016). Peran Pendidikan Jasmani danOlahraga pada Lembaga Pendidikan di


Indonesia. Jurnal Publikasi Pendidikan, 3 (6). ISSN 2088-2092.

Setiawati. (2021). Meningkatkan hasil belajar PJOK melalui metode demonstrasi pada siswa
kelas VII-B SMPN 3 Masbagik Kecamatan Masbagik. MASALIQ Jurnal Pendidikan
dan Sains, 1 (1). https://ejournal.yasin-alsys.org/index.php/masaliq.

http://anggipratiwi77.blogspot.com/2013/07/pengertian-pendidikan-jasmani-menurut.html

http://materipenjasdanolahraga.blogspot.com/2016/11/asas-dan-falsafah-penjas.html

https://www.noerwilis.web.id/2019/05/perbedaan-pendidikan-jasmani-dan.html

https://www.psychologymania.com/2013/04/pengertian-pendidikan-jasmani.html

https://www.silabus.web.id/dasar-falsafah-pendidikan-jasmani/

Anda mungkin juga menyukai