BAB I
KONSEP, KEDUDUKAN DAN MAKNA PENDIDIKAN JASMANI
Perspektif Sejarah
Upaya pembaharuan pendidikan jasmani, yang terpayungi dalam kerangka system
pendidikan nasional, berlangsung dalam sebuah bentangan pergulatan antara dorongan untuk
berubah dalam kesinambungan. Kebijakan publik dalam pembinaan olahraga, yang tercermin
dalam kepentingan nasional, berupa prestise dan kebanggaan nasional untuk membangun
percaya diri bangsa selama era pemerintahan Bung Karno dalam kerangka atau selama era dalam
pemerintahan Soeharto selama 32 tahun terakhir, sangat kuat mempengaruhi arah, isi dan
pengelolaan olahraga pada umumnya dan pendidikan jasmani pada khususnya.
Pasang surut keolahragaan nasional, yang telah merasuki kehidupan bangsa Indonesia sejak
pra kemerdekaan, memang banyak dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dan faktor politik.
Namun kelebihan dan kekurangan kebijakan pemerintah yang diluncurkan merupakan respons
nyata yang diposisikan bapak bangsa dan pemerintah untuk menjawab tantangan zaman pada
masa itu.
Untuk menjawab tantangan berupa gerak perubahan dinamik yang dibangkitkan oleh
globalisasi yang menempatkan pembangunan modal manusia dan modal sosial dalam kedudukan
strategis, maka arah pembaharuan pendidikan jasmani adalah untuk mendukung pembaharuan
pendidikan pada umumnya.
2
Konsep pendidikan jasmani erat kaitannya dengan pendidikan rekreasi, dan pendidikan
kesehatan, yang menghasilkan bidang studi Penjaskes, perpaduan antara pendidikan jasmani dan
pendidikan kesehatan dengan titik persamaan dalam tujuan terbentuknya gaya hidup aktif
sepanjang hayat untuk mencapai kesehatan. Meskipun demikian pebelajaran Penjaskes menjadi
tidak menentu dalam hal substansi dan tujuan, persaingan dalam alokasi bagi penyampaian
substansi dan akhirnya menggiring guru-guru hanya sekedar menyampaikan informasi dan
bahkan pengetahuan yang tidak fungsional atau teori sebagai ganti kegiatan praktik. Masalah
lainnya terjadi pada evaluasi yang hanya samapai pada pengukuran kemampuan kognitif paling
rendah. Pengajaran terpadu tidak mampu diterapkan oleh guru-guru penjas mengaktualisasi
konsep Penjaskes tersebut.
Pendidikan jasmani pada hakekatnya merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani
sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan yang ingin diharapkan bersifat
menyeluruh, meliputi aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan moral. Begitu dekat pula
tujuannya untuk pembinaan kesehatan dan kesadaran tentang lingkungan hidup.
Dari sejarah tersebut, aktivitas jasmani seperti dalam bentuk kegiatan bermain merupakan
alat utama pendidikan. Para pendidik dan filosof percaya bahwa kegiatan itu sangat efektif untuk
menumbuhkembangkan keseluruhan potensi peserta didik. Konsep ini telah dirintis
penerapannya melalui UU pendidikan tahun 1950-an, yang kemudian sempat luntur akibat
perubahan kebijakan. Kini kita berusaha untuk kembali ke asal, memposisikan pendidikan
jasmani sebagai alat pendidikan yang dapat diandalkan.
banyak anggapan bahwa penjas boleh dilaksanakan secara asal. Hal ini tercermin dari berbagai
gambaran negative tentang pembelajaran penjas, mulai dari kelemahan proses yang menetap
misalnya membiarkan anak bermain sendiri hingga rendahnya mutu hasil pembelajarannya.
Seperti kebugaran jasmani yang rendah. Jadi, pendidikan jasmani diartikan sebagai proses
pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olah raga. Inti pengertiannya adalah mendidik anak
yang membedakan dengan mata pelajaran lain adalah alat yang digunakan adalah gerak insani
manusia yang bergerak secara sadar. Gerak itu dirancang secara sadar oleh gurunya dan
diberikan dalam setuasi yang tepat, agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan
anak didik. Tujuan pendidikan jasmani adalah memberikan kesempatan kepada anak untuk
mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligusmengembangkan potensi anak, baik
dalam aspek fisik, mental, social, emosional dan moral.
Nilai Dasar Falsafah Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian yang
tidak terpisahkan dari pendidikan umum. Lewat program penjas dapat diupayakan peranan
pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu. Tanpa penjas, proses pendidikan di
sekolah akan pincang. Ada tiga hal penting yang bisa menjadi sumbangan unik dari pendidikan
jasmani, yaitu
1. Meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan siswa.
2. Meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya.
3. Meningkatkan pengertian siswa dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana
menerapkannya dalam praktek.
Kebugaran dan kesehatan akan dicapai melalui program pendidikan jasmani yangterencana,
teratur dan berkesinambungan. Dengan beban kerja yang cukup berat serta di lakukandalam
jangka waktu yang cukup secara teratur, kegiatan tersebut akan berpengaruh terhadap perubahan
kemampuan fungsi organ-organ tubuh seperti jantung dan paru-paru.konsep sehat dan sejahtra
secara menyeluruh berbeda dengan pengertian sehat secara fisik. Anak-anak dididik untuk
meraih gaya hidup sehat secara total serta kebiasaan hidup yang sehat, baik dalam arti
pemahaman maupun prakteknya. Kebiasaan hidup sehat tersebut bukan hanya kesehatan fisik,
tetapi juga mencakup kesejahteraan mental, moral, dan spiritual. Tanda-tandanya adalah anak
lebih tahan menghadapi tekanan dan cobaan hidup, berjiwa optimis, merasa aman, nyaman dan
tentram dalam kehidupan sehari-hari.
4
Gerak Sebagai Kebutuhan Anak Bermain adalah dunia anak. Sambil bermain mereka belajar.
Dalam hal belajar, anak-anak adalah ahlinya. Segalah macam dipelajarinya. Dari menggerakkan
anggota tubuh hingga mengenali berbagai benda di lingkungan sekitarnya. Bayangkan keceriaan
yang didapatnya ketika ia menyadari baru saja menambah pengetahuan dan keterampilan.
Belajar dan keceriaan merupakan dual hal penting dalam masa kanak-kanak. Hal ini temasuk
upaya mempelajari tubuhnya sendiri dan berbagai kemungkinan geraknya.
Gerak adalah rangsangan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Kian banyak ia
bergerak kian banyak hal yang ditemui dan dipelajari. Kian baik pula kualitas pertumbuhannya.
Anak Cerdas gerak (kinestetik) biasanya menunjukkan kemampuan dan ketrampilan gerak yang
melebihi kemampuan anak seusianya. Psikolog anak dari Universitas Paramadina, Alzena
Masykouri ,MP.Si mengatakan, anak cerdas gerak menampilkan integrasi yangbaik antara
pikiran dan tubuh secara bersamaan untuk mencapai suatu tujuan. Kegiatan-kegiatan sederhana
dan sehari-hari yang berkaitan dengan kecerdasan ini, misalnya memanjat pohon, menerbangkan
layangan, lompat tali dengan berbagai gaya, petakumpet, bahkan main kelereng. “Selain lihai,
anak cerdas gerak mampu pula mengembangkan ketrampilan emosi dan sosialnya melalui
kegiatan bergeraknya,”kata Alzena. Jadi tidak semata terampil, tetapi mereka juga mampu
5
membawakan dirinya dengan sportivitas dan interaksi antaraindividu yang baik. Bila anak
tersebut memiliki minat dan kemampuan dibidang seni tari tak semua anak mampu meniru
gerakan tarian dengan tepat hanya dengan melihatnya saja. Namun, anak dengan kecerdasan
gerak memiliki kemampuan untuk dapat meniru, menghafal dan menghayati gerakan-gerakan
tarian yang dilihatnya. Tak sekedar meniru, tapi juga mampu menampilkannya dengan
baik.Sedangkan pada anak yang menggeluti bidang olahraga mereka mampu menangkap
maksudpengarahan gerakan yang diajarkan dengan cepat. Selain itu juga mampu untuk
menunjukkan ketrampilan teknik dalam melakukan aktivitas olahraga tertentu. Orangtua bisa
menemukan bakat anak cerdas gerak sedini mungkin.
Melalui olahraga atau seni, seperti menyanyi atau menari, anak dapat teramati kemampuan
geraknya. Alzena memaparkan, kecerdasan ini dapat diamati saat anak mulai melakukan gerak
bertujuan, misalnya berjalan, melompat, memanjat atau berlari. Bila anak terlihat mampu
melakukan gerakan dengan sangat terampil dibandingkan anak seusianya, berarti ada
kemungkinan ia memiliki kelebihan dalam kecerdasan gerak. Orangtua dapat mengembangkan
cerdas gerak anak dengan mengikutsertakannya dalamkegiatan terstruktur, misalnya les menari
atau klub olahraga. Tentunya pilih klub atau les yang memang memiliki program untuk anak usia
dini (mulai 3 tahun). Orangtua perlu mengamati minat anak yang sebenarnya. Bisa jadi ia
memiliki kecerdsan gerak, namun belum berminat terhadap kegiatan-kegiatan yang melibatkan
aktivitas motorik tersebut. Jadi, jangan berharap anak langsung menyukai kegiatan les yang
dipilih. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani. Dasar Menentukan Ruang Lingkup Pendidikan
jasmani di sekolah dasar mencakup ruang lingkup yang luas karena terkait langsung dengan
karakteristik anak-anak dari bebagai usia. Dilihat dari berbagai tahapan pertumbuhan dan
perkembangan fisik anak pada tingkat usia sekolah dasar, sedikitnya terlibat tiga tahapan, yaitu :
1. Tahapan akhir dari masa kanak-kanak awal ( antara usia 5 – 7 tahun )
2. Tahapan masa kanak-kanak akhir ( middle childhood )
3. Tahapan awal dari pra-adolesen ( yang bisa dimulai pada usia 8 tahun atau rata-rata usia
10 tahun )
Pada usia di atas, anak-anak mulai matang menguasai keterampilan khusus, dari mulai
keterampilan manipulative lanjutan, hingga kegiatan-kegiatan berirama dan permainan,
senam,kegiatan di air, dan kegiatan untuk pembinaan kebugaran jasmani. Dalam beberapa
6
cabang olahraga, pentahapan pencapaian keterampilan tingkat tinggi pun sudah dapat mulai
dilakasanakan dikelas-kelas akhir SD, misalnya senam, loncat indah, dan renang.
Ruang lingkup Pendidikan Jasmani Setelah dibahas tentang dasar-dasar pertimbangan
sebagai pedoman untuk menyusun program pendidikan di sekolah dasar, ruang lingkup
pendidikan jasmani dapat ditentukan. Namun demikian uraian tentang ruang lingkup ini dibatasi
dan sifatnya lebih umum. Yang harus disadari oleh semua guru penjas adalah harus diberi
dorongan-dorongan untuk terus menerus menjelajahi kemampuan-kemampuannya. Tidak ada
kemajuan dalam hal belajar gerak yang bersifat kejutan.Semua kemajuan mengikuti pola yang
teratur. Jangan mengharapkan keajaiban. Harus sabar danbersifat optimis bahwa murid kita akan
mencapai kemajuan. Tidak mudah untuk mengetahui apakah tujuan pengajaran pendidikan
jasmani yang ditetapkan secara umum tersebut sudah tercapai ataubelum. Jika program
pendidikan jasmani yang kita terapkan berhasil maka murid-murid kita akan dapat dikatakan
sebagai orang-orang yang terdidik. Kondisi Pendidikan Jasmani dan Pembelajaran Olahraga di
Sekolah Dasar saat ini :
1. Waktu = 3 x 45 menit/minggu
2. Sarana – prasarana sangat terbatas
3. Kurikulum Pendidikan Jasmani dan (Pembelajaran) Olahraga pada saat ini lebih
berorientasi kepada Olahraga Kecabangan :
a. Cenderung individual dan cenderung mengacu pencapaian prestasi
b. Olahraga prestasi mahal dalam hal : Sarana – prasarana Waktu, perlu masa pelatihan
yang panjang Tenaga dan biaya.
c. Olahraga kecabangan/ prestasi hendaknya menjadi pilihan dan diselenggarakan sebagai
kegiatan extra kurikuler.
Pendidikan jasmani demi kenyataan masa kini dan harapan bagi masa depan :
1. Reposisi : pikir ulang apa perlunya Pendidikan Jasmani dan (Pembelajaran) Olahraga di
(usia) SD secara intra kurikuler? Penjas-Or perlu dikembalikan pada posisi dasar fungsinya
yaitu:
a. Penggunaan Olahraga/Kegiatan Jasmani sebagai media Pendidikan.
b. Penggunaan Olahraga sebagai alat pelatihan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat sehat dinamis menuju kondisi Sejahtera paripurna siswa masa kini dan
pembekalan anak untuk menjadi Atlet elite dan SDM bermutu bagi masa depan.
