Anda di halaman 1dari 33

B.

Inti

1. Capaian Pembelajaran.

Memiliki kecakapan dalam menguasai konsep dasar teori dan aplikasi


Filsafat dan olympisim serta paradigma baru dalam pendidikan Jasmani,
terampil dalam melakukan, dan membelajarkan konsep tersebut dengan
menerapkan dasar keilmuan, serta memiliki tanggung jawab personal dan
sosial sebagai tauladan bagi peserta didik dan masyarakat sesuai dengan
kebijakan yang berlaku

2. Sub Capaian Pembelajaran

a. Dengan membaca dan menelaah materi pada kegiatan pembelajaran ini


peserta PPG dapat menerapkan konsep, kedudukan dan makna
pendidikan jasmani dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
b. Dengan membaca dan menelaah materi pada kegiatan pembelajaran ini,
saudara dapat Menggali konsepsi dan falsafah pendidikan jasmani.
c. Dengan membaca dan berdiskusi pada kegiatan pembelajaran ini,
saudara dapat memadukan prinsip filosofi dan paradigma baru dalam
pembelajaran pendidikan jasmani

3. Pokok-pokok Materi
a. Azaz dan Falsafah Penjas
b. Olimpade dan Olympism (Olimpisme).
c. Paradigma Baru dalam Pendidikan Jasmani

4. Uraian Materi

a. Azas dan Falsafah PJOK

1. Pengertian Pendidikan Jasmani


Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam

4 | Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan


kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani
memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya
menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan
mentalnya.Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pendidikan pada umumnya yang mempengaruhi potensi peserta didik dalam hal
kognitif, afektif, dan psikomotor melalui aktivitas jasmani. Sehingga melalui
program penjas dengan aktivitas fisik dapat membantu pertumbuhan dan
perkembangan anak secara totaliti, sebagai mana yang dikemukakan Pangrazi dan
Aaron (2016) Physical education is part of the total educational program that
contributes, primarily through physical activity, to the total growth and
development of all children. Melalui aktivitas jasmani anak akan memperoleh
berbagai macam pengalaman yang berharga untuk kehidupan seperti kecerdasan,
emosi, perhatian, kerjasama, keterampilan, dsb. Aktivitas jasmani untuk pendidikan
jasmani ini dapat melalui olahraga atau non olahraga. Titik perhatiannya adalah
peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan
antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari
perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh
perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain
dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya
seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total
manusia. Beberapa definisi atau pengertian pendidikan jasmani berikut
memberikan acuan Saudara menganalisisnya.Williams menyatakan bahwa
pendidikan jasmani adalah semua aktivitas manusia yang dipilih jenisnya dan
dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Singer memberi batasan
mengenai pendidikan jasmani sebagai pendidikan melalui jasmani berbentuk suatu
program aktivitas jasmani yang medianya gerak tubuh dirancang untuk
menghasilkan beragam pengalaman dan tujuan antara lain belajar, sosial,
intelektual, keindahan dan kesehatan. Menurut UNESCO (1978) dalam
“International Charter of Physical Education and Sport” Pendidikan jasmani adalah
satu proses pendidikan seseorang sebagai individu atau anggota masyarakat yang
dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam

Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan | 5


rangka meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan
kecerdasan dan pembentukan watak. Bucher, (1979) mengemukakan pendidikan
jasmani merupakan bagian integral dari suatu proses pendidikan secara keseluruhan
melalui kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan organik, neuromuskuler, interperatif, sosial, dan emosional. Abdul
Kadir Ateng (1993), menyatakan pula bahwa; pendidikan jasmani merupakan
bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan
jasmani yang bertujuan mengembangkan secara organik, neuromuskuler,
intelektual dan emosional. Sukintaka (2004) menyatakan bahwa pendidikan
jasmani merupakan bagian yang integral dari pendidikan total yang mencoba
mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mental sosial, serta
emosional dalam kerangka menuju manusia Indonesia seutuhnya dengan wahana
aktivitas jasmani sehingga pengertian pendidikan jasmani adalah proses interaksi
antara peserta didik dengan lingkungan melalui aktivitas jasmani yang disusun
secara sistematis untuk menuju manusia Indonesia seutuhnya. Hal senada Jennifer
L., Deborah A. Wues (2018) mengemukakan bahwa Physical education is an
educational process that uses physical activity as a means to help individuals
acquire skills, fitness, knowledge, and attitudes that contribute to their optimal
development and well-being. SK Mendikbud nomor 413/U/1987 menyebutkan
bahwa pendidikan jasmani adalah bagian yang integral dari pendidikan melalui
aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik,
neuromuscular, intelektual, dan emosional. Rusli Lutan (2005) menyatakan bahwa
pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai proses sosialisasi melalui aktivitas
jasmani, bermain, dan atau olahraga untuk mencapai tujuan pendidikan. Agus
Mahendra (2006) menyatakan bahwa pendidikan jasmani adalah proses pendidikan
tentang dan melalui jasmani, permainan dan atau olahraga yang terpilih untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Dari beragam definisi tersebut, pendidikan jasmani diartikan dengan
berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, yang jika disimpulkan
bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk
mengembangan keutuhan manusia. Dalam hal ini diartikan bahwa melalui aktifitas

6 | Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan


fisik maka bersamaan itu pula aspek mental dan emosional pun turut berkembang,
bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Karena hasil-hasil kependidikan dari
pendidikan jasmani tidak hanya terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau
tubuh semata, definisi penjas tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari
aktivitas fisik. Kita harus melihat istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih
luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga
tubuh. Sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan
dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian
seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga
domain kependidikan: psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam
ungkapan Robert Gensemer, penjas diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh
yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.” Artinya, dalam tubuh yang baik
‘diharapkan’ pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan pepatah Romawi Kuno:
Men sana in corporesano. Salah satu pertanyaan sulit di sepanjang jaman adalah
pemisahan antara jiwa dan raga atau tubuh. Kepercayaan umum menyatakan bahwa
jiwa dan raga terpisah, dengan penekanan berlebihan pada satu sisi tertentu, disebut
dualisme, yang mengarah pada penghormatan lebih pada jiwa, dan menempatkan
kegiatan fisik secara lebih inferior. Pandangan yang berbeda lahir dari filsafat
monisme, yaitu suatu kepercayaan yang memenangkan kesatuan tubuh dan jiwa.
Kita bisa melacak pandangan ini dari pandangan Athena Kuno, dengan konsepnya
“jiwa yang baik di dalam raga yang baik.” Moto tersebut sering dipertimbangkan
sebagai pernyataan ideal dari tujuan pendidikan jasmani tradisional: aktivitas fisik
mengembangkan seluruh aspek dari tubuh; yaitu jiwa, tubuh, dan spirit. Tepatlah
ungkapan Zeigler bahwa fokus dari bidang pendidikan jasmani adalah aktivitas
fisik yang mengembangkan, bukan semata-mata aktivitas fisik itu sendiri. Selalu
terdapat tujuan pengembangan manusia dalam program pendidikan jasmani. Akan
tetapi, pertanyaan nyata yang harus dikedepankan di sini bukanlah ‘apakah kita
percaya terhadap konsep holistik tentang pendidikan jasmani, tetapi, apakah konsep
tersebut saat ini bersifat dominan dalam masyarakat kita atau di antara pengemban
tugas penjas sendiri ?

Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan | 7


Dalam masyarakat sendiri, konsep dan kepercayaan terhadap pandangan
dualisme di atas masih kuat berlaku. Bahkan termasuk juga pada sebagian besar
guru penjas sendiri, barangkali pandangan demikian masih kuat mengakar, entah
akibat dari kurangnya pemahaman terhadap falsafah penjas sendiri, maupun karena
kuatnya kepercayaan itu. Yang pasti, masih banyak guru penjas yang sangat jauh
dari menyadari terhadap peranan dan fungsi pendidikan jasmani di sekolah-sekolah,
sehingga proses pembelajaran penjas di sekolahnya masih lebih banyak ditekankan
pada program yang berat sebelah pada aspek fisik semata-mata. Bahkan, dalam
kasus Indonesia, penekanan yang berat itu masih dipandang lebih baik, karena
ironisnya, justru program pendidikan jasmani di kita malahan tidak ditekankan ke
mana-mana. Itu karena pandangan yang sudah lebih parah, yang memandang
bahwa program penjas dipandang tidak penting sama sekali. Nilai-nilai yang
dikandung penjas untuk mengembangkan manusia utuh menyeluruh, sungguh
masih jauh dari kesadaran dan pengakuan masyarakat kita. Ini bersumber dan
disebabkan oleh kenyataan pelaksanaan praktik penjas di lapangan. Teramat
banyak kasus atau contoh di mana orang menolak manfaat atau nilai positif dari
penjas dengan menunjuk pada kurang bernilai dan tidak seimbangnya program
pendidikan jasmani di lapangan seperti yang dapat mereka lihat. Perbedaan atau
kesenjangan antara apa yang kita percayai dan apa yang kita praktikkan (gap antara
teori dan praktek) adalah sebuah duri dalam bidang pendidikan jasmani kita.
Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya,
penjas bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah
sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi penjas adalah bagian penting dari
pendidikan. Melalui penjas yang diarahkan dengan baik, anak-anak akan
mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang,
terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat,
berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya.
Meskipun penjas menawarkan kepada anak untuk bergembira, tidaklah
tepat untuk mengatakan pendidikan jasmani diselenggarakan semata-mata agar
anak-anak bergembira dan bersenang-senang. Bila demikian seolah-olah
pendidikan jasmani hanyalah sebagai mata pelajaran ”selingan”, tidak berbobot,

8 | Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan


dan tidak memiliki tujuan yang bersifat mendidik. Pendidikan jasmani merupakan
wahana pendidikan, yang memberikan kesempatan bagi anak untuk mempelajari
hal-hal yang penting. Oleh karena itu,pelajaran penjas tidak kalah penting
dibandingkan dengan pelajaran lain seperti; Matematika, Bahasa, IPS dan IPA, dan
lain-lain.

2. Tujuan dan Pentingnya Pendidikan Jasmani

Secara umum, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada


peserta didik untuk:
a. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan
aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.
b. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai
keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka
aktivitas jasmani.
c. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal
untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.
d. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas
jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.
e. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan
keterampilan sosial yang memungkinkan peserta didik berfungsi secara
efektif dalam hubungan antar orang.
f. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk
permainan olahraga.

Diringkaskan dalam terminologi yang populer, maka tujuan pembelajaran


pendidikan jasmani itu harus mencakup tujuan dalam domain psikomotorik,
domain kognitif, dan tak kalah pentingnya dalam domain afektif. Pengembangan
domain psikomotorik secara umum dapat diarahkan pada dua tujuan utama,
pertama mencapai perkembangan aspek kebugaran jasmani, dan kedua, mencapai
perkembangan aspek perseptual motorik. Ini menegaskan bahwa pembelajaran

Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan | 9


pendidikan jasmani harus melibatkan aktivitas fisik yang mampu merangsang
kemampuan kebugaran jasmani serta sekaligus bersifat pembentukan penguasaan
gerak keterampilan itu sendiri. Kebugaran jasmani merupakan aspek penting dari
domain psikomotorik, yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologis
organ tubuh. Konsentrasinya lebih banyak pada persoalan peningkatan efisiensi
fungsi faal tubuh dengan segala aspeknya sebagai sebuah sistem (misalnya sistem
peredaran darah, sistem pernapasan, sistem metabolisme, dll.)
Pengembangan keterampilan gerak merujuk pada proses penguasaan suatu
keterampilan atau tugas gerak yang melibatkan proses mempersepsi rangsangan
dari luar, kemudian rangsangan itu diolah dan diprogramkan sampai terjadinya
respons berupa tindakan yang sesuai dengan rangsangan itu.Domain afektif
mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur kepribadian yang kukuh. Tidak
hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat yang perlu dikembangkan, tetapi
yang lebih penting adalah konsep diri dan komponen kepribadian lainnya, seperti
intelegensi emosional dan watak. Konsep diri menyangkut persepsi diri atau
penilaian seseorang tentang kelebihannya. Konsep diri merupakan fondasi
kepribadian anak dan sangat diyakini ada kaitannya dengan pertumbuhan dan
perkembangan mereka setelah dewasa kelak. Intelegensia emosional mencakup
beberapa sifat penting, yakni pengendalian diri, kemampuan memotivasi diri,
ketekunan, dan kemampuan untuk berempati. Pengendalian diri merupakan kualitas
pribadi yang mampu menyelaraskan pertimbangan akal dan emosi yang menjadi
sifat penting dalam kehidupan sosial dan pencapaiannya untuk sukses hidup di
masyarakat. Demikian juga dengan ketekunan; tidak ada pekerjaan yang dapat
dicapai dengan baik tanpa ada ketekunan. Ini juga berlaku sama dengan
kemampuan memotivasi diri, kemandirian untuk tidak selalu diawasi dalam
menyelesaikan tugas apapun.
Di lain pihak, kemampuan berempati merupakan kualitas pribadi yang
mampu menempatkan diri di pihak orang lain, dengan mencoba mengetahui
perasaan oran lain. Karena itu pula empati disebut juga sebagai kecerdasan
hubungan sosial. “Cubitlah diri kamu sendiri, sebelum mencubit orang lain.
Niscaya kamu akan mengetahui, apa yang boleh dan tidak boleh kamu lakukan pada

10 | Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan


orang lain,” merupakan kearifan leluhur, yang jika diperas maknanya, tidak lain
adalah penekanan kemampuan berempati. Beban belajar di sekolah begitu berat dan
menekan kebebasan anak untuk bergerak. Kebutuhan mereka akan gerak tidak bisa
terpenuhi karena keterbatasan waktu dan kesempatan. Lingkungan sekolah tidak
menyediakan wilayah yang menarik untuk dijelajahi. Penyelenggara pendidikan di
sekolah yang lebih mengutamakan prestasi akademis, memberikan anak tugas-
tugas belajar yang menumpuk. Sejalan dengan itu, pengetahuan dan kebiasaan
makan yang buruk pun semakin memperparah masalah kesehatan yang mengancam
kesejahteraan masyarakat. Dengan pola gizi yang berlebihan, para ‘pemalas gerak’
itu akan menimbun lemak dalam tubuhnya secara berlebihan. Mereka
menghadapkan diri mereka sendiri pada resiko penyakit degenaratif (menurunnya
fungsi organ) yang semakin besar.
Pendidikan Jasmani tampil untuk mengatasi masalah tersebut sehingga
kedudukannya dianggap penting. Melalui program yang direncanakan secara baik,
anak-anak dilibatkan dalam kegiatan fisik yang tinggi intensitasnya. Pendidikan
Jasmani juga tetap menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan yang
ada di sekitarnya dengan banyak mencoba, sehingga kegiatannya tetap sesuai
dengan minat anak. Lewat pendidikan jasmanilah anak-anak menemukan saluran
yang tepat untuk bergerak bebas dan meraih kembali keceriaannya, sambil
terangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh.
Secara umum, manfaat pendidikan jasmani di sekolah mencakup sebagai
berikut:

a. Memenuhi kebutuhan anak akan gerak


Pendidikan jasmani memang merupakan dunia anak-anak dan sesuai
dengan kebutuhan anak-anak. Di dalamnya anak-anak dapat belajar sambil
bergembira melalui penyaluran hasratnya untuk bergerak. Semakin terpenuhi
kebutuhan akan gerak dalam masa-masa pertumbuhannya, kian besar
kemaslahatannya bagi kualitas pertumbuhan itu sendiri.
b. Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya

Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan | 11


Dengan bermain dan bergerak anak benar-benar belajar tentang potensinya
dan dalam kegiatan ini anak-anak mencoba mengenali lingkungan sekitarnya. Para
ahli sepaham bahwa pengalaman ini penting untuk merangsang pertumbuhan
intelektual dan hubungan sosialnya dan bahkan perkembangan harga diri yang
menjadi dasar kepribadiannya kelak.
c. Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna
Peranan pendidikan jasmani di Sekolah Dasar cukup unik, karena turut
mengembangkan dasar-dasar keterampilan yang diperlukan anak untuk menguasai
berbagai keterampilan dalam kehidupan di kemudian hari. Menurut para ahli, pola
pertumbuhan anak usia sekolah hingga menjelang akil balig atau remaja disebut
pola pertumbuhan lambat. Pola ini merupakan kebalikan dari pola pertumbuhan
cepat yang dialami anak ketika mereka baru lahir hingga usia 5 tahunan.
d. Menyalurkan energi yang berlebihan
Anak adalah mahluk yang sedang berada dalam masa kelebihan energi.
Kelebihan energi ini perlu disalurkan agar tidak menganggu keseimbangan perilaku
dan mental anak. Segera setelah kelebihan energi tersalurkan, anak akan
memperoleh kembali keseimbangan dirinya, karena setelah istirahat, anak akan
kembali memperbaharui dan memulihkan energinya secara optimum.
e. Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental
maupun emosional
Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat
berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh
dari pendidikan jasmani adalah perkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik,
mental, emosi, sosial dan moral. Tidak salah jika para ahli percaya bahwa
pendidikan jasmani merupakan wahana yang paling tepat untuk “membentuk
manusia seutuhnya”.

3. Pengertian Pendidikan Olahraga


Pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina anak agar menguasai
cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada peserta didik diperkenalkan berbagai
cabang olahraga agar mereka menguasai keterampilan berolahraga. Yang

12 | Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan


ditekankan di sini adalah „ hasil „ dari pembelajaran itu, sehingga metode
pengajaran serta bagaimana anak menjalani pembelajarannya didikte oleh tujuan
yang ingin dicapai. Ciri-ciri pelatihan olahraga menyusup ke dalam proses
pembelajaran. Pendapat lain tentang Pendidikan olahraga ; Pengertian olahraga
adalah suatu teknik bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif.
Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu teknik permainan
yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan
jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara
tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif, maksudnya bahwa aktivitas
itu sudah disempurnakan dan diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki
beberapa teknik dan proses tetap yang terlibat. Peraturan, misalnya, baik tertulis
maupun tak tertulis, digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan
atau prosedur tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas
kesepakatan semua pihak yang terlibat. Guru demikian akan berkata: “kalau perlu
tidak usah ada pentahapan, karena anak akan dapat mempelajarinya secara
langsung. Beri mereka bola, dan instruksikan anak supaya bermain langsung”.
Anak yang sudah terampil biasanya dapat menjadi contoh, dan anak yang belum
terampil belajar dari mengamati demonstrasi temannya yang sudah mahir tadi.
Untuk pengajaran model seperti ini, ada ungkapan: “Kalau anda ingin anak belajar
renang, lemparkan mereka ke kolam yang paling dalam, dan mereka akan bisa
sendiri. Dari uraian di atas maka dapat kita simpulkan olahraga adalah aktivitas
kompetitif. Karena kita tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan
kompetisi, sehingga tanpa kompetisi, olahraga berubah menjadi semata-mata
bermain atau rekreasi. Bermain pada satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya,
olahraga tidak pernah hanya semata-mata bermain; karena aspek kompetitif teramat
penting dalam hakikatnya.

4. Pengertian Pendidikan Kesehatan


Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang menjembatani kesenjangan
antara informasi dan tingkah laku kesehatan. Pendidikan kesehatan memotivasi
seseorang untuk menerima informasi kesehatan dan berbuat sesuai dengan

Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan | 13


informasi tersebut agar mereka menjadi lebih tahu dan lebih sehat (Budioro,1998).
Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar, dalam hal ini berarti terjadi proses
perkembangan atau perubahan kearah yang lebih tahu dan lebih baik pada diri
individu. Pada kelompok masyarakat dari tidak tahu tentang nilai nilai kesehatan
menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi sendiri masalah masalah kesehatan
menjadi mampu (Purwanto, 1999).
a. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Menurut WHO (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), tujuan
pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan mencegah
timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada,
memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit, serta membantu pasien dan
keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan. Secara umum tujuan dari pendidikan
kesehatan adalah mengubah perilaku
individu atau masyarakat dibidang kesehatan. Tujuan ini dapat diperinci lebih
lanjut antara lain, menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai
dimasyarakat, menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat, mendorong
pengembangan dan menggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang
ada (Herawani, 2001). Dari pandangan tersebut bisa disimpulkan bahwa
pendidikan kesehatan bertujuan:
1) Meningkatkan pengetahuan anak didik tentang ilmu kesehatan, termasuk
cara hidup sehat dan teratur
2) Menanamkan dan membina nilai dan sikap mental yang positif terhadap
prinsip hidup sehat
3) Menanamkan dan membina kebiasaan hidup sehat sehari-hari yang sesuai
dengan syarat kesehatan
4) Meningkatkan keterampilan anak didik dalam melaksanakan hal yang
berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan

b. Proses Pendidikan Kesehatan

14 | Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan


Dalam proses pendidikan kesehatan terdapat tiga persoalan pokok yaitu
masukan (input), proses dan keluaran (output). Masukan (input) dalam pendidikan
kesehatan menyangkut sasaran belajar yaitu individu, kelompok dan masyarakat
dengan berbagai latar elakangnya. Proses adalah mekanisme dan interaksi
terjadinya perubahan kemampuan dan perilaku pada diri subjek belajar. Dalam
proses pendidikan kesehatan terjadi timbal balik berbagai faktor antara lain adalah
pengajar, tehnik belajar dan materi atau bahan pelajaran. Sedangkan keluaran
merupakan kemampuan sebagai hasil perubahan yaitu perilaku sehat dari sasaran
didik melalui pendidikan kesehatan (Notoatmodjo,2003).

5. Landasan Filosofis Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan Kesehatan

Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari


pendidikan umum. Lewat program penjas dapat diupayakan peranan pendidikan
untuk mengembangkan kepribadian individu. Tanpa penjas, proses pendidikan di
sekolah akan pincang. Ada tiga hal penting yang bisa menjadi sumbangan unik dari
pendidikan jasmani (Dauer and Pangrazy, 1992), yaitu:
a. meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan peserta didik,
b. meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya, serta
c. meningkatkan pengertian peserta didik dalam prinsip-prinsip gerak serta
bagaimana menerapkannya dalam praktek.
Untuk meneliti aspek penting dari penjas, dasar-dasar pemikiran seperti berikut
perlu dipertimbangkan :
a. Kebugaran dan kesehatan
Kebugaran dan kesehatan akan dicapai melalui program pendidikan jasmani
yang terencana, teratur dan berkesinambungan. Dengan beban kerja yang cukup
berat serta dilakukan dalam jangka waktu yang cukup secara teratur, kegiatan
tersebut akan berpengaruh terhadap perubahan kemampuan fungsi organ-organ
tubuh seperti jantung dan paru-paru. Sistem peredaran darah dan pernapasan akan
bertambah baik dan efisien, didukung oleh sistem kerja penunjang lainnya. Dengan

Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan | 15


bertambah baiknya sistem kerja tubuh akibat latihan, kemampuan tubuh akan
meningkat dalam hal daya tahan, kekuatan dan kelentukannya. Demikian juga
dengan beberapa kemampuan motorik seperti kecepatan, kelincahan dan
koordinasi. Konsep sehat dan sejahtera secara menyeluruh berbeda dengan
pengertian sehat secara fisik. Anak dididik untuk meraih gaya hidup sehat secara
total serta kebiasan hidup yang sehat, baik dalam arti pemahaman maupun
prakteknya. Kebiasaan hidup sehat tersebut bukan hanya kesehatan fisik, tetapi juga
mencakup juga kesejahteraan mental, moral, dan spiritual. Tanda-tandanya adalah
anak lebih tahan dalam menghadapi tekanan dan cobaan hidup, berjiwa optimis,
merasa aman, nyaman, dan tenteram dalam kehidupan sehari-harinya.

b. Keterampilan fisik
Keterlibatan anak dalam asuhan permainan, senam, kegiatan bersama, dan
lain-lain, merangsang perkembangan gerakan yang efisien yang berguna untuk
menguasai berbagai keterampilan. Keterampilan tersebut bisa berbentuk
keterampilan dasar misalnya berlari dan melempar serta keterampilan khusus
seperti senam atau renang. Pada akhirnya keterampilan itu bisa mengarah kepada
keterampilan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Terkuasainya konsep dan prinsip gerak


Pendidikan jasmani yang baik harus mampu meningkatkan pengetahuan anak
tentang konsep dan prinsip gerak. Pengetahuan tersebut akan membuat anak
mampu memahami bagaimana suatu keterampilan dipelajari hingga tingkatannya
yang lebih tinggi. Dengan demikian, seluruh gerakannya bisa lebih bermakna.
Sebagai contoh, anak harus mengerti mengapa kaki harus dibuka dan bahu
direndahkan ketika anak sedang berusaha menjaga keseimbangannya. Mereka juga
diharapkan mengerti mengapa harus dilakukan pemanasan sebelum berolahraga,
serta apa akibatnya terhadap derajat kebugaran jasmani bila seseorang berlatih tidak
teratur?

d. Kemampuan berpikir

16 | Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan


Memang sulit diamati secara langsung bahwa kegiatan yang diikuti oleh anak
dalam pendidikan jasmani dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak. Namun
demikian dapat ditegaskan di sini bahwa pendidikan jasmani yang efektif mampu
merangsang kemampuan berpikir dan daya analisis anak ketika terlibat dalam
kegiatan-kegiatan fisiknya. Pola-pola permainan yang memerlukan tugas- tugas
tertentu akan menekankan pentingnya kemampuan nalar anak dalam hal membuat
keputusan.

e. Kepekaan rasa
Dalam kehidupan sosial, setiap individu akan belajar untuk bertanggung
jawab melaksanakan peranannya sebagai anggota masyarakat. Di dalam
masyarakat banyak norma yang harus ditaati dan aturan main yang melandasinya.
Melalui penjas, norma dan aturan juga dipelajari, dihayati dan diamalkan. Untuk
dapat berperan aktif, anak pun akan menyadari bahwa ia dan kelompoknya harus
menguasai beberapa keterampilan yang diperlukan. Sesungguhnyalah bahwa
kegiatan pendidikan jasmani disebut sebagai ajang nyata untuk melatih
keterampilan-keterampilan hidup (life skills), agar seseorang dapat hidup berguna
dan tidak menyusahkan masyarakat. Keterampilan yang dipelajari bukan hanya
keterampilan gerak dan fisik semata, melainkan terkait pula dengan keterampilan
sosial, seperti berempati pada orang lain, menahan sabar, memberikan respek dan
penghargaan pada orang lain, mempunyai motivasi yang tinggi, serta banyak lagi.
Seorang ahli menyebut bahwa kesemua keterampilan di atas adalah keterampilan
hidup. Sedangkan ahli yang lain memilih istilah kecerdasan emosional (emotional
intelligence).

f. Keterampilan sosial
Kecerdasan emosional atau keterampilan hidup bermasyarakat sangat
mementingkan kemampuan pengendalian diri. Dengan kemampuan ini seseorang
bisa berhasil mengatasi masalah dengan kerugian sekecil mungkin. Anak yang
rendah kemampuan pengendalian dirinya biasanya ingin memecahkan masalah
dengan kekerasan dan tidak merasa ragu untuk melanggar berbagai ketentuan.

Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan | 17


g. Kepercayaan diri dan citra diri (self esteem)
Melalui pendidikan jasmani kepercayaan diri dan citra diri (self esteem) anak
akan berkembang (Graham, 1993). Secara umum citra diri diartikan sebagai cara
kita menilai diri kita sendiri. Citra diri ini merupakan dasar untuk perkembangan
kepribadian anak. Dengan citra diri yang baik seseorang merasa aman dan
berkeinginan untuk mengeksplorasi dunia. Dia mau dan mampu mengambil resiko,
berani berkomunikasi dengan teman dan orang lain, serta mampu menanggulangi
stress.

6. Landasan Ilmiah Pelaksanaan Pendidikan Jasmani


a. Landasan Biologis bagi Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani adalah disiplin yang berorientasi tubuh, di samping
berorientasi pada disiplin mental dan sosial. Guru pendidikan jasmani karenanya
harus memiliki penguasaan yang kokoh terhadap fungsi fisikal dari tubuh untuk
memahami secara lebih baik pemanfaatannya dalam kegiatan pendidikan jasmani.
Khususnya dalam masa modern dewasa ini, ketika pendidikan gerak dipandang
teramat penting, pengetahuan tentang bagaimana tubuh manusia berfungsi
dipandang amat krusial agar bisa melaksanakan tugas pengajaran dengan baik.
Joseph W. Still telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk meneliti perilaku
fisikal dan intelektual manusia. Meskipun penelitiannya sudah berlangsung di masa
lalu, namun masih menemukan faktanya di masa kini, bahkan maknanya seolah
mendapatkan angin baru dalam era teknologi dewasa ini. Dalam penelitiannya, Still
menemukan bahwa keberhasilan manusia dalam pencapaian prestasi, baik dalam
hal prestasi fisikal maupun dalam prestasi intelektual, berhubungan dengan usia
serta dapat digambarkan dalam bentuk sebuah kurva, di mana kurva itu bisa menaik
dan bisa menurun, sesuai dengan perjalanan usia manusia.
b. Landasan Psikologis Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani melibatkan interaksi antara guru dengan anak serta anak
dengan anak. Di dalam adegan pembelajaran yang melibatkan interaksi tersebut,

18 | Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan


terletak suatu keharusan untuk saling mengakui dan menghargai keunikan masing-
masing, termasuk kelebihan dan kelemahannya. Dan ini bukan hanya berkaitan
dengan kelainan fisik sematamata, tetapi juga dalam kaitannya dengan perbedaan
psikologis seperti kepribadian, karakter, pola pikir, serta tak kalah pentingnya
dalam hal pengetahuan dan kepercayaan. Program pendidikan jasmani yang baik
tentu harus dilandasi oleh pemahaman guru terhadap karakteristik psikologis anak,
dan yang paling penting dalam hal sumbangan apa yang dapat diberikan oleh
program pendidikan jasmani terhadap perkembangan mental dan psikologis anak.
Studi dalam ilmu-ilmu psikologi mempunyai implikasi untuk para guru pendidikan
jasmani, terutama dalam wilayah atau sub-disiplin ilmu teori belajar, teori
pembelajaran gerak, perkembangan kepribadian, serta sikap. Kesemua sub-disiplin
itu, memberikan pemahaman yang lebih luas dalam hal bagaimana anak belajar,
dan yang terpenting upaya apa yang harus dipertimbangkan guru dikaitkan dengan
menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan anak belajar. Kata psikologi
berasal dari kata-kata Yunani psyche, yang berarti jiwa atau roh, dan logos, yang
berarti ilmu. Diartikan secara populer, psikologi adalah ilmu jiwa atau ilmu pikiran.
Para ahli psikologi mempelajari hakikat manusia secara ilmiah, dan untuk
memahami alam pikiran manusia, termasuk anak, termasuk ciri-ciri manusia ketika
belajar. Pendidikan jasmani lebih menekankan proses pembelajarannya pada
penguasaan gerak manusia. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap
kecenderungan dan hakikat gerak ini, misalnya melalui teori gerak dan teori belajar
gerak, maka memungkinkan guru lebih memahami tentang kondisi apa yang perlu
disediakan untuk memungkinkan anak belajar secara efektif. Jika dahulu para guru
penjas lebih bersandar pada teori belajar behaviorisme, yang lebih melihat proses
pembelajaran dari perubahan perilaku anak, maka dewasa ini sudah diakui adanya
keharusan untuk memahami tentang apa yang terjadi di dalam diri anak ketika
mempelajari keterampilan gerak, yang ditunjang oleh berkembangan teori belajar
kognitivisme.
Bersandar secara berlebihan pada teori belajar behaviorisme tentu
mengandung kelemahan tertentu, karena mendorong dan membenarkan guru
dengan proses bembelajaran yang sangat mekanistis; sekedar terjadi persambungan

Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan | 19


antara stimulus (aba-aba guru) dengan respons peserta didik (gerakan peserta
didik), yang diperkuat oleh adanya reinforcement (ucapan pujian dari guru).
Akibatnya, guru pun umumnya abai dengan bagaimana sebenarnya proses yang
terjadi di dalam otak dan perangkat gerak anak, sehingga guru tidak pernah terlalu
mempertimbangkan kualitas dari proses pembelajaran, termasuk keharusan untuk
melibatkan proses berpikir dari anak. Akhirnya, anak relatif tidak pernah punya
gagasan apapun dalam pelajaran, dan klaim bahwa penjas memiliki peranan dalam
pengembangan kemampuan intelektual anak tidak terbuktikan secara nyata.
Perkembangan teori belajar kognitivisme menguak fakta kekakuan proses
pembelajaran penjas tersebut. Dalam salah satu teori belajar pengolahan informasi
(information processing theory) diungkap bahwa idealnya pembelajaran gerak
adalah sebuah proses pengambilan keputusan, yang secara hirarkis akan selalu
melalui tiga tahapan yang tetap, yaitu tahap mengidentifikasi stimulus, tahap
memilih respons, dan tahap memprogram respons. Jika pada proses pembelajaran
peserta didik diberi kesempatan dan didorong untuk terus-menerus meningkatkan
kemampuan pengambilan keputusannya, maka secara pasti kemampuannya
tersebut terlatih, karena masing-masing perangkat yang berhubungan dengan ketiga
tahapan pengambilan keputusan itupun kemampuannya semakin meningkat pula.

c. Landasan Sosiologis dalam Pendidikan Jasmani


Pendidikan jasmani adalah sebuah wahana yang sangat baik untuk proses
sosialisasi. Perkembangan sosial jelas penting, dan aktivitas pendidikan jasmani
mempunyai potensi untuk menuntaskan tujuan-tujuan tersebut. Seperangkat
kualitas dari perkembangan sosial yang dapat dikembangkan dan dipengaruhi
dalam proses penjas di antaranya adalah kepemimpinan, karakter moral, dan daya
juang. Sosiologi berkepentingan dengan upaya mempelajari manusia dan
aktivitasnya dalam kaitannya dengan hubungan atau interaksi antar satu manusia
dengan manusia lainnya, termasuk sekelompok orang dengan kelompok lainnya. Di
sisi lain, sosiologi berhubungan juga dengan ilmu yang menaruh perhatian pada
lembaga-lembaga sosial seperti agama, keluarga, pemerintah, pendidikan, dan
rekreasi. Singkatnya, sosiologi adalah ilmu yang berkepentingan dalam

20 | Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan


mengembangkan struktur dan aturan sosial yang lebih baik yang dicirikan oleh
adanya kebahagiaan, kebaikan, toleransi, dan kesejajaran sosial.
Dikaitkan dengan landasan tersebut, seorang guru penjas sesungguhnya adalah
seorang sosiologis yang perlu mengetahui prinsip-prinsip umum sosiologi, agar
mampu memanfaatkan proses pembelajarannya untuk menanamkan nilai-nilai yang
dapat dikembangkan melalui penjas. Sebagaimana dikemukakan Bucher, guru yang
mengerti sosiologi dalam konteks kependidikan akan mampu mengembangkan
minimal tiga fungsi: (1) pengaruh pendidikan pada institusi sosial dan pengaruh
kehidupan kelompok pada individu, seperti bagaimana sekolah berpengaruh
kepribadian atau perilaku individu; (2) hubungan manusia yang beroperasi di
sekolah yang melibatkan peserta didik, orang tua, dan guru dan bagaimana mereka
mempengaruhi kepribadian dan perilaku individu; dan (3) hubungan sekolah
kepada institusi lain dan elemen lain masyarakat, misalnya pengaruh dari
pendidikan pada kehidupan masyarakat kota.

Perbedaan dan Persamaan Pendidikan Jasmani, Pendidikan Olahraga, dan


Pendidikan Kesehatan

Setidaknya ada sepuluh perbedaan antara pendidikan jasmani dengan


olahraga kompetitif (sports), yaitu ditinjau dari tujuan pengembangan, sifat
pengembangan, pusat orientasi, jenis aktivitas, perlakuan, penerapan aturan
permainan, pertandingan, penilaian, partisipasi, dan pemanduan bakat. Tujuan
pendidikan jasmani diarahkan untuk pengembangan individu anak secara
menyeluruh, artinya meliputi aspek organik, motorik, emosional, dan intelektual
sedangkan pada olahraga kompetitif terbatas pada pengembangan aspek kinerja
motorik yang dikhususkan pada cabang olahraga tertentu saja Aktivitas yang
dilakukan pada pendidikan jasmani bersifat multilateral, artinya seluruh bagian dari
tubuh peserta didik dikembangkan secara proporsional mulai dari tubuh bagian atas
(upper body), bagian tubuh tengah (torso), maupun bagian bawah (lower body).
Pendidikan jasmani berupaya mengembangkan kinerja anggota tubuh bagian kanan
maupun kiri secara seimbang dan koordinatif. Pada olahraga kompetitif hanya

Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan | 21


bagian tubuh tertentu sesuai dengan fungsi kecabangannyalah yang dikembangkan
secara optimal atau secara populer disebut sebagai spesifik.
Child oriented, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti
berorientasi pada anak memiliki makna bahwa penjas dengan segala aktivitasnya
diberikan berdasarkan kebutuhan yang diperlukan oleh anak dengan segala
perbedaan karakternya. Dengan pertimbangan ini maka kegiatan pendidikan
jasmani dirancang sebagai proses dalam pemenuhan kebutuhan anak dalam
kehidupan sehari-harinya, kebutuhan kompetitif dalam menghadapi segala
tantangan, dan pengisian waktu luangnya. Pada cabang olahraga kompetitif hal
tersebut tentu bukan merupakan pertimbangan yang utama, karena yang terpenting
pada olahraga kompetitif adalah dikuasainya gerak atau teknik dasar beserta
pengembangannya untuk mendukung permainan pada cabang tersebut, sehingga
materi disajikan sebagai pemenuhan atas kepentingan itu (materi) atau disebut
sebagai subject/material oriented.
Pada pendidikan jasmani seluruh kegiatan yang ada di alam semesta yang
berupa kegiatan dalam kehidupan sehari-hari, baik yang dilakukan oleh manusia,
binatang, tumbuhan, atau bahkan mesin yang bergerak. Aktivitas yang dapat
digunakan sebagai materi gerak dalam olahraga kompetitif adalah terbatas pada
teknik-teknik yang ada pada olah yang bersangkutan, atau pada spesifik pada
spesialis kecabangannya. Seluruh anak memiliki tingkat kecepatan yang bervariasi
dalam pembelajaran, termasuk di dalamnya pembelajaran penjas. Anak dengan
kecepatan pembelajaran yang kurang baik (lamban) harus diperhatikan secara lebih
khusus sehingga mampu beradaptasi dengan lingkungan dan pada akhirnya dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pada olahraga kompetitif, anak
yang memiliki kelambanan ini akan ditinggalkan karena hanya menghambat proses
pembelajaran, dan mengganggu pencapaian prestasi tinggi yang diinginkan.
Aturan yang baku diterapkan pada olahraga kompetitif agar terdapat
keadilan bagi tim yang melakukan pertandingan dalam situasi yang sama.
Pendidikan jasmani tidak harus dilakukan dengan menggunakan pertandingan,
melainkan dengan bermain, dengan pembelajaran berkelompok, demonstrasi, dan
lain-lain sehingga tidak diperlukan peraturan yang baku sebagaimana olahraga

22 | Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan


kompetitif. Pertandingan maupun permainan dapat dijadikan sebagai sarana untuk
menerapkan nilai-nilai kerjasaman, sportifitas, tanggung jawab serta intergritas
dalam upaya mencapai tujuan bersama. Dikenal penilaian dengan sistem gain score
dan final score pada suatu proses pembelajaran maupun pelatihan. Gain score
berarti penilaian yang didasarkan pada pertambahan nilai, yaitu selisih antara hasil
panilaian awal dan hasil penilaian akhir yang didapat oleh peserta didik, dan ini
yang ditekankan dalam menilai hasil belajar anak. Sedangkan nilai akhir (gain
score) menjadi penekanan dalam penilaian yang dilakukan pada olahraga
kompetitif. Seluruh peserta didik dalam suatu sekolah wajib mengikuti seluruh
proses pembelajaran dalam pendidikan jasmani, sehingga partisipasi dalam penjas
disebut sebagai partisipasi wajib. Keikutsertaan anak pada suatu kelompok berlatih
cabang olahraga tertentu bersifat volunteer atau sukarela. Perbedaan lain antara
penjas dan olahraga kompetitif adalah pada aspek talent scouting, di mana dalam
penjas hanya dijadikan sebagai dasar dalam masukan awal (entry behaviour)
sedangkan pada olahraga kompetitif dijadikan rekomendasi dalam menentukan
cabang olahraga spesialis yang akan diikuti oleh anak.
Sehubungan hal di atas sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh
Abdul Kadir Ateng, mengemukakan proporsi olahraga dan pendidikan jasmani di
sekolah, adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1. Proporsi Pendidikan Jasmani dan Olahraga


Komponen Pendidikan Jasmani Olahraga
Tujuan Pendidikan keseluruhan, Kinerja motorik (motor
kepribadian dan emosional performance/kinerja gerak
untuk prestasi
Materi Child centered (sesuai Subject centered (berpusat
dengan kebutuhan pada materi)
anak/individualized)
Teknik gerak Seluas gerak kehidupan Fungsional untuk cabang
sehari-hari olahraga bersangkutan

Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan | 23


Peraturan Disesuaikan dengan Peraturannya baku
keperluan (tidak (standar) agar dapat
dibakukan) dipertandingkan
Anak yang lamban Harus diberi perhatian Ditinggalkan/untuk milih
ekstra cabang olahraga lain
Talent Scouting (TS) Untuk mengukur Untuk cari atlit berbakat
kemampuan awal
Latihannya Mutilateral (latihan yang Spesifik
menyangkut semua otot)
Partisipasi Wajib Bebas

Dengan melihat proporisi di atasm selanutnya dapat kita kemukakan


perbedaan pendidikan jasmani dan olahraga adalah sebagai berikut :

Komponen Pendidikan Jasmani Olahraga


Tujuan Program yang dikembangkan Program yang
sebagai sarana untuk membentuk dikembangkan sebagai
pertumbuhan dan perkembangan sarana untuk mencapai
totalitas subjek. prestasi optimal.
Orientasi Aktivitas jasmani berorientasi Aktivitas jasmani
pada kebutuhan