Anda di halaman 1dari 83

1

BAB I
KONSEP, KEDUDUKAN DAN MAKNA PENDIDIKAN JASMANI

A. Konsep Dasar Pendidikan Jasmani


Istilah pendidikan jasmani yang telah dikenal pada tahun 1950-an di Indonesia, cukup lama
menghilang dari wacana, terutama sejak tahun 1960-an, tatkala istilah itu diganti dengan istilah
olahraga. Dampak dari perubahan tersebut sangat luas dan mendalam, terutama terhadap struktur
dan isi kurikulum di semua jenjang pendidikan sekolah. Kesalahpahaman juga terjadi terhadap
makna kedua istilah itu, karena hampir selalu hanya dikaitkan dengan kepentingan pembinaan
fisik, seperti tujuan berprestasi atau sebatas pencapaian derajat kebugaran jasmani.Konsep dasar
pendidikan jasmani dapat di pandang dari 3 (tiga) aspek yakni sejarah, pandangan filsafat, dan
bukti-bukti ilmiah.

Perspektif Sejarah
Upaya pembaharuan pendidikan jasmani, yang terpayungi dalam kerangka system
pendidikan nasional, berlangsung dalam sebuah bentangan pergulatan antara dorongan untuk
berubah dalam kesinambungan. Kebijakan publik dalam pembinaan olahraga, yang tercermin
dalam kepentingan nasional, berupa prestise dan kebanggaan nasional untuk membangun
percaya diri bangsa selama era pemerintahan Bung Karno dalam kerangka atau selama era dalam
pemerintahan Soeharto selama 32 tahun terakhir, sangat kuat mempengaruhi arah, isi dan
pengelolaan olahraga pada umumnya dan pendidikan jasmani pada khususnya.

Pasang surut keolahragaan nasional, yang telah merasuki kehidupan bangsa Indonesia sejak
pra kemerdekaan, memang banyak dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dan faktor politik.
Namun kelebihan dan kekurangan kebijakan pemerintah yang diluncurkan merupakan respons
nyata yang diposisikan bapak bangsa dan pemerintah untuk menjawab tantangan zaman pada
masa itu.

Untuk menjawab tantangan berupa gerak perubahan dinamik yang dibangkitkan oleh
globalisasi yang menempatkan pembangunan modal manusia dan modal sosial dalam kedudukan
strategis, maka arah pembaharuan pendidikan jasmani adalah untuk mendukung pembaharuan
pendidikan pada umumnya.
2

Konsep pendidikan jasmani erat kaitannya dengan pendidikan rekreasi, dan pendidikan
kesehatan, yang menghasilkan bidang studi Penjaskes, perpaduan antara pendidikan jasmani dan
pendidikan kesehatan dengan titik persamaan dalam tujuan terbentuknya gaya hidup aktif
sepanjang hayat untuk mencapai kesehatan. Meskipun demikian pebelajaran Penjaskes menjadi
tidak menentu dalam hal substansi dan tujuan, persaingan dalam alokasi bagi penyampaian
substansi dan akhirnya menggiring guru-guru hanya sekedar menyampaikan informasi dan
bahkan pengetahuan yang tidak fungsional atau teori sebagai ganti kegiatan praktik. Masalah
lainnya terjadi pada evaluasi yang hanya samapai pada pengukuran kemampuan kognitif paling
rendah. Pengajaran terpadu tidak mampu diterapkan oleh guru-guru penjas mengaktualisasi
konsep Penjaskes tersebut.

Pendidikan jasmani pada hakekatnya merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani
sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan yang ingin diharapkan bersifat
menyeluruh, meliputi aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan moral. Begitu dekat pula
tujuannya untuk pembinaan kesehatan dan kesadaran tentang lingkungan hidup.

Dari sejarah tersebut, aktivitas jasmani seperti dalam bentuk kegiatan bermain merupakan
alat utama pendidikan. Para pendidik dan filosof percaya bahwa kegiatan itu sangat efektif untuk
menumbuhkembangkan keseluruhan potensi peserta didik. Konsep ini telah dirintis
penerapannya melalui UU pendidikan tahun 1950-an, yang kemudian sempat luntur akibat
perubahan kebijakan. Kini kita berusaha untuk kembali ke asal, memposisikan pendidikan
jasmani sebagai alat pendidikan yang dapat diandalkan.

B. Kedudukan Dan Makna Pendidikan Jasmani


Pengertian Pendidikan Jasmani Meskipun penjas menawarkan kepada anak untuk
bergembira, tidak lah tepat untuk mengatakan pendidikan jasmani diselenggarakan semata-mata
agar anak-anak bergembira dan bersenang-senang. Bila demikian seolah-olah pendidikan
jasmani hanyalah sebagai mata pelajaran selingan tidak berbobot, dan tidak memiliki tujuan yang
bersifat mendidik. Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan yang memberikan
kesempatan bagi anak untuk mempelajari hal-hal yang penting. Oleh karena itu, pelajaran penjas
tidak kalah pentingnya dibanding dengan pelajaran lainnya seperti matematika, bahasa, IPS, dan
IPA dan lain-lain. Namun demikian tidak semua guru penjas menyadari hal tersebut, sehingga
3

banyak anggapan bahwa penjas boleh dilaksanakan secara asal. Hal ini tercermin dari berbagai
gambaran negative tentang pembelajaran penjas, mulai dari kelemahan proses yang menetap
misalnya membiarkan anak bermain sendiri hingga rendahnya mutu hasil pembelajarannya.
Seperti kebugaran jasmani yang rendah. Jadi, pendidikan jasmani diartikan sebagai proses
pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olah raga. Inti pengertiannya adalah mendidik anak
yang membedakan dengan mata pelajaran lain adalah alat yang digunakan adalah gerak insani
manusia yang bergerak secara sadar. Gerak itu dirancang secara sadar oleh gurunya dan
diberikan dalam setuasi yang tepat, agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan
anak didik. Tujuan pendidikan jasmani adalah memberikan kesempatan kepada anak untuk
mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligusmengembangkan potensi anak, baik
dalam aspek fisik, mental, social, emosional dan moral.

  Nilai Dasar Falsafah Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian yang
tidak terpisahkan dari pendidikan umum. Lewat program penjas dapat diupayakan peranan
pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu. Tanpa penjas, proses pendidikan di
sekolah akan pincang. Ada tiga hal penting yang bisa menjadi sumbangan unik dari pendidikan
jasmani, yaitu
1. Meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan siswa.
2. Meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya.
3. Meningkatkan pengertian siswa dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana
menerapkannya dalam praktek.

Kebugaran dan kesehatan akan dicapai melalui program pendidikan jasmani yangterencana,
teratur dan berkesinambungan. Dengan beban kerja yang cukup berat serta di lakukandalam
jangka waktu yang cukup secara teratur, kegiatan tersebut akan berpengaruh terhadap perubahan
kemampuan fungsi organ-organ tubuh seperti jantung dan paru-paru.konsep sehat dan sejahtra
secara menyeluruh berbeda dengan pengertian sehat secara fisik. Anak-anak dididik untuk
meraih gaya hidup sehat secara total serta kebiasaan hidup yang sehat, baik dalam arti
pemahaman maupun prakteknya. Kebiasaan hidup sehat tersebut bukan hanya kesehatan fisik,
tetapi juga mencakup kesejahteraan mental, moral, dan spiritual. Tanda-tandanya adalah anak
lebih tahan menghadapi tekanan dan cobaan hidup, berjiwa optimis, merasa aman, nyaman dan
tentram dalam kehidupan sehari-hari.
4

Pentingnya Pendidikan Jasmani Kehidupan sekolah yang demikian berkombinasi pula


dengan kehidupan di rumah dan lingkungan luar sekolah. Jika di sekolah, anak kurang bergerak
di rumah juga demikian. Kemajuan teknologi yang dicapai pada saat ini. Malah mendungkung
anak-anak dalam lingkungan kurang gerak.Anak semakin asyik dengan kesenangannya seperti
menonton tv atau bermain video game. Tidakmenherangkan bila ada kerisauan bahwa kebugaran
anak-anak semakin menurun. Pendidikan jasmani adalah waktu untuk berbuat. Anak-anak akan
lebih memilih untuk berbuatsesuatu dari pada hanya harus melihat atau mendengarkan orang lain
ketika mereka sedang belajar.Suasana kebebasan yang ditawarkan di lapangan atau gedung olah
raga sirna karena sekian lamaterkurung di antara batas-batas ruang kelas. Keadaan ini benar-
benar tidak sesuai dengan dorongannalurinya. Peranan pendidikan jasmani di sekolah dasar
cukup unik. Karena turut mengembangkan dasar-dasar keterampilan yang diperlukan anak untuk
menguasai bebagai keterampilan yang diperlukananak untuk menguasai berbagai keterampilan
dalam kehidupan di kemudian hari. Menurut para ahli,pola pertumbuhan anak usia sekolah
hingga menjelang akil balik atau remaja di sebut polapertumbuhan anak.

Gerak Sebagai Kebutuhan Anak Bermain adalah dunia anak. Sambil bermain mereka belajar.
Dalam hal belajar, anak-anak adalah ahlinya. Segalah macam dipelajarinya. Dari menggerakkan
anggota tubuh hingga mengenali berbagai benda di lingkungan sekitarnya. Bayangkan keceriaan
yang didapatnya ketika ia menyadari baru saja menambah pengetahuan dan keterampilan.
Belajar dan keceriaan merupakan dual hal penting dalam masa kanak-kanak. Hal ini temasuk
upaya mempelajari tubuhnya sendiri dan berbagai kemungkinan geraknya.

Gerak adalah rangsangan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Kian banyak ia
bergerak kian banyak hal yang ditemui dan dipelajari. Kian baik pula kualitas pertumbuhannya.
Anak Cerdas gerak (kinestetik) biasanya menunjukkan kemampuan dan ketrampilan gerak yang
melebihi kemampuan anak seusianya. Psikolog anak dari Universitas Paramadina, Alzena
Masykouri ,MP.Si mengatakan, anak cerdas gerak menampilkan integrasi yangbaik antara
pikiran dan tubuh secara bersamaan untuk mencapai suatu tujuan. Kegiatan-kegiatan sederhana
dan sehari-hari yang berkaitan dengan kecerdasan ini, misalnya memanjat pohon, menerbangkan
layangan, lompat tali dengan berbagai gaya, petakumpet, bahkan main kelereng. “Selain lihai,
anak cerdas gerak mampu pula mengembangkan ketrampilan emosi dan sosialnya melalui
kegiatan bergeraknya,”kata Alzena. Jadi tidak semata terampil, tetapi mereka juga mampu
5

membawakan dirinya dengan sportivitas dan interaksi antaraindividu yang baik. Bila anak
tersebut memiliki minat dan kemampuan dibidang seni tari tak semua anak mampu meniru
gerakan tarian dengan tepat hanya dengan melihatnya saja. Namun, anak dengan kecerdasan
gerak memiliki kemampuan untuk dapat meniru, menghafal dan menghayati gerakan-gerakan
tarian yang dilihatnya. Tak sekedar meniru, tapi juga mampu menampilkannya dengan
baik.Sedangkan pada anak yang menggeluti bidang olahraga mereka mampu menangkap
maksudpengarahan gerakan yang diajarkan dengan cepat. Selain itu juga mampu untuk
menunjukkan ketrampilan teknik dalam melakukan aktivitas olahraga tertentu. Orangtua bisa
menemukan bakat anak cerdas gerak sedini mungkin.

Melalui olahraga atau seni, seperti menyanyi atau menari, anak dapat teramati kemampuan
geraknya. Alzena memaparkan, kecerdasan ini dapat diamati saat anak mulai melakukan gerak
bertujuan, misalnya berjalan, melompat, memanjat atau berlari. Bila anak terlihat mampu
melakukan gerakan dengan sangat terampil dibandingkan anak seusianya, berarti ada
kemungkinan ia memiliki kelebihan dalam kecerdasan gerak. Orangtua dapat mengembangkan
cerdas gerak anak dengan mengikutsertakannya dalamkegiatan terstruktur, misalnya les menari
atau klub olahraga. Tentunya pilih klub atau les yang memang memiliki program untuk anak usia
dini (mulai 3 tahun). Orangtua perlu mengamati minat anak yang sebenarnya. Bisa jadi ia
memiliki kecerdsan gerak, namun belum berminat terhadap kegiatan-kegiatan yang melibatkan
aktivitas motorik tersebut. Jadi, jangan berharap anak langsung menyukai kegiatan les yang
dipilih. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani. Dasar Menentukan Ruang Lingkup Pendidikan
jasmani di sekolah dasar mencakup ruang lingkup yang luas karena terkait langsung dengan
karakteristik anak-anak dari bebagai usia. Dilihat dari berbagai tahapan pertumbuhan dan
perkembangan fisik anak pada tingkat usia sekolah dasar, sedikitnya terlibat tiga tahapan, yaitu :
1. Tahapan akhir dari masa kanak-kanak awal ( antara usia 5 – 7 tahun )
2. Tahapan masa kanak-kanak akhir ( middle childhood )
3. Tahapan awal dari pra-adolesen ( yang bisa dimulai pada usia 8 tahun atau rata-rata usia
10 tahun )

Pada usia di atas, anak-anak mulai matang menguasai keterampilan khusus, dari mulai
keterampilan manipulative lanjutan, hingga kegiatan-kegiatan berirama dan permainan,
senam,kegiatan di air, dan kegiatan untuk pembinaan kebugaran jasmani. Dalam beberapa
6

cabang olahraga, pentahapan pencapaian keterampilan tingkat tinggi pun sudah dapat mulai
dilakasanakan dikelas-kelas akhir SD, misalnya senam, loncat indah, dan renang.
Ruang lingkup Pendidikan Jasmani Setelah dibahas tentang dasar-dasar pertimbangan
sebagai pedoman untuk menyusun program pendidikan di sekolah dasar, ruang lingkup
pendidikan jasmani dapat ditentukan. Namun demikian uraian tentang ruang lingkup ini dibatasi
dan sifatnya lebih umum. Yang harus disadari oleh semua guru penjas adalah harus diberi
dorongan-dorongan untuk terus menerus menjelajahi kemampuan-kemampuannya. Tidak ada
kemajuan dalam hal belajar gerak yang bersifat kejutan.Semua kemajuan mengikuti pola yang
teratur. Jangan mengharapkan keajaiban. Harus sabar danbersifat optimis bahwa murid kita akan
mencapai kemajuan. Tidak mudah untuk mengetahui apakah tujuan pengajaran pendidikan
jasmani yang ditetapkan secara umum tersebut sudah tercapai ataubelum. Jika program
pendidikan jasmani yang kita terapkan berhasil maka murid-murid kita akan dapat dikatakan
sebagai orang-orang yang terdidik. Kondisi Pendidikan Jasmani dan Pembelajaran Olahraga di
Sekolah Dasar saat ini :
1. Waktu = 3 x 45 menit/minggu
2. Sarana – prasarana sangat terbatas
3. Kurikulum Pendidikan Jasmani dan (Pembelajaran) Olahraga pada saat ini lebih
berorientasi kepada Olahraga Kecabangan :
a. Cenderung individual dan cenderung mengacu pencapaian prestasi
b. Olahraga prestasi mahal dalam hal : Sarana – prasarana Waktu, perlu masa pelatihan
yang panjang Tenaga dan biaya.
c. Olahraga kecabangan/ prestasi hendaknya menjadi pilihan dan diselenggarakan sebagai
kegiatan extra kurikuler.
Pendidikan jasmani demi kenyataan masa kini dan harapan bagi masa depan :
1. Reposisi : pikir ulang apa perlunya Pendidikan Jasmani dan (Pembelajaran) Olahraga di
(usia) SD secara intra kurikuler? Penjas-Or perlu dikembalikan pada posisi dasar fungsinya
yaitu:
a. Penggunaan Olahraga/Kegiatan Jasmani sebagai media Pendidikan.
b. Penggunaan Olahraga sebagai alat pelatihan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat sehat dinamis menuju kondisi Sejahtera paripurna siswa masa kini dan
pembekalan anak untuk menjadi Atlet elite dan SDM bermutu bagi masa depan.
7

2. Reorientasi : pikir ulang arah pembinaan Penjas-Or bagi Siswa SD? Penjas-Or sebagai
program kurikuler perlu ditinjau kembali:
a. Relevansinya dengan kebutuhan siswa / santri
b. Manfaat yang diharapkan
c. Kondisi nyata persekolahan :
1. Jatah waktu / jam pelajaran per minggu
2. Sarana – prasarana yang tersedia.
3. Reaktualisasi : pikir ulang apakah Penjas-Or di SD sudah sesuai kebutuhan nyata.

Penjas-Or di Sekolah dan Pondok Pesantren perlu menekankan kembali (reaktualisasi)


kepada konsep dasar Olahraga untuk tujuan Pendidikan dan Kesehatan untuk masa kini
dan Pendidikan dan Pengayaan kemampuan koordinasi gerak untuk pembekalan menjadi
Atlit elite dan SDM bermutu di masa depan. Jatah waktu pertemuan 3 x 45 menit/minggu,
dapat disajikan 3 x dalam seminggu dengan masing-masing pertemuan dengan waktu 45
menit.

3. Revitalisasi : pikir ulang bagaimana cara melaksanakan dan menggalakkan pelaksanaan


Penjas-Or di SD untuk mencapai tujuan masa kini dan masa depan ? Penjas-Or di Sekolah
dan Pondok Pesantren harus bersifat massaal dan disajikan dengan iklim yang
menggembirakan siswa, sehingga semua siswa merasa butuh berolahraga dan selalu ingin
berpartisipasi secara aktif, karena Penjas-Or sebagai bagian dari paket kurikuler tidak
membolehkan adanya siswa yang hanya menjadi Penonton, kecuali yang sakit.
4. Kualitas petugas : Keberhasilan misi di tingkat lapangan sangat ditentukan oleh kualitas
Petugas (dalam hal ini guru Penjas-Or) serta pemahamannya mengenai makna
pembelajaran Penjas-Or di Sekolah Dasar. Ketulusan dan kesungguhan dalam
pengabdiannya, serta kreativitas dan inovasinya dalam pembelajaran Penjas-Or pada anak
(usia) SD akan sangat menentukan keberhasilan misi yang diembannya.
5. Kebutuhan : Pendidikan Jasmani dan (Pembelajaran) Olahraga di (usia) Sekolah Dasar dan
di Pondok Pesantren harus dirasakan sebagai kebutuhan dan kenikmatan oleh siswa/santri,
sehingga mereka akan merasa dirugikan manakala mata pelajaran Penjas-Or ditiadakan. 
6. Olahraga prestasi : Olahraga kecabangan yang bersifat prestatif perlu pula dikembangkan
namun sebagai materi ekstra kurikuler, sebagai pilihan untuk menyalurkan bakat dan minat
8

siswa/santri terhadap sesuatu cabang Olahraga.Apapun Garis Besar Program Pengajaran


(GBPP) nya, pelaksanaannya di lapangan selalu dapatdisesuaikan dengan semua hasil
pikir-ulang tersebut diatas. Memang diperlukan creativitas daninnovasi pada
pelaksanaannya di lapangan.

Kesimpulan Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah


disadari oleh banyak kalangan. Namun, dalam pelaksanaannya pengajaran pendidikan jasmani
berjalan belumefektif seperti yang diharapkan. Pembelajaran pendidikan jasmani cenderung
tradisional. Modelpembelajaran pendidikan jasmani tidak harus terpusat pada guru tetapi pada
siswa. Orientasipembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan anak, isi dan urusan
materi serta carapenyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan, sasaran
pembelajaranditujukan bukan hanya mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi pada
perkembangan pribadikhususnya kecerdasan siswa yang seutuhnya.
9

BAB II
HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, PERMAINAN DAN REKREASI

A. HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI

1.    Pengertian Pendidikan jasmani


Pendidikan jasmani (disingkat Penjas) adalah mata pelajaran untuk melatih
kemampuan psikomotorik yang mulai diajarkan secara formal di Sekolah Dasar hingga Sekolah
Menengah Atas(http://id.wikipedia.org). Pendidikan jasmani lebih menekankan pada pemberian
pengajaran tentang olahraga pada masa sekolah yang bertujuan untuk mengembangkan fisk dan
kognitif. Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1950 tentang dasar-dasar pendidikan dan
pengajaran pasal 9 "Pendidikan Jasmani ialah keselarasan antara tumbuhnya badan dan
perkembangan jiwa dan merupakan suatu usaha untuk membuat bangsa Indonesia menjadi
bangsa yang sehat dan kuat lahir batin, diberikan pada segala jenis sekolah"
(http://materipenjasorkes.blogspot.com).Pendidikan jasmani sangat menguntungkan bagi peserta
didik untuk mempelajari gerak, sosial, dan kebudayaan, baik emosional dan etika.

Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga.Di
dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang dipilih
hanyalah alat untuk mendidik. Mendidik apa ? Paling tidak fokusnya pada keterampilan anak.Hal
ini dapat berupa keterampilan fisik dan motorik, keterampilan berpikir dan keterampilan
memecahkan masalah, dan bisa juga keterampilan emosional dan sosial. Karena itu, seluruh
adegan pembelajaran dalam mempelajari gerak dan olahraga tadi lebih penting dari pada
hasilnya. Dengan demikian, bagaimana guru memilih metode, melibatkan anak, berinteraksi
dengan murid serta merangsang interaksi murid dengan murid lainnya, harus menjadi
pertimbangan utama

Sejalan dengan pendapat diatas Mendikbut 413/U/1957 (dalam Soegiyono., Ateng dkk)
menjelasakan Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan melalui aktivitas fisik
yang bertujuan meningkatkan individu secara organic, neuro muscular, intelektual dan
emosional.
10

Pendidikan jasmani dan olahraga yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat
berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan
jasmani dan olahraga adalah perkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, mental, emosi,
sosial dan moral.Tidak salah jika para ahli percaya bahwa pendidikan jasmani dan olahraga
merupakan wahana yang paling tepat untuk membentuk manusia seutuhnya.

Dari beberapa pengertian pendidikan jasmani di atas dapat disimpulakan pendiidkan jasmani
merupakan pendidikan yang dilakukan kepada manusia seutuhnya berupa aspek fisik, kognitif,
dan afektif yang diselenggarakan dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah
Menengah Umum/Atas dan Perguruan Tinggi.

2.    Tujuan Pendidikan Jasmani


Sebagaimana diterapkan dalam Undang-Undang RI. Nomor II Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (dalamhttps://quebie.wordpress.com) bahwa tujuan pendidikan termasuk
pendidikan jasmani di Indonesia adalah pengembangan manusia Indonesia seutuhnya
ialah “manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”
Selain itu pendidikan jasmani juga bertujuan untuk:
1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani,
perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.
2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak
dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.
3. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk
melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.
4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara
kelompok maupun perorangan.
5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang
memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.
6. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan
olahraga.
11

B. HAKIKAT OLAHRAGA
1.    Pengertian Olahraga
Menurut Soegijono., Ateng dkk olahraga adalah kata asli Indonesia yang bukan berarti
sama dengan sport. Secara harfiah olah (mengolah) berarti upaya untuk mengubah sesuatu
menjadi lain atau untuk lebih menyempurakan. Sedangkan raga adalah mausia seutuhnya.
Sehingga olahraga dapat diartikan upaya untuk lebih menyempurnakan manusia dengan
raga (manusia seutuhnya) sebagai sasarannya (poin of attack).

Olahraga adalah aktivitas untuk melatih tubuh seseorang, tidak hanya


secara jasmani tetapi juga secara rohanimisalnyacatur(http://id.wikipedia.org). Olahraga
lebih menekankan pada unusur prestasi sehingga tujuannya adalah untuk mencapai prestasi
yang semaksimal mungkin. Hal ini sangat berbeda dengan pendidikan jasmani yang
berorientasi pada tercapainya aktivitas fisik anak di sekolah-sekolah.Olahraga adalah suatu
bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam permainan, perlombaan dan kegiatan
intensif dalam rangka memperoleh relevansi kemenangan dan prestasi optimal
(https://quebie.wordpress.com).

Kegiatan olahraga sangatlah tersturktur dengan rapi dan terencana dengan baik karena
akan menciptakan atau membina anak yang memiliki bakat terhadap suatu cabang olahraga
tertentu untuk meraih hasil latihan yang setinggi-tingginya. Dalam UU Sistem
Keolahragaan Nasional Tahun 2005 pasal 1 no 4 dijelaskan bahwa olahraga adalah segala
kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi
jasmani, rohani dan sosial.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan olahraga adalah suatu aktivitas fisik
yang dilakukan diluar jam sekolah (extrakurikuler) untuk lebih mengembangkan potensi
jasmani anak yang berbakat/berminat terhadap cabang olahraga tertentu sehingga
menghasilkan anak yang berprestasi di berbagai kejuaraan.

2.    Manfaat Olahraga
Olahraga memberikan banyak manfaat pada tubuh kita. MenurutFatmah (2010: 173)
menjelaskan bahwa ada lima manfaat olahraga bagi tubuh, yang pertama adalah
meningkatkan kekuatan otak. Jika otak cukup mendapatkan suplai darah maka reaksi fisik
12

dan mental seseorang akan meningkat. Kedua, melawan penuaan. Ketiga, menghilangkan


stress. Pada saat melakukan olahraga maka jantung akan bekerja lebih berat untuk
menyuplai darah, maka dengan sendirinya pikiran kita tidak akan terfokus lagi dengan
masalah pekerjaan. Keempat, Meningkatkan perasaan bahagia secara alami. Ketika
seseorang melakukan olahraga maka disaat itu juga hormon adrenalin, serotonin, dopanin,
dan endorphin diproduksi, kesemua hormon tersebut adalah hormon yang berfungsi untuk
menumbuhkan rasa sengat dalam diri kita. Kelima, meningkatkan kepercayaan diri.
Dengan berolahraga maka citra diri tubuh yang sehat dan kekuatan fisik yang prima akan
didapatkan.

3.    Nilai-nilai Pendidikan Jasmani dan Olahraga


a. Beberapa nilai pendidikan dalam kegiatan olahraga yang dikatakan oleh Siregar
(dalam http://penjasorkessmpnkedungadem. blogspot.com), yaitu:
b. Olahraga memberikan kesempatan belajar bagaimana bertindak kalau kalah atau
menang.
c. Olahraga memberikan kesempatan bagi perorangan untuk mengorganisir sendiri
pertandingan-pertandingan olahraga dan membentuk regunya, dengan demikian
kepada perorangan diajarkan mendidik dan mengorganisir diri sendiri.
d. Dalam olahraga memungkinkan guru atau pelatih mengamati perilaku anak didik
yang tidak mungkin dilakukan dalam kondisi kehidupan normal,
e. sebagian besar cabang olahraga memungkinkan perorangan mengambil bagian dalam
kelompok yang menganut kepentingan bersama.
f. Olahraga seperti lari lintas alam, mendaki gunung dan sebagainya memberikan
pengalaman untuk mengenal lingkungan hutan, lembah, sungai dan sebagainya.
g. Prestasi dihasilkan melalui proses yang panjang, ini akan membentuk kepribadian dan
ketangguhan dalam mewujudkan cita-cita. Melalui pendidikan jasmani dan olahraga,
nilai-nilai olahraga yang dapat diperoleh meliputi: jujur, suka bekerja sama,
menghargai orang lain, semangat yang tinggi dan percaya diri.
13

C. HAKIKAT PERMAINAN
Hakikat Permainan
1. Permainan adalah kegiatan yang paling murni, yang paling spiritual dari manusia.
karena permainan memberikan kesenangan, kebebasan,kepuasan, ketengangan lahir
batin dan perdamaian dengan dunia.(Froebel)
2. Tidak ada yang bermanfaat dan tidak ada kebenaran yang hakiki selain kriteria
pesona yang ada dalam permainan dan kesenangan yang diperolehnya. ( Plato )

Permainan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, sukarela,tanpa paksaan
dan tak sungguhan dalam batas waktu,tempat dan ikatan peraturan. Namun bersamaan
dengan bermain menyerap ikhtiar yang sungguh – sungguh dari pemainnya disertai
dengan ketegangan dan kesukaan untuk mencapai tujuan yang berada dalam kegiatan
itu sendiri dan tak berkaitan dengan perolehan material.

D. HAKIKAT REKREASI
Hakekat rekreasi adalah dari bahasa Latin, re-creare, yang secara harfiah berarti
'membuat ulang', adalah kegiatan yang dilakukan untuk penyegaran kembali jasmani dan
rohani seseorang. Hal ini adalah sebuah aktivitas yang dilakukan seseorang disamping
bekerja. Kegiatan yang umum dilakukan untuk rekreasi adalah pariwisata, olahraga,
bermain, dan hobi. Kegiatan rekreasi umumnya dilakukan pada akhir pekan. 

Rekreasi merupakan aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang secara sengaja


sebagai kesenangan atau untuk kepuasan, umumnya dalam waktu senggang. Rekreasi
memiliki banyak bentuk aktivitas di manapun tergantung pada pilihan individual.
Beberapa rekreasi bersifat pasif seperti menonton televisi atau aktif seperti olahraga. 

Sejak tahun 1940-an, rekreasi telah menjadi unsur penting dalam kehidupan
moderen. Pendapatan, kondisi pekerjaan dan perkembangan transportasi yang semakin
baik telah memberi orang lebih banyak uang, waktu dan pergerakan yang lebih tinggi
untuk melakukan rekreasi. Pada saat ini, rekreasi telah menjadi industri besar. Rekreasi
14

umumnya berdampak pada rasa senang tingkat kesehatan fisik dan mental manusia.
Rumah sakit pun sering mengadakan aktivitas rekreasi terapi untuk pasien. 

Fungsi Kegiatan Rekreasi bagi Siswa


Program rekreasi pendidikan di sekolah-sekolah saat ini perlu digalakkan. Hal ini
dilakukan agar tercapai tujuan pendidikan Nasional, yaitu meningkatkan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kecerdasan dan keterampilan,
mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, mempertebal semangat kebangsaan,
dan cinta tanah air.

Kegiatan rekreasi pada dasarnya merupakan bagian integral dari pendidikan, yang
merupakan penunjang proses pendidikan, dan menjadi salah satu media untuk mencapai
tujuan pendidikan. Sebagai media pendidikan, rekreasi pendidikan mempunyai fungsi
sebagai berikut:

a. Menambah pengetahuan dan wawasan


Dengan mengikuti kegiatan rekreasi pendidikan, siswa akan memperoleh pengetahuan
dan wawasan yang tidak terdapat dalam pelajaran pokok di sekolah. Kegiatan rekreasi
tersebut misalnya: penjelajahan, mendaki gunung, berkemah, dan sebagainya. Dengan
kegiatan tersebut, siswa akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yang
beraneka ragam sesuai dengan bentuk dan jenis kegiatannya.

b. Meningkatkan ketangkasan dan keterampilan


Dengan melakukan berbagai kegiatan rekreasi pendidikan, para siswa akan dapat
meningkatkan keterampilan. Hal tersebut dapat diperoleh dari kegiatan rekreasi pendidikan
yang berupa permainan, pekerjaan tangan, melukis, menari, dan sebagainya. Semua
kegiatan tersebut sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari kelak dikemudian hari.

c. Mempengaruhi gairah belajar


Rekreasi mengandung makna "re-create" yang berarti pemulihan. Dengan melakukan
kegiatan rekreasi pendidikan, semangat dan gairah belajar siswa diharapkan akan
meningkat. Hal tersebut disebabkan rekreasi pendidikan, di samping dapat mengalihkan
15

dan menciptakan suasana baru, juga dapat dijadikan media untuk mencari kesegaran
jasmani, kegembiraan dan kepuasaan jiwa.

d. Menambah sikap hidup yang kreatif dan sosial


Dengan melakukan rekreasi pendidikan, siswa dapat memperoleh pengalaman baru
yang positif. Kegiatan rekreasi pendidikan di antarnya hidup di alam terbuka dan wisata
karya. Kegiatan tersebut akan membuat siswa belajar hidup mandiri, bergotong-royong,
belajar hidup bermasyarakat, memperhalus dan meningkatkan rasa Beni Berta memupuk
rasa percaya diri.

e. Membentuk kepribadian yang lebih baik


Rekreasi pendidikan akan membentuk kepribadian yang lebih baik. Oleh karena di
dalam rekreasi pendidikan terdapat kegiatan yang mendidik siswa untuk belajar hidup
mandiri, bergotong - royong, mengenal adat-istiadat penduduk setempat, pengenalan
budaya masa lalu, memupuk rasa percaya diri dan sebagainya.

f. Menanamkan rasa kekaguman dan syukur terhadap kebesaran ciptaan Tuhan


Yang Maha Esa
Dengan melakukan kegiatan rekreasi pendidikan pada siswa, akan lebih tertanam rasa
kekaguman dan syukur terhadap ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga pada akhirnya
timbul rasa keimanan dan ketaqwaan terhadap-Nya.

g. Menanamkan rasa cinta tanah air dan bangsa


Salah satu penanaman rasa cinta tanah air clan bangsa terhadap siswa, dapat melalui
kegiatan. rekreasi pendidikan. Oleh karena di dalam kegiatan tersebut terdapat kegiatan
yang bermanfaaseperti: mengunjungi objek-objek pemandangan alam yang indah,
mengunjungi peninggalakebudayaan masa lalu, mengenali adat-istiadat suku-suku bangsa
yang ada di tanah air dan lain sebagainya.
16

BAB III
PERUBAHAN FILOSOFIS DARI PENDIDIKAN JASMANI,
OLAHRAGA DAN KEBUGARAN

A. Konsep Umum Pendidikan Jasmani  dan Olahraga


Jasmani dalam sebutan bahasa Inggris adalah physical, dalam ilmu faal, jasmani disebut
sebagai struktur biologik pada manusia. Secara umum dipahami bahwa jasmani atau jasadia berarti
tubuh manusia. Jasmani dalam pembahasan ini adalah pemanfaatan aktivitas fisik sebagai
manifestasi pengembangan kualitas hidup manusia dalam memenuhi kebugaran secara totalitas dan
keter ampilan motorik.
Jasmani disinonimkan dengan pendidikan, maka segala aktivitas jasmani membawa nilai-
nilai pendidikan, yang tidak terikat ataupun tertuju kepada gerakan-gerakan dalam peraturan-
peraturan dan ketentuan-ketentuan yang umum berlaku seperti olahraga.
Dengan demikian, pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas
jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan 
motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi.
Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
seluruh rana, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa.
Menurut Jesse Feiring Williams dalam William H. Freeman (2001:3) pendidikan Jasmani
adalah tentang sejumlah aktivitas-aktivitas fisik manusia yang dipilih, dan dilaksanakan dengan
maksud untuk mencapai hasil yang bermanfaat bagi tubuh. William menekankan satu hal bahwa
walaupun pendidikan jasmani diartikan mengajar dengan fisik, melalui penggunaan aktivitas-
aktivitas fisik, tujuannya adalah melampaui fisik tersebut. Selanjutnya (KEPMENDIKBUD No.
413/u/1987) bahwa pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan
yang bertujuan meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual dan emosional
melalui aktivitas fisik. Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan
dan olahraga. Di dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau cabang tertentu yang
dipilih hanyalah alat untuk mendidik. (Agus Mahendra, 2009: 24).  H. J. S. Husdarta (2009: 17)
mengemukakan pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya
pendidikan jasmani bukan hanya dekorasi atau ornament yang ditempel pada program sekolah
sebagai alat untuk membuat anak sibuk.
17

Sedangkan pengertian olahraga berdasarkan (pasal 1 ayat 4 UU RI No. 3 Tahun 2005)


olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong,  membina, serta
mengembangkan potensi jasmani, rohani,  dan sosial. Dari ketentuan Internasional Council of
Sport and Physical Education adalah setiap aktivitas fisik berupa permainan dan berisikan
pertandingan melawan orang lain, diri sendiri ataupun unsur-unsur alam dikatakan sebagai
olahraga atau sport. Jadi antara pendidikan jasmani dan olahraga sering dikatakan  ada
interface, tidak sama namun ada bagian-bagian yang sama. Jelas keduanya adalah aktivitas fisik,
tegasnya aktivitas otot-otot besar  atau big muscle activity, bukan fine muscle activity.  

Oleh karena itu, dalam penerapannya tetap berlandaskan pada suasana kependidikan, serta
berpegang pada kaidah-kaidah dalam praktek pendidikan. Adapun pendidikan olahraga adalah
pendidikan yang membina anak agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu.
Di Amerika Serikat pendidikan jasmani menurut Nixon dan Jewet adalah satu aspek dari
proses pendidikan keseluruhan yang berkenaan dengan perkembangan dan penggunaan
kemampuan gerak individu yang sukarela dan berguna serta berhubungan langsung dengan respon
mental, emosional dan sosial.
Konsep pendidikan jasmani yang diuraikan Nixon dan Jewet, dapat dikatakan searah
dengan pemahaman di Indonesia yang diuraikan Rusli Lutan (2001: 18), bahwa pendidikan
jasmani sebagai sebuah subjek yang penting bagi pembinaan fisik yang dipandang sebagai mesin
dalam konteks pendidikan jasmani yang mengandung isi pendidikan melalui aktivitas jasmani.
Karenanya konsep pendidikan jasmani perlu dikuasai oleh para calon guru (mahasiswa penjas) dan
guru yang bersangkutan, sehingga dalam penerapannya memperlihatkan kesetaraan pemahaman.
Selain itu diharapkan dapat melakukan pemetaan konsep dalam penerapan pendidikan
jasmani berdasarkan jenjang pendidikan (kesesuaian kurikulum pendidikan jasmani), termasuk
memaksimalkan potensi-potensi lokal, dalam hal ini permainan tradisional yang dapat
dimodifikasi. Sebagai batasan atau rumusan dari konsep pendidikan jasmani, Arma Abdoellah
(2003;42) menguraikan sebagai salah satu aspek dari proses pendidikan keseluruhan peserta didik
melalui kegiatan jasmani yang dirancang secara cermat, yang dilakukan secara sadar dan
terprogram dalam usaha meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani dan sosial serta
perkembangan kecerdasan.
18

Esensi dari substansi pendidikan jasmani ialah pengetahuan tentang gerak insani dalam
konteks pendidikan yang terkait dengan semua aspek pengetahuan yang berlangsung secara
didaktik, rekreatif, untuk dipahami dan dapat dilakukan oleh peserta didik secara utuh. Oleh karena
itu, pendidikan jasmani dan olahraga adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani
yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,
pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan
beIajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh rana,
jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa.
Tujuan akhir pendidikan jasmani dan olahraga terletak dalam peranannya sebagai wadah
unik. Penyempurnaan watak, dan sebagai wahana untuk memiliki dan membentuk kepribadian
yang kuat, watak yang baik dan sifat yang mulia. Jadi orang-orang yang memiliki kebajikan moral
seperti inilah yang akan menjadi warga masyarakat yang baik dan berguna. (Baron Piece de
Coubertin, Penggagas Kebangkitan Olympiads Modern, Perancis).
Posisi pendidikan jasmani dan olahraga pada kedudukan yang amat strategis yakni sebagai
alat pendidikan, sekaligus pembudayaan, karena kedua istilah yang amat dekat dan erat. Maknanya
tidak lain adalah sebagai proses pengalihan dan penerimaan nilai-nilai. Dalam konteks
keolahragaan secara menyeluruh, memang kian kita sadari perubahan  yang terjadi sebagai dampak
dari globalisasi dalam ekonomi yang dipacu oleh teknologi komunikasi juga terbawa dalam dunia
olahraga (Coomb 2004:7).
Dengan demikian, yang menjadi perhatian dalam pelaksanaan pendidikan jasmani dan
olahraga yaitu: (1) pendidikan merupakan upaya penyiapan peserta didik menghadapi dan berperan
dalam lingkungan hidup yang selalu berubah dengan cepat dan pluralistik; (2) pendidikan
merupakan upaya peningkatan kualitas kehidupan pribadi masyarakat dan berlangsung seumur
hidup; (3) pendidikan merupakan mekanisme sosial dalam mewariskan nilai, norma, dan kemajuan
yang telah dicapai masyarakat; (4) pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip
ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya; (5) dalam undang –
undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk rnemiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
19

Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang
direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu
secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem
pendidikan nasional.

B. Sistem Pendidikan
Salah satu contoh. Pelajaran penjas 'volley mini' di kelas 4 melibatkan 6 pelajaran
sistematis dalam tahun tersebut. Ibu Sato memutuskan untuk menggunakan pelajaran ketiga
sebagai suatu pelajaran penelitian, sedangkan guru lainnya mengamati secara teliti.

 Fase perencanaan
Kelompok Ibu Sato terdiri dari guru senior kelas 4. Untuk mencapai tujuan jangka panjang
(pendidikan untuk klak individu anak) dia mencoba untuk memahami situasi di kelasnya. Dia
merasa bahwa ketika sebagian anak aktif dan memiliki pendapat yang jelas, yang lain memiliki
perasaan yang tidak dapat mereka ungkapkan atau tindak lanjuti.
Agar pendidikan jasmani menyenangkan bagi mereka, di bagian pertama dan kedua dan 6
pelajaran dia meminta anak-anak menciptakan peraturan mereka sendiri untuk membantu mereka
dan orang lain dalam menikmati permainan volley. Setelah permainan dia meluangkan waktu
untuk berefleksi dengan siswa mereka. tentang bagaimana mereka bermain. Mereka juga
mendiskusikan bagaimana mereka dapat memperbaiki permainan untuk melibatkan seseorang
yang sering tersingkirkan,  sehingga mereka dapat menikmatinya dengan orang lain.

 Fase pelaiaran penelitian


Rencana pelajaran yang disiapkan dengan seksama dipelajari oleh semua. anggota
kelompok. Ibu Sato kemudian melaksanakan pelajarannya ketika anggota kelompok dan guru lain
melihat. Orang yang bertanggung jawab dalam pendidikan jasmani di kota juga diundang sebagai
seorang konsultan untuk memberi masukan.

 Fase diskusi
20

Ketika pelajaran penelitian selesai, sebuah diskusi dilaksanakan untuk bertukar pendapat
tentang pelajaran, Ini dimulai dengan penjelasan tujuan pelajaran oleh guru. Kemudian guru yang
mengamati, memberikan pendapatnya atau bertanya secara giliran, berkomentar berdasarkan,
pengalaman sendiri.
Mempengaruhi konsep 4 studi pelajaran. Dalam contoh ini, siswa kelas 4 belajar tentang
pentingnya kekuatan teman sebaya. Mereka juga belajar tentang kegiatan kerjasama untuk
merespon perbedaan. Guru dalam kelompok mendapatkan pandangan positif tentang manfaat
pembelajaran kelompok, sebagai cara membantu anak mengemukakan isu-isu  mereka sendiri agar
dipecahkan oleh mereka sendiri.
Lebih penting lagi, semua guru mendiskusikan dan mengevaluasi pelajaran, yang
memampukan mereka berbagi topik penting ke seluruh sekolah. Sekarang ini, kebanyakan guru
memahami situasi tiap anak dan berbagi peran tanpa memandang kelas mana yang ditugaskan
kepada mereka. Misalnya guru sering membawa anak laki-laki pulang setelah selesai sekolah,
karena dia tahu anak tersebut mengalami masalah emosi dan orang tuanya bekerja sampai larut
malam.
Masih ada beberapa anak yang menyembunyikan nama sesungguhnya, karena ini akan
mengungkapkan status kesukuan mereka. Namun, kepala sekolah mengomentari apakah anak
mengubah namanya atau ticlak, semua merasa nyaman dan senang sekolah dasar Suzuki.
Sehubungan dengan pendidikan inklusif, sekolah dasar Suzuki berkembang ke arah penyediaan
lingkungan yang lebih baik untuk individu anak. Keefektifan kolaborasi antar guru selama studi
pelajaran secara lugas diakui sebagai elemen yang kuat dalam mengembangkan budaya sekolah
yang inklusif dan terbuka.

C. Pengembangan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan kebugaran di Indonesia


Salah satu pertanyaan yang sering diajukan oleh guru-guru penjas belakangan ini adalah:
"Apakah pendidikan jasmani?" Pertanyaan yang cukup aneh ini justru dikemukakan oleh yang
paling berhak menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini mungkin terjadi karena pada waktu
sebelumnya guru itu merasa dirinya bukan sebagai guru pendidikan jasmani, melainkan guru
pendidikan olahraga. Perubahan pandangan itu terjadi menyusul perubahan nama mata pelajaran
wajib dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, dari mata pelajaran pendidikan olahraga dan
kesehatan (orkes) dalam kurikulum 1984,  menjadi pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan
21

(penjaskes) dalam kurikulum1994. Perubahan nama tersebut tidak dilengkapi dengan sumber
belajar yang menjelaskan makna dan tujuan kedua istilah tersebut. Akibatnya sebagian besar guru
menganggap bahwa perubahan nama itu tidak memiliki perbedaan, dan pelaksanaannya dianggap
sama. Padahal muatan filosofis dari kedua istilah di atas sungguh berbeda, sehingga tujuannya pun
berbecla pula. Pertanyaannya, apa bedanya pendidikan olahraga dengan pendidikan jasmani?
Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga.
Di dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang dipilih
hanyalah alat untuk mendidik. Mendidik apa ? Paling tidak fokusnya pada keterampilan anak. Hal
ini dapat berupa keterampilan fisik dan motorik, keterampilan berpikir dan keterampilan
memecahkan masalah, dan bisa juga keterampilan emosional dan sosial. Karena itu, seluruh
adegan pembelajaran dalam mempelajari gerak dan olahraga tadi lebih penting dari pada hasilnya.
Dengan demikian, bagaimana guru memilih metode, melibatkan anak, berinteraksi dengan murid
serta merangsang interaksi murid dengan murid lainnya, harus menjadi pertimbangan utama.
Sedangkan pendidikan olahraga adalah pendidikan yang rnembina anak agar menguasai
cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada murid diperkenalkan berbagai cabang olahraga agar
mereka menguasai keterampilan berolahraga. Yang ditekankan di sini adalah hasil dari
pembelajaran itu, sehingga metode pengajaran serta bagaimana anak menjalani pembelajarannya
didikte oleh tujuan yang ingin dicapai. Ciri-ciri pelatihan olahraga menyusup ke dalam proses
pembelajaran. Dengan proses tersebut, dapat memberikan kekeliruan yang berlarut-larut dalam
proses pendidikan jasmani di Indonesia.
Yang sering terjadi pada pembelajaran pendidikan olahraga adalah bahwa guru kurang
memperhatikan kemampuan dan kebutuhan murid. Jika siswa harus belajar bermain bola voli,
mereka belajar keterampilan teknik bola voli secara langsung. Teknik-teknik dasar dalam pelajaran
demikian lebih ditekankan, sementara tahapan penyajian tugas gerak yang disesuaikan dengan
kemampuan anak kurang diperhatikan, kejadian tersebut merupakan salah satu kelemahan dalam
pendidikan olahraga. Guru demikian akan berkata: "kalau perlu tidak usah ada pentahapan, karena
anak akan dapat mempelajarinya secara langsung. Beri mereka bola, dan instruksikan anak supaya
bermain langsung". Anak yang sudah terampil biasanya dapat menjadi contoh, dan anak yang
belum terampil belajar dari mengamati demonstrasi temannya yang sudah mahir tadi. Untuk
pengajaran model seperti ini, ada ungkapan: Kalau anda ingin anak-anak belajar renang, lemparkan
mereka ke kolam yang paling dalam, dan mereka akan bisa berenang sendiri.
22

Tabel 3.1 Menekankan perbedaan antara pendidikan jasmani dengan pendidikan olahraga.

Perbedaan antara Pendidikan Jasmani dan Pendidikan, Olahraga


Pendidikan Jasmani Pendidikan Olahraga
•Sosialisasi atau mendidik via •Sosialisasi atau mendidik ke
Olahraga dalam olahraga
• *
Menekankan perkembangan Mengutamakan penguasaan
kepribadian menyeluruh keterampilan berolahraga
•Menekankan  penguasaan •Menekankan  penguasaan
keterampilan dasar. teknik dasar

Pendidikan jasmani tentu tidak bisa dilakukan dengan cara demikian. Pendidikan jasmani
adalah suatu proses yang terencana dan bertahap yang perlu dibina secara hati-hati dalam waktu
yang diperhitungkan. Bila orientasi pelajaran pendidikan jasmani adalah agar anak menguasai
keterampilan berolahraga, misalnya sepak bola, guru akan lebih menekankan pada pembelajaran
teknik dasar dengan kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan. Dalam hal ini, guru tidak akan
memperhatikan bagaimana agar setiap anak mampu melakukannya, sebab cara melatih teknik
dasar yang bersangkutan hanya dilakukan dengan cara tunggal. Beberapa anak mungkin bisa
mengikuti dan menikmati cara belajar yang dipilih guru tadi. Tetapi sebagian lain merasa selalu
gagal, karena bagi mereka cara latihan tersebut terlalu sulit, atau terlalu mudah. Anak-anak yang
berhasil akan merasa puas dari cara latihan tadi, dan segera menyenangi permainan sepak bola.
Lain lagi  dengan anak-anak lain yang kurang berhasil? Mereka akan serta merta merasa
bahwa permainan sepak bola terlalu sulit dan tidak menyenangkan, sehingga mereka tidak
menyukai pelajaran dan permainan sepak bola tadi. Apalagi bila ketika mereka melakukan latihan
yang gagal tadi, mereka selalu diejek oleh teman-teman yang lain atau bahkan oleh gurunya
sendiri. Anak-anak dalam kelompok gagal ini biasanya mengalami perasaan negatif. Akibatnya,
citra diri anak tidak berkembang dan anak cenderung menjadi anak yang rendah diri.
Melalui pembelajaran pendidikan jasmani yang efektif, semua kecenderungan tadi bisa
dihapuskan, karena guru memilih cara agar anak yang kurang terampil pun tetap menyukai latihan
memperoleh pengalaman sukses. Di samping guru membedakan bentuk latihan yang harus
23

dilakukan setiap anak, kriteria keberhasilannya pun dibedakan pula. Untuk kelompok mampu
kriteria keberhasilan lebih berat dari anak yang kurang mampu, misalnya dalam pelajaran renang
di tentukan: mampu meluncur 10 meter untuk anak mampu, dan hanya 5 meter untuk anak kurang
mampu.
Dengan cara demikian, semua anak merasakan apa yang disebut perasaan berhasil tadi, dan
anak makin menyadari bahwa kemampuannya pun meningkat, seiring clengan seringnya mereka
mengulang-ulang latihan. Cara ini disebut gaya mengajar partisipatif karena semua anak merasa
dilibatkan dalam proses pembelajaran.

D. Landasan Falsafah Pendidikan Kebugaran Jasmani


Kemana arah pembinaan kebugaran jasmani? Tujuan jangka panjang pendidikan jasmani
adalah sebagi berikut:
1. Kegiatan itu dimaksudkan untuk menghasilkan insan yang berpendidikan dan
berpandangan bahwa aktivitas jasmani ini bernilai, bermanfaat, dan dapat dilakukan di
sepanjang hayat.
2. Melalui proses pendidikan tersebut juga dihasilkan insan yang dapat memahami
bagaiman membuat rencana kegiatan dan melasanakannya, baik untuk keperluan
sendiri secara perorangan maupun keperluan kelompok.
3. Untuk menghasilkan seseorang yang terampil menciptakan peluang dan
memanfaatkannya dalam rangka pembinaan kebugaran jasmani. Kemampuan
mengatasi stress dan hambatan juga menjadi tujuan akhir.
Bertitik tolak dari pandangan falsafah tersebut, sebagai guru pendidikan jasmani, kita
perlu memahami kaidah pengembangan program pendidikan jasmani yang seimbang. Adapun
kaidah-kaidah  yang dimaksud  adalah  sebagai berikut :
a. Menyediakan waktu yang cukup bagi anak untuk melalukan aktivitas jasmani.
b. Menyediakan kesempatan bagi setiap anak untuk memenuhi kebutuhan secara
perorangan yang memang berbeda-beda.
c. Menyediakan aneka kegiatan dan memberikan bimbingan sesuai dengan pilihan
siswa.
d. Memberikan informasi umpan balik kepada anak, baik mengenai proses maupun
hasilnya.
24

e. Membekali siswa dengan keterampilan dasar termasuk pengayaan keterampilan


dalam rangka meningkatkan kebugaran jasmani.
f. Menjadikan diri sebagai guru pendidikan jasmani yang pantas sebagai panutan bagi
siswa.
g. Memberikan perhatian penuh bagi perkembangan anak secara menyeluruh, termasuk
sikap dan perlakuannya terhadap aktivitas jasmani yang dilaksanakan secara teratur
dan berkesinambungan.
h. Menggunakan strategi yang tepat untuk membentuk pola hidup sehat.
i. Menggunakan gaya hidup aktif dan pelaksanaan aktivitas jasmani di luar pendidikan
jasmani disekolah.
j. Menghindari ucapan yang menyatakan bahwa aktivitas jasmani itu hanyalah
membuang-buang waktu, dan sia-sia belaka.
Sesuai dengan kodratnya, anak senang bermain. Ia senang melampiaskan kebebasannya
untuk bergerak. Melalui bermain, anak disiapkan untuk menghadapi kehidupan nyata. Bermain
mengajarkan kenyataan hidup. Untuk mencapai hal ini, maka perlu penyiapan strategi
pengembangan program yang sistematis dan berkesinambungan. Sehingga  tujuan bebetul-betul
dapat tercapai dengan maksimal sesuai apa yang diharapkan.

E. Strategi Pengembangan
Penyiapan program yang dianggap bermutu, tidak akan berjalan dengan sendirinya.
Karena itu dibutuhkan strategi pengembangan yang mencakup beberapa aspek sebagai berikut:
1. Kembangkan program yang menekankan pada penyediaan pengalaman jasmani yang
disenagi di sepanjang hayat. Karena itu, misalnya, latihan aerobic, stretching (perengangan
otot), jalan kaki, tenis, dan berenang.
2. Bantulah siswa untuk menguasai keterampilan gerak dan kembangkan penilaian diri
positif bahwa ia dapat menguasai keterampilan itu. Sebagai contoh, bagaimana melakukan
pemanasan yang benar sebelum berlatih, bagaimana melakukan stretching yang aman dan
efektif; atau bagaimana memainkan suatu cabang olahraga dengan memuaskan dan
mendatangkan kesenangan.
3. Berikan kesempatan yang meluas dan merata sehingga semua anak dengan kemampuan
yang berbeda-beda dapat ikut serta; programnya jangan sampai menjadi monopoli anak
yang berbakat.
25

4. Beri tekanan pada program yang akan mendatangkan maslahat, bukan hanya untuk
kepentingan jasmani, seperti kebugaran, tetapi juga untuk perkembangan sosial, dan
keterampilan yang diperlukan untuk mempertahankan gaya hidup aktif sepanjang hayat,
keterampilan itu antara lain, bagaimana mengukur kebugaran diri secara sederhana,
megatasi masalah, dan memotivasi diri.
26

BAB IV
KONSEP DASAR OLAHRAGA, BERMAIN DAN PERMAINAN

A. KONSEP DASAR OLAHRAGA (SPORT)


1. DEFINISI
 Suatu bentuk yang khusus dari perilakugerak insani (human movement).
 Tujuan & capaiannya, waktu, lokasinya dicirikan oleh perbedaan yang luas; hal ini
membuktikan relevansi sosial dari fenomena yang disebut olahraga.
 Dilaksanakan bersama kecenderungan yang membawanya ke dalam hubunganyang
dekat dengan ideologi, profesi,organisasi, pendidikan, dan Ilmu.
2. KARAKTERISTIK OLAHRAGA
 Struktur: olahraga melibatkan struktur suatu tim and liga.
 Kewenangan para pelatih (ada lembaga yang memberikan kewenangan itu)
 Aturan terutlis: kesepakatan antar pemain, sehingga aturan mungkin dapat diubah.
 Investasi: membutuhkan lebih banyak waktu, energi, uang, dan perasaan (ego).

B. KONSEP DASAR BERMAIN (PLAY)


1. DEFINISI
Bermain merupakan suatu perbuatan atau kegiatan sukarela, yang dilakukan dalam
batas ruang dan waktu tertentu yang sudah ditetapkan, menurut aturan yang telah
diterima secara sukarela, tapi mengikat sepenuhnya, dengan tujuan dalam dirinya, disertai
oleh perasaan tegang dan gembira, dan kesadaran “lain daripada kehidupan sehari-hari”.
(Johan Huizinga)
2. KARAKTERISTIK BERMAIN
 BEBAS: pemain tidak dapat dipaksa untuk berpartisipasi tanpa permainan tersebut
secara tiba-tiba merubah sifatnya.
 TERPISAH: dibatasi oleh waktu dan ruang yang sudah dipastikan sebelumnya.
 PERATURAN: merujuk pada aturan main yang telah disepakati sebelumnya.
27

C. KONSEP DASAR PERMAINAN (GAMES)


a. Kebebasan: lebih sedikit lengkap dari bermain
b. Keterbatasan: permainan cenderung menetap pada batas khusus dari ruang dan waktu
c. Hasil: menang dan kalah
d. Investasi: tingkat emosi atau Investasi Ego
e. Perubahan dan strategi.

HUBUNGAN BERMAIN-PERMAINAN-OLAHRAGA

Bermain

Bermain Spontan Bermain Terorganisir

Permainan Non-Kompetitif Permainan Kompetitif

Penekanan Intelektual, Penekanan Fisik (Olahraga


Contoh Bridge, Catur tenis, SB)

Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan


ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-
tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan
pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan. Misalnya, olahraga
profesional (di Amerika umumnya disebut athletics) dianggap tidak punya misi kependidikan
apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai olahraga. Olahraga dan bermain dapat eksis meskipun
secara murni untuk kepentingan kesenangan, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk
28

kombinasi keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif;
keduanya dapat dan harus beriringan bersama.

BAB V
KONSEP DASAR KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN

A. KONSEP DASAR KEBUGARAN JASMANI


Kebugaran Jasmani adalah Kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas keseharian
tanpa mengalami kelelahan yang berarti, dan masih punya sisa cadangan tenaga untuk
melakukan aktivitas yang lainnya. 

Pengertian kebugaran jasmani menurut Prof. Sutarman adalah suatu aspek, yaitu aspek fisik
dan kebugaran yang menyeluruh (total fitness) yang memberi kesanggupan kepada seseorang
untuk menjalankan hidup yang produktif dan dapat menyesuaikan diri pada tiap – tiap
pembebanan fisik (physical stress) yang layak. Proff. Soedjatmo Soemowardoyo menyatakan
bahwa kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi alat – alat
tubuhnya dalam batas – batas fisologi terhadap lingkungan (ketinggian, kelembapan suhu, dan
sebagainya) dan atau kerja fisik dengan yang cukup efisien tanpa lelah secara berlebihan. Secara
umum pengertian kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menjalankan
pekerjaan sehari – hari dengan ringan dan mudah tanpa merasakan kelelahan yang berarti dan
masih mempunyai cadangan tenaga untuk melakukan kegiatan yang lain.

Manfaat kebugaran jasmani bagi tubuh antara lain. Manfaat kebugaran jasmani bagi tubuh
antara lain dapat mencegah berbagai penyakit seperti jantung, pembuluh darah, dan paru – paru
sehingga meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Dengan jasmani yang hugar, hidup
menjadi semangat dan menyenangkan. Kebugaran jasmani tidak hanya menggambarkan
kesehatan, tetapi lebih merupakan cara mengukur individu melakukan kegiatannya sehari – hari.
Ada 3 hal penting dalam kebugaran jasmani, yaitu :

1. Fisik, berkenaan dengan otot, tulang, dan bagian lemak.


2. Fungsi Organ, berkenaan dengan efisiensi sistem jantung, pembuluh darah, dan
pernapasan (paru - paru).
3. Respon Otot, berkenaan dengan kelenturan, kekuatan, kecapatan, dan kelemahan.
29

Berdasarkan konsep kebugaran jasmani tersebut, maka kebugaran jasmani yang


dibutuhkan untuk setiap orang sangat berbeda, tergantung dari sifat tantangan fisik yang
dihadapinya. Contohnya, seorang kuli yang setiap hari bekerja memanggul barang – barang
berat, maka ia harus memiliki kekuatan otot, anaerobic power, daya tahan, dan sebagainya yang
lebih baik daripada seorang pekerja kantor. Pekerja kantor tidak banyak menguras tenaga, ia
hanya membutuhkan buku – buku dari meja ke rak buku atau menekan tombol – tombol
keyboard computer. Dengan demikian tingkat kebugaran jasmani yang merekan miliki dan
mereka butuhkan sangat berbeda.Kerja fisik ataupun latihan dalam jangka pendek misalnya
kurang dari 5 menit, belum mutlak memerlukan pembakaran dengan oksigen. Akan tetapi, kerja
fisik yang lebih lama, proses pembentukan energi hanya dapat terus berlangsung melalui
pembakaran dengan oksigen. Dengan demikian, jantung, peredaran darah, dan paru – paru (alat
pernapasan) harus giat bekerja untuk menyalurkan oksigen ke bagian – bagian tubuh yang aktif
bekerja. Jadi, gerak kerja ataupun latihan yang cukup lama sebenarnya mendorong kerja jantung,
peredaran darah, dan paru – paru sehingga dapat menghasilkan perubahan – perubahan ke arah
yang lebih baik dari keadaan daya tahan tubuh, terutama jantung. Adapun perubahan –
perubahan tersebut dinamakan “efek latihan”. Efek latihan itu antara lain :

1. Alat – alat pernapasan bertambah kuat sehingga memungkinkan aliran udara yang cepat
ke dalam dan keluar paru – paru.
2. Kerja jantung bertambah kuat dan efisien untuk dapat memompakan lebih banyak darah
yang mengandung oksigen pada tiap denyutan.
3. Peredaran darah menjadi lancar sehingga unsur – unsur gizi makanan dapat dengan
mudah disuplai ke seluruh jaringan tubuh.
4. Tegangan (tonus) otot di seluruh tubuh meningkat sehingga menjadi lebih kuat.

Latihan kebugaran jasmani juga bermanfaat untuk mengurangi kemungkinan penyakit


degeneratif yang dibawa oleh masing-masing orang. Menurut para ahli pakar kesehatan, Setiap
orang memiliki potensi penyakit yang ditimbulkan oleh faktor keturunan. Umpamanya seseorang
yang salah satu orang tuanya memiliki penyakit darah tinggi, maka 25 persen dia berpotensi
mengidap penyakit darah tinggi. Dan jika kedua orang tuanya adalah sama-sama punya penyakit
darah tinggi, maka kemungkinan besar dia juga berpotensi untuk mengidap penyakit darah
30

tinggi. Kemungkinan-kemungkinan tentang penyakit degeneratif atau penyakit turunan tersebut


dapat dikurangi dengan rajin melakukan olah raga kebugaran jasmani, pola hidup yang baik dan
teratur dan pola makan yang baik yang dapat menghindari terjangkitnya penyakit degeneratif
tersebut.

B. KONSEP DASAR LATIHAN

Definisi Latihan / Pelatihan Olahraga Menurut Para Pakar

Setiap orang harus meningkatkan kualitas dirinya, dalam hal ini adalah kualitas fisik yang harus
dikembangkan. Kualitas fisik seseorang dapat berkembang jika diiringi aktivitas. Aktivitas yang
dimaksud adalah aktivitas yang menunjang terhadap perkembangan fisik seseorang.

Latihan adalah aktivitas manusia yang menunjang terhadap pemenuhan kebutuhan fisiknya.
Berikut adalah beberapa pengertian latihan yang diungkapkan oleh beberapa ahli: 

Harsono (1988:101) bahwa “latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih atau
bekerja yang dilakukan secara berulang ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah
beban latihan atau pekerjaaannya.

Sedangkan Kasiyo Dwijowinto (1993:317) mengungkapkan bahwa “latihan adalah peran


serta yang sistimatis dalam latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas
fungsional fisik dan daya tahan latihan.”
31

Rothig (1972) "Pelatihan adalah semua upaya yang mengakibatkan terjadinya


peningkatan kemampuan dalam pertandingan olahraga.

Harre (ed., 1982) menjelaskan dalam pengertian luas, "pelatihan olahraga adalah
keseluruhan proses persiapan yang sistematik bagi atlet untuk mencapai prestasi tinggi".

Jadi bisa kita simpulkan bahwa tujuan akhir latihan dalam bidang olahraga adalah untuk
meningkatkan penampilan olahraga dalam melakukan aktivitas atau latihan harus sistematis.
Sistematis yang dimaksud adalah setiap aktivitas harus disesuaikan dengan kemampuan masing
masing orang dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang rumit. Selain itu,
harus tetap diingat bahwa ketika melaksanakan latihan kemampuan fisik, seseorang harus
memperhatikan pengulangan dari setiap aktivitas yang dilakukan. Hal tersebut dilakukan untuk
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan seperti cedera otot, patah tulang, luka, dan sebagainya.
32

BAB VI

PERBEDAAN MAKNA PENDIDIKAN JASMANI DAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

A. MAKNA PENDIDIKAN JASMANI


1. Arti Pendidikan dan Pendidikan Jasmani
 Pendidikan Menurut UU Sisdiknas
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
 The Aims and Function of Education Based On UU No.20 Tahun 2003
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
 The Meaning of Education Based on Raka Joni (1981: 14)
a. Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan
antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik. (balance interaction
between learner and teacher)
b. Pendidikan merupakan upaya penyiapan peserta didik mengahadapi lingkungan
hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat. (preparing the learner to
stand before the changing of environment)
c. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat. (improving
the quality of life)
d. Pendidikan berlangsung seumur hidup. (Long Life Education)
e. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan
dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya. (sciences and technology
application)
33

f. Pendidikan Jasmani
g. Kata fisik atau jasmani (physical) menunjukkan pada tubuh atau badan (body).
Kata fisik seringkali digunakan sebagai referensi dalam berbagai karakteristik
jasmaniah, seperti kekuatan fisik (physical strenght), perkembangan fisik
(physical development), kecakapan fisik (physical prowess), kesehatan fisik
(physical health). dan penampilan fisik (physical appearance).
h. Kata fisik dibedakan dengan jiwa atau fikiran (mind). Oleh karena itu, jika kata
pendidikan (education) ditambahkan dalam kata fisik, maka membentuk frase
atau susunan kata pendidikan fisik atau pendidikan jasmani (physical education),
yakni menunjukkan proses pendidikan tentang aktivitas-aktivitas yang
mengembangkan dan memelihara tubuh manusia.
i. Nixon and Cozens (1963: 51) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani
didefinisikan sebagai fase dari seluruh proses pendidikan yang berhubungan
dengan aktivitas dan respons otot yang giat dan berkaitan dengan perubahan yang
dihasilkan individu dari respons tersebut.
j. Dauer dan Pangrazi (1989: 1) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani adalah
fase dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan kontribusi, terutama
melalui pengalaman gerak, untuk pertumbuhan dan perkembangan secara utuh
untuk tiap anak. Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai pendidikan dan melalui
gerak dan harus dilaksanakan dengan cara-cara yang tepat agar memiliki makna
bagi anak. Pendidikan jasmani merupakan program pembelajaran yang
memberikan perhatian yang proporsional dan memadai pada domain-domain
pembelajaran, yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif.
Bucher, (1979). Mengemukakan pendidikan jasmani merupakan bagian integral
dari suatu proses pendidikan secara keseluruhan, adalah proses pendidikan
melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan organik, neuromuskuler, interperatif, sosial, dan emosional
Ateng (1993) mengemukakan; pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari
pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan
mengembangkan secara organik, neuromuskuler, intelektual dan emosional.
Definition of Physical Education Based on Bucher and Wuest (1991: 6) physical
34

education is an educational process that has as its aim theimprovement of human


performance through the medium of physical activities selected to realize this
outcome.
Definisi Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas
jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan
keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap
sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani,
psikomotorik, kognitif, dan afektif setiap siswa.
2. Gerak Sebagai Unsur Pokok Pendidikan Jasmani
Gerak unsur pokok Penjas
a. Gerak: perubahan posisi dalam ruang atau terhadap bagian tubuh lainnya.
b. Dalam pertumbuhan anak dikenal “gerak dasar fundamental” (lokomotor,
nonlokomotor dan manipulatif; Bloom)
c. Penjas mengembangkan ketiga unsur tersebut.

2.      Tujuan Pendidikan Jasmani


a.       Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah suatu factor yang amat sangat penting di dalam pendidikan,
karena tujuan merupakan arah yang hendak dicapai atau yang hendak di tuju oleh pendidikan.
Begitu juga dengan penyelenggaraan pendidikan yang tidak dapat dilepaskan dari sebuah tujuan
yang hendak dicapainya. Hal ini dibuktikan dengan penyelenggaraan pendidikan yang di alami
bangsa Indonesia. Tujuan pendidikan yang berlaku pada waktu Orde Lama berbeda dengan Orde
Baru. Demikian pula sejak Orde Baru hingga sekarang, rumusan tujuan pendidikan selalu
mengalami perubahan dari pelita ke pelita sesuai dengan tuntutan pembangunan dan
perkembangan kehidupan masyarakat dan negara Indonesia.
Rumusan tujuan pendidikan yang dikemukakan di dalam Ketetapan MPRS dan MPR serta
UUSPN No. 2 Tahun 1989 adalah sebagai berikut:
1. Tap MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1996 Bab II Pasal 3 dicantumkan: “ Tujuan pendidikan
membentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang
dikehendaki Pembukaan dan Isi Undang-Undang Dasar 1945”.
35

2. Tap MPR No. IV/ MPR / 1978 menyebutkan “ Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila
dan bertujuan meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan,
keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal
semangat kebangsaan, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang
dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa”.
3. Di dalam Tap MPR No. II / MPR/ 1988 dikatakan: “Pendidikan Nasional bertujuan untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkeperibadian, berdisiplin,
bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat
jasmani dan rohani”.
4. Di dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4
dikemukakan: Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki penetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
b.      Tujuan Pendidikan Jasmani
1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan
pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas
jasmani dan olahraga yang terpilih.
2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.
3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.
4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang
terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya
diri dan demokratis.
6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain
dan lingkungan.
36

7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai
informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan
kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.

3.      Perkembangan Konsep dan Istilah Pendidikan Jasmani


a.       Perkembangan Konsep dan Istilah
Sejarah istilah pendidikan jasmani di Amerika Serikat berawal dari istilah gymnastics,
hygiene, dan physical culture Siedentop (1972). Di tanah air, istilah pendidikan jasmani berawal
dari istilah gerak badan atau aktivitas jasmani. Dalam perjalanan sejarah juga pernah mengalami
istilah pendidikan olahraga, pendidikan jasmani kesehatan rekreasi, pendidikan jasmani
kesehatan, sebelum kembali pada istilah pendidikan jasmani sekarang ini. Perjalanan ini
menunjukkan ketidak-konsistenan misi dan visi pendidikan jasmani yang diemban di tanah air,
terombang-ambing pengaruh zaman dan budaya serta nilai orientasi yang diyakini masyarakat.
Hingga saat ini pun, di sekolah dikenal istilah matapelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan, tetapi seolah sepakat semua orang menyebutnya sebagai matapelajaran olahraga.
Bahkan diantara para guru-nya pun lebih senang dipanggil sebagai guru olahraga daripada guru
pendidikan jasmani. Inilah bukti ketidak-konsistenan arah dan tujuan pendidikan jasmani di
tanah air.
Istilah gymnastics yang pernah ada di Amerika, terjadi sekitar tahun 1800-an, yang
merujuk pada aktivitas jasmani atau latihan yang dilakukan di gymnasium. Istilah ini juga
populer di negara Eropa, tetapi di Amerika digunakan sebagai bagian fase perkembangan
program pendidikan jasmani. Pada saat ini, karena terjadi penciutan makna, berubah menjadi
lebih spesifik, seperti: olympic gymnastics atau corrective gymnastics.
Hygiene, suatu istilah populer lainnya pada tahun 1800-an, yang mengacu pada pengetahuan
untuk mengantarkan orang menjadi sehat. Istilah ini muncul kembali pada tahun 1900-an meski
menjadi istilah health education. Pada saat kemunculan itu para pemimpin di bidang pendidikan
jasmani memusatkan diri dan mengembangkan diri untuk bias mengantarkan para siswanya
sehat.

Istilah lain yang pernah muncul di Amerika Serikat adalah physical culture. Pada sekitar
tahun 1800-an, istilah ini sangat dekat dengan tema pelatihan jasmani, yang lebih mengarah pada
program latihan kondisi fisik. Program seperti ini juga sering diselenggarakan pada program
37

militer mereka. Tetapi, tentu istilah ini tidak akan sesuai jika diselenggarakan dalam program
pendidikan jasmani di sekolah.
b.      Pendidikan Jasmani Sebagai Satu Disiplin Ilmu
1.      Penjas sebagai Disiplin Ilmu
 Suatu Pengetahuan dapat dipandang sebagai suatu ilmu apabila mempunyai cirri- ciri
tertentu dan dilaksanakan secara penuh disiplin dan konskuen, ciriciri tersebut adalah
ontologi, epistimologi dan aksiologi.
 Ontologi yang berarti ilmu tersebut mempunyai obyek kajian yang jelas dan belum
digarap oleh ilmu lain dalam hal ini sebagi obyek kajian pendidikan jasmani adalah
gerak manusia
 Sedang epistimologi bahwa ilmu tersebut dibentuk dan disusun melalui kajian teori yang
berdasarkan logika atau penalaran tertentu.
 Ciri yang ketiga adalah aksiologi yang berarti ilmu tersebut bermafaat untuk kehidupan
manusia pada umumnya.
 Para pakar berpendapat bahwa satu disiplin ilmu harus mempunyai tubuh pengetahuan.
Tubuh pengetahuan dari pendidikan jasmani adalah bagian dari pengetahuan yang
berasal dari banyak disiplin yang terjalin menjadi satu unit yang terintegrasi dan
berhubungan dengan pendidikan jasmani.
 Tubuh pengetahuan pendidikan jasmani berasal dari disiplin biologi, antropologi,
sosiologi, psikologi, filosofi, fisika, dan disiplin lainnya. Pendidikan jasmani bersifat
antar disiplin dan silang disiplin
 Antar disiplin, pengetahuan yang diambil dari beberapa disiplin lain seperti anatomi,
fisiologi, psikologi.
 Silang disiplin, pendidikan jasmani juga memusatkan pada aspek disiplin lain seperti
fisilogi latihan adalah salah satu aspek dari fisiologi, psikologi pendidikan jasmani
adalah satu aspek dari psikologi dsb.

B. MAKNA PENDIDIKAN OLAHRAGA

Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat
mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang
38

sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan, perlombaan/


pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh rekreasi, kemenangan, dan
prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas
berdasarkan Pancasila. Pendidikan olahraga dibagi menjadi 3 yaitu:

Olahraga Pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai
bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan,
kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani.

Olahraga Rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan kegemaran dan
kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat
setempat untuk kesehatan, kebugaran, dan kegembiraan.

Olahraga Prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara
terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan
dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. selain itu dalam pengembangan
olahraga perlu dilakukan sebuah pendekatan keilmuan yang menyeluruh dengan jalan
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan adalah peningkatan


kualitas dan kuantitas pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaedah dan teori
ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk peningkatan fungsi, manfaat, dan
aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada atau menghasilkan teknologi baru bagi
kegiatan keolahragaan.

Jadi pendidikan olahraga adalah pendidikan yang dilaksanakan sebagai bagian proses
pendidikan untuk mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah
seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat dalam bentuk permainan,
perlombaan/pertandingan, dan kegiatan jasmani yang intensif untuk memperoleh rekreasi,
kemenangan, dan prestasi puncak dalam rangka pembentukan manusia yang sportif, jujur, dan
sehat.

TUJUAN PENDIDIKAN OLAHRAGA


39

Pendidikan olahraga bertujuan untuk melahirkan sosok warga yang sportif, jujur, sehat.
Bukan untuk melahirkan sosok warga yang bringas, sadis, brutal. Juga bukan untuk menciptakan
sarana bisnis bagi spekulan, pejudi. Para pelatih asing hanya sebatas untuk melatih, membina
pelatih nasional. Dalam olahraga sepakbola misalnya dipercayai bila ke dalam tim
kesebelasannya dipasangkan satu dua pemain sepakbola asing, maka tim kesebelasannya itu akan
memiliki kualitas (harga tawar) bermain yang tinggi. Pemakaian pemain asing di dalam
persepakbolaan ini, merupakan penyimpangan dari tujuan pendidikan olahraga. Sepakbola,
sports seharusnya (Das Sollen) mendidik kita bersikap sportif, demokratis, jauh dari aksi
kekerasan, tawuran, kerusuhan, keresahan, jauh dari aksi premanisme, jauh dari judi dan politik
uang (written by sicumpaz@gmail.com)

Jadi tujuan pendidikan olahraga untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan


dan membina kekuatan-kekuatan jasmaniah maupun rohaniah pada setiap manusia. Dan untuk
melahirkan sosok warga yang sportif, jujur, sehat. Bukan sosok warga yang bringas, sadis, dan
brutal
40

BAB VII

PENDIDIKAN JASMANI DAN PERUBAHAN PARADIGMANYA

A. Pengertian Paradigma
Kata Paradigma berasal dari abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan
dari bahasa latin ditahun 1483. Yaitu paradigma yang berarti suatu model atau pola. Dalam
bahasa yunani paradeigma (para+deiknunai) yang berarti untuk “membandingkan”,
“bersebelahan” (para) dan “memperlihatkan” (deik).

Paradigma dalam kamus besar Bahasa Indonesia berati kerangka berpikir atau daftar
semua bentukan dari sesuatu kata yang memperlihatkan konjungasi dan deklinasi kata tersebut
dalam sebuah ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut beberapa para ahli mengartikan
paradigma sebagai kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak
pandanganya sehingga akan membentuk citra subyektif seseorang mengenai realita dan akhirnya
akan menentukan bagai mana seseorang menanggapi realita tersebut.

B. Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani yaitu suatu proses pendidikan dengan menggunakan aktivitas fisik,
permainan, dan olahraga sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan keseluruhan.
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang melibatkan interaksi antara anak didik dengan
lingkunganya yang dikelola melalui aktivitas jasmani untuk meningkatkan keterampilan motorik
dan nilai-nilai fungsional yang mencakup aspek kognitif, afektif, serta nilai-nilai sosial seperti
saling menghargai, kerjasama, berkompetisi dengan sehat, tidak kenal lelah, dan pantang
menyerah.

Pendidikan jasmani tidak dapat terpisah dari tujuan pendidikan pada umumnya dan selalu
menjaga keseimbangan antara pengembangan jasmani dan rohani. Tujuan pendidikan jasmani
adalah pengembangan optimal sesuai dengan kemampuan, minat dan kebutuhan yang melakukan
kegiatan dan arahnya kepada perkembangan aspek-aspek fisik, mental, dan sosial pada setiap
individu.
41

Konsep pendidikan jasmani merupakan suatu kegiatan yang secara sadar disusun dengan
sistemik dan bertujuan untuk mengembangkan fungsi organ tubuh, kontrol neuro-muscular,
kekuatan intelektual, pengendalian emosi, pertumbuhan dan perkembangan anak melalui
aktivitas jasmani yang dipilih dengan tujuan yang jelas. Pendidikan jasmani juga
mengembangkan kepribadian siswa melalui aktivitas jasmani.

Nilai-nilai sosial pendidikan jasmani dapat dilihat dari peranannya sebagai wahana untuk
mendidik anak dan masyarakat untuk menjaga kesehatan. Dengan berolahraga dalam kerangka
pendidikan jasmani diajarkan nilai kerjasama, solidaritas, saling menghargai, sportivitas serta
membina fisik, mental, emosi, dan sosial individu kearah yang positif. Nilai-nilai sosial dapat
ditanamkan melalui pendidikan jasmani dalam setiap kegiatan olahraga permainan. Olahraga ini
tidak hanya terbatas dalam olahraga prestasi ataupun pendidikan, tetapi juga termasuk di
dalamya adalah olahraga rekreasi.

Untuk dapat melaksanakan pendidikan jasmani dengan benar, maka perlunya


pengetahuan tentang filsafat pendidikan jasmani. Filsafat penjasorkes memiliki komponen-
komponen utama yaitu metafisika, epistemologi, aksiologi, etika, logika, dan estetika. Filsafat
pendidikan jasmani melihat pada cara berpikir dan mencari kebenaran yang dapat ditemukan.
Filsafat pendidikan jasmani membantu individu-individu mengevaluasi diri mereka dalam
hubungan dengan dunia sepuas dan sejelas mungkin, dengan memberikan kepada mereka suatu
pegangan bagaimana harus berhubungan dengan masalah hidup dan mati, benar dan salah, baik
dan buruk, bebas dan terikat, indah dan jelek.

Pendidikan jasmani dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan bagian


integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran
jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran,
stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih
melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup.
Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat
penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam
42

berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani,  olahraga dan kesehatan yang terpilih
yang dilakukan secara sistematis.  Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina
pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup
sehat dan bugar sepanjang hayat.

Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa
adanya pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas jasmani
adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami
berkembang searah dengan perkembangan zaman. Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam
memberikan makna mutu pendidikan yang hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif.
Pandangan ini telah membawa akibat terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti,
seni, psikomotor, serta life skill.

Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong


pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran,
penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan
pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas
fisik dan psikis yang seimbang.

Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut.
1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan
pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani
dan olahraga yang terpilih;
2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik;
3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar;
4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang
terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan;
5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri
dan demokratis;
6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan
lingkungan ;
43

7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai
informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan
kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.

Ruang lingkup mata pelajaran Pendiidikan Jasmani, Olahraga dan  Kesehatan meliputi
aspek-aspek sebagai berikut.
1. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak,
keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers,
sepak  bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri,
serta aktivitas lainnya;
2. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani,
dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya;
3. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan
dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya;
4. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas
lainnya;
5. Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air,  dan
renang serta aktivitas lainnya;
6. Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan,  berkemah,
menjelajah, dan mendaki gunung;
7. Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari- hari,
khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang
sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera,
mengatur  waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan  P3K dan UKS.
Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua
aspek.
                                                                                     
C.  Paradigma baru penjasorkes
Berdasarkan uraian diatas, kita dapat melihat betapa kompleksnya tujuan dan ruang
lingkup mata pelajaran penjasorkes. Oleh karena itu pelaku pendidikan jasmani perlu
pemahaman yang menyeluruh tentang tujuan dan ruang lingkup penjas agar dapat tercapaianya
hasil yang sesuai dengan tujuan keseluruhan.
44

Selama ini masih banyak para guru penjasorkes menggunakan metode pembelajaran
penjasorkes dengan menggunakan metode pelatihan olahraga dalam kegiatan pembelajaran.
Dalam metode pelatihan olahraga orientasinya  pada keterampilan gerak yang bertujuan untuk
meguasai gerak sebaik mungkin untuk menghasilkan prestasi yang tinggi. Dalam metode ini
tujuan penjasorkes keseluruhan tidak akan tercapai dengan baik. Karena banyak aspek dari
tujuan penjasorkes yang terabaikan dan tidak dikuasai oleh anak didik.

Penjasorkes ada karena dalam pendidikan di sekolah anak perlu aktivitas-aktivitas yang
berdampak pada kebugaran jasmani anak yang tidak didapatkan pada mata pelajaran lain. Anak
perlu aktivitas fisik yang sehat dan teratur yang didapat baik disekolah maupun di rumah dalam
kehidupan sehari-hari. Penjasorkes membekali anak didik untuk dapat melakukan kegiatan
tersebut di masyarakat serta mengetahui pentingnya aktivitas fisik bagi kesehatan.

Penjasorkes juga mengembangkan keterampilan gerak anak. Selain itu peningkatan


kecakapan gerak yang benar, efektif, dan otomatis dapat menunjang kelancaran  anak dalam
kehidupan sehari-hari. Melalui standar kompetensi yang terdapat pada penjasorkes diharapkan
anak didik memiliki tingkat kebugaran jasmani yang tinggi. Guna mendukung kegiatan
pembelajaran di sekolah dan mendukung penguasaan pembelajaran pada mata pelajaran yang
lain akibat dari kebugaran jasmani yang dimiliki siswa.

Materi-materi yang disajikan dalam penjas juga diharapkan dapat meningkatkan


kedisiplinan, penetapan tujuan yang realistis, kerjasama tinggi, jiwa kepemimpinan, melakukan
tindakan yang berguna, mengurangi stress, dan memperkuat hubungan antar teman pada anak
didik. Aktivitas fisik yang dilakukan dalam penjasorkes juga betujuan untuk selalu menghindari
sikap atau tindakan yang ekstrim (moderat) pada anak didik.

Melalui aktivitas fisik yang dilaksanakan di sekolah diharapkan dilaksanakan juga oleh
anak didik dimasyarakat. Karena melalui aktivitas fisik yang dilakukan, diharapkan dapat
mengurangi resiko kematian dini akibat dari beberapa penyakit seperti penyakit jantung koroner,
hypertensi, kanker usus, diabetes melitus dan masalah obesitas. Keterlibatan semua anak didik
dalam kegiatan penjasorkes, diharapkan dapat meningkatkan keyakinan diri untuk terlibat terus
dalam olahraga yang rutin. Yang berdampak pada kualitas hidup serta peningkatan aspek sosial,
emosional, dan finansial.
45

United States Department of Health and Human Service pada tahun 2000 merilis, bahwa
waktu ideal untuk anak dalam penjasorkes minimal 150 menit setiap minggu. Jumlah anak dalam
kelas penjasorkes juga harus sama dalam pelajaran lain. Guru juga harus menerapkan ruang
lingkup dan urutan kurikulum yang direncanakan secara progresif untuk membangun dan
mengembangkan pengalaman baru. Selain itu tuntutan fasilitas dan perlengkapan harus memadai
dalam setiap kegiatan pembelajaran penjasorkes dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan
anak. Selain itu pelaksanaan kegiatan pembelajaran haruslah menyenangkan anak didik agar
pengembangan afektif, kognitif, psikomotor, dan fisik dapat berlangsung bersamaan. Pengenalan
semua gerakan pada masa usia perkembangan menentukan kecakapan anak dalam membuat
keputusan tentang olahraga yang mereka senangi pada saat dewasa.

Paradigma pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sekarang harus bergeser dari
metode ke model. Karena metode digunakan secara tipikal untuk satu atau beberapa aktivitas
pebelajaran dan hasil jangka pendek. Sedangkan model merupakan rencana atau pola yang
digunakan untuk membentuk kurikulum (jangka panjang), merancang materi pembelajaran, dan
mengarahkan pengajaran di dalam kelas (Joyce and Weil, 1980). Model merupakan pengajaran
yang meliputi pertimbangan menyeluruh terhadap teori belajar, tujuan ajar jagka panjang,
konten, manajemen kelas, strategi terkait, pembuktian proses, serta penilaian pembelajaran.

Sedangkan keterampilan guru yang harus di miliki dalam mengajar yaitu meliputi ;
1. Perencanaan pembelajaran yang jelas dan efisisen;
2. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan urutan pembelajaran yang
jelas;
3. Menetapkan indikator yang jelas dan sesuai dengan tingkat
perkembangan anak;
4. Pegelolaan waktu dan kelas yang efektif dan efisien;
5. Pola komunikasi dan motivasi yang selalu diberikan kepada siswa
dalam kegiatan pembelajaran;
6. Informasi pengajaran dan pemberian tugas serta pertanyaan ;
7. Melibatkan semua anak dalam kegiatan pembelajaran ;
8. Kesempatan belajar yang maksimal ;
9. Menutup pelajaran dan mereview pengajaran yang efektif;
46

10. Pembelajaran yang mendukung anak belajar;


11. Tugas luar kelas yang mendukung pembelajaran, latihan, dan
memantapkan kebiasaan positif;
12. Tidak digunakan sanksi fisik;
13. Digunakanya penilaian reguler untuk memonitor, mereinforce, dan
merencanakan pembelajaran lanjutan, dan
14. Keterlibatan lingkungan sebagai sumber pembelajaran.

Apabila guru penjasorkes memiliki keterampilan tersebut dalam mengajar, diharapkan


tujuan pendidikan jasmani akan terlaksana dengan baik dan sesuai tujuan pendidikan. Selain itu
kreativitas guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran merupakan tuntutan yangan harus
dihadapi guru dimasa yang akan datang. Terutama kreativitas dalam menentukan model
pembelajaran guna tercapainya kompetensi yang hendak dicapai.

Terlepas dari pelaksanaan pembelajaran yang ideal maka banyak sekali hambatan-
hambatan yang tengah menghadang sebagian besar para guru penjasorkes. Suatu contoh 
kurangnya media pembelajaran, ketiadaan prasarana yang memadai sebagai tempat kegaitan
pembelajaran dan lain sebagainya. Harapanya dengan paradigma baru pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan yang baru. Permasalahan tersebut dapat dipecahkan para guru di masing-
masing tingkat satuan pendidikan.

Pengembangan pembelajaran penjasorkes dengan menggunakan lingkungan sangat di


rekomendasikan dalam kegiatan pembelajaran dewasa ini. Karena penggunaan lingkungan
sebagai tempat belajar diharapakan akan membuat anak dapat belajar lebih baik dengan
lingkungan yang nyata. Hubungan materi pembelajaran dengan situa dunia nyata akan membawa
anak untuk dapat mengkonstruksikan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapanya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga hasil  belajar akan berguna dalam kehidupan
anak didik.
47

BAB VIII

LANDASAN ILMIAH PELAKSANAAN PENDIDIKAN JASMANI

Landasan ilmiah pendidikan jasmani dan olahraga selain aktifitas jasmani, pendidik harus
mehami disiplin lainya yang berada di bawah payung pendidikan jasmani dan olahraga
diantaranya : sport medicine, training teori, sport biomekanik, sport psikologi, sport pedagogi,
sport sosiologi, sport history dan sport philosopi. Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan
suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan
kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup
sehat dan aktif, sikap sportif dan kecerdasan emosi.
Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan suatu media yang sangat berpengaruh
terhadap cakal bikal prestasi olahraga. Bagaimana tidak, sebagian besar seorang olahragawan
yang berprestasi mengenal olahraga pada saat ia belajar pendidikan jasmani di sekolah. Dengan
ia diperkenalkan berbagai macam bentuk dari cabang-cabang olahraga, akan ada dari beberapa
orang siswa yang akan merasa senang dan gemar secara psikologis. Dengan adanya rasa senang
dan gemar yang dirasakan siswa tersebut terhadap olahraga yang diperkenalkan di sekolah inilah
yang akan menjadi pemicu awal seorang siswa dapat menjadi penekun olahraga dan akan
menjadi bibit-bibit atlit yang berprestasi nantinya.

Secara ilmiah pelaksanaan pendidikan jasmani mendapat dukungan dari berbagai disiplin
ilmu, di mana pandangan-pandangan dari setiap disiplin tersebut dapat dijadikan sebagai
landasan bagi berlangsungnya program penjas di sekolah-sekolah. Di bagian ini, penulis akan
menguraikan landasan ilmiah dari minimal tiga disiplin ilmu, yaitu dari sudut pandang biologis,
sudut pandang psikologis, dan yang terakhir sudut pandang sosiologis.

A. Landasan Biologis bagi Pendidikan Jasmani


Pendidikan jasmani adalah disiplin yang berorientasi tubuh, di samping
berorientasi pada disiplin mental dan sosial. Guru pendidikan jasmani karenanya harus
memiliki penguasaan yang kokoh terhadap fungsi fisikal dari tubuh untuk memahami
secara lebih baik pemanfaatannya dalam kegiatan pendidikan jasmani. Khususnya dalam
masa modern dewasa ini, ketika pendidikan gerak dipandang teramat penting,
48

pengetahuan tentang bagaimana tubuh manusia berfungsi dipandang amat krusial agar
bisa melaksanakan tugas pengajaran dengan baik. Potensi Manusia dan Prestasi Joseph
W. Still telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk meneliti perilaku fisikal dan
intelektual manusia. Meskipun penelitiannya sudah berlangsung di masa lalu, namun
masih menemukan faktanya di masa kini, bahkan maknanya seolah mendapatkan angin
baru dalam era teknologi dewasa ini. Dalam penelitiannya, Still seperti dikutip Bucher
(1979), menemukan bahwa keberhasilan manusia dalam pencapaian prestasi, baik dalam
hal prestasi fisikal maupun dalam prestasi intelektual, berhubungan dengan usia serta
dapat digambarkan dalam bentuk sebuah kurva, di mana kurva itu bisa menaik dan bisa
menurun, sesuai dengan perjalanan usia manusia.
Dalam kurva hasil penelitian Still, ditunjukkan bahwa tidak lebih dari 5%
populasi manusia berhasil mendaki kurva keberhasilan, sedang selebihnya lebih banyak
banyak mengikuti kurva kegagalan, terutama setelah melewati usia antara 25 hingga 35
tahun. Yang menarik, menurut dugaan Still, kurva kegagalan dalam pertumbuhan fisik
menunjukkan bahwa perkembangan fisik manusia dewasa ini semakin berkurang.
Sebabnya, manusia modern sekarang dihadapkan pada rendahnya melakukan latihan
fisik, di samping karena terlalu banyak makan, minum, dan merokok; sehingga mereka
merosot kondisinya setelah usia 30 tahunan. Demikian juga dalam hal pertumbuhan dan
perkembangan psikologis, yang menunjukkan kurva kegagalan dalam hal prestasinya.
Ciri-ciri perkembangan mental menunjukkan puncak prestasi pada tahap perkembangan
yang berbeda.

Kemampuan mengingat dicapai pada usia muda, imajinasi kreatif mencapai


puncaknya pada usia dua puluhan hingga tiga puluhan, keterampilan menganalisis dan
sintesis suatu persoalan berakhir di usia pertengahan, sedangkan pada usia-usia
berikutnya berkembang kemampuan berfilsafat. Secara biologis, manusia dirancang
untuk menjadi mahluk yang aktif. Meskipun perubahan dalam jaman dan peradaban telah
menyebabkan penurunan dalam jumlah aktivitas yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
tugas-tugas dasar yang berkaitan dengan kehidupan, sebenarnya tubuh manusia tidaklah
berubah. Karenanya, manusia harus tetap menyadari bahwa dalam hal kesehatan
tubuhnya, dasar biologisnya menuntut dan mengakui pentingnya aktivitas fisik yang
keras dalam hidupnya. Jika tidak, kesehatan, produktivitas, serta efektivitas hidupnya
49

akan menurun drastis. Dalam hal itulah pendidikan jasmani yang baik di sekolah dan di
masa-masa berikut dalam hidupnya dipandang amat penting dalam menjaga kemampuan
bilogis manusia. Dipandang dari sudut ini, pendidikan jasmani terikat dekat pada
kekuatan mental, emosional, sosial, dan spiritual manusia.

B. Landasan Psikologis Pendidikan Jasmani


Pendidikan jasmani melibatkan interaksi antara guru dengan anak serta anak
dengan anak. Di dalam adegan pembelajaran yang melibatkan interaksi tersebut, terletak
suatu keharusan untuk saling mengakui dan menghargai keunikan masing-masing,
termasuk kelebihan dan kelemahannya. Dan ini bukan hanya berkaitan dengan kelainan
fisik semata-mata, tetapi juga dalam kaitannya dengan perbedaan psikologis seperti
kepribadian, karakter, pola pikir, serta tak kalah pentingnya dalam hal pengetahuan dan
kepercayaan. Program pendidikan jasmani yang baik tentu harus dilandasi oleh
pemahaman guru terhadap karakteristik psikologis anak, dan yang paling penting dalam
hal sumbangan apa yang dapat diberikan oleh program pendidikan jasmani terhadap
perkembangan mental dan psikologis anak (Bucher, 1979). Studi dalam ilmu-ilmu
psikologi mempunyai implikasi untuk para guru pendidikan jasmani, terutama dalam
wilayah atau sub-disiplin ilmu teori belajar, teori pembelajaran gerak, perkembangan
kepribadian, serta sikap.

Kesemua sub-disiplin itu, memberikan pemahaman yang lebih luas dalam hal
bagaimana anak belajar, dan yang terpenting upaya apa yang harus dipertimbangkan guru
dikaitkan dengan menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan anak belajar.
Kata psikologi berasal dari kata-kata Yunani psyche, yang berarti jiwa atau roh, dan
logos, yang berarti ilmu. Diartikan secara populer, psikologi adalah ilmu jiwa atau ilmu
pikiran. Para ahli psikologi mempelajari hakikat manusia secara ilmiah, dan untuk
memahami alam pikiran manusia, termasuk anak, dan ciri-ciri manusia ketika belajar.
Pendidikan jasmani lebih menekankan proses pembelajarannya pada penguasaan gerak
manusia. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap kecenderungan dan hakikat gerak
ini, misalnya melalui teori gerak dan teori belajar gerak, akan memungkinkan guru untuk
lebih memahami tentang kondisi apa yang perlu disediakan untuk memungkinkan anak
belajar secara efektif.
50

Jika dahulu para guru penjas lebih bersandar pada teori belajar behaviorisme,
yang lebih melihat proses pembelajaran dari perubahan perilaku anak, maka dewasa ini
sudah diakui adanya keharusan untuk memahami tentang apa yang terjadi di dalam diri
anak ketika mempelajari keterampilan gerak, yang ditunjang oleh berkembangan teori
belajar kognitivisme. Bersandar secara berlebihan pada teori belajar behaviorisme tentu
mengandung kelemahan tertentu, karena mendorong dan membenarkan guru dengan
proses pembelajaran yang sangat mekanistis; sekedar terjadi persambungan antara
stimulus (aba-aba guru) dengan respons siswa (gerakan siswa), yang diperkuat oleh
adanya reinforcement (ucapan pujian dari guru). Akibatnya, guru pun umumnya abai
dengan bagaimana sebenarnya proses yang terjadi di dalam otak dan perangkat gerak
anak, sehingga guru tidak pernah terlalu mempertimbangkan kualitas dari proses
pembelajaran, termasuk keharusan untuk melibatkan proses berpikir dari anak. Akhirnya,
anak relatif tidak pernah punya gagasan apapun dalam pelajaran, dan klaim bahwa penjas
memiliki peranan dalam pengembangan kemampuan intelektual anak tidak terbuktikan
secara nyata.

Perkembangan teori belajar kognitivisme menguak fakta kekakuan proses


pembelajaran penjas tersebut. Dalam salah satu teori belajar pengolahan informasi
(information processing theory) diungkap bahwa idealnya pembelajaran gerak adalah
sebuah proses pengambilan keputusan, yang secara hirarkis akan selalu melalui tiga
tahapan yang tetap, yaitu tahap mengidentifikasi stimulus, tahap memilih respons, dan
tahap memprogram respons. Jika pada proses pembelajaran siswa diberi kesempatan dan
didorong untuk terus-menerus meningkatkan kemampuan pengambilan keputusannya,
maka secara pasti kemampuannya tersebut terlatih, karena masing-masing perangkat
yang berhubungan dengan ketiga tahapan pengambilan keputusan itupun kemampuannya
semakin meningkat pula. Dari pemahaman terhadap landasan psikologis itulah, maka
pembelajaran penjas yang baik tidak cukup hanya dengan memberikan perintah dan
tugas-tugas gerak semata (misalnya dengan instruksi yang klasik seperti, “... ketika kamu
menerima bola, kamu lari ke arah sana, lalu kamu lempar bola itu ke si A, dan kamu
kembali ke sini”, melainkan harus pula dibarengi dengan upaya memberikan kesempatan
51

pada mereka untuk menganalisis situasi dan berikan kebebasan untuk mengambil
keputusan sendiri (misalnya: “... baik, ketika posisi lapangan ketat dan kamu dijaga terus
oleh lawan, kira-kira kemanakah kamu harus melempar bola? Coba kita praktekkan,
apakah keputusanmu sudah tepat atau tidak?”.

C. Landasan Sosiologis dalam Pendidikan Jasmani


Pendidikan jasmani adalah sebuah wahana yang sangat baik untuk proses
sosialisasi. Perkembangan sosial jelas penting, dan aktivitas pendidikan jasmani
mempunyai potensi untuk menuntaskan tujuan-tujuan tersebut. Seperangkat kualitas dari
perkembangan sosial yang dapat dikembangkan dan dipengaruhi dalam proses penjas di
antaranya adalah kepemimpinan, karakter moral, dan daya juang.

Sosiologi berkepentingan dengan upaya mempelajari manusia dan aktivitasnya


dalam kaitannya dengan hubungan atau interaksi antar satu manusia dengan manusia
lainnya, termasuk sekelompok orang dengan kelompok lainnya.

Di sisi lain, sosiologi berhubungan juga dengan ilmu yang menaruh perhatian
pada lembaga-lembaga sosial seperti agama, keluarga, pemerintah, pendidikan, dan
rekreasi. Singkatnya, sosiologi adalah ilmu yang berkepentingan dalam mengembangkan
struktur dan aturan sosial yang lebih baik yang dicirikan oleh adanya kebahagiaan,
kebaikan, toleransi, dan kesejajaran sosial. Dikaitkan dengan landasan tersebut, seorang
guru penjas sesungguhnya adalah seorang sosiologis yang perlu mengetahui prinsip-
prinsip umum sosiologi (Bucher, 1979), agar mampu memanfaatkan proses
pembelajarannya untuk menanamkan nilai-nilai yang dapat dikembangkan melalui
penjas. Sebagaimana dikemukakan Bucher, guru yang mengerti sosiologi dalam konteks
kependidikan akan mampu mengembangkan minimal tiga fungsi: (1) pengaruh
pendidikan pada institusi sosial dan pengaruh kehidupan kelompok pada individu, seperti
bagaimana sekolah berpengaruh pada kepribadian atau perilaku individu; (2) hubungan
manusia yang berlangsung di sekolah yang melibatkan siswa, orang tua, dan guru dan
bagaimana mereka mempengaruhi kepribadian dan perilaku individu; dan (3) hubungan
sekolah kepada institusi lain dan elemen lain masyarakat, misalnya pengaruh dari
pendidikan pada kehidupan masyarakat kota.
52

BAB IX
PROFESI DALAM OLAHRAGA DAN PENDIDIKAN JASMANI

A. Pengertian Profesi 

Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau
keterampilan dari pelakunya.PROFESI, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok
untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Profesi berasal dari
bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila
artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja”
untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti
sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus
dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik.

B. Pengertian Profesional 

 Profesional adalah orang yang menyandang suatu jabatan atau pekerjaan yang dilakukan
dengan keahlian atau keterampilan yang tinggi.Hal ini juga pengaruh terhadap penampilan atau
performance seseorang dalam melakukan pekerjaan di profesinya.“Professional” mempunyai
makna yang mengacu kepada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan
tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengn
profesinya.Penyandangan dan penampilan “professional” ini telah mendapat pengakuan, baik
segara formal maupun informal. 

Kata profesional berasal dari profesi yang artinya menurut Syafruddin Nurdin, diartikan
sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut di dalam science dan teknologi yang
digunakan sebagai prangkat dasar untuk di implementasikan dalam berbagai kegiatan yang
bermanfaat. Definisi Profesional. Istilah " Profesional " diadaptasikan dari istilah bahasa Inggris
yaitu Profession yang berarti pekerjaan atau karir . Menurut Kamus Dewan Bahasa dan Pustaka (
Edisi Empat ) menafsirkan profesional sebagai : 

a. Yang terkait dengan ( bergiat dalam ) bidang profesi ( seperti hukum , medis , dan lain
sebagainya ) Contoh : profesional ; ahli professional. 
53

b. Berbasis ( membutuhkan dll ) kemampuan atau keterampilan yang khusus untuk


melaksanakannya , efisien ( teratur ) dan memperlihatkan keterampilan tertentu . Contoh :
setiap manajer atau eksekutif dalamsatu - satu perusahaan harus tahu mengurus secara
profesional . 
c. Melibatkan pembayaran dilakukan sebagai mata pencarian , mendapatkan pembayaran .
Contoh : merekaharus mendapatkan bimbingan seorang pelatih teknis yang profesional di
bidangnya . 
d. Orang yg mengamalkan ( karena pengetahuan , keahlian , dan keterampilan ) sesuatu
bidang profesi ; memprofesionalkan menjadikan bersifat atau kelas profesional . 

C.  Pengertian profesionalisme 
     Profesionalisme adalah komitmen para profesional terhadap profesinya. Komitmen
tersebut ditunjukkan dengan kebanggaan dirinya sebagai tenaga profesional, usaha terus-menerus
untuk mengembangkan kemampuan profesional, dst. Profesionalisme merupakan komitmen para
anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuannya secara terus menerus. 

Profesionalisme berasal dan kata profesional yang mempunyai makna yaitu berhubungan
dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (KBBI,
1994).Sedangkan profesionalisme adalah tingkah laku, keahlian atau kualitas dan seseorang yang
professional (Longman, 1987).

“Profesionalisme” adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk
komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan
kualitas profesionalnya.

Profesionalisme adalah suatu paham yang mencitakan dilakukannya kegiatan-kegiatan


kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa
keterpanggilan –serta ikrar untuk menerima panggilan tersebut dengan semangat pengabdian
selalu siap memberikan pertolongan kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan di tengah
gelapnya kehidupan (Wignjosoebroto, 1999).
54

D. Kriteria Pekerjaan Menjadi Sebuah Profesi


 Dalam rangka memahami lebih lanjut tentang profesi perlu diketahui adanya sepuluh
macam kriteria yang diungkapkan oleh Horton Bakkington dan Robers Patterson dalam studi
tentang jabatan profesi mengungkap sepuluh kriteria:

1. Profesi harus memenuhi kebutuhan masyarakat dan menggunakan prinsip keilmuan yang
dapat diterima masyarakat.
2. Profesi harus menuntut suatu latihan profesional yang memadai dan membudaya.
3. Profesi menuntut suatu lembaga yang sistematis dan terspesialisasi.
4. Profesi harus memberikan keterangan tentang ketrampilan yang dibutuhkan di mana
masyarakat umum tidak memilikinya.
5. Profesi harus sudah mengembangkan hasil dari pengalaman yang sudah teruji.
6. Profesi harus merupakan tipe pekerjaan yang bermanfaat.
7. Profesi harus sudah memerlukan pelatihan kebijaksanaan dan penampilan tugas.
8. Profesi harus mempunyai kesadaran ikatan kelompok sebagai kekuatan yang mampu
mendorong danmembina anggotanya.
9. Profesi harus dijadikan batu loncatan mencari pekerjaan lain.
10. Profesi harus mengakui kewajibannya dalam masyarakat dengan meminta anggotanya
memenuhi kode etik yang diterima dan dibangunnya. 

Dari kriteria-kriteria yang ditetapkan tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu


pekerjan dapat dikatakan pekerjaan profesi apabila memenuhi ciri-ciri:
a. Memenuhi spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas (pengetahuan dan
keahlian).
b. Merupakan karir yang dibina secara organisatoris (keterkaitan dalam organisasi profesi,
memiliki kode etik dan pengabdian masyrakat).
c. Diakui masyarakat sebagai suatu pekerjaan yang mempunyai status profesional
(memperoleh dukungan masyarakat, perlindungan hukum dan mempunyai persyaratan
kerja dan jaminan hidup yang layak). 
55

Sesuai dengan pengertian profesi dan ciri-ciri yang diungkapkan di atas, maka
pekerjaan guru adalah tugas keprofesian, mengingat hal-hal sebagai berikut:
1. Diperlukan persyaratan akademis dan adanya kode etik.
2. Semakin dituntut adanya kualifikasi agar tahu tentang permasalahan perkembangan anak
(Shaleh, 2005:278-280).Abudin Nata menambahkan tiga kriteria suatu pekerjaan
profesional:
a. Mengandung unsur pengabdian

  Setiap profesi dikembangkan untuk memberikan pelayanan tertentu kepada


masyarakat.Setiap orang yang mengaku menjadi pengembang dari suatu profesi tertentu
harus benar-benar yakin bahwa dirinya memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
memadai untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat tersebut.

b. Mengandung unsur idealisme

Setiap profesi bukanlah sekedar mata pencari atau bidang pekerjaan yang
mendatangkan materi saja melainkan dalam profesi itu tercakup pengertian pengabdian
pada sesuatu yang luhur dan idealis, seperti mengabdi untuk tegaknya keadilan,
kebenaran meringankan beban penderitaan sesama manusia.

c. Mengandung unsur pengembangan

   Setiap bidang profesi mempunyai kewajiban untuk menyempurnakan prosedur


kerja yang mendasari pengabdiannya secara terus-menerus.Secara teknis profesi tidak
boleh berhenti atau mandek. Kalau kemandekan teknik ini terjadi profesi itu dianggap
sedang mengalami proses kelayuan atau sudah mati. Dengan demikian, profesipun
manjadi punah dari kehidupan masyarakat (Nata, 2001:139). 

Menurut Mukhtar Lutfi ada delapan kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu pekerjaan agar dapat
disebut sebagai profesi yaitu:

1. Panggilan hidup yang sepenuh waktu.


2. Pengetahuan dan kecakapan atau keahlian .
3. Kebakuan yang universal.
4. Pengabdian
56

5. Kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif


6. Otonomi
7. Kode etik
8. Klien.

Wolmer dan Mills dalam Sardiman mengatakan pekerjaan itu dikatakan sebagai profesi apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Memiliki spesialisasi dengan latar belakang yang luas.


2. Merupakan karir yang dibina secara organisatoris.
3. Diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang mempunyai status profesional.
( Sardiman, 2007:164). 

Rahman Nata wijaya mengemukakan beberapa kriteria sebagai ciri suatu profesi:

1. Ada standar kerja yang baku dan jelas.


2. Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dengan program
pendidikan yang baik.
3. Ada organisasi yang memadai pelakunya untuk mempertahankan dan
memperjuangkan eksistensi dan  kesejahteraannya.
4. Ada etika dan kode etik yang mengatur prilaku para pelakunya dalam
memperlakukan kliennya.
5. Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku .

E. Upaya-upaya Guru Meningkatkan Profesionalisme


Peningkatan profesionalisme guru sebenarnya ditentukan oleh seorang guru itu sendiri.
Apakah seorang guru tesebut ingin menjadi seorang guru yang profesional atau tidak Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang guru jika ingin meningkatkan keprofesionalisme,
yaitu :

1. Memahami standart tuntutan profesi yang ada 

Upaya memahami tuntutan standar profesi yang ada (di Indonesia dan yang berlaku di
dunia) harus ditempatkan sebagai prioritas utama jika guru kita ingin meningkatkan
57

Profesionalismenya.Sebab, persaingan global sekarang memungkinkan adanya mobilitas


guru secara lintas negara, sebagai profesional seorang guru harus mengikuti tuntutan
perkembangan profesi secara global dan tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan
yang lebih baik. Cara satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan belajar
secara terus menerus sepanjang hayat, dengan membuka diri yakni mau mau mendengar dan
melihat perkembangan baru di bidangnya.

2. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan.

Upaya mencapai kualifikasi dan kompetensi yang di persyaratkan juga tidak kalah
pentingnya bagi guru.Dengan dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang memadai maka
guru memiliki posisi tawar yang kuat dan memenuhi syarat yang dibutuhkan. Peningkatan
kualitas dan kompetensi ini dapat ditempuh melului training, seminar, dan berbagai upaya
lain untuk memperoleh sertifikasi.

3. Membangun kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi profesi.

Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas dapat dilakukan guru
dengan membina jaringan kerja. Guru harus berusaha mengetahui apa yang telah dilkukan
oleh sejawatnya yang sukses. Sehingga bisa belajar untuk mencapai sukses yang sama atau
bahkan bisa lebih baik lagi. Melalui jaringan kerja inilah guru dapat memperoleh akses
terhadap inovasi-inovasi di bidang profesinya.Dalam hal ini juga dapat di bina melalui
jaringan kerja yang luas dengan menggunakan tekhnologi komunikasi dan informasi, misal
melalui korespondensi dan mungkin melalui internet. Apabila hal ini dilakukan secara
intensif akan dapat diperoleh kiat-kiat menjalankan profesi dari sejawat guru di Indonesia
bahkan dunia.

4. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu
tinggi kepada konstituen.

Upaya membangun etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan
bermutu tinggi kepada konstituen merupakan suatu keharusan di zaman sekarang.Semua
bidang dituntut untuk memberikan pelayanan prima. Guru pun harus memberikan pelayanan
prima kepada konstituenya yaitu siswa , Orang tua dan sekolah . Terlebih lagi pelayanan
58

pendidikan adalah termasuk pelayanan publik yang di danai, di adakan dikontrol oleh dan
untuk kepentingan publik.Oleh karena itu guru harus mempertanggung jawabkan
pelaksanaan tugasnya kepada publik.

5. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan tekhnologi


komunikasi dan inmormasi mutkhir agar senantiasa tidak keinggalan dalam kemampuannya
menggelola pembelajaran.

Satu hal lagi yang dapat diupayakan ntuk peningkatan profesionalisme guru adalah
melalui adopsi inovasi atau pengembangan kreatifitas dalam pemanfaatan tekhnologi
komunikasi dan informasi mutakhir. Guru dapat memanfaatkan media presentasi komputer
dan juga pendekatan-pendekatan baru bidang tekhnologi pendidikan. Upaya-upaya guru
untuk meningkatkan profesionalismenya tersebut pada akhirnya memerlukan adanya
dukungan dari semua pihak yang terkait agar benar-benar terwujud.Pihak-pihak yang harus
memberikan dukunganya tersebut adalah organisasi profesi seperti PGRI, pemerintah dan
juga masyarakat.

Pelatih

Pelatih ialah seseorang yang bertugas untuk mempersiapkan fisik dan mental
olahragawan maupun kelompok olahragawan.Sebagian besar pelatih merupakan bekas
atlet.Pelatih mengatur taktik, strategi, pelatihan fisik dan menyediakan dukungan moral kepada
atlet.

Pelatih adalah seorang yang profesional yang tugasnya membantu olahragawan dan tim
dalam memperbaiki penampilan olahraga. Karena pelatih adalah suatu profesi, maka sebaiknya
pelatih harus dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar/ukuran professional yang
ada. Sedangkan yang sesuai dengan standar profesi adalah pelatih harus dapat memberikan
pelayanan pelatihan sesuai dengan perkembangan mutakhir pengetahuan ilmiah di bidang yang
ditekuni ( Pate Rotella, 1993:5).

Pelatih yang baik harus mempunyai kemampuan sebagai berikut :

1) mempunyai kemampuan untuk membantu atlet dalam mengaktualisasikan


potensinya;
59

2) bila membentuk tim akan didasarkan pada ketrampilan individu yang telah diajarkan;
3) mempunyai pengetahuan dan keterampilan teknis yang seimbang;
4) mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan tingkat intelektual dengan keterampilan
neuromuskuler atletnya;
5) mampu menerapkan prinsip-prinsip ilmiah dalam membentuk kondisi atlet;
6) lebih meningkatkan pada unsur pendidikan secara utuh, baru kemudian pada unsur
pelatihan;
7) membenci kekalahan, akan tetapi tidak mencari kemenangan dengan berbagai cara
yang tidak etis;
8) mempunyai kemampuan untuk mengendalikan dirinya;
9) mempunyai kemampuan untuk mengevaluasi peningkatan terhadap partisipasi
atletnya;
10) mempunyai kemampuan untuk selalu dihormati oleh atletnya maupun teman-
temannya; dan
11) mempunyai dedikasi yang tinggi terhadap profesinya ( Mc Kinney, 1975 ).

Robert W. Richey (Arikunto, 1990 : 235) Mengemukakan cirri cirri dan syarat syarat
profesi sebagai berikut .

1) Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal dibandingkan dengan


kepentingan pribadi.
2) Seorang pekerja professional, secara aktif memerlukan waktu yang panjang untuk
mempelajari konsep-konsep serta prinsip-prinsip pengetahuan khusus yang mendukung
keahliannya.
3) Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuku profesi tersebut serta mampu mengikuti
perkembangan dalam pertumbuhan jabatan.
4) Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap dan cara kerja.
5) Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.
6) Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan, disiplin diri dalam
profesi, serta kesejahteraan anggotanya.
7) Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spelsialisasi dan kemandirian
60

8) Memandang profesi suatu karier hidup dan menjadi seorang anggota yang permanen.
61

BAB X
PERMASALAHAN DAN ISU DALAM OLAHRAGA

Indonesia adalah lahannya atlet muda berbakat. Indonesia merupakan lahannya ekspresi
kehidupan berolahraga seluas-luasnya. Dan Indonesia merupakan gudangnya permasalahan
olahraga yang tak kunjung habis. Hal ini diyakini karena manusia dan system yang dibangun
dalam keadaan ‘bobrok’. Bagaimana tidak fakta membuktikan, pertama membangun mentalitas
manusia Indonesia yang kian hari kian merosot, mulai dari pengaruh politik yang berdampak
pada perekonomian sehingga muncul ‘kebringasan’ mental manusia Indonesia untuk bersaing
mendapatkan sesuap nasi dengan cara apapun.

Pola pendidikan yang bersifat formalitas dan menekan sehingga pencerdasan moral tidak
dianggap terlalu penting dalam peningkatan SDM. Kedua, system yang dibangun dalam olahraga
Indonesia penuh dengan kepentingan baik pribadi maupun kelompok. Ini yang akan menjadi
boomerang dalam peningkatan prestasi olahraga yang harus diperbaiki. masalah yang sedang
dihadapi dunia olahraga di Indonesia adalah :

1) Pembinaan olahraga belum terarah.


2) Lemahnya peran lembaga/bidang penelitian dan pengembangan olahraga. Masih
terbatasnya sarana dan prasarana olahraga.
3) Masih sulitnya pemanfaatan fasilitas olahraga karena masih terbatas.
4) Masalah sarana dan infrastruktur yang kurang memadai menjadi faktor lain
mengapa olahraga Indonesia belum mengalami kemajuan yang signifikan.
5) Kurangnya gedung indoor olahraga atau kualitas rumput lapangan sepak bola.

Ada beberapa contoh permasalahan kurang memadainya infrastruktur olahraga di


Indonesia. Hal yang harus di perbaiki dalam memajukan Olahraga di Indonesia adalah :
1) Ada beberapa hal yang harus diperbaiki dalam mengelola olahraga di Indonesia
yaitu, dengan penanaman nilai, norma dan moral dalam berperilaku.
2) Kemudian Pengoptimalan penangan pemerintah dalam menangani permasalhan
olahraga sesuai dengan UU RI no. 3 2005 pasal BAB VIII tentang Pengelolaan
Keolahragaan.
3) Pengoptimalan peran lembaga pendidikan tinggi olahraga.
62

4) peningkatan peran lembaga/bidang penelitian dan pengembangan olahraga


dengan membuka wacana baru bahwa olahraga bukan saja mengedepankan otot
tapi juga otak dalam rangka peningkatan pengembangan olahraga yang bersifat
inovatif.
5) Peningkatan pemahaman dan penerapan pendidikan jasmani dan olahraga.

Salah satu pencitraan sebuah negara kini tidak hanya dilihat dari kesejahteraan,
pendidikan, ekonomi, dan kekuatan militer. Olahraga pun menjadi sebuah pencitraan manis
tentang bagaimana masyarakat dunia memandang sebuah negara. Sebuah pertanyaan besar akan
penyebab kondisi keterpurukkan olahraga Indonesia agaknya sering terlontar dari benak pemuda-
pemuda bangsa yang berniat untuk memajukan Indonesia.

Pada dasarnya banyak hal yang menyebabkan keterpurukan kondisi olahraga Indonesia.
Tak dapat dipungkiri jika di beberapa daerah, minimnya fasilitas latihan serta pendanaan masih
menjadi masalah klasik yang menghantui pembinaan-pembinaan olahraga.

Ada sebuah hal unik yang dapat kita ambil jika olahraga mampu menganalogikan sebuah
karakter bangsa.Minimnya prestasi olahraga kita saat ini ternyata berbanding lurus dengan
minimya rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Rasa kebangsaan masyarakat Indonesia dirasa
telah berkurang akibat pengaruh globalisasi. Arus informasi yang begitu luas secara tidak
langsung telah memengaruhi pola pikir masyarakat Indonesia untuk materialisme. Beberapa
kasus ditunjukkan oleh beberapa punggawa Tim Nasional PSSI yang menolak masuk Pelatnas
akibat bayaran yang tak sepadan. Kasus kecil lain adalah tidak hafalnya beberapa punggawa
Timnas akan 5 ayat dalam Pancasila. Contoh lain adalah maraknya kasus kepindahan atlet ke
provinsi lain (saat PON 2008) demi mencari bayaran tinggi.

Minimnya rasa nasionalisme yang melekat pada insan-insan olahraga Indonesia (bukan
hanya atlet tapi hingga jajaran pengurus, bahkan beberapa elite politik) mengakibatkan turunnya
daya juang para atlet. Sebagian insan olahraga tidak murni lagi memperjuangkan prestasi
olahraga nasional untuk nama Indonesia, melainkan juga untuk hal-hal yang lain. Tak jarang
kancah olahraga kita digunakan sebagai salah satu media kampanye seperti yang terjadi pada
pilkada di beberapa daerah. Atlet dan Kesejahteraannya
63

Tak jarang seorang atlet lebih memikirkan materi dalam setiap tugasnya. Kondisi tersebut
tak sepenuhnya dapat disalahkan. Turunnya rasa nasionalisme atlet untuk mengharumkan nama
bangsa bisa jadi muncul akibat kekecewaan atlet terhadap perilaku bangsanya sendiri yang tidak
menghargai torehan prestasi mereka. eribahasa habis manis sepah dibuang pun menjadi perasaan
para atlet saat ini. Dilematika antara keinginan untuk mengibarkan bendera Indonesia di atas
podium dengan permasalahan perut. Dalam setiap peluh latihan mereka pun muncul
kekhawatiran akan nasib masa depan mereka saat tak mampu bersinar lagi.

Isu untuk meningkatkan kesejahteraan atlet sebenarnya sudah digemborkan oleh


Adhyaksa Dault pada tahun 2005 dengan program 1000 rumah bagi atlet berprestasi. Namun
tetap saja isu tentang cara menyejahteraankan atlet tetap jadi permasalahan.

Belakangan kini telah muncul sebuah paradigma bahwa ternyata pemerintah terlalu
mudah memberikan atlet kail serta pancing tanpa memberitahu cara menggunakannya.
Pemerintah mengklaim bahwa atlet kita kurang mampu mengelola kekayaan yang telah mereka
dapatkan semasa bersinar. Permasalahan di atas pada dasarnya bukan tanggung jawab
pemerintah semata, tapi juga tanggung jawab kita. Pertanyaan yang muncul saat ini adalah
seberapa sering kita mengapresiasi dunia olahraga negeri ini?
Seberapa sering kita menonton pertandingan olahraga secara langsung maupun tak langsung
untuk mendukung Indonesia? Kesadaran akan kepedulian konkret untuk mengapresiasi dunia
olahraga kurang terbangun di diri kaum muda. Sangat naif jika kita tak mampu belajar dari
pendahulu kita para pemuda era perjuangan yang memang belum mampu berkontribusi besar
untuk mengapresiasi dunia olahraga. Jika kaum belum mampu belajar untuk membangun hal itu,
maka kemungkinan besar kita tetap tidak akan menghargai jasa para atlet masa depan Indonesia
di masa yang akan datang. Bisa saja prestasi buruk olahraga Indonesia di masa kini dan masa
datang akan tetap ada. Wajar jika adik-adik kecil kita yang tengah duduk di sekolah dasar hanya
bercita-cita menjadi dokter, pilot, ilmuwan, dan profesi lain yang dianggap lebih menjanjikan.
Dan tak diherankan jika tak satupun dari mereka ingin menjadi atlet.
64

BAB XI
OLAHRAGA DI SEKOLAH DAN OLAHRAGA DI PERGURUAN TINGGI

A. OLAHRAGA DI SEKOLAH

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan
secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan
gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan
moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani,
olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup,
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di Satuan pendidikan nonformal
penyelenggara pendidikan kesetaraan memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar
melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis.
Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan
pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar
sepanjang hayat.

Pendidikan memiliki sasaran pedagogis, oleh karena itu pendidikan kurang lengkap tanpa
adanya pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, karena gerak sebagai aktivitas jasmani
adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia dan dirinya sendiri yang secara alami
berkembang searah dengan perkembangan zaman.

Selama ini telah terjadi kecenderungan dalam memberikan makna mutu pendidikan yang
hanya dikaitkan dengan aspek kemampuan kognitif. Pandangan ini telah membawa akibat
terabaikannya aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni, psikomotor, serta life skill. Dengan
diterbitkannya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan akan
memberikan peluang untuk menyempurnakan kurikulum yang komprehensif dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional.
65

Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong


pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran,
penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan
pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas
fisik dan psikis yang seimbang.

1. Tujuan
Mata pelajaran Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan
pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas
jasmani dan olahraga yang terpilih
2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik
3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar
4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang
terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan
5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri
dan demokratis
6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai
informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan
kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.

2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Pendiidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
1. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak,
keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers,
sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri,
serta aktivitas lainnya
66

2. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani,


dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya
3. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan
dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya
4. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta
aktivitas lainnya
5. Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air,
dan renang serta aktivitas lainnya
6. Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah,
menjelajah, dan mendaki gunung

Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari,


khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang
sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur
waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan
merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.

B. OLAHRAGA DI PERGURUAN TINGGI

Olahraga di tingkat universitas atau akademi mewujud dalam bentuk yang bervariasi, dari
mulai sekedar kesempatan rekreasi informal hingga ke kesempatan kompetisi level elit dan
terorganisasi ketat. Olahraga rekreasi meliputi aktivitas fitness, akuatik, rekreasi, program penjas
dan olahraga (intrakurikuler), klub olahraga, aktivitas luar kelas, hingga  pertandingan liga dalam
bentuk intramurals (yang berarti “di dalam dinding”) (Siedentop, 1990; Danylchuk, 2007).

1. Olahraga Rekreasi
Di kampus-kampus besar di Amerika Serikat, kegiatan olahraga bagi mahasiswa
dipayungi oleh program payung yang disebut “campus recreation”. Program ini menggambarkan
bermacam-ragam aktivitas rekreasi dan penggunaan waktu luang yang diprogramkan di dalam
kampus. Misi  dari program tersebut adalah peningkatan kesehatan dan kesejahteraan (to
promote health and well-being). Demikian juga kampus-kampus di Kanada, yang sering
membungkus program olahraganya dengan pernyataan-pernyataan yang ‘mengundang’ seperti,
“innovative promotion and delivery of recreation programs and services that inspire our diverse
67

University community to live an active and healthy lifestyle,” lengkap dengan tagline-nya yang
berbunyi “Healthy body, healthy mind” (Danylchuk, 2007).

 Untuk mampu mengembangkan program-program yang ideal demikian, kampus-kampus


di luar negeri didukung oleh suprastruktur yang kuat, umumnya dalam bentuk Sport Directorate
atau Department of Campus Recreation. Ukuran dari department tersebut bisa berbeda,
bergantung pada setting kampusnya; akan tetapi tujuannya sering amat tipikal dan target utama
programnya adalah mahasiswa, meskipun programnya sangat terbuka bagi dosen, karyawan,
serta masyarakat sekitar pada umumnya. Di tingkat nasionalnya, program olahraga di Amerika
Serikat melekatkan diri pada asosiasi nasional yang disebut the National Intramural-Recreational
Sport Association (NIRSA), yang turut mengatur dan memberi guideline dalam
pengorganisasian dan pemanfaatan olahraga intra-campus. Sedangkan di Kanada, adalah the
Canadian Association for Health, Physical Education, Recreation, and Dance (CAHPERD), yang
mengatur aktivitas Canadian Intramural Recreation Association (CIRA) sejak tahun 2003.
Peluang olahraga rekreasi hadir di berbagai kampus universitas di seluruh dunia. Akan tetapi,
dalam beberapa hal, terdapat perbedaan nuansa, terutama dalam volume cakupan programnya,
termasuk tingkat keseriusan pengelolaannya (Danylchuk, 2007).

 Penulis tidak melihat pengelolaan terorganisir seperti itu dalam program keolahragaan di
kampus-kampus di Indonesia, kecuali, barangkali, di universitas-universitas swasta modern
(sebutlah misalnya Universitas Pelita Harapan) yang belakangan marak didirikan di kota-kota
besar di Indonesia. Yang penulis dapat pahami, kegiatan kemahasiswaan secara umum, termasuk
di dalamnya kegiatan keolahragaan, masih ditangani secara terpusat oleh Pembantu Rektor
(PR/Purek) Bidang Kemahasiswaan.

 Meminjam contoh dari UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) di mana penulis


bertugas, kegiatan olahraga mahasiswa dipayungi oleh UKM-UKM, yang meskipun berinduk ke
universitas, tetapi markas kegiatan dan personel yang terlibat mayoritas berada di fakultas
olahraga. Kelemahannya, model pemrograman demikian tidak mendapat dukungan dana yang
memadai dari universitas, di samping tidak didukung pula oleh management mind (Lee, 2005)
dari para pengurusnya. Universitas dan fakultas hanya mampu memberi penugasan
pendampingan dari dosen tertentu, tanpa juga mampu memberi apresiasi apa-apa kepada dosen
68

yang bersangkutan. Pada gilirannya, program UKM hanya berjalan sebagai “bussiness as usual”,
tanpa ada prestensi untuk membuat inovasi apa-apa.

 Di sinilah saya kira management mind dari para stakeholder olahraga mahasiswa kita
perlu dibangkitkan, sehingga ada upaya yang cukup komprehensif untuk memikirkan langkah
merintis apa yang disebut sports development. Sports development, sebagaimana diartikan oleh
Eady (1993) adalah langkah mempromosikan dan mengimplementasikan perubahan dalam
program pelayanan olahraga. Sedangkan Collins sebagaimana dikutip Shilbury (2005)
menyatakan bahwa “Sports Developments is a process whereby effective opprtunities, processes,
systems and structures are set up to enable and encourage people in particular groups and areas
to take part in sport for recreation or to improve their performance to whatever level they
desired” (p.36).

2. Olahraga Kompetitif
Olahraga kompetitif, di pihak lain, berfokus secara khusus pada program yang dikenal
secara meluas sebagai “inter-collegiate” atau “varsity athletics.” Pengikut utama dari
intercollegiate athletic programs adalah mahasiswa-atlet, yang diberi pelayanan bermutu dalam
hal pelatihan, fasilitas, peralatan, serta (lebih sering dikonotasikan) hanya bertugas mengikuti
kompetisi yang diselenggarakan dalam ruang lingkup lingkungan antar-universitas. Kompetisi
antar-universitas telah bertumbuh tidak hanya untuk mempromosikan persahabatan, tetapi
memerankan diri sebagai kebanggaan lembaga universitas itu sendiri. Karenanya tidak
mengherankan, olahraga PT dipandang sebagai metode yang efektif untuk menarik bantuan
dana, menambah popularitas, dan menjadi ajang penjaringan atlet top untuk universitas
bersangkutan (Barr, 1998).

 Olahraga antar universitas di Amerika Serikat  telah menjadi bisnis besar dan hiburan
massal yang menghasilkan jutaan dolar uang dari revenue televisi. Demikian juga di Kanada,
walaupun tidak se-gigantic seperti di Amerika Serikat. Olahraga di universitas Australia dan
Selandia Baru juga banyak menuai keuntungan sponsorship dari olahraga kompetitifnya, tetapi
umumnya kompetisi yang dilangsungkan mengambil bentuk festival olahraga singkat di antara
kelompok universitas di regional yang lebih kecil, daripada berbentuk sesi kompetisi panjang
69

yang mengarah ke kompetisi nasional seperti yang terjadi di Kanada dan Amerika Serikat
(Danylchuk, 2007).

 Untuk pengaturan di tingkat nasional, di Amerika terdapat National Collegiate Athletic


Association (NCAA), yang merupakan badan organisasi terbesar dan tertua yang mengatur
olahraga antar universitas. Di samping itu, terdapat badan lain yang juga sama prestisiusnya,
yaitu yang disebut Association for Intercollegiate Athletics (NAIA), yang sering dibandingkan
dalam orientasi filosofisnya dengan NCAA Divisi II, yang mengelompokkan kompetisi dalam
kelompok Junior atau untuk sekolah-sekolah berbentuk college (Siedentop, 1990).

 Di Kanada, dengan jumlah penduduk sekitar per-delapannya dari penduduk AS dan
jumlah universitasnya hanya sebagian kecilnya saja dari yang ditemukan di AS, sistem
pendidikan tingginya menawarkan dua jenis pendivisian dari perguruan tingginya, yaitu pertama
yang berbentuk universitas dengan tiga atau empat tahun masa studi program S1 dan
Pascasarjana serta kedua dalam bentuk college yang menawarkan program dua hingga tiga tahun
program diploma. Untuk kedua jenis golongan tersebut, masing-masing kompetisi olahraganya
diatur oleh dua badan yang berbeda pula, yaitu CIS (Canadian Interuniversity Athletics) untuk
yang mengatur program intercollegiate athletics tingkat universitas, dan  CCAA (Canadian
Colleges Athletic Association) yang mengatur kompetisi intercollegiate untuk tingkat colleges
(NIRSA, 2002).

 Di Indonesia, saya kira, kita belum memiliki kompetisi antar perguruan tinggi yang
diorganisir serapih seperti di negara lain. Kita tidak punya organisasi seperti NCAA atau CIS,
yang mampu menggulirkan kompetisi reguler yang mampu menjadi tolok ukur bagi proses
pembinaan olahraga bagi mahasiswa. BAPOMI (Badan Pembina Olahraga Mahasiswa
Indonesia), saya kira belum memerankan peranan pembinaan apapun, selain menjadi simbolisasi
dan kepanjangan tangan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas, agar legalisasi
proyek semacam POMNAS dapat bergulir.

 Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa tidak ada satu perguruan tinggi pun di
Indonesia, yang memiliki program pembinaan olahraga reguler bagi atlet (mahasiswa) elit, yang
hasilnya dapat dimanfaatkan oleh KONI untuk mendukung kekuatan tim Indonesia dalam event-
event internasional. Yang terjadi malah sebaliknya; atlet yang turun dalam POMNAS adalah
70

atlet binaan Pengda-Pengda (bahkan atlet nasional), yang kebetulan berstatus mahasiswa. Atas
alasan itu pulalah, olahraga mahasiswa di Indonesia belum merupakan sub-sistem dari sistem
keolahragaan nasional yang sesungguhnya.

 Dengan pengelolaan seperti yang dilaksanakan di AS melalui intercollegiate athletic-nya


di bawah pengelolaan NCAA, setiap universitas akan merasa dituntut untuk memiliki pusat
pelatihan sendiri bagi para atlet elitnya, yang seperti disinggung di atas, didukung oleh fasilitas
pelatihan yang bermutu, sehingga program olahraga mahasiswa tersebut menjadi salah satu alat
pencitraan universitas yang bersangkutan. Dengan cara kelola demikian, tidak mengherankan
jika cukup banyak atlet mahasiswa yang murni merupakan hasil godokan pembinaan di
universitas tersebut, dipandang layak untuk memperkuat tim nasional pada event-event besar
internasional, termasuk pada Olimpiade. Kondisi itulah yang akan menjadikan olahraga
perguruan tinggi kita menjadi bagian (sub-sistem) dari sistem keolahragaan nasional.

 POMNAS yang merupakan godokan BAPOMI dan seluruh perangkatnya, sejauh ini
hanya mempertandingkan olahraga mahasiswa yang mewakili daerah provinsi masing-masing,
sehingga tidak terkait langsung dengan proses pencitraan universitas seperti disebutkan di atas.
Dengan cara itu pula, dapat dikatakan bahwa tidak ada dorongan bagi universitas untuk memiliki
keharusan melaksanaan pembinaan di universitas, kecuali sebagai kegiatan berpartisipasi
alakadarnya.

3. Nilai-nilai Olahraga Mahasiswa

 Dengan tanggung jawab untuk mendidik “manusia utuh” yang terletak pada pundak
seluruh pengelola perguruan tinggi, nampaknya program olahraga dan rekreasi akan terus
memainkan peranannya yang sangat strategis dalam sistem pendidikan tinggi di negara-negara
maju. Beberapa studi yang dilaksanakan  untuk melihat nilai olahraga rekreasi di universitas dan
akademi telah mendokumentasikan fakta yang cukup mengejutkan. Studi yang dilakukan NIRSA
(National Intramural-Recreational Sports Association) di AS pada tahun 2002, mengindikasikan
bahwa berpartisipasi dalam program dan aktivitas recreational sports berkorelasi positif dengan
rasa puas dan keberhasilan dari seluruh pengalaman pendidikan di perguruan tinggi. Artinya,
studi ini mengukuhkan penelitian terbatas sebelumnya bahwa berpartisipasi dalam olahraga
71

rekreasi di kampus merupakan kunci penentu dalam hal kepuasan dan keberhasilan mahasiswa
(Ryan, 1990).

 Olahraga memainkan peranan yang amat penting dalam perkembangan hidup manusia.
Diyakini oleh para ahli, olahraga bermakna amat berharga sebagai wahana terbaik untuk
membangun kebugaran dan kesehatan, disiplin, kesehatan moral dan emosional, serta berbagai
life skills. Temuan penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor individual seperti keterampilan,
nilai, dan perilaku serta gaya hidup terkait langsung dengan banyak permasalahan remaja dan
pemuda, seperti kriminal, kekerasan, serta penyalahgunaan obat-obatan. Dalam kaitan lain,
sering juga dinyatakan bahwa tidak ada aktivitas lain yang dapat menciptakan keterampilan dan
nilai-nilai yang penting untuk menjadi orang yang bertanggung jawab kecuali olahraga
(Collingwood, 1997).

 Di satu sisi, banyak sekolah dan universitas yang memanfaatkan olahraga untuk
mengembangkan kemampuan akademik untuk para siswa dan mahasiswanya. Meskipun
sebagian menyatakan hubungan olahraga terhadap kemampuan akademik bersifat langsung, ada
juga yang mengajukan asumsi hubungan tak langsung. Maksudnya, olahraga meningkatkan
kesehatan, yang akan  meningkatkan kualitas cara hidup, yang  pada gilirannya meningkatkan
kemampuan siswa atau mahasiswa untuk belajar secara akademik dan secara sehat. Sedangkan di
pihak lain, pengembangan olahraga merupakan satu cara untuk meningkatkan proses dan hasil
yang lebih sistematis dan efektif dalam pengembangan mahluk hidup.

 Sebagaimana ditunjukkan oleh berbagai penelitian, olahraga sudah digunakan dalam


memfasilitasi dan mengembangkan siswa sekian dekade lamanya. Terutama, ia banyak
digunakan sebagai langkah terapi untuk membantu menyingkirkan stress, memperkuat kesehatan
dan meningkatkan performa akademik untuk siswa (Larkins, 2006). Satu dorongan untuk
memadukan antara lembaga pendidikan dengan organisasi olahraga dengan tujuan
mengintegrasikan olahraga dan kristalisasi nilai-nilainya ke dalam pendidikan merupakan isu
yang dikemukakan Popovic (2006).

 Sebagaimana banyak diklaim oleh beberapa negara, olahraga telah diakui sebagai
wahana pembelajaran untuk nilai-nilai berjangka panjang. Betapa pentingnya bahwa setiap orang
harus mempunyai kesempatan yang setara untuk secara berkelanjutan membangun dan
72

mengembangkan nilai-nilai pribadi dalam kehidupannya melalui partisipasi dalam olahraga.


Untuk negara-negara Asia, di antaranya Thailand telah menugaskan menteri Olahraga dan
Tourismenya untuk mengembangkan rencana 5 tahun untuk melanjutkan upaya yang sudah
dilakukan dalam pengembangan olahraga untuk sasaran khusus seperti pelajar dan mahasiswa.
Demikian juga di China, olahraga umumnya ditekankan pada performa atlet elit. Universitas
Shanghai, misalnya, telah menciptakan program ektra-kurikuler untuk memberdayakan performa
atlet elitnya dengan merancang pusat pelatihan olahraga untuk mengembangkan serangkaian
rekrutmen untuk atlet-atlet elit dan secara bertujuan menghasilkan atlet elit untuk Olimpiade
2008 (Sriboon, 2007).

 Dengan demikian jelas bahwa berpartisipasi dalam olahraga secara umum diterima
sebagai alat yang efektif untuk mengembangkan umat manusia. Aktivitas olahraga telah
menyediakan kesempatan bagi warganya untuk mengalami bersama keterlibatan sosial,
kependidikan, fisikal, dan moral. Di samping itu, individu dapat mengalami kesetaraan,
kebebasan, disiplin, kekuatan mental, kesabaran, daya juang, serta sportivitas melalui olahraga.
Dalam pengembangan bidang akademik, diyakini secara penuh bahwa olahraga dan aktivitas
jasmani merupakan  bagian dari pengembangan akademik, seperti motto klasik yang diungkap
John Locke, “a sound mind in a sound body.” Oleh karenanya, memanfaatkan olahraga untuk
mengembangkan manusia secara akademik telah dijadikan resep utama di banyak negara (Abdin,
2007).

Hasil riset terbaru menunjukkan bahwa pemikiran tentang kesehatan tubuh dan pikiran
adalah sesuatu yang secara konsep identik. Keduanya tersambung pada tingkat yang paling
dalam (Miller, 2007). Maksudnya, dengan latihan, terbukti benar bahwa beberapa perubahan
biologis terjadi yang memungkinkan sel-sel syaraf manusia lebih sehat. Suplay darah dan  energi
ke otak meningkat. Bahkan ilmuwan telah menemukan bahwa latihan yang keras dapat
menyebabkan sel-sel syaraf yang lebih tua membentuk jaringan yang padat dan saling-sambung,
yang membuat otak bekerja lebih cepat dan efisien. Terdapat juga bukti-bukti bahwa aktivitas
fisik dapat menghindarkan kita dari dimulainya penyakit Alzheimer, ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder) dan penyakit-penyakit kognitive lainnya. Tidak perduli berapapun usia
Anda, nampaknya, tubuh yang kuat dan aktif merupakan hal penting untuk membangun pikiran
yang kuat dan aktif pula (Carmichael, 2007).
73

 Dalam aktivitas rekreasi mahasiswa mematangkan berbagai keterampilan yang berguna


dalam kaitannya dengan kualitas hidup: komunikasi intra-personal dan interpersonal, keteguhan
hati, daya juang, keyakinan, kepemimpinan, kewarganegaraan, penetapan tujuan, motivasi, serta
kepuasan personal. Partisipasi juga memiliki nuansa alasan ekonomi dalam masa-masa sekarang
ini. Seperti dinyatakan oleh Kid (1999) bahwa “kegagalan untuk memberikan pendidikan
jasmani yang baik benar-benar lebih merugikan, untuk masyarakat dan pemerintah, dari pada
menyediakannya.” Kenyataannya, Dinas Kesehatan Kanada memperkirakan bahwa untuk setiap
1 dolar investasi dalam aktivitas fisik terdapat penghematan sebesar 11 dolar untuk biaya
kesehatan dalam jangka panjang.

 Dengan pernyataan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa betapa lebih pentingnya
manfaat olahraga dan rekreasi fisikal ini untuk anak-anak, karena sifatnya sangat krusial bagi
perkembangan fisikal, sosial, gerak dan emosional. Masih dalam kaitan ini, Offord, Hanna dan
Hoult (1992) menyatakan bahwa anak-anak yang tertinggal dalam hal perkembangan fisikal dan
geraknya akan mengalami kesulitan mengejar ketertinggalan tersebut di masa-masa berikutnya.

 Demikian juga dalam hal manfaat sosial dari olahraga dan rekreasi, yang amat mungkin
dialami oleh para mahasiswa selama masa studinya di perguruan tinggi. Penelitian yang relevan
memang masih jarang untuk melihat dampak dari tidak adanya pengalaman berolahraga dan
rekreasi pada populasi tertentu. Tetapi banyak sekali alasan untuk menduga bahwa mahasiswa
akan sangat teruntungkan oleh partisipasinya dalam kegiatan olahraga di lingkungan kampus.
Hubungan antara olahraga dan rekreasi dengan keterlibatan sosial menjadi sangat penting untuk
diperhitungkan. Ross dan Roberts (1999) menyatakan:

 Participation in recreational activities can contribute to an improved level of quality of


life. Participating in sports, joining clubs or groups, and taking music, dance or art lessons are
examples of ways in which young people can participate in their community, learn new skills,
and socialize beyond their family boundaries.

Di sisi lain, dan tidak kalah pentingnya, bahkan dipandang penting oleh beberapa pihak,
adalah apa yang dapat dilakukan oleh olahraga. Olahraga dapat dan memiliki potensi yang besar
untuk membawa orang-orang ‘bersama,’ membantu kesatuan, pengertian, toleransi dan rasa cinta
di antara pihak-pihak yang konflik (Abdin, 2007).
74

 Dengan alasan yang sama pula, PBB telah menetapkan Tahun 2005 yang lalu sebagai
tahun Olahraga dan Pendidikan Jasmani, untuk menjadi alat untuk memperjuangkan perdamaian,
persahabatan, kekompakan di dalam perbedaan (IYSPE-2005).

 Konflik didefinisikan sebagai suatu pendapat yang tidak dapat didamaikan kembali
antara dua atau lebih pihak. Ia dapat juga bermakna ‘setiap perubahan drastis di mana kelompok
besar manusia ingin mempertahankannya’ (Bronowski, 1973). Konflik memiliki dampak yang
sangat merusak pada semua individu dan masyarakat secara umum. Sumber-sumber konflik
dalam dunia kita selalu nampak jelas, tetapi secara setara dipandang kompleks dan sulit.

 Baron Pierre de Coubertin melahirkan gagasan Olimpiade Modern ke dalam kehidupan


kita karena beliau menghendaki hubungan antar manusia yang lebih baik dengan orang datang
bersama ke satu tempat. Beliau benar-benar menyadari bahwa aktivitas keolahragaan tidak hanya
menunjang dan mendukung penyembuhan fisikal dan emosional, tetapi dapat juga
memberdayakan manusia menjadi penganjur perdamaian (www.olympic.org).

 Lalu apakah kita dapat mengambil manfaat dari POMNAS ini? Tentu saja. POMNAS,
sebagaimana Anda tahu, dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Hal tersebut membuat kontak di
antara atlet mahasiswa lebih sering dan signifikan, dibandingkan dengan katakanlah PON yang
hanya berlangsung empat tahun sekali. POMNAS juga bersifat unik karena membawa bersama
para elit mahasiswa dari seluruh provinsi di Indonesia yang kelak dikemudian hari akan menjadi
profesional, pemimpin, pemikir, ilmuwan, politisi, bahkan pimpinan daerah masing-masing.
Dengan berpatisipasi dalam POMNAS, atlet mengembangkan persahabatan di arena, di luar
arena, di penampungan atlet, serta dalam berbagai event kultural lainnya. Persahabatan tersebut
berkembang selama POMNAS berlangsung, menjadi perekat pertemanan sepanjang hayat.
Interaksi di antara atlet sebelum, selama dan setelah pertandingan, serta penerimaan ikhlas
terhadap kekalahan, menciptakan budaya toleransi dan keadilan dalam masyarakat, yang
sungguh amat berharga bagi budaya saling memahami antar etnis dan suku bagi perdamaian
manusia.

 Yang lebih melegakan dari fakta bahwa olahraga benar-benar diyakini memiliki nilai
penting dalam kehidupan adalah digunakannya tema besar olahraga pada Universiade 2007
75

(termasuk dalam sesi konferensinya) di Bangkok, Thailand pada bulan Agustus 2007 lalu. Tema
yang diangkat adalah “University Sport: Sport Creates Man…Man Develops Nationhood.”

 Coba resapi sambutan yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan Thailand, yang
sekaligus menjadi Organizing Committee President of the 24th Universiade Bangkok 2007, yang
menyatakan:

 “Saya kira kita semua menyadari nilai dan pentingnya olahraga dalam menciptakan
manusia. Saya juga berpikir bahwa kita sepakat secara serempak bahwa olahraga tidak hanya
untuk latihan dan rekreasi, melainkan menjadi alat penting, esensial serta benar-benar
fundamental untuk perkembangan manusia. Karenanya, teramat jelas bahwa olahraga dapat
memainkan peranan yang amat penting dalam pengembangan Negara.

 Oleh karenanya tidak diragukan lagi bahwa olahraga dan pendidikan tidak dapat
dipisahkan, dan keduanya secara bersamaan merupakan konsep yang sangat luas dan amat
melingkupi. Keduanya benar-benar merupakan proses sepanjang hayat, yang diawali dari masa
kelahiran serta berlanjut sepanjang kehidupan. Keduanya merupakan bagian integral dari konsep
utuh tentang kesehatan, kebugaran, rekreasi serta nilai yang amat pantas untuk hidup yang
berkualitas seperti self knowledge, self discipline, keberanian dan keadilan. Karena itu pula,
olahraga dan pendidikan menjadi hak asasi dasar manusia.” (Srisa-an, 2007).

Perspektif Masa Depan Olahraga Mahasiswa Indonesia

Menelusuri paparan-paparan di atas tentang bagaimana negara-negara maju telah


mengukirkan prestasinya dalam olahraga universitas, termasuk tinjauan komprehensif terhadap
pentingnya olahraga bagi mahasiswa, penulis mengajukan usulan agar dilakukan beberapa
perubahan, baik yang sifatnya paradigmatis maupun praksis, terhadap pola pembinaan olahraga
mahasiswa Indonesia. Usulan-usulan tersebut terangkum sebagai berikut:

1. Program Pembinaan Olahraga Mahasiswa di setiap universitas seharusnya dibagi menjadi


dua jalur (streams), yaitu pertama jalur olahraga rekreasi sebagai pelayanan bagi semua
mahasiswa dalam misi mendorong tumbuhnya budaya olahraga dan gerak serta
penumbuhan active life-style; dan jalur kedua adalah jalur olahraga elit, yang diberi
76

pelayanan bermutu dalam hal pelatihan, fasilitas, peralatan, serta dipersiapkan khusus
mengikuti kompetisi yang diselenggarakan dalam ruang lingkup kejuaraan antar-
universitas.
2. Program Pembinaan Olahraga Mahasiswa elite dijadikan salah satu sub-sistem dari
Sistem Pembinaan Olahraga Nasional, yang dikelola khusus oleh sebuah direktorat yang
menginduk kepada asosiasi pembina setara dengan NCAA (National Collegiate Athletic
Association) di Amerika Serikat. Badan ini merupakan organisasi pengelola yang
mengatur pola pembinaan dan kompetisi dengan mendasarkan diri pada kekuatan
universitas dan menjalankan pola pembinaannya seperti olahraga profesional.
3. Pembinaan olahraga di universitas dijalankan dengan format pembinaan kompetitif, yang
tidak lagi dikelola oleh UKM, melainkan langsung ditangani oleh sub-direktorat
keolahragaan, dengan meng-hire pelatih-pelatih profesional. Ini secara tidak langsung
akan mendorong terbukanya peluang bagi pelatih-pelatih lulusan FPOK-FIK untuk
berkarir dalam bidang kepelatihan secara total.
4. Kejuaraan dan kompetisi tidak hanya dilangsungkan di tingkat nasional, melainkan
diformat dalam bentuk kejuaraan wilayah antar universitas dan dijadwalkan secara tetap
pada setiap tahunnya (menjadi kalender tetap). Setiap universitas yang menjadi anggota
wilayah dituntut untuk ikut serta dalam kejuaraaan tersebut atas kemampuannya
membiayai sendiri atau melibatkan sponsor yang mendukung segala sesuatunya.
5. Setiap universitas harus berusaha menciptakan sub-sistem pembinaan di lingkungan
universitasnya masing-masing dengan menerapkan prosedur tetap dalam hal perekrutan
dan seleksi atlet, program evaluasi dan degradasi, pembinaan tersistem sesuai musim-
musim latihan, kompetisi internal, dsb.
6. BAPOMI sebaiknya diubah format dan fungsinya lebih ke arah organisasi pengelola yang
selalu memikirkan upaya-upaya penciptaan sistem daripada hanya memasang para
pejabat universitas yang tidak memiliki waktu penuh bagi pembinaan. Oleh karena itu,
para pengurus BAPOMI seharusnya orang-orang profesional yang mampu mencurahkan
100 persen tenaga, pikiran, dan profesionalitasnya untuk program Pembinaan Olahraga
Mahasiswa yang profesional.
77

7. BAPOMI di provinsi-provinsi merupakan perwakilan-perwakilan dari universitas yang


tergabung dalam komite wilayah, dan selalu berusaha maksimal merancang,
menjalankan, dan mengevaluasi format pembinaan dan kompetisi di wilayahnya sendiri.
8. PPLM sebaiknya ditinjau ulang formatnya, karena belum merangsang semua universitas
untuk terlibat dan merasa dilibatkan, sehingga dananya bisa dialihkan untuk dana insentif
bagi universitas yang berprestasi dalam program atau format di atas.
9. Keberadaan Deputy Olahraga Prestasi di Kemenegpora hendaknya berada dalam posisi
untuk memicu lahirnya berbagai jalur pembinaan yang melengkapi sub-sistem
keolahragaan yang ada, menyediakan dana bagi pengembangan subsistem-subsistem, dan
merumuskan kebijakan nasional dalam kerangka mendukung sistem keolahragaan
nasional yang semakin established.
10. POMNAS disempurnakan formatnya dengan menekankan pada seleksi atlet terbaik dari
setiap wilayah untuk membentuk tim nasional, sehingga persyaratan ikut sertanya atlet
didasarkan pada babak kualifikasi yang cukup ketat dengan parameter prestasi yang
sudah dibakukan.
78

BAB XII
OLAHRAGA DI MASYARAKAT

Pada jaman sekarang masyarakat dituntut untuk bersikap professional dalam melakukan
pekerjaan atau aktivitas sehari-hari. Karena bila masyarakat melakukan kesalahan atau bersikat
tidak professional maka dapat berakibat fatal. Seperti halnya kehilangan pekerjaan yang dimana
pekerjaan itu adalah lapangan bagi masyarakat untuk mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat sehari-hari. Padahal pada saat ini untuk mencari pekerjaan sangatlah
sulit.

Olahraga adalah kegiatan jasmaniah atau kegiatan fisik manusia yang berpengaruh
terhadap kepribadian dan pelakunya. Olahraga berdasarkan kapasitasnya ada macam yaitu
olahraga berat dan olahraga ringan.

Disamping masyarakat harus melakukan atau mengerjakan pekerjaan atau aktivitas


sehari-hari dengan sungguh-sungguh, masyarakat juga harus memperhatikan kebugaran dan
kesehatan tubuhnya. Kebugaran dan kesehatan tubuh dapat dijaga dengan melakukan atau
mengerjakan pekerjaan atau aktivitas sehari-hari dengan sungguh-sungguh, masyarakat juga
harus memperhatikan kebugaran dan kesehatan tubuhnya, kebugaran dan kesehatan tubuh dapat
dijaga dengan melakukan aktifitas olahraga.

Olahraga yang dilakukan bukan hanya olahraga yang berat-berat. Tetapi olahraga yang
ringan semisa jogging atau lari kecil dapat membuat bugar tubuh kembali. Olahraga sangat
penting bagi tubuh, beberapa manfaatnya adalah sebagai berikut :

a. Dapat membugarkan tubuh


b. Dapat menyehatkan organ-organ tubuh
c. Dapat membentuk badan yang atletis
d. Dapat membuat fresh pikiran akibat stress dan sebagainya.

Dapat membugarkan tubuh karena bila melakukan aktivitas olahraga tubuh akan lebih
bertenaga waktu tubuh akan digunakan untuk menghadapi aktivitas sehari-hari masyarakat yang
sangat padat. Selain itu manfaat jangka panjangnya juga akan dirasakan karena sering digunakan
79

untuk berolahraga maka organ-organ dalam tubuh seperti jantung, hati dan sebagainya akan
berfungsi secara optimal dalam tubuh berjalan dengan baik dan membuat tubuh jadi sehat.

Selain manfaat seperti yang telah dijelaskan diatas, manfaat bagi kesehatan tubuh,
manfaat lainnya seperti dapat membentuk badan yang atletis. Karena sering digunakan untuk
berolahraga maka otot-oto akan membesar seperti yang dikehendaki. Dalam hal ini olahraga
yang dilakukan adalah olahraga yang sedang sampai berat seperti melakukan aerobic dan fitness
secara rutin sesuai jadwal.

Olahraga seperti jalan-jalan santai atau bersepeda selain dapat menimbulkan efek bagi
kesehatan tubuh, olahraga ini juga dapat menimbulkan hal positif bagi pikiran masyarakat.
Apabila masyarakat terlalu penat atau stress akibat pekerjaannya yang padat tersebut, masyarakat
dapat melakukan olahraga yang ringan di pagi hari agar pikiran yang sudah penat tersebut
menjadi agak fresh atau segar.

Selain manfaat yang telah dijelaskan diatas, adapun tujuan berolahraga yang akan
berdampak positif bagi tubuh seperti :
a. Memacu perkembangan aktivitas sistem-sistem peredaran darah, pencernaan, pernafasan dan
persyarafan.
b. Memacu pertumbuhan jasmani seperti pertumbuhan tinggi badan dan berat badan.
c. Meningkatkkan kesegaran jasmani
d. Meningkatkan ketrampilan melakukan kegiatan aktivitas jasmani dan memiliki sikap yang
positif terhadap pentingnya melakukan aktifitas jasmani (GBPP, 1999:2-3)

Olahraga juga mempengaruhi kepribadian diri seseorang yang melakukan aktivitas


olahraga, meskipun olahraga yang ringan. Kepribadian tersebut seperti disiplin, bekerja keras
dan giat.

Apabila tubuh telah terasa bugar dan sehat serta pikiran tidak berat lagi atau kembali
jernih maka masyarakat akan siap menghadapi hari esok yang penuh oleh aktivitas. Ini dapat
membuktikan bahwa olahraga sangat berhubungan erat dengan optimalnya hasil dari aktivitas
yang dikerjakan. Ini merupakan bukti bahwa bila kita melakukan olahraga maka hasilnya bagi
tubuh akan bagus dan aktivitas pekerjaan yang dilakukan akan dapat dikerjakan dengan optimal.
80

Tetapi banyak masyarakat yang kurang mengerti tentang pentingnya berolahraga dan
banyak yang mengabaikan untuk melakukan aktivitas olahraga karena lebih memilih
menyibukkan diri dengan aktivias pekerjaannya yang padat tersebut.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan berkurangnya minat masyarakat untuk


berolahraga adalah:
a. Faktor internal (diri sendiri)
b. Faktor eksternal (lingkungan)

A. Faktor Internal
Faktor internal yang dimaksud adlah faktor yang timbul dari diri masyarakat sendiri.
Masalah ini adalah yang paling susah untuk dihindari selain dengan kemauan yangkuat dari diri
masyarakat sendiri. Rasa malas yang ada pada diri masyarakat yang menyebabkan masyarakat
enggan untuk melakukan aktivitas olahraga.

Rasa malas itu sendiri dapat disebabkan oleh tidak adanya niatan masyarakat untuk
berolahraga. Selain itu, aktivitas masyarakat yang padat banyak menyita waktu masyarakat
sehingga waktu yang luang yang dapat digunakan masyarakat untuk berolahraga tidak ada.

Selain itu rasa malas itu sendiri timbul juga dikarenakan oleh anggapan masyarakat yang
menganggap bahwa olahraga itu selalu membutuhkan energi yang besar membuat masyarakat
semakin tidak mau untuk berolahraga.

B. Faktor Eksternal
Selain faktor internal yang berasal dari dalam diri masyarakat, faktor eksternal juga
mempengaruhi minat masyarakat untuk melakukan aktivitas olahraga. Faktor eksternal tersebut
dapat berasal dari iklim atau cuaca yang sering terjadi atau juga berasal dari lingkungan sekitar
tempat tinggal.

Iklim atau cuaca yang sedang terjadi dapat mempengaruhi niatan masyarakat untuk
berolahraga. Bila musim penghujan banyak yang lebih mengumbar malasnya karena udara yang
sejuk dan dingin lebih enak bila digunakan untuk bermalas-malasan ketimbang berolahraga.
81

Di musim penghujang, masyarakat tidak ada yang bisa memprediksikan kapan hujan
akan turun. Terkadang hujan turun di pagi hari, siang hari bahkan malam hari. Bahkan hujan
dapat turun sehari penuh. Itu yang membuat masyarakat sulit untuk melakukan aktivitas
olahraga seperti jalan santai atau bersepeda.

Meskipun pada saaat ini banyak alat olahraga yang dapat membantu masyarakat untuk
berolahraga walaupun berada di dalam ruangan, tetapi harga yang ditawarkan untuk alat olahraga
tersebut terlalu mahal. Harga yang tinggi tersebut tidak sesuai dengan kondisi perekonomian di
Indonesia sehingga alat olahraga yang kini semakin bermacam variannya beserta manfaatnya
tersebut tidak dapat dinikmati oleh masyarakat umum. Hanya masyarakat yang tingkat
ekonominya tinggi yang dapat menikmatinya. Sedangkan masyarakat yang tingkat ekonominya
rendah hanya dapat melakukan olahraga yang tidak membutuhkan uang banyak dan dengan kata
lain olahraga yang simple seperti jalan santai atau bersepeda.

Disamping kedua faktor tersebut diatas, penyebab lainnya dapat disebabkan juga oleh
suplemen-suplemen yang telah beredar di pasaran. Suplemen-suplemen tersebut berkhasiat
untuk menjaga kondisi fisik atau meningkatkan kondisi yang sedang lemah atau drop.
Masyarakat yang workaholic atau masyarakat yang tinggal di lingkungan yang semua warganya
pekerja keras lebih memilih mengkonsumsi suplemen-suplemen tersebut karena dapat
menghemat waktu kerja.

Masyarakat yang workaholic tersebut terkadang tidak mengetahui manfaat atau dampak
yang terjadi bila berolahraga. Dampak positif yang terjadi antara lain:
a. Pembentukan tubuh yang baik
b. Pembentukan prestasi
c. Pembentukan sosial
d. Keseimbangan mental
e. Kecepatan proses berpikir
f. Kepribadian seseorang
g. (Syarifuddin danMuhadi, 1991:8-13)
82

Sedangkan dampak yang akan terjadi bila tubuh kurang atau tidak melakukan olaraga
diantaranya adalah :
a. Tubuh terasa lelah/lesu
b. Tubuh jadi sering terserang penyakit
c. Obesitas atau kelebihan berat badan
d. Stress
e. Tubuh akan terasa kaku

Bila tubuh jarang digunakan untuk melakukan aktivitas olahraga maka tubuh akan terasa
loyo atau lesu karena tubuh tidak digunakan untuk kegiatan yang lebih membakar lemak
sehingga tenaga yang dihasilkan lebih sedikit. Jika kita lebih sering berolahraga maka sistem
peredaran darah kita lancer dan tubuh tidak akan terasa les uterus menerus.

Obesitas juga adalah akibat atau dampak apabila tubuh tidak digunakan untuk
berolahraga. Obesitas terjadi karena timbunan lemak yang ada di tubuh tidak segera di baker
untuk dijadikan tenaga. Pembakaran lemak masih kurang besar karena aktivitas yang dilakukan
tidak terlalu membutuhkan tenaga besar sehingga lemak terus menumpuk dan didalamnya tubuh
akan terjadi penumpukkan lemak aau obesitas.

Bila tubuh masyarakat telah terkena obesitas yang parah maka masyarakat harus berhati-
hati terhadap kesehatannya. Tubuh orang yang terkena obesitas akan mudah terserang penyakit
lainnya seperti darah tinggi, kolesterol, kencing manis, dan sebagainya. Penyakit-penyakit
tersebut akan sangat berbahaya bagi masyarakat apabila penyakit tersebut berkomplikasi.

Kurang berolahraga juga dapat menyebabkan stress karena selain olahraga sebagai sarana
rekreasi dan hiburan, olaraga juga dapat memperlancar peredaran darah ke seluruh tubuh serta
membantu aktivitas sistem persyarafan sehingga darah dapat mengalir ke otak secara lancer dan
syarat tidak lagi tegang. Selain itu bila tubuh jarang digunakan berolahraga maka tubuh akan
terasa kaku dan tidak nyaman untuk melakukan aktivitas.

Itulah akibat yang akan terjadi bila masyarakat enggan untuk berolahraga padahal
olahraga sangat perlu bagi kesehatan dan kebugaran tubuh. Dan masalahnya bagaimana cara
meningkatkan minat masyarakat untuk berolahraga.
83

Untuk meningkatkan minat masyarakat untuk melakukan aktivitas olahraga, terlebih


dahulu masyarakat harus diberikan pengertian tentang kesehatan tubuh dan lebih
mensosialisasikan olahraga agar masyarakat sadar apa yang akan mereka lakukan untuk menjaga
kesehatannya.

Selain dengan mengadakan talkshow dan pemberian pengertian pentingnya olahraga,


juga harus diadakan atau diselenggarakan suatu kegiatan tentang olahraga yang dikemas dengan
menarik agar masyarakat tertarik dan akhirnya mengikuti acara tersebut.

Agar lebih rutin masyarakat harus diberikan suatu kegiatan seperti senam bersama setiap
hari Minggu pagi atau bersepeda santai di pagi hari atau juga mengadakan jalan sehat tiap hari
Minggu, itu semua agar masyarakat lebih tertarik untuk melakukan aktivitas olahraga.

Cara lain adalah tiap kantor sebelum masuk atau melakukan aktivitas kerja harus
melakukan apel pagi yang dibarengi oleh senan bersama agar masyarakat sebelum memulai
pekerjaannya tetap segar sehingga masyarakat dapat melaksanakan tugasnya dengan maksimal.

Jadi olahraga yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk menjaga kebugaran tubun
tidak hanya olahraga yang tergolong berat-berat seperti fitness dengan porsi latihan yang berat.
Masyarakat dapat melakukan olahraga yang ringan untuk menjaga kebugaran tubuhnya.
Olahraga ringan yang dapat membuat atau menjaga kebugaran tubuh misalnya adalah jalan pagi,
jogging, bersepeda atau melakukansenam.

Semoga dengan mengertinya masyarakat tentang bagaimana cara menjaga kebugaran dan
kesehatan tubuhnya, masyarakat semakin rajin untuk melakukan aktivitas olahraga. Semakin
rajin masyarakat berolahraga maka semakin sehat kondisi masyarakatnya. Negara yang maju
diawali dengan masyarakatnya yang sehat dan bugar agar dapat melaksanakan aktivitas atau
pekerjaannya dengan baik dan benar serta maksimal.

Anda mungkin juga menyukai