7
2. Reorientasi : pikir ulang arah pembinaan Penjas-Or bagi Siswa SD? Penjas-Or sebagai
program kurikuler perlu ditinjau kembali:
a. Relevansinya dengan kebutuhan siswa / santri
b. Manfaat yang diharapkan
c. Kondisi nyata persekolahan :
1. Jatah waktu / jam pelajaran per minggu
2. Sarana – prasarana yang tersedia.
3. Reaktualisasi : pikir ulang apakah Penjas-Or di SD sudah sesuai kebutuhan nyata.
BAB II
HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, PERMAINAN DAN REKREASI
Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga.Di
dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang dipilih
hanyalah alat untuk mendidik. Mendidik apa ? Paling tidak fokusnya pada keterampilan anak.Hal
ini dapat berupa keterampilan fisik dan motorik, keterampilan berpikir dan keterampilan
memecahkan masalah, dan bisa juga keterampilan emosional dan sosial. Karena itu, seluruh
adegan pembelajaran dalam mempelajari gerak dan olahraga tadi lebih penting dari pada
hasilnya. Dengan demikian, bagaimana guru memilih metode, melibatkan anak, berinteraksi
dengan murid serta merangsang interaksi murid dengan murid lainnya, harus menjadi
pertimbangan utama
Sejalan dengan pendapat diatas Mendikbut 413/U/1957 (dalam Soegiyono., Ateng dkk)
menjelasakan Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan melalui aktivitas fisik
yang bertujuan meningkatkan individu secara organic, neuro muscular, intelektual dan
emosional.
10
Pendidikan jasmani dan olahraga yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat
berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan
jasmani dan olahraga adalah perkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, mental, emosi,
sosial dan moral.Tidak salah jika para ahli percaya bahwa pendidikan jasmani dan olahraga
merupakan wahana yang paling tepat untuk membentuk manusia seutuhnya.
Dari beberapa pengertian pendidikan jasmani di atas dapat disimpulakan pendiidkan jasmani
merupakan pendidikan yang dilakukan kepada manusia seutuhnya berupa aspek fisik, kognitif,
dan afektif yang diselenggarakan dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah
Menengah Umum/Atas dan Perguruan Tinggi.
B. HAKIKAT OLAHRAGA
1. Pengertian Olahraga
Menurut Soegijono., Ateng dkk olahraga adalah kata asli Indonesia yang bukan berarti
sama dengan sport. Secara harfiah olah (mengolah) berarti upaya untuk mengubah sesuatu
menjadi lain atau untuk lebih menyempurakan. Sedangkan raga adalah mausia seutuhnya.
Sehingga olahraga dapat diartikan upaya untuk lebih menyempurnakan manusia dengan
raga (manusia seutuhnya) sebagai sasarannya (poin of attack).
Kegiatan olahraga sangatlah tersturktur dengan rapi dan terencana dengan baik karena
akan menciptakan atau membina anak yang memiliki bakat terhadap suatu cabang olahraga
tertentu untuk meraih hasil latihan yang setinggi-tingginya. Dalam UU Sistem
Keolahragaan Nasional Tahun 2005 pasal 1 no 4 dijelaskan bahwa olahraga adalah segala
kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi
jasmani, rohani dan sosial.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan olahraga adalah suatu aktivitas fisik
yang dilakukan diluar jam sekolah (extrakurikuler) untuk lebih mengembangkan potensi
jasmani anak yang berbakat/berminat terhadap cabang olahraga tertentu sehingga
menghasilkan anak yang berprestasi di berbagai kejuaraan.
2. Manfaat Olahraga
Olahraga memberikan banyak manfaat pada tubuh kita. MenurutFatmah (2010: 173)
menjelaskan bahwa ada lima manfaat olahraga bagi tubuh, yang pertama adalah
meningkatkan kekuatan otak. Jika otak cukup mendapatkan suplai darah maka reaksi fisik
12
C. HAKIKAT PERMAINAN
Hakikat Permainan
1. Permainan adalah kegiatan yang paling murni, yang paling spiritual dari manusia.
karena permainan memberikan kesenangan, kebebasan,kepuasan, ketengangan lahir
batin dan perdamaian dengan dunia.(Froebel)
2. Tidak ada yang bermanfaat dan tidak ada kebenaran yang hakiki selain kriteria
pesona yang ada dalam permainan dan kesenangan yang diperolehnya. ( Plato )
Permainan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, sukarela,tanpa paksaan
dan tak sungguhan dalam batas waktu,tempat dan ikatan peraturan. Namun bersamaan
dengan bermain menyerap ikhtiar yang sungguh – sungguh dari pemainnya disertai
dengan ketegangan dan kesukaan untuk mencapai tujuan yang berada dalam kegiatan
itu sendiri dan tak berkaitan dengan perolehan material.
D. HAKIKAT REKREASI
Hakekat rekreasi adalah dari bahasa Latin, re-creare, yang secara harfiah berarti
'membuat ulang', adalah kegiatan yang dilakukan untuk penyegaran kembali jasmani dan
rohani seseorang. Hal ini adalah sebuah aktivitas yang dilakukan seseorang disamping
bekerja. Kegiatan yang umum dilakukan untuk rekreasi adalah pariwisata, olahraga,
bermain, dan hobi. Kegiatan rekreasi umumnya dilakukan pada akhir pekan.
Sejak tahun 1940-an, rekreasi telah menjadi unsur penting dalam kehidupan
moderen. Pendapatan, kondisi pekerjaan dan perkembangan transportasi yang semakin
baik telah memberi orang lebih banyak uang, waktu dan pergerakan yang lebih tinggi
untuk melakukan rekreasi. Pada saat ini, rekreasi telah menjadi industri besar. Rekreasi
14
umumnya berdampak pada rasa senang tingkat kesehatan fisik dan mental manusia.
Rumah sakit pun sering mengadakan aktivitas rekreasi terapi untuk pasien.
Kegiatan rekreasi pada dasarnya merupakan bagian integral dari pendidikan, yang
merupakan penunjang proses pendidikan, dan menjadi salah satu media untuk mencapai
tujuan pendidikan. Sebagai media pendidikan, rekreasi pendidikan mempunyai fungsi
sebagai berikut:
dan menciptakan suasana baru, juga dapat dijadikan media untuk mencari kesegaran
jasmani, kegembiraan dan kepuasaan jiwa.
BAB III
PERUBAHAN FILOSOFIS DARI PENDIDIKAN JASMANI,
OLAHRAGA DAN KEBUGARAN
Oleh karena itu, dalam penerapannya tetap berlandaskan pada suasana kependidikan, serta
berpegang pada kaidah-kaidah dalam praktek pendidikan. Adapun pendidikan olahraga adalah
pendidikan yang membina anak agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu.
Di Amerika Serikat pendidikan jasmani menurut Nixon dan Jewet adalah satu aspek dari
proses pendidikan keseluruhan yang berkenaan dengan perkembangan dan penggunaan
kemampuan gerak individu yang sukarela dan berguna serta berhubungan langsung dengan respon
mental, emosional dan sosial.
Konsep pendidikan jasmani yang diuraikan Nixon dan Jewet, dapat dikatakan searah
dengan pemahaman di Indonesia yang diuraikan Rusli Lutan (2001: 18), bahwa pendidikan
jasmani sebagai sebuah subjek yang penting bagi pembinaan fisik yang dipandang sebagai mesin
dalam konteks pendidikan jasmani yang mengandung isi pendidikan melalui aktivitas jasmani.
Karenanya konsep pendidikan jasmani perlu dikuasai oleh para calon guru (mahasiswa penjas) dan
guru yang bersangkutan, sehingga dalam penerapannya memperlihatkan kesetaraan pemahaman.
Selain itu diharapkan dapat melakukan pemetaan konsep dalam penerapan pendidikan
jasmani berdasarkan jenjang pendidikan (kesesuaian kurikulum pendidikan jasmani), termasuk
memaksimalkan potensi-potensi lokal, dalam hal ini permainan tradisional yang dapat
dimodifikasi. Sebagai batasan atau rumusan dari konsep pendidikan jasmani, Arma Abdoellah
(2003;42) menguraikan sebagai salah satu aspek dari proses pendidikan keseluruhan peserta didik
melalui kegiatan jasmani yang dirancang secara cermat, yang dilakukan secara sadar dan
terprogram dalam usaha meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani dan sosial serta
perkembangan kecerdasan.
18
Esensi dari substansi pendidikan jasmani ialah pengetahuan tentang gerak insani dalam
konteks pendidikan yang terkait dengan semua aspek pengetahuan yang berlangsung secara
didaktik, rekreatif, untuk dipahami dan dapat dilakukan oleh peserta didik secara utuh. Oleh karena
itu, pendidikan jasmani dan olahraga adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani
yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,
pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan
beIajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh rana,
jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa.
Tujuan akhir pendidikan jasmani dan olahraga terletak dalam peranannya sebagai wadah
unik. Penyempurnaan watak, dan sebagai wahana untuk memiliki dan membentuk kepribadian
yang kuat, watak yang baik dan sifat yang mulia. Jadi orang-orang yang memiliki kebajikan moral
seperti inilah yang akan menjadi warga masyarakat yang baik dan berguna. (Baron Piece de
Coubertin, Penggagas Kebangkitan Olympiads Modern, Perancis).
Posisi pendidikan jasmani dan olahraga pada kedudukan yang amat strategis yakni sebagai
alat pendidikan, sekaligus pembudayaan, karena kedua istilah yang amat dekat dan erat. Maknanya
tidak lain adalah sebagai proses pengalihan dan penerimaan nilai-nilai. Dalam konteks
keolahragaan secara menyeluruh, memang kian kita sadari perubahan yang terjadi sebagai dampak
dari globalisasi dalam ekonomi yang dipacu oleh teknologi komunikasi juga terbawa dalam dunia
olahraga (Coomb 2004:7).
Dengan demikian, yang menjadi perhatian dalam pelaksanaan pendidikan jasmani dan
olahraga yaitu: (1) pendidikan merupakan upaya penyiapan peserta didik menghadapi dan berperan
dalam lingkungan hidup yang selalu berubah dengan cepat dan pluralistik; (2) pendidikan
merupakan upaya peningkatan kualitas kehidupan pribadi masyarakat dan berlangsung seumur
hidup; (3) pendidikan merupakan mekanisme sosial dalam mewariskan nilai, norma, dan kemajuan
yang telah dicapai masyarakat; (4) pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip
ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya; (5) dalam undang –
undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk rnemiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
19
Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang
direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu
secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem
pendidikan nasional.
B. Sistem Pendidikan
Salah satu contoh. Pelajaran penjas 'volley mini' di kelas 4 melibatkan 6 pelajaran
sistematis dalam tahun tersebut. Ibu Sato memutuskan untuk menggunakan pelajaran ketiga
sebagai suatu pelajaran penelitian, sedangkan guru lainnya mengamati secara teliti.
Fase perencanaan
Kelompok Ibu Sato terdiri dari guru senior kelas 4. Untuk mencapai tujuan jangka panjang
(pendidikan untuk klak individu anak) dia mencoba untuk memahami situasi di kelasnya. Dia
merasa bahwa ketika sebagian anak aktif dan memiliki pendapat yang jelas, yang lain memiliki
perasaan yang tidak dapat mereka ungkapkan atau tindak lanjuti.
Agar pendidikan jasmani menyenangkan bagi mereka, di bagian pertama dan kedua dan 6
pelajaran dia meminta anak-anak menciptakan peraturan mereka sendiri untuk membantu mereka
dan orang lain dalam menikmati permainan volley. Setelah permainan dia meluangkan waktu
untuk berefleksi dengan siswa mereka. tentang bagaimana mereka bermain. Mereka juga
mendiskusikan bagaimana mereka dapat memperbaiki permainan untuk melibatkan seseorang
yang sering tersingkirkan, sehingga mereka dapat menikmatinya dengan orang lain.
Fase diskusi
20
Ketika pelajaran penelitian selesai, sebuah diskusi dilaksanakan untuk bertukar pendapat
tentang pelajaran, Ini dimulai dengan penjelasan tujuan pelajaran oleh guru. Kemudian guru yang
mengamati, memberikan pendapatnya atau bertanya secara giliran, berkomentar berdasarkan,
pengalaman sendiri.
Mempengaruhi konsep 4 studi pelajaran. Dalam contoh ini, siswa kelas 4 belajar tentang
pentingnya kekuatan teman sebaya. Mereka juga belajar tentang kegiatan kerjasama untuk
merespon perbedaan. Guru dalam kelompok mendapatkan pandangan positif tentang manfaat
pembelajaran kelompok, sebagai cara membantu anak mengemukakan isu-isu mereka sendiri agar
dipecahkan oleh mereka sendiri.
Lebih penting lagi, semua guru mendiskusikan dan mengevaluasi pelajaran, yang
memampukan mereka berbagi topik penting ke seluruh sekolah. Sekarang ini, kebanyakan guru
memahami situasi tiap anak dan berbagi peran tanpa memandang kelas mana yang ditugaskan
kepada mereka. Misalnya guru sering membawa anak laki-laki pulang setelah selesai sekolah,
karena dia tahu anak tersebut mengalami masalah emosi dan orang tuanya bekerja sampai larut
malam.
Masih ada beberapa anak yang menyembunyikan nama sesungguhnya, karena ini akan
mengungkapkan status kesukuan mereka. Namun, kepala sekolah mengomentari apakah anak
mengubah namanya atau ticlak, semua merasa nyaman dan senang sekolah dasar Suzuki.
Sehubungan dengan pendidikan inklusif, sekolah dasar Suzuki berkembang ke arah penyediaan
lingkungan yang lebih baik untuk individu anak. Keefektifan kolaborasi antar guru selama studi
pelajaran secara lugas diakui sebagai elemen yang kuat dalam mengembangkan budaya sekolah
yang inklusif dan terbuka.
(penjaskes) dalam kurikulum1994. Perubahan nama tersebut tidak dilengkapi dengan sumber
belajar yang menjelaskan makna dan tujuan kedua istilah tersebut. Akibatnya sebagian besar guru
menganggap bahwa perubahan nama itu tidak memiliki perbedaan, dan pelaksanaannya dianggap
sama. Padahal muatan filosofis dari kedua istilah di atas sungguh berbeda, sehingga tujuannya pun
berbecla pula. Pertanyaannya, apa bedanya pendidikan olahraga dengan pendidikan jasmani?
Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga.
Di dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang dipilih
hanyalah alat untuk mendidik. Mendidik apa ? Paling tidak fokusnya pada keterampilan anak. Hal
ini dapat berupa keterampilan fisik dan motorik, keterampilan berpikir dan keterampilan
memecahkan masalah, dan bisa juga keterampilan emosional dan sosial. Karena itu, seluruh
adegan pembelajaran dalam mempelajari gerak dan olahraga tadi lebih penting dari pada hasilnya.
Dengan demikian, bagaimana guru memilih metode, melibatkan anak, berinteraksi dengan murid
serta merangsang interaksi murid dengan murid lainnya, harus menjadi pertimbangan utama.
Sedangkan pendidikan olahraga adalah pendidikan yang rnembina anak agar menguasai
cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada murid diperkenalkan berbagai cabang olahraga agar
mereka menguasai keterampilan berolahraga. Yang ditekankan di sini adalah hasil dari
pembelajaran itu, sehingga metode pengajaran serta bagaimana anak menjalani pembelajarannya
didikte oleh tujuan yang ingin dicapai. Ciri-ciri pelatihan olahraga menyusup ke dalam proses
pembelajaran. Dengan proses tersebut, dapat memberikan kekeliruan yang berlarut-larut dalam
proses pendidikan jasmani di Indonesia.
Yang sering terjadi pada pembelajaran pendidikan olahraga adalah bahwa guru kurang
memperhatikan kemampuan dan kebutuhan murid. Jika siswa harus belajar bermain bola voli,
mereka belajar keterampilan teknik bola voli secara langsung. Teknik-teknik dasar dalam pelajaran
demikian lebih ditekankan, sementara tahapan penyajian tugas gerak yang disesuaikan dengan
kemampuan anak kurang diperhatikan, kejadian tersebut merupakan salah satu kelemahan dalam
pendidikan olahraga. Guru demikian akan berkata: "kalau perlu tidak usah ada pentahapan, karena
anak akan dapat mempelajarinya secara langsung. Beri mereka bola, dan instruksikan anak supaya
bermain langsung". Anak yang sudah terampil biasanya dapat menjadi contoh, dan anak yang
belum terampil belajar dari mengamati demonstrasi temannya yang sudah mahir tadi. Untuk
pengajaran model seperti ini, ada ungkapan: Kalau anda ingin anak-anak belajar renang, lemparkan
mereka ke kolam yang paling dalam, dan mereka akan bisa berenang sendiri.
22
Tabel 3.1 Menekankan perbedaan antara pendidikan jasmani dengan pendidikan olahraga.
Pendidikan jasmani tentu tidak bisa dilakukan dengan cara demikian. Pendidikan jasmani
adalah suatu proses yang terencana dan bertahap yang perlu dibina secara hati-hati dalam waktu
yang diperhitungkan. Bila orientasi pelajaran pendidikan jasmani adalah agar anak menguasai
keterampilan berolahraga, misalnya sepak bola, guru akan lebih menekankan pada pembelajaran
teknik dasar dengan kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan. Dalam hal ini, guru tidak akan
memperhatikan bagaimana agar setiap anak mampu melakukannya, sebab cara melatih teknik
dasar yang bersangkutan hanya dilakukan dengan cara tunggal. Beberapa anak mungkin bisa
mengikuti dan menikmati cara belajar yang dipilih guru tadi. Tetapi sebagian lain merasa selalu
gagal, karena bagi mereka cara latihan tersebut terlalu sulit, atau terlalu mudah. Anak-anak yang
berhasil akan merasa puas dari cara latihan tadi, dan segera menyenangi permainan sepak bola.
Lain lagi dengan anak-anak lain yang kurang berhasil? Mereka akan serta merta merasa
bahwa permainan sepak bola terlalu sulit dan tidak menyenangkan, sehingga mereka tidak
menyukai pelajaran dan permainan sepak bola tadi. Apalagi bila ketika mereka melakukan latihan
yang gagal tadi, mereka selalu diejek oleh teman-teman yang lain atau bahkan oleh gurunya
sendiri. Anak-anak dalam kelompok gagal ini biasanya mengalami perasaan negatif. Akibatnya,
citra diri anak tidak berkembang dan anak cenderung menjadi anak yang rendah diri.
Melalui pembelajaran pendidikan jasmani yang efektif, semua kecenderungan tadi bisa
dihapuskan, karena guru memilih cara agar anak yang kurang terampil pun tetap menyukai latihan
memperoleh pengalaman sukses. Di samping guru membedakan bentuk latihan yang harus
23
dilakukan setiap anak, kriteria keberhasilannya pun dibedakan pula. Untuk kelompok mampu
kriteria keberhasilan lebih berat dari anak yang kurang mampu, misalnya dalam pelajaran renang
di tentukan: mampu meluncur 10 meter untuk anak mampu, dan hanya 5 meter untuk anak kurang
mampu.
Dengan cara demikian, semua anak merasakan apa yang disebut perasaan berhasil tadi, dan
anak makin menyadari bahwa kemampuannya pun meningkat, seiring clengan seringnya mereka
mengulang-ulang latihan. Cara ini disebut gaya mengajar partisipatif karena semua anak merasa
dilibatkan dalam proses pembelajaran.
E. Strategi Pengembangan
Penyiapan program yang dianggap bermutu, tidak akan berjalan dengan sendirinya.
Karena itu dibutuhkan strategi pengembangan yang mencakup beberapa aspek sebagai berikut:
1. Kembangkan program yang menekankan pada penyediaan pengalaman jasmani yang
disenagi di sepanjang hayat. Karena itu, misalnya, latihan aerobic, stretching (perengangan
otot), jalan kaki, tenis, dan berenang.
2. Bantulah siswa untuk menguasai keterampilan gerak dan kembangkan penilaian diri
positif bahwa ia dapat menguasai keterampilan itu. Sebagai contoh, bagaimana melakukan
pemanasan yang benar sebelum berlatih, bagaimana melakukan stretching yang aman dan
efektif; atau bagaimana memainkan suatu cabang olahraga dengan memuaskan dan
mendatangkan kesenangan.
3. Berikan kesempatan yang meluas dan merata sehingga semua anak dengan kemampuan
yang berbeda-beda dapat ikut serta; programnya jangan sampai menjadi monopoli anak
yang berbakat.
25
4. Beri tekanan pada program yang akan mendatangkan maslahat, bukan hanya untuk
kepentingan jasmani, seperti kebugaran, tetapi juga untuk perkembangan sosial, dan
keterampilan yang diperlukan untuk mempertahankan gaya hidup aktif sepanjang hayat,
keterampilan itu antara lain, bagaimana mengukur kebugaran diri secara sederhana,
megatasi masalah, dan memotivasi diri.
26
BAB IV
KONSEP DASAR OLAHRAGA, BERMAIN DAN PERMAINAN
HUBUNGAN BERMAIN-PERMAINAN-OLAHRAGA
Bermain
kombinasi keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif;
keduanya dapat dan harus beriringan bersama.
BAB V
KONSEP DASAR KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN
Pengertian kebugaran jasmani menurut Prof. Sutarman adalah suatu aspek, yaitu aspek fisik
dan kebugaran yang menyeluruh (total fitness) yang memberi kesanggupan kepada seseorang
untuk menjalankan hidup yang produktif dan dapat menyesuaikan diri pada tiap – tiap
pembebanan fisik (physical stress) yang layak. Proff. Soedjatmo Soemowardoyo menyatakan
bahwa kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi alat – alat
tubuhnya dalam batas – batas fisologi terhadap lingkungan (ketinggian, kelembapan suhu, dan
sebagainya) dan atau kerja fisik dengan yang cukup efisien tanpa lelah secara berlebihan. Secara
umum pengertian kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menjalankan
pekerjaan sehari – hari dengan ringan dan mudah tanpa merasakan kelelahan yang berarti dan
masih mempunyai cadangan tenaga untuk melakukan kegiatan yang lain.
Manfaat kebugaran jasmani bagi tubuh antara lain. Manfaat kebugaran jasmani bagi tubuh
antara lain dapat mencegah berbagai penyakit seperti jantung, pembuluh darah, dan paru – paru
sehingga meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Dengan jasmani yang hugar, hidup
menjadi semangat dan menyenangkan. Kebugaran jasmani tidak hanya menggambarkan
kesehatan, tetapi lebih merupakan cara mengukur individu melakukan kegiatannya sehari – hari.
Ada 3 hal penting dalam kebugaran jasmani, yaitu :
1. Alat – alat pernapasan bertambah kuat sehingga memungkinkan aliran udara yang cepat
ke dalam dan keluar paru – paru.
2. Kerja jantung bertambah kuat dan efisien untuk dapat memompakan lebih banyak darah
yang mengandung oksigen pada tiap denyutan.
3. Peredaran darah menjadi lancar sehingga unsur – unsur gizi makanan dapat dengan
mudah disuplai ke seluruh jaringan tubuh.
4. Tegangan (tonus) otot di seluruh tubuh meningkat sehingga menjadi lebih kuat.
Setiap orang harus meningkatkan kualitas dirinya, dalam hal ini adalah kualitas fisik yang harus
dikembangkan. Kualitas fisik seseorang dapat berkembang jika diiringi aktivitas. Aktivitas yang
dimaksud adalah aktivitas yang menunjang terhadap perkembangan fisik seseorang.
Latihan adalah aktivitas manusia yang menunjang terhadap pemenuhan kebutuhan fisiknya.
Berikut adalah beberapa pengertian latihan yang diungkapkan oleh beberapa ahli:
Harsono (1988:101) bahwa “latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih atau
bekerja yang dilakukan secara berulang ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah
beban latihan atau pekerjaaannya.
Harre (ed., 1982) menjelaskan dalam pengertian luas, "pelatihan olahraga adalah
keseluruhan proses persiapan yang sistematik bagi atlet untuk mencapai prestasi tinggi".
Jadi bisa kita simpulkan bahwa tujuan akhir latihan dalam bidang olahraga adalah untuk
meningkatkan penampilan olahraga dalam melakukan aktivitas atau latihan harus sistematis.
Sistematis yang dimaksud adalah setiap aktivitas harus disesuaikan dengan kemampuan masing
masing orang dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang rumit. Selain itu,
harus tetap diingat bahwa ketika melaksanakan latihan kemampuan fisik, seseorang harus
memperhatikan pengulangan dari setiap aktivitas yang dilakukan. Hal tersebut dilakukan untuk
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti cedera otot, patah tulang, luka, dan sebagainya.
32
BAB VI
f. Pendidikan Jasmani
g. Kata fisik atau jasmani (physical) menunjukkan pada tubuh atau badan (body).
Kata fisik seringkali digunakan sebagai referensi dalam berbagai karakteristik
jasmaniah, seperti kekuatan fisik (physical strenght), perkembangan fisik
(physical development), kecakapan fisik (physical prowess), kesehatan fisik
(physical health). dan penampilan fisik (physical appearance).
h. Kata fisik dibedakan dengan jiwa atau fikiran (mind). Oleh karena itu, jika kata
pendidikan (education) ditambahkan dalam kata fisik, maka membentuk frase
atau susunan kata pendidikan fisik atau pendidikan jasmani (physical education),
yakni menunjukkan proses pendidikan tentang aktivitas-aktivitas yang
mengembangkan dan memelihara tubuh manusia.
i. Nixon and Cozens (1963: 51) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani
didefinisikan sebagai fase dari seluruh proses pendidikan yang berhubungan
dengan aktivitas dan respons otot yang giat dan berkaitan dengan perubahan yang
dihasilkan individu dari respons tersebut.
j. Dauer dan Pangrazi (1989: 1) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani adalah
fase dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan kontribusi, terutama
melalui pengalaman gerak, untuk pertumbuhan dan perkembangan secara utuh
untuk tiap anak. Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai pendidikan dan melalui
gerak dan harus dilaksanakan dengan cara-cara yang tepat agar memiliki makna
bagi anak. Pendidikan jasmani merupakan program pembelajaran yang
memberikan perhatian yang proporsional dan memadai pada domain-domain
pembelajaran, yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif.
Bucher, (1979). Mengemukakan pendidikan jasmani merupakan bagian integral
dari suatu proses pendidikan secara keseluruhan, adalah proses pendidikan
melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan organik, neuromuskuler, interperatif, sosial, dan emosional
Ateng (1993) mengemukakan; pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari
pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan
mengembangkan secara organik, neuromuskuler, intelektual dan emosional.
Definition of Physical Education Based on Bucher and Wuest (1991: 6) physical
34
2. Tap MPR No. IV/ MPR / 1978 menyebutkan “ Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila
dan bertujuan meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan,
keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal
semangat kebangsaan, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang
dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa”.
3. Di dalam Tap MPR No. II / MPR/ 1988 dikatakan: “Pendidikan Nasional bertujuan untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkeperibadian, berdisiplin,
bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat
jasmani dan rohani”.
4. Di dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4
dikemukakan: Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki penetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
b. Tujuan Pendidikan Jasmani
1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan
pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas
jasmani dan olahraga yang terpilih.
2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.
3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.
4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang
terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya
diri dan demokratis.
6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain
dan lingkungan.
36
7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai
informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan
kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
Istilah lain yang pernah muncul di Amerika Serikat adalah physical culture. Pada sekitar
tahun 1800-an, istilah ini sangat dekat dengan tema pelatihan jasmani, yang lebih mengarah pada
program latihan kondisi fisik. Program seperti ini juga sering diselenggarakan pada program
37
militer mereka. Tetapi, tentu istilah ini tidak akan sesuai jika diselenggarakan dalam program
pendidikan jasmani di sekolah.
b. Pendidikan Jasmani Sebagai Satu Disiplin Ilmu
1. Penjas sebagai Disiplin Ilmu
Suatu Pengetahuan dapat dipandang sebagai suatu ilmu apabila mempunyai cirri- ciri
tertentu dan dilaksanakan secara penuh disiplin dan konskuen, ciriciri tersebut adalah
ontologi, epistimologi dan aksiologi.
Ontologi yang berarti ilmu tersebut mempunyai obyek kajian yang jelas dan belum
digarap oleh ilmu lain dalam hal ini sebagi obyek kajian pendidikan jasmani adalah
gerak manusia
Sedang epistimologi bahwa ilmu tersebut dibentuk dan disusun melalui kajian teori yang
berdasarkan logika atau penalaran tertentu.
Ciri yang ketiga adalah aksiologi yang berarti ilmu tersebut bermafaat untuk kehidupan
manusia pada umumnya.
Para pakar berpendapat bahwa satu disiplin ilmu harus mempunyai tubuh pengetahuan.
Tubuh pengetahuan dari pendidikan jasmani adalah bagian dari pengetahuan yang
berasal dari banyak disiplin yang terjalin menjadi satu unit yang terintegrasi dan
berhubungan dengan pendidikan jasmani.
Tubuh pengetahuan pendidikan jasmani berasal dari disiplin biologi, antropologi,
sosiologi, psikologi, filosofi, fisika, dan disiplin lainnya. Pendidikan jasmani bersifat
antar disiplin dan silang disiplin
Antar disiplin, pengetahuan yang diambil dari beberapa disiplin lain seperti anatomi,
fisiologi, psikologi.
Silang disiplin, pendidikan jasmani juga memusatkan pada aspek disiplin lain seperti
fisilogi latihan adalah salah satu aspek dari fisiologi, psikologi pendidikan jasmani
adalah satu aspek dari psikologi dsb.
Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat
mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang
38
Olahraga Pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai
bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan,
kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani.
Olahraga Rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan kegemaran dan
kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat
setempat untuk kesehatan, kebugaran, dan kegembiraan.
Olahraga Prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara
terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan
dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. selain itu dalam pengembangan
olahraga perlu dilakukan sebuah pendekatan keilmuan yang menyeluruh dengan jalan
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Jadi pendidikan olahraga adalah pendidikan yang dilaksanakan sebagai bagian proses
pendidikan untuk mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah
seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan,
perlombaan/pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh rekreasi,
kemenangan, dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia yang sportif, jujur, dan
sehat.
Pendidikan olahraga bertujuan untuk melahirkan sosok warga yang sportif, jujur, sehat.
Bukan untuk melahirkan sosok warga yang bringas, sadis, brutal. Juga bukan untuk menciptakan
sarana bisnis bagi spekulan, pejudi. Para pelatih asing hanya sebatas untuk melatih, membina
pelatih nasional. Dalam olahraga sepakbola misalnya dipercayai bila ke dalam tim
kesebelasannya dipasangkan satu dua pemain sepakbola asing, maka tim kesebelasannya itu akan
memiliki kualitas (harga tawar) bermain yang tinggi. Pemakaian pemain asing di dalam
persepakbolaan ini, merupakan penyimpangan dari tujuan pendidikan olahraga. Sepakbola,
sports seharusnya (Das Sollen) mendidik kita bersikap sportif, demokratis, jauh dari aksi
kekerasan, tawuran, kerusuhan, keresahan, jauh dari aksi premanisme, jauh dari judi dan politik
uang (written by sicumpaz@gmail.com)
BAB VII
A. Pengertian Paradigma
Kata Paradigma berasal dari abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan
dari bahasa latin ditahun 1483. Yaitu paradigma yang berarti suatu model atau pola. Dalam
bahasa yunani paradeigma (para+deiknunai) yang berarti untuk “membandingkan”,
“bersebelahan” (para) dan “memperlihatkan” (deik).
Paradigma dalam kamus besar Bahasa Indonesia berati kerangka berpikir atau daftar
semua bentukan dari sesuatu kata yang memperlihatkan konjungasi dan deklinasi kata tersebut
dalam sebuah ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut beberapa para ahli mengartikan
paradigma sebagai kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak
pandanganya sehingga akan membentuk citra subyektif seseorang mengenai realita dan akhirnya
akan menentukan bagai mana seseorang menanggapi realita tersebut.
B. Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani yaitu suatu proses pendidikan dengan menggunakan aktivitas fisik,
permainan, dan olahraga sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan keseluruhan.
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang melibatkan interaksi antara anak didik dengan
lingkunganya yang dikelola melalui aktivitas jasmani untuk meningkatkan keterampilan motorik
dan nilai-nilai fungsional yang mencakup aspek kognitif, afektif, serta nilai-nilai sosial seperti
saling menghargai, kerjasama, berkompetisi dengan sehat, tidak kenal lelah, dan pantang
menyerah.
Pendidikan jasmani tidak dapat terpisah dari tujuan pendidikan pada umumnya dan selalu
menjaga keseimbangan antara pengembangan jasmani dan rohani. Tujuan pendidikan jasmani
adalah pengembangan optimal sesuai dengan kemampuan, minat dan kebutuhan yang melakukan
kegiatan dan arahnya kepada perkembangan aspek-aspek fisik, mental, dan sosial pada setiap
individu.
41
Konsep pendidikan jasmani merupakan suatu kegiatan yang secara sadar disusun dengan
sistemik dan bertujuan untuk mengembangkan fungsi organ tubuh, kontrol neuro-muscular,
kekuatan intelektual, pengendalian emosi, pertumbuhan dan perkembangan anak melalui
aktivitas jasmani yang dipilih dengan tujuan yang jelas. Pendidikan jasmani juga
mengembangkan kepribadian siswa melalui aktivitas jasmani.
Nilai-nilai sosial pendidikan jasmani dapat dilihat dari peranannya sebagai wahana untuk
mendidik anak dan masyarakat untuk menjaga kesehatan. Dengan berolahraga dalam kerangka
pendidikan jasmani diajarkan nilai kerjasama, solidaritas, saling menghargai, sportivitas serta
membina fisik, mental, emosi, dan sosial individu kearah yang positif. Nilai-nilai sosial dapat
ditanamkan melalui pendidikan jasmani dalam setiap kegiatan olahraga permainan. Olahraga ini
tidak hanya terbatas dalam olahraga prestasi ataupun pendidikan, tetapi juga termasuk di
dalamya adalah olahraga rekreasi.
Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup.
Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat
penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam
42
berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih
yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina
pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup
sehat dan bugar sepanjang hayat.
Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa
adanya pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas jasmani
adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami
berkembang searah dengan perkembangan zaman. Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam
memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif.
Pandangan ini telah membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti,
seni, psikomotor, serta life skill.
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut.
1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan
pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani
dan olahraga yang terpilih;
2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik;
3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar;
4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang
terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan;
5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri
dan demokratis;
6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan
lingkungan ;
43
7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai
informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan
kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
Ruang lingkup mata pelajaran Pendiidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan meliputi
aspek-aspek sebagai berikut.
1. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak,
keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers,
sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri,
serta aktivitas lainnya;
2. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani,
dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya;
3. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan
dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya;
4. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas
lainnya;
5. Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan
renang serta aktivitas lainnya;
6. Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah,
menjelajah, dan mendaki gunung;
7. Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari- hari,
khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang
sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera,
mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS.
Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua
aspek.
C. Paradigma baru penjasorkes
Berdasarkan uraian diatas, kita dapat melihat betapa kompleksnya tujuan dan ruang
lingkup mata pelajaran penjasorkes. Oleh karena itu pelaku pendidikan jasmani perlu
pemahaman yang menyeluruh tentang tujuan dan ruang lingkup penjas agar dapat tercapaianya
hasil yang sesuai dengan tujuan keseluruhan.
44
Selama ini masih banyak para guru penjasorkes menggunakan metode pembelajaran
penjasorkes dengan menggunakan metode pelatihan olahraga dalam kegiatan pembelajaran.
Dalam metode pelatihan olahraga orientasinya pada keterampilan gerak yang bertujuan untuk
meguasai gerak sebaik mungkin untuk menghasilkan prestasi yang tinggi. Dalam metode ini
tujuan penjasorkes keseluruhan tidak akan tercapai dengan baik. Karena banyak aspek dari
tujuan penjasorkes yang terabaikan dan tidak dikuasai oleh anak didik.
Penjasorkes ada karena dalam pendidikan di sekolah anak perlu aktivitas-aktivitas yang
berdampak pada kebugaran jasmani anak yang tidak didapatkan pada mata pelajaran lain. Anak
perlu aktivitas fisik yang sehat dan teratur yang didapat baik disekolah maupun di rumah dalam
kehidupan sehari-hari. Penjasorkes membekali anak didik untuk dapat melakukan kegiatan
tersebut di masyarakat serta mengetahui pentingnya aktivitas fisik bagi kesehatan.
Melalui aktivitas fisik yang dilaksanakan di sekolah diharapkan dilaksanakan juga oleh
anak didik dimasyarakat. Karena melalui aktivitas fisik yang dilakukan, diharapkan dapat
mengurangi resiko kematian dini akibat dari beberapa penyakit seperti penyakit jantung koroner,
hypertensi, kanker usus, diabetes melitus dan masalah obesitas. Keterlibatan semua anak didik
dalam kegiatan penjasorkes, diharapkan dapat meningkatkan keyakinan diri untuk terlibat terus
dalam olahraga yang rutin. Yang berdampak pada kualitas hidup serta peningkatan aspek sosial,
emosional, dan finansial.
45
United States Department of Health and Human Service pada tahun 2000 merilis, bahwa
waktu ideal untuk anak dalam penjasorkes minimal 150 menit setiap minggu. Jumlah anak dalam
kelas penjasorkes juga harus sama dalam pelajaran lain. Guru juga harus menerapkan ruang
lingkup dan urutan kurikulum yang direncanakan secara progresif untuk membangun dan
mengembangkan pengalaman baru. Selain itu tuntutan fasilitas dan perlengkapan harus memadai
dalam setiap kegiatan pembelajaran penjasorkes dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan
anak. Selain itu pelaksanaan kegiatan pembelajaran haruslah menyenangkan anak didik agar
pengembangan afektif, kognitif, psikomotor, dan fisik dapat berlangsung bersamaan. Pengenalan
semua gerakan pada masa usia perkembangan menentukan kecakapan anak dalam membuat
keputusan tentang olahraga yang mereka senangi pada saat dewasa.
Paradigma pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sekarang harus bergeser dari
metode ke model. Karena metode digunakan secara tipikal untuk satu atau beberapa aktivitas
pebelajaran dan hasil jangka pendek. Sedangkan model merupakan rencana atau pola yang
digunakan untuk membentuk kurikulum (jangka panjang), merancang materi pembelajaran, dan
mengarahkan pengajaran di dalam kelas (Joyce and Weil, 1980). Model merupakan pengajaran
yang meliputi pertimbangan menyeluruh terhadap teori belajar, tujuan ajar jagka panjang,
konten, manajemen kelas, strategi terkait, pembuktian proses, serta penilaian pembelajaran.
Sedangkan keterampilan guru yang harus di miliki dalam mengajar yaitu meliputi ;
1. Perencanaan pembelajaran yang jelas dan efisisen;
2. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan urutan pembelajaran yang
jelas;
3. Menetapkan indikator yang jelas dan sesuai dengan tingkat
perkembangan anak;
4. Pegelolaan waktu dan kelas yang efektif dan efisien;
5. Pola komunikasi dan motivasi yang selalu diberikan kepada siswa
dalam kegiatan pembelajaran;
6. Informasi pengajaran dan pemberian tugas serta pertanyaan ;
7. Melibatkan semua anak dalam kegiatan pembelajaran ;
8. Kesempatan belajar yang maksimal ;
9. Menutup pelajaran dan mereview pengajaran yang efektif;
46
Terlepas dari pelaksanaan pembelajaran yang ideal maka banyak sekali hambatan-
hambatan yang tengah menghadang sebagian besar para guru penjasorkes. Suatu contoh
kurangnya media pembelajaran, ketiadaan prasarana yang memadai sebagai tempat kegaitan
pembelajaran dan lain sebagainya. Harapanya dengan paradigma baru pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan yang baru. Permasalahan tersebut dapat dipecahkan para guru di masing-
masing tingkat satuan pendidikan.
BAB VIII
Landasan ilmiah pendidikan jasmani dan olahraga selain aktifitas jasmani, pendidik harus
mehami disiplin lainya yang berada di bawah payung pendidikan jasmani dan olahraga
diantaranya : sport medicine, training teori, sport biomekanik, sport psikologi, sport pedagogi,
sport sosiologi, sport history dan sport philosopi. Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan
suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan
kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup
sehat dan aktif, sikap sportif dan kecerdasan emosi.
Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan suatu media yang sangat berpengaruh
terhadap cakal bikal prestasi olahraga. Bagaimana tidak, sebagian besar seorang olahragawan
yang berprestasi mengenal olahraga pada saat ia belajar pendidikan jasmani di sekolah. Dengan
ia diperkenalkan berbagai macam bentuk dari cabang-cabang olahraga, akan ada dari beberapa
orang siswa yang akan merasa senang dan gemar secara psikologis. Dengan adanya rasa senang
dan gemar yang dirasakan siswa tersebut terhadap olahraga yang diperkenalkan di sekolah inilah
yang akan menjadi pemicu awal seorang siswa dapat menjadi penekun olahraga dan akan
menjadi bibit-bibit atlit yang berprestasi nantinya.
Secara ilmiah pelaksanaan pendidikan jasmani mendapat dukungan dari berbagai disiplin
ilmu, di mana pandangan-pandangan dari setiap disiplin tersebut dapat dijadikan sebagai
landasan bagi berlangsungnya program penjas di sekolah-sekolah. Di bagian ini, penulis akan
menguraikan landasan ilmiah dari minimal tiga disiplin ilmu, yaitu dari sudut pandang biologis,
sudut pandang psikologis, dan yang terakhir sudut pandang sosiologis.
pengetahuan tentang bagaimana tubuh manusia berfungsi dipandang amat krusial agar
bisa melaksanakan tugas pengajaran dengan baik. Potensi Manusia dan Prestasi Joseph
W. Still telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk meneliti perilaku fisikal dan
intelektual manusia. Meskipun penelitiannya sudah berlangsung di masa lalu, namun
masih menemukan faktanya di masa kini, bahkan maknanya seolah mendapatkan angin
baru dalam era teknologi dewasa ini. Dalam penelitiannya, Still seperti dikutip Bucher
(1979), menemukan bahwa keberhasilan manusia dalam pencapaian prestasi, baik dalam
hal prestasi fisikal maupun dalam prestasi intelektual, berhubungan dengan usia serta
dapat digambarkan dalam bentuk sebuah kurva, di mana kurva itu bisa menaik dan bisa
menurun, sesuai dengan perjalanan usia manusia.
Dalam kurva hasil penelitian Still, ditunjukkan bahwa tidak lebih dari 5%
populasi manusia berhasil mendaki kurva keberhasilan, sedang selebihnya lebih banyak
banyak mengikuti kurva kegagalan, terutama setelah melewati usia antara 25 hingga 35
tahun. Yang menarik, menurut dugaan Still, kurva kegagalan dalam pertumbuhan fisik
menunjukkan bahwa perkembangan fisik manusia dewasa ini semakin berkurang.
Sebabnya, manusia modern sekarang dihadapkan pada rendahnya melakukan latihan
fisik, di samping karena terlalu banyak makan, minum, dan merokok; sehingga mereka
merosot kondisinya setelah usia 30 tahunan. Demikian juga dalam hal pertumbuhan dan
perkembangan psikologis, yang menunjukkan kurva kegagalan dalam hal prestasinya.
Ciri-ciri perkembangan mental menunjukkan puncak prestasi pada tahap perkembangan
yang berbeda.
akan menurun drastis. Dalam hal itulah pendidikan jasmani yang baik di sekolah dan di
masa-masa berikut dalam hidupnya dipandang amat penting dalam menjaga kemampuan
bilogis manusia. Dipandang dari sudut ini, pendidikan jasmani terikat dekat pada
kekuatan mental, emosional, sosial, dan spiritual manusia.
Kesemua sub-disiplin itu, memberikan pemahaman yang lebih luas dalam hal
bagaimana anak belajar, dan yang terpenting upaya apa yang harus dipertimbangkan guru
dikaitkan dengan menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan anak belajar.
Kata psikologi berasal dari kata-kata Yunani psyche, yang berarti jiwa atau roh, dan
logos, yang berarti ilmu. Diartikan secara populer, psikologi adalah ilmu jiwa atau ilmu
pikiran. Para ahli psikologi mempelajari hakikat manusia secara ilmiah, dan untuk
memahami alam pikiran manusia, termasuk anak, dan ciri-ciri manusia ketika belajar.
Pendidikan jasmani lebih menekankan proses pembelajarannya pada penguasaan gerak
manusia. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap kecenderungan dan hakikat gerak
ini, misalnya melalui teori gerak dan teori belajar gerak, akan memungkinkan guru untuk
lebih memahami tentang kondisi apa yang perlu disediakan untuk memungkinkan anak
belajar secara efektif.
50
Jika dahulu para guru penjas lebih bersandar pada teori belajar behaviorisme,
yang lebih melihat proses pembelajaran dari perubahan perilaku anak, maka dewasa ini
sudah diakui adanya keharusan untuk memahami tentang apa yang terjadi di dalam diri
anak ketika mempelajari keterampilan gerak, yang ditunjang oleh berkembangan teori
belajar kognitivisme. Bersandar secara berlebihan pada teori belajar behaviorisme tentu
mengandung kelemahan tertentu, karena mendorong dan membenarkan guru dengan
proses pembelajaran yang sangat mekanistis; sekedar terjadi persambungan antara
stimulus (aba-aba guru) dengan respons siswa (gerakan siswa), yang diperkuat oleh
adanya reinforcement (ucapan pujian dari guru). Akibatnya, guru pun umumnya abai
dengan bagaimana sebenarnya proses yang terjadi di dalam otak dan perangkat gerak
anak, sehingga guru tidak pernah terlalu mempertimbangkan kualitas dari proses
pembelajaran, termasuk keharusan untuk melibatkan proses berpikir dari anak. Akhirnya,
anak relatif tidak pernah punya gagasan apapun dalam pelajaran, dan klaim bahwa penjas
memiliki peranan dalam pengembangan kemampuan intelektual anak tidak terbuktikan
secara nyata.
pada mereka untuk menganalisis situasi dan berikan kebebasan untuk mengambil
keputusan sendiri (misalnya: “... baik, ketika posisi lapangan ketat dan kamu dijaga terus
oleh lawan, kira-kira kemanakah kamu harus melempar bola? Coba kita praktekkan,
apakah keputusanmu sudah tepat atau tidak?”.
Di sisi lain, sosiologi berhubungan juga dengan ilmu yang menaruh perhatian
pada lembaga-lembaga sosial seperti agama, keluarga, pemerintah, pendidikan, dan
rekreasi. Singkatnya, sosiologi adalah ilmu yang berkepentingan dalam mengembangkan
struktur dan aturan sosial yang lebih baik yang dicirikan oleh adanya kebahagiaan,
kebaikan, toleransi, dan kesejajaran sosial. Dikaitkan dengan landasan tersebut, seorang
guru penjas sesungguhnya adalah seorang sosiologis yang perlu mengetahui prinsip-
prinsip umum sosiologi (Bucher, 1979), agar mampu memanfaatkan proses
pembelajarannya untuk menanamkan nilai-nilai yang dapat dikembangkan melalui
penjas. Sebagaimana dikemukakan Bucher, guru yang mengerti sosiologi dalam konteks
kependidikan akan mampu mengembangkan minimal tiga fungsi: (1) pengaruh
pendidikan pada institusi sosial dan pengaruh kehidupan kelompok pada individu, seperti
bagaimana sekolah berpengaruh pada kepribadian atau perilaku individu; (2) hubungan
manusia yang berlangsung di sekolah yang melibatkan siswa, orang tua, dan guru dan
bagaimana mereka mempengaruhi kepribadian dan perilaku individu; dan (3) hubungan
sekolah kepada institusi lain dan elemen lain masyarakat, misalnya pengaruh dari
pendidikan pada kehidupan masyarakat kota.
52
BAB IX
PROFESI DALAM OLAHRAGA DAN PENDIDIKAN JASMANI
A. Pengertian Profesi
Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau
keterampilan dari pelakunya.PROFESI, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok
untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Profesi berasal dari
bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila
artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja”
untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti
sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus
dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik.
B. Pengertian Profesional
Profesional adalah orang yang menyandang suatu jabatan atau pekerjaan yang dilakukan
dengan keahlian atau keterampilan yang tinggi.Hal ini juga pengaruh terhadap penampilan atau
performance seseorang dalam melakukan pekerjaan di profesinya.“Professional” mempunyai
makna yang mengacu kepada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan
tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengn
profesinya.Penyandangan dan penampilan “professional” ini telah mendapat pengakuan, baik
segara formal maupun informal.
Kata profesional berasal dari profesi yang artinya menurut Syafruddin Nurdin, diartikan
sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut di dalam science dan teknologi yang
digunakan sebagai prangkat dasar untuk di implementasikan dalam berbagai kegiatan yang
bermanfaat. Definisi Profesional. Istilah " Profesional " diadaptasikan dari istilah bahasa Inggris
yaitu Profession yang berarti pekerjaan atau karir . Menurut Kamus Dewan Bahasa dan Pustaka (
Edisi Empat ) menafsirkan profesional sebagai :
a. Yang terkait dengan ( bergiat dalam ) bidang profesi ( seperti hukum , medis , dan lain
sebagainya ) Contoh : profesional ; ahli professional.
53
C. Pengertian profesionalisme
Profesionalisme adalah komitmen para profesional terhadap profesinya. Komitmen
tersebut ditunjukkan dengan kebanggaan dirinya sebagai tenaga profesional, usaha terus-menerus
untuk mengembangkan kemampuan profesional, dst. Profesionalisme merupakan komitmen para
anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuannya secara terus menerus.
Profesionalisme berasal dan kata profesional yang mempunyai makna yaitu berhubungan
dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (KBBI,
1994).Sedangkan profesionalisme adalah tingkah laku, keahlian atau kualitas dan seseorang yang
professional (Longman, 1987).
“Profesionalisme” adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk
komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan
kualitas profesionalnya.
1. Profesi harus memenuhi kebutuhan masyarakat dan menggunakan prinsip keilmuan yang
dapat diterima masyarakat.
2. Profesi harus menuntut suatu latihan profesional yang memadai dan membudaya.
3. Profesi menuntut suatu lembaga yang sistematis dan terspesialisasi.
4. Profesi harus memberikan keterangan tentang ketrampilan yang dibutuhkan di mana
masyarakat umum tidak memilikinya.
5. Profesi harus sudah mengembangkan hasil dari pengalaman yang sudah teruji.
6. Profesi harus merupakan tipe pekerjaan yang bermanfaat.
7. Profesi harus sudah memerlukan pelatihan kebijaksanaan dan penampilan tugas.
8. Profesi harus mempunyai kesadaran ikatan kelompok sebagai kekuatan yang mampu
mendorong danmembina anggotanya.
9. Profesi harus dijadikan batu loncatan mencari pekerjaan lain.
10. Profesi harus mengakui kewajibannya dalam masyarakat dengan meminta anggotanya
memenuhi kode etik yang diterima dan dibangunnya.
Sesuai dengan pengertian profesi dan ciri-ciri yang diungkapkan di atas, maka
pekerjaan guru adalah tugas keprofesian, mengingat hal-hal sebagai berikut:
1. Diperlukan persyaratan akademis dan adanya kode etik.
2. Semakin dituntut adanya kualifikasi agar tahu tentang permasalahan perkembangan anak
(Shaleh, 2005:278-280).Abudin Nata menambahkan tiga kriteria suatu pekerjaan
profesional:
a. Mengandung unsur pengabdian
Setiap profesi bukanlah sekedar mata pencari atau bidang pekerjaan yang
mendatangkan materi saja melainkan dalam profesi itu tercakup pengertian pengabdian
pada sesuatu yang luhur dan idealis, seperti mengabdi untuk tegaknya keadilan,
kebenaran meringankan beban penderitaan sesama manusia.
Menurut Mukhtar Lutfi ada delapan kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu pekerjaan agar dapat
disebut sebagai profesi yaitu:
Wolmer dan Mills dalam Sardiman mengatakan pekerjaan itu dikatakan sebagai profesi apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
Rahman Nata wijaya mengemukakan beberapa kriteria sebagai ciri suatu profesi:
Upaya memahami tuntutan standar profesi yang ada (di Indonesia dan yang berlaku di
dunia) harus ditempatkan sebagai prioritas utama jika guru kita ingin meningkatkan
57
Upaya mencapai kualifikasi dan kompetensi yang di persyaratkan juga tidak kalah
pentingnya bagi guru.Dengan dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang memadai maka
guru memiliki posisi tawar yang kuat dan memenuhi syarat yang dibutuhkan. Peningkatan
kualitas dan kompetensi ini dapat ditempuh melului training, seminar, dan berbagai upaya
lain untuk memperoleh sertifikasi.
3. Membangun kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi profesi.
Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas dapat dilakukan guru
dengan membina jaringan kerja. Guru harus berusaha mengetahui apa yang telah dilkukan
oleh sejawatnya yang sukses. Sehingga bisa belajar untuk mencapai sukses yang sama atau
bahkan bisa lebih baik lagi. Melalui jaringan kerja inilah guru dapat memperoleh akses
terhadap inovasi-inovasi di bidang profesinya.Dalam hal ini juga dapat di bina melalui
jaringan kerja yang luas dengan menggunakan tekhnologi komunikasi dan informasi, misal
melalui korespondensi dan mungkin melalui internet. Apabila hal ini dilakukan secara
intensif akan dapat diperoleh kiat-kiat menjalankan profesi dari sejawat guru di Indonesia
bahkan dunia.
4. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu
tinggi kepada konstituen.
Upaya membangun etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan
bermutu tinggi kepada konstituen merupakan suatu keharusan di zaman sekarang.Semua
bidang dituntut untuk memberikan pelayanan prima. Guru pun harus memberikan pelayanan
prima kepada konstituenya yaitu siswa , Orang tua dan sekolah . Terlebih lagi pelayanan
58
pendidikan adalah termasuk pelayanan publik yang di danai, di adakan dikontrol oleh dan
untuk kepentingan publik.Oleh karena itu guru harus mempertanggung jawabkan
pelaksanaan tugasnya kepada publik.
Satu hal lagi yang dapat diupayakan ntuk peningkatan profesionalisme guru adalah
melalui adopsi inovasi atau pengembangan kreatifitas dalam pemanfaatan tekhnologi
komunikasi dan informasi mutakhir. Guru dapat memanfaatkan media presentasi komputer
dan juga pendekatan-pendekatan baru bidang tekhnologi pendidikan. Upaya-upaya guru
untuk meningkatkan profesionalismenya tersebut pada akhirnya memerlukan adanya
dukungan dari semua pihak yang terkait agar benar-benar terwujud.Pihak-pihak yang harus
memberikan dukunganya tersebut adalah organisasi profesi seperti PGRI, pemerintah dan
juga masyarakat.
Pelatih
Pelatih ialah seseorang yang bertugas untuk mempersiapkan fisik dan mental
olahragawan maupun kelompok olahragawan.Sebagian besar pelatih merupakan bekas
atlet.Pelatih mengatur taktik, strategi, pelatihan fisik dan menyediakan dukungan moral kepada
atlet.
Pelatih adalah seorang yang profesional yang tugasnya membantu olahragawan dan tim
dalam memperbaiki penampilan olahraga. Karena pelatih adalah suatu profesi, maka sebaiknya
pelatih harus dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar/ukuran professional yang
ada. Sedangkan yang sesuai dengan standar profesi adalah pelatih harus dapat memberikan
pelayanan pelatihan sesuai dengan perkembangan mutakhir pengetahuan ilmiah di bidang yang
ditekuni ( Pate Rotella, 1993:5).
2) bila membentuk tim akan didasarkan pada ketrampilan individu yang telah diajarkan;
3) mempunyai pengetahuan dan keterampilan teknis yang seimbang;
4) mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan tingkat intelektual dengan keterampilan
neuromuskuler atletnya;
5) mampu menerapkan prinsip-prinsip ilmiah dalam membentuk kondisi atlet;
6) lebih meningkatkan pada unsur pendidikan secara utuh, baru kemudian pada unsur
pelatihan;
7) membenci kekalahan, akan tetapi tidak mencari kemenangan dengan berbagai cara
yang tidak etis;
8) mempunyai kemampuan untuk mengendalikan dirinya;
9) mempunyai kemampuan untuk mengevaluasi peningkatan terhadap partisipasi
atletnya;
10) mempunyai kemampuan untuk selalu dihormati oleh atletnya maupun teman-
temannya; dan
11) mempunyai dedikasi yang tinggi terhadap profesinya ( Mc Kinney, 1975 ).
Robert W. Richey (Arikunto, 1990 : 235) Mengemukakan cirri cirri dan syarat syarat
profesi sebagai berikut .
8) Memandang profesi suatu karier hidup dan menjadi seorang anggota yang permanen.
61
BAB X
PERMASALAHAN DAN ISU DALAM OLAHRAGA
Indonesia adalah lahannya atlet muda berbakat. Indonesia merupakan lahannya ekspresi
kehidupan berolahraga seluas-luasnya. Dan Indonesia merupakan gudangnya permasalahan
olahraga yang tak kunjung habis. Hal ini diyakini karena manusia dan system yang dibangun
dalam keadaan ‘bobrok’. Bagaimana tidak fakta membuktikan, pertama membangun mentalitas
manusia Indonesia yang kian hari kian merosot, mulai dari pengaruh politik yang berdampak
pada perekonomian sehingga muncul ‘kebringasan’ mental manusia Indonesia untuk bersaing
mendapatkan sesuap nasi dengan cara apapun.
Pola pendidikan yang bersifat formalitas dan menekan sehingga pencerdasan moral tidak
dianggap terlalu penting dalam peningkatan SDM. Kedua, system yang dibangun dalam olahraga
Indonesia penuh dengan kepentingan baik pribadi maupun kelompok. Ini yang akan menjadi
boomerang dalam peningkatan prestasi olahraga yang harus diperbaiki. masalah yang sedang
dihadapi dunia olahraga di Indonesia adalah :
Salah satu pencitraan sebuah negara kini tidak hanya dilihat dari kesejahteraan,
pendidikan, ekonomi, dan kekuatan militer. Olahraga pun menjadi sebuah pencitraan manis
tentang bagaimana masyarakat dunia memandang sebuah negara. Sebuah pertanyaan besar akan
penyebab kondisi keterpurukkan olahraga Indonesia agaknya sering terlontar dari benak pemuda-
pemuda bangsa yang berniat untuk memajukan Indonesia.
Pada dasarnya banyak hal yang menyebabkan keterpurukan kondisi olahraga Indonesia.
Tak dapat dipungkiri jika di beberapa daerah, minimnya fasilitas latihan serta pendanaan masih
menjadi masalah klasik yang menghantui pembinaan-pembinaan olahraga.
Ada sebuah hal unik yang dapat kita ambil jika olahraga mampu menganalogikan sebuah
karakter bangsa.Minimnya prestasi olahraga kita saat ini ternyata berbanding lurus dengan
minimya rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Rasa kebangsaan masyarakat Indonesia dirasa
telah berkurang akibat pengaruh globalisasi. Arus informasi yang begitu luas secara tidak
langsung telah memengaruhi pola pikir masyarakat Indonesia untuk materialisme. Beberapa
kasus ditunjukkan oleh beberapa punggawa Tim Nasional PSSI yang menolak masuk Pelatnas
akibat bayaran yang tak sepadan. Kasus kecil lain adalah tidak hafalnya beberapa punggawa
Timnas akan 5 ayat dalam Pancasila. Contoh lain adalah maraknya kasus kepindahan atlet ke
provinsi lain (saat PON 2008) demi mencari bayaran tinggi.
Minimnya rasa nasionalisme yang melekat pada insan-insan olahraga Indonesia (bukan
hanya atlet tapi hingga jajaran pengurus, bahkan beberapa elite politik) mengakibatkan turunnya
daya juang para atlet. Sebagian insan olahraga tidak murni lagi memperjuangkan prestasi
olahraga nasional untuk nama Indonesia, melainkan juga untuk hal-hal yang lain. Tak jarang
kancah olahraga kita digunakan sebagai salah satu media kampanye seperti yang terjadi pada
pilkada di beberapa daerah. Atlet dan Kesejahteraannya
63
Tak jarang seorang atlet lebih memikirkan materi dalam setiap tugasnya. Kondisi tersebut
tak sepenuhnya dapat disalahkan. Turunnya rasa nasionalisme atlet untuk mengharumkan nama
bangsa bisa jadi muncul akibat kekecewaan atlet terhadap perilaku bangsanya sendiri yang tidak
menghargai torehan prestasi mereka. eribahasa habis manis sepah dibuang pun menjadi perasaan
para atlet saat ini. Dilematika antara keinginan untuk mengibarkan bendera Indonesia di atas
podium dengan permasalahan perut. Dalam setiap peluh latihan mereka pun muncul
kekhawatiran akan nasib masa depan mereka saat tak mampu bersinar lagi.
Belakangan kini telah muncul sebuah paradigma bahwa ternyata pemerintah terlalu
mudah memberikan atlet kail serta pancing tanpa memberitahu cara menggunakannya.
Pemerintah mengklaim bahwa atlet kita kurang mampu mengelola kekayaan yang telah mereka
dapatkan semasa bersinar. Permasalahan di atas pada dasarnya bukan tanggung jawab
pemerintah semata, tapi juga tanggung jawab kita. Pertanyaan yang muncul saat ini adalah
seberapa sering kita mengapresiasi dunia olahraga negeri ini?
Seberapa sering kita menonton pertandingan olahraga secara langsung maupun tak langsung
untuk mendukung Indonesia? Kesadaran akan kepedulian konkret untuk mengapresiasi dunia
olahraga kurang terbangun di diri kaum muda. Sangat naif jika kita tak mampu belajar dari
pendahulu kita para pemuda era perjuangan yang memang belum mampu berkontribusi besar
untuk mengapresiasi dunia olahraga. Jika kaum belum mampu belajar untuk membangun hal itu,
maka kemungkinan besar kita tetap tidak akan menghargai jasa para atlet masa depan Indonesia
di masa yang akan datang. Bisa saja prestasi buruk olahraga Indonesia di masa kini dan masa
datang akan tetap ada. Wajar jika adik-adik kecil kita yang tengah duduk di sekolah dasar hanya
bercita-cita menjadi dokter, pilot, ilmuwan, dan profesi lain yang dianggap lebih menjanjikan.
Dan tak diherankan jika tak satupun dari mereka ingin menjadi atlet.
64
BAB XI
OLAHRAGA DI SEKOLAH DAN OLAHRAGA DI PERGURUAN TINGGI
A. OLAHRAGA DI SEKOLAH
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan
secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan
gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan
moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani,
olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup,
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di Satuan pendidikan nonformal
penyelenggara pendidikan kesetaraan memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar
melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis.
Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan
pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar
sepanjang hayat.
Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa
adanya pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas jasmani
adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami
berkembang searah dengan perkembangan zaman.
Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang
hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandangan ini telah membawa akibat
terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni, psikomotor, serta life skill. Dengan
diterbitkannya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan akan
memberikan peluang untuk menyempurnakan kurikulum yang komprehensif dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional.
65
1. Tujuan
Mata pelajaran Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan
pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas
jasmani dan olahraga yang terpilih
2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik
3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar
4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang
terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan
5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri
dan demokratis
6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai
informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan
kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Pendiidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
1. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak,
keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers,
sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri,
serta aktivitas lainnya
66
Olahraga di tingkat universitas atau akademi mewujud dalam bentuk yang bervariasi, dari
mulai sekedar kesempatan rekreasi informal hingga ke kesempatan kompetisi level elit dan
terorganisasi ketat. Olahraga rekreasi meliputi aktivitas fitness, akuatik, rekreasi, program penjas
dan olahraga (intrakurikuler), klub olahraga, aktivitas luar kelas, hingga pertandingan liga dalam
bentuk intramurals (yang berarti “di dalam dinding”) (Siedentop, 1990; Danylchuk, 2007).
1. Olahraga Rekreasi
Di kampus-kampus besar di Amerika Serikat, kegiatan olahraga bagi mahasiswa
dipayungi oleh program payung yang disebut “campus recreation”. Program ini menggambarkan
bermacam-ragam aktivitas rekreasi dan penggunaan waktu luang yang diprogramkan di dalam
kampus. Misi dari program tersebut adalah peningkatan kesehatan dan kesejahteraan (to
promote health and well-being). Demikian juga kampus-kampus di Kanada, yang sering
membungkus program olahraganya dengan pernyataan-pernyataan yang ‘mengundang’ seperti,
“innovative promotion and delivery of recreation programs and services that inspire our diverse
67
University community to live an active and healthy lifestyle,” lengkap dengan tagline-nya yang
berbunyi “Healthy body, healthy mind” (Danylchuk, 2007).
Penulis tidak melihat pengelolaan terorganisir seperti itu dalam program keolahragaan di
kampus-kampus di Indonesia, kecuali, barangkali, di universitas-universitas swasta modern
(sebutlah misalnya Universitas Pelita Harapan) yang belakangan marak didirikan di kota-kota
besar di Indonesia. Yang penulis dapat pahami, kegiatan kemahasiswaan secara umum, termasuk
di dalamnya kegiatan keolahragaan, masih ditangani secara terpusat oleh Pembantu Rektor
(PR/Purek) Bidang Kemahasiswaan.
yang bersangkutan. Pada gilirannya, program UKM hanya berjalan sebagai “bussiness as usual”,
tanpa ada prestensi untuk membuat inovasi apa-apa.
Di sinilah saya kira management mind dari para stakeholder olahraga mahasiswa kita
perlu dibangkitkan, sehingga ada upaya yang cukup komprehensif untuk memikirkan langkah
merintis apa yang disebut sports development. Sports development, sebagaimana diartikan oleh
Eady (1993) adalah langkah mempromosikan dan mengimplementasikan perubahan dalam
program pelayanan olahraga. Sedangkan Collins sebagaimana dikutip Shilbury (2005)
menyatakan bahwa “Sports Developments is a process whereby effective opprtunities, processes,
systems and structures are set up to enable and encourage people in particular groups and areas
to take part in sport for recreation or to improve their performance to whatever level they
desired” (p.36).
2. Olahraga Kompetitif
Olahraga kompetitif, di pihak lain, berfokus secara khusus pada program yang dikenal
secara meluas sebagai “inter-collegiate” atau “varsity athletics.” Pengikut utama dari
intercollegiate athletic programs adalah mahasiswa-atlet, yang diberi pelayanan bermutu dalam
hal pelatihan, fasilitas, peralatan, serta (lebih sering dikonotasikan) hanya bertugas mengikuti
kompetisi yang diselenggarakan dalam ruang lingkup lingkungan antar-universitas. Kompetisi
antar-universitas telah bertumbuh tidak hanya untuk mempromosikan persahabatan, tetapi
memerankan diri sebagai kebanggaan lembaga universitas itu sendiri. Karenanya tidak
mengherankan, olahraga PT dipandang sebagai metode yang efektif untuk menarik bantuan
dana, menambah popularitas, dan menjadi ajang penjaringan atlet top untuk universitas
bersangkutan (Barr, 1998).
Olahraga antar universitas di Amerika Serikat telah menjadi bisnis besar dan hiburan
massal yang menghasilkan jutaan dolar uang dari revenue televisi. Demikian juga di Kanada,
walaupun tidak se-gigantic seperti di Amerika Serikat. Olahraga di universitas Australia dan
Selandia Baru juga banyak menuai keuntungan sponsorship dari olahraga kompetitifnya, tetapi
umumnya kompetisi yang dilangsungkan mengambil bentuk festival olahraga singkat di antara
kelompok universitas di regional yang lebih kecil, daripada berbentuk sesi kompetisi panjang
69
yang mengarah ke kompetisi nasional seperti yang terjadi di Kanada dan Amerika Serikat
(Danylchuk, 2007).
Di Kanada, dengan jumlah penduduk sekitar per-delapannya dari penduduk AS dan
jumlah universitasnya hanya sebagian kecilnya saja dari yang ditemukan di AS, sistem
pendidikan tingginya menawarkan dua jenis pendivisian dari perguruan tingginya, yaitu pertama
yang berbentuk universitas dengan tiga atau empat tahun masa studi program S1 dan
Pascasarjana serta kedua dalam bentuk college yang menawarkan program dua hingga tiga tahun
program diploma. Untuk kedua jenis golongan tersebut, masing-masing kompetisi olahraganya
diatur oleh dua badan yang berbeda pula, yaitu CIS (Canadian Interuniversity Athletics) untuk
yang mengatur program intercollegiate athletics tingkat universitas, dan CCAA (Canadian
Colleges Athletic Association) yang mengatur kompetisi intercollegiate untuk tingkat colleges
(NIRSA, 2002).
Di Indonesia, saya kira, kita belum memiliki kompetisi antar perguruan tinggi yang
diorganisir serapih seperti di negara lain. Kita tidak punya organisasi seperti NCAA atau CIS,
yang mampu menggulirkan kompetisi reguler yang mampu menjadi tolok ukur bagi proses
pembinaan olahraga bagi mahasiswa. BAPOMI (Badan Pembina Olahraga Mahasiswa
Indonesia), saya kira belum memerankan peranan pembinaan apapun, selain menjadi simbolisasi
dan kepanjangan tangan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas, agar legalisasi
proyek semacam POMNAS dapat bergulir.
Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa tidak ada satu perguruan tinggi pun di
Indonesia, yang memiliki program pembinaan olahraga reguler bagi atlet (mahasiswa) elit, yang
hasilnya dapat dimanfaatkan oleh KONI untuk mendukung kekuatan tim Indonesia dalam event-
event internasional. Yang terjadi malah sebaliknya; atlet yang turun dalam POMNAS adalah
70
atlet binaan Pengda-Pengda (bahkan atlet nasional), yang kebetulan berstatus mahasiswa. Atas
alasan itu pulalah, olahraga mahasiswa di Indonesia belum merupakan sub-sistem dari sistem
keolahragaan nasional yang sesungguhnya.
POMNAS yang merupakan godokan BAPOMI dan seluruh perangkatnya, sejauh ini
hanya mempertandingkan olahraga mahasiswa yang mewakili daerah provinsi masing-masing,
sehingga tidak terkait langsung dengan proses pencitraan universitas seperti disebutkan di atas.
Dengan cara itu pula, dapat dikatakan bahwa tidak ada dorongan bagi universitas untuk memiliki
keharusan melaksanaan pembinaan di universitas, kecuali sebagai kegiatan berpartisipasi
alakadarnya.
Dengan tanggung jawab untuk mendidik “manusia utuh” yang terletak pada pundak
seluruh pengelola perguruan tinggi, nampaknya program olahraga dan rekreasi akan terus
memainkan peranannya yang sangat strategis dalam sistem pendidikan tinggi di negara-negara
maju. Beberapa studi yang dilaksanakan untuk melihat nilai olahraga rekreasi di universitas dan
akademi telah mendokumentasikan fakta yang cukup mengejutkan. Studi yang dilakukan NIRSA
(National Intramural-Recreational Sports Association) di AS pada tahun 2002, mengindikasikan
bahwa berpartisipasi dalam program dan aktivitas recreational sports berkorelasi positif dengan
rasa puas dan keberhasilan dari seluruh pengalaman pendidikan di perguruan tinggi. Artinya,
studi ini mengukuhkan penelitian terbatas sebelumnya bahwa berpartisipasi dalam olahraga
71
rekreasi di kampus merupakan kunci penentu dalam hal kepuasan dan keberhasilan mahasiswa
(Ryan, 1990).
Olahraga memainkan peranan yang amat penting dalam perkembangan hidup manusia.
Diyakini oleh para ahli, olahraga bermakna amat berharga sebagai wahana terbaik untuk
membangun kebugaran dan kesehatan, disiplin, kesehatan moral dan emosional, serta berbagai
life skills. Temuan penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor individual seperti keterampilan,
nilai, dan perilaku serta gaya hidup terkait langsung dengan banyak permasalahan remaja dan
pemuda, seperti kriminal, kekerasan, serta penyalahgunaan obat-obatan. Dalam kaitan lain,
sering juga dinyatakan bahwa tidak ada aktivitas lain yang dapat menciptakan keterampilan dan
nilai-nilai yang penting untuk menjadi orang yang bertanggung jawab kecuali olahraga
(Collingwood, 1997).
Di satu sisi, banyak sekolah dan universitas yang memanfaatkan olahraga untuk
mengembangkan kemampuan akademik untuk para siswa dan mahasiswanya. Meskipun
sebagian menyatakan hubungan olahraga terhadap kemampuan akademik bersifat langsung, ada
juga yang mengajukan asumsi hubungan tak langsung. Maksudnya, olahraga meningkatkan
kesehatan, yang akan meningkatkan kualitas cara hidup, yang pada gilirannya meningkatkan
kemampuan siswa atau mahasiswa untuk belajar secara akademik dan secara sehat. Sedangkan di
pihak lain, pengembangan olahraga merupakan satu cara untuk meningkatkan proses dan hasil
yang lebih sistematis dan efektif dalam pengembangan mahluk hidup.
Sebagaimana banyak diklaim oleh beberapa negara, olahraga telah diakui sebagai
wahana pembelajaran untuk nilai-nilai berjangka panjang. Betapa pentingnya bahwa setiap orang
harus mempunyai kesempatan yang setara untuk secara berkelanjutan membangun dan
72
Dengan demikian jelas bahwa berpartisipasi dalam olahraga secara umum diterima
sebagai alat yang efektif untuk mengembangkan umat manusia. Aktivitas olahraga telah
menyediakan kesempatan bagi warganya untuk mengalami bersama keterlibatan sosial,
kependidikan, fisikal, dan moral. Di samping itu, individu dapat mengalami kesetaraan,
kebebasan, disiplin, kekuatan mental, kesabaran, daya juang, serta sportivitas melalui olahraga.
Dalam pengembangan bidang akademik, diyakini secara penuh bahwa olahraga dan aktivitas
jasmani merupakan bagian dari pengembangan akademik, seperti motto klasik yang diungkap
John Locke, “a sound mind in a sound body.” Oleh karenanya, memanfaatkan olahraga untuk
mengembangkan manusia secara akademik telah dijadikan resep utama di banyak negara (Abdin,
2007).
Hasil riset terbaru menunjukkan bahwa pemikiran tentang kesehatan tubuh dan pikiran
adalah sesuatu yang secara konsep identik. Keduanya tersambung pada tingkat yang paling
dalam (Miller, 2007). Maksudnya, dengan latihan, terbukti benar bahwa beberapa perubahan
biologis terjadi yang memungkinkan sel-sel syaraf manusia lebih sehat. Suplay darah dan energi
ke otak meningkat. Bahkan ilmuwan telah menemukan bahwa latihan yang keras dapat
menyebabkan sel-sel syaraf yang lebih tua membentuk jaringan yang padat dan saling-sambung,
yang membuat otak bekerja lebih cepat dan efisien. Terdapat juga bukti-bukti bahwa aktivitas
fisik dapat menghindarkan kita dari dimulainya penyakit Alzheimer, ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder) dan penyakit-penyakit kognitive lainnya. Tidak perduli berapapun usia
Anda, nampaknya, tubuh yang kuat dan aktif merupakan hal penting untuk membangun pikiran
yang kuat dan aktif pula (Carmichael, 2007).
73
Dengan pernyataan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa betapa lebih pentingnya
manfaat olahraga dan rekreasi fisikal ini untuk anak-anak, karena sifatnya sangat krusial bagi
perkembangan fisikal, sosial, gerak dan emosional. Masih dalam kaitan ini, Offord, Hanna dan
Hoult (1992) menyatakan bahwa anak-anak yang tertinggal dalam hal perkembangan fisikal dan
geraknya akan mengalami kesulitan mengejar ketertinggalan tersebut di masa-masa berikutnya.
Demikian juga dalam hal manfaat sosial dari olahraga dan rekreasi, yang amat mungkin
dialami oleh para mahasiswa selama masa studinya di perguruan tinggi. Penelitian yang relevan
memang masih jarang untuk melihat dampak dari tidak adanya pengalaman berolahraga dan
rekreasi pada populasi tertentu. Tetapi banyak sekali alasan untuk menduga bahwa mahasiswa
akan sangat teruntungkan oleh partisipasinya dalam kegiatan olahraga di lingkungan kampus.
Hubungan antara olahraga dan rekreasi dengan keterlibatan sosial menjadi sangat penting untuk
diperhitungkan. Ross dan Roberts (1999) menyatakan:
Di sisi lain, dan tidak kalah pentingnya, bahkan dipandang penting oleh beberapa pihak,
adalah apa yang dapat dilakukan oleh olahraga. Olahraga dapat dan memiliki potensi yang besar
untuk membawa orang-orang ‘bersama,’ membantu kesatuan, pengertian, toleransi dan rasa cinta
di antara pihak-pihak yang konflik (Abdin, 2007).
74
Dengan alasan yang sama pula, PBB telah menetapkan Tahun 2005 yang lalu sebagai
tahun Olahraga dan Pendidikan Jasmani, untuk menjadi alat untuk memperjuangkan perdamaian,
persahabatan, kekompakan di dalam perbedaan (IYSPE-2005).
Konflik didefinisikan sebagai suatu pendapat yang tidak dapat didamaikan kembali
antara dua atau lebih pihak. Ia dapat juga bermakna ‘setiap perubahan drastis di mana kelompok
besar manusia ingin mempertahankannya’ (Bronowski, 1973). Konflik memiliki dampak yang
sangat merusak pada semua individu dan masyarakat secara umum. Sumber-sumber konflik
dalam dunia kita selalu nampak jelas, tetapi secara setara dipandang kompleks dan sulit.
Lalu apakah kita dapat mengambil manfaat dari POMNAS ini? Tentu saja. POMNAS,
sebagaimana Anda tahu, dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Hal tersebut membuat kontak di
antara atlet mahasiswa lebih sering dan signifikan, dibandingkan dengan katakanlah PON yang
hanya berlangsung empat tahun sekali. POMNAS juga bersifat unik karena membawa bersama
para elit mahasiswa dari seluruh provinsi di Indonesia yang kelak dikemudian hari akan menjadi
profesional, pemimpin, pemikir, ilmuwan, politisi, bahkan pimpinan daerah masing-masing.
Dengan berpatisipasi dalam POMNAS, atlet mengembangkan persahabatan di arena, di luar
arena, di penampungan atlet, serta dalam berbagai event kultural lainnya. Persahabatan tersebut
berkembang selama POMNAS berlangsung, menjadi perekat pertemanan sepanjang hayat.
Interaksi di antara atlet sebelum, selama dan setelah pertandingan, serta penerimaan ikhlas
terhadap kekalahan, menciptakan budaya toleransi dan keadilan dalam masyarakat, yang
sungguh amat berharga bagi budaya saling memahami antar etnis dan suku bagi perdamaian
manusia.
Yang lebih melegakan dari fakta bahwa olahraga benar-benar diyakini memiliki nilai
penting dalam kehidupan adalah digunakannya tema besar olahraga pada Universiade 2007
75
(termasuk dalam sesi konferensinya) di Bangkok, Thailand pada bulan Agustus 2007 lalu. Tema
yang diangkat adalah “University Sport: Sport Creates Man…Man Develops Nationhood.”
Coba resapi sambutan yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan Thailand, yang
sekaligus menjadi Organizing Committee President of the 24th Universiade Bangkok 2007, yang
menyatakan:
“Saya kira kita semua menyadari nilai dan pentingnya olahraga dalam menciptakan
manusia. Saya juga berpikir bahwa kita sepakat secara serempak bahwa olahraga tidak hanya
untuk latihan dan rekreasi, melainkan menjadi alat penting, esensial serta benar-benar
fundamental untuk perkembangan manusia. Karenanya, teramat jelas bahwa olahraga dapat
memainkan peranan yang amat penting dalam pengembangan Negara.
Oleh karenanya tidak diragukan lagi bahwa olahraga dan pendidikan tidak dapat
dipisahkan, dan keduanya secara bersamaan merupakan konsep yang sangat luas dan amat
melingkupi. Keduanya benar-benar merupakan proses sepanjang hayat, yang diawali dari masa
kelahiran serta berlanjut sepanjang kehidupan. Keduanya merupakan bagian integral dari konsep
utuh tentang kesehatan, kebugaran, rekreasi serta nilai yang amat pantas untuk hidup yang
berkualitas seperti self knowledge, self discipline, keberanian dan keadilan. Karena itu pula,
olahraga dan pendidikan menjadi hak asasi dasar manusia.” (Srisa-an, 2007).
pelayanan bermutu dalam hal pelatihan, fasilitas, peralatan, serta dipersiapkan khusus
mengikuti kompetisi yang diselenggarakan dalam ruang lingkup kejuaraan antar-
universitas.
2. Program Pembinaan Olahraga Mahasiswa elite dijadikan salah satu sub-sistem dari
Sistem Pembinaan Olahraga Nasional, yang dikelola khusus oleh sebuah direktorat yang
menginduk kepada asosiasi pembina setara dengan NCAA (National Collegiate Athletic
Association) di Amerika Serikat. Badan ini merupakan organisasi pengelola yang
mengatur pola pembinaan dan kompetisi dengan mendasarkan diri pada kekuatan
universitas dan menjalankan pola pembinaannya seperti olahraga profesional.
3. Pembinaan olahraga di universitas dijalankan dengan format pembinaan kompetitif, yang
tidak lagi dikelola oleh UKM, melainkan langsung ditangani oleh sub-direktorat
keolahragaan, dengan meng-hire pelatih-pelatih profesional. Ini secara tidak langsung
akan mendorong terbukanya peluang bagi pelatih-pelatih lulusan FPOK-FIK untuk
berkarir dalam bidang kepelatihan secara total.
4. Kejuaraan dan kompetisi tidak hanya dilangsungkan di tingkat nasional, melainkan
diformat dalam bentuk kejuaraan wilayah antar universitas dan dijadwalkan secara tetap
pada setiap tahunnya (menjadi kalender tetap). Setiap universitas yang menjadi anggota
wilayah dituntut untuk ikut serta dalam kejuaraaan tersebut atas kemampuannya
membiayai sendiri atau melibatkan sponsor yang mendukung segala sesuatunya.
5. Setiap universitas harus berusaha menciptakan sub-sistem pembinaan di lingkungan
universitasnya masing-masing dengan menerapkan prosedur tetap dalam hal perekrutan
dan seleksi atlet, program evaluasi dan degradasi, pembinaan tersistem sesuai musim-
musim latihan, kompetisi internal, dsb.
6. BAPOMI sebaiknya diubah format dan fungsinya lebih ke arah organisasi pengelola yang
selalu memikirkan upaya-upaya penciptaan sistem daripada hanya memasang para
pejabat universitas yang tidak memiliki waktu penuh bagi pembinaan. Oleh karena itu,
para pengurus BAPOMI seharusnya orang-orang profesional yang mampu mencurahkan
100 persen tenaga, pikiran, dan profesionalitasnya untuk program Pembinaan Olahraga
Mahasiswa yang profesional.
77
BAB XII
OLAHRAGA DI MASYARAKAT
Pada jaman sekarang masyarakat dituntut untuk bersikap professional dalam melakukan
pekerjaan atau aktivitas sehari-hari. Karena bila masyarakat melakukan kesalahan atau bersikat
tidak professional maka dapat berakibat fatal. Seperti halnya kehilangan pekerjaan yang dimana
pekerjaan itu adalah lapangan bagi masyarakat untuk mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat sehari-hari. Padahal pada saat ini untuk mencari pekerjaan sangatlah
sulit.
Olahraga adalah kegiatan jasmaniah atau kegiatan fisik manusia yang berpengaruh
terhadap kepribadian dan pelakunya. Olahraga berdasarkan kapasitasnya ada macam yaitu
olahraga berat dan olahraga ringan.
Olahraga yang dilakukan bukan hanya olahraga yang berat-berat. Tetapi olahraga yang
ringan semisa jogging atau lari kecil dapat membuat bugar tubuh kembali. Olahraga sangat
penting bagi tubuh, beberapa manfaatnya adalah sebagai berikut :
Dapat membugarkan tubuh karena bila melakukan aktivitas olahraga tubuh akan lebih
bertenaga waktu tubuh akan digunakan untuk menghadapi aktivitas sehari-hari masyarakat yang
sangat padat. Selain itu manfaat jangka panjangnya juga akan dirasakan karena sering digunakan
79
untuk berolahraga maka organ-organ dalam tubuh seperti jantung, hati dan sebagainya akan
berfungsi secara optimal dalam tubuh berjalan dengan baik dan membuat tubuh jadi sehat.
Selain manfaat seperti yang telah dijelaskan diatas, manfaat bagi kesehatan tubuh,
manfaat lainnya seperti dapat membentuk badan yang atletis. Karena sering digunakan untuk
berolahraga maka otot-oto akan membesar seperti yang dikehendaki. Dalam hal ini olahraga
yang dilakukan adalah olahraga yang sedang sampai berat seperti melakukan aerobic dan fitness
secara rutin sesuai jadwal.
Olahraga seperti jalan-jalan santai atau bersepeda selain dapat menimbulkan efek bagi
kesehatan tubuh, olahraga ini juga dapat menimbulkan hal positif bagi pikiran masyarakat.
Apabila masyarakat terlalu penat atau stress akibat pekerjaannya yang padat tersebut, masyarakat
dapat melakukan olahraga yang ringan di pagi hari agar pikiran yang sudah penat tersebut
menjadi agak fresh atau segar.
Selain manfaat yang telah dijelaskan diatas, adapun tujuan berolahraga yang akan
berdampak positif bagi tubuh seperti :
a. Memacu perkembangan aktivitas sistem-sistem peredaran darah, pencernaan, pernafasan dan
persyarafan.
b. Memacu pertumbuhan jasmani seperti pertumbuhan tinggi badan dan berat badan.
c. Meningkatkkan kesegaran jasmani
d. Meningkatkan ketrampilan melakukan kegiatan aktivitas jasmani dan memiliki sikap yang
positif terhadap pentingnya melakukan aktifitas jasmani (GBPP, 1999:2-3)
Apabila tubuh telah terasa bugar dan sehat serta pikiran tidak berat lagi atau kembali
jernih maka masyarakat akan siap menghadapi hari esok yang penuh oleh aktivitas. Ini dapat
membuktikan bahwa olahraga sangat berhubungan erat dengan optimalnya hasil dari aktivitas
yang dikerjakan. Ini merupakan bukti bahwa bila kita melakukan olahraga maka hasilnya bagi
tubuh akan bagus dan aktivitas pekerjaan yang dilakukan akan dapat dikerjakan dengan optimal.
80
Tetapi banyak masyarakat yang kurang mengerti tentang pentingnya berolahraga dan
banyak yang mengabaikan untuk melakukan aktivitas olahraga karena lebih memilih
menyibukkan diri dengan aktivias pekerjaannya yang padat tersebut.
A. Faktor Internal
Faktor internal yang dimaksud adlah faktor yang timbul dari diri masyarakat sendiri.
Masalah ini adalah yang paling susah untuk dihindari selain dengan kemauan yangkuat dari diri
masyarakat sendiri. Rasa malas yang ada pada diri masyarakat yang menyebabkan masyarakat
enggan untuk melakukan aktivitas olahraga.
Rasa malas itu sendiri dapat disebabkan oleh tidak adanya niatan masyarakat untuk
berolahraga. Selain itu, aktivitas masyarakat yang padat banyak menyita waktu masyarakat
sehingga waktu yang luang yang dapat digunakan masyarakat untuk berolahraga tidak ada.
Selain itu rasa malas itu sendiri timbul juga dikarenakan oleh anggapan masyarakat yang
menganggap bahwa olahraga itu selalu membutuhkan energi yang besar membuat masyarakat
semakin tidak mau untuk berolahraga.
B. Faktor Eksternal
Selain faktor internal yang berasal dari dalam diri masyarakat, faktor eksternal juga
mempengaruhi minat masyarakat untuk melakukan aktivitas olahraga. Faktor eksternal tersebut
dapat berasal dari iklim atau cuaca yang sering terjadi atau juga berasal dari lingkungan sekitar
tempat tinggal.
Iklim atau cuaca yang sedang terjadi dapat mempengaruhi niatan masyarakat untuk
berolahraga. Bila musim penghujan banyak yang lebih mengumbar malasnya karena udara yang
sejuk dan dingin lebih enak bila digunakan untuk bermalas-malasan ketimbang berolahraga.
81
Di musim penghujang, masyarakat tidak ada yang bisa memprediksikan kapan hujan
akan turun. Terkadang hujan turun di pagi hari, siang hari bahkan malam hari. Bahkan hujan
dapat turun sehari penuh. Itu yang membuat masyarakat sulit untuk melakukan aktivitas
olahraga seperti jalan santai atau bersepeda.
Meskipun pada saaat ini banyak alat olahraga yang dapat membantu masyarakat untuk
berolahraga walaupun berada di dalam ruangan, tetapi harga yang ditawarkan untuk alat olahraga
tersebut terlalu mahal. Harga yang tinggi tersebut tidak sesuai dengan kondisi perekonomian di
Indonesia sehingga alat olahraga yang kini semakin bermacam variannya beserta manfaatnya
tersebut tidak dapat dinikmati oleh masyarakat umum. Hanya masyarakat yang tingkat
ekonominya tinggi yang dapat menikmatinya. Sedangkan masyarakat yang tingkat ekonominya
rendah hanya dapat melakukan olahraga yang tidak membutuhkan uang banyak dan dengan kata
lain olahraga yang simple seperti jalan santai atau bersepeda.
Disamping kedua faktor tersebut diatas, penyebab lainnya dapat disebabkan juga oleh
suplemen-suplemen yang telah beredar di pasaran. Suplemen-suplemen tersebut berkhasiat
untuk menjaga kondisi fisik atau meningkatkan kondisi yang sedang lemah atau drop.
Masyarakat yang workaholic atau masyarakat yang tinggal di lingkungan yang semua warganya
pekerja keras lebih memilih mengkonsumsi suplemen-suplemen tersebut karena dapat
menghemat waktu kerja.
Masyarakat yang workaholic tersebut terkadang tidak mengetahui manfaat atau dampak
yang terjadi bila berolahraga. Dampak positif yang terjadi antara lain:
a. Pembentukan tubuh yang baik
b. Pembentukan prestasi
c. Pembentukan sosial
d. Keseimbangan mental
e. Kecepatan proses berpikir
f. Kepribadian seseorang
g. (Syarifuddin danMuhadi, 1991:8-13)
82
Sedangkan dampak yang akan terjadi bila tubuh kurang atau tidak melakukan olaraga
diantaranya adalah :
a. Tubuh terasa lelah/lesu
b. Tubuh jadi sering terserang penyakit
c. Obesitas atau kelebihan berat badan
d. Stress
e. Tubuh akan terasa kaku
Bila tubuh jarang digunakan untuk melakukan aktivitas olahraga maka tubuh akan terasa
loyo atau lesu karena tubuh tidak digunakan untuk kegiatan yang lebih membakar lemak
sehingga tenaga yang dihasilkan lebih sedikit. Jika kita lebih sering berolahraga maka sistem
peredaran darah kita lancer dan tubuh tidak akan terasa les uterus menerus.
Obesitas juga adalah akibat atau dampak apabila tubuh tidak digunakan untuk
berolahraga. Obesitas terjadi karena timbunan lemak yang ada di tubuh tidak segera di baker
untuk dijadikan tenaga. Pembakaran lemak masih kurang besar karena aktivitas yang dilakukan
tidak terlalu membutuhkan tenaga besar sehingga lemak terus menumpuk dan didalamnya tubuh
akan terjadi penumpukkan lemak aau obesitas.
Bila tubuh masyarakat telah terkena obesitas yang parah maka masyarakat harus berhati-
hati terhadap kesehatannya. Tubuh orang yang terkena obesitas akan mudah terserang penyakit
lainnya seperti darah tinggi, kolesterol, kencing manis, dan sebagainya. Penyakit-penyakit
tersebut akan sangat berbahaya bagi masyarakat apabila penyakit tersebut berkomplikasi.
Kurang berolahraga juga dapat menyebabkan stress karena selain olahraga sebagai sarana
rekreasi dan hiburan, olaraga juga dapat memperlancar peredaran darah ke seluruh tubuh serta
membantu aktivitas sistem persyarafan sehingga darah dapat mengalir ke otak secara lancer dan
syarat tidak lagi tegang. Selain itu bila tubuh jarang digunakan berolahraga maka tubuh akan
terasa kaku dan tidak nyaman untuk melakukan aktivitas.
Itulah akibat yang akan terjadi bila masyarakat enggan untuk berolahraga padahal
olahraga sangat perlu bagi kesehatan dan kebugaran tubuh. Dan masalahnya bagaimana cara
meningkatkan minat masyarakat untuk berolahraga.
83
Agar lebih rutin masyarakat harus diberikan suatu kegiatan seperti senam bersama setiap
hari Minggu pagi atau bersepeda santai di pagi hari atau juga mengadakan jalan sehat tiap hari
Minggu, itu semua agar masyarakat lebih tertarik untuk melakukan aktivitas olahraga.
Cara lain adalah tiap kantor sebelum masuk atau melakukan aktivitas kerja harus
melakukan apel pagi yang dibarengi oleh senan bersama agar masyarakat sebelum memulai
pekerjaannya tetap segar sehingga masyarakat dapat melaksanakan tugasnya dengan maksimal.
Jadi olahraga yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk menjaga kebugaran tubun
tidak hanya olahraga yang tergolong berat-berat seperti fitness dengan porsi latihan yang berat.
Masyarakat dapat melakukan olahraga yang ringan untuk menjaga kebugaran tubuhnya.
Olahraga ringan yang dapat membuat atau menjaga kebugaran tubuh misalnya adalah jalan pagi,
jogging, bersepeda atau melakukansenam.
Semoga dengan mengertinya masyarakat tentang bagaimana cara menjaga kebugaran dan
kesehatan tubuhnya, masyarakat semakin rajin untuk melakukan aktivitas olahraga. Semakin
rajin masyarakat berolahraga maka semakin sehat kondisi masyarakatnya. Negara yang maju
diawali dengan masyarakatnya yang sehat dan bugar agar dapat melaksanakan aktivitas atau
pekerjaannya dengan baik dan benar serta maksimal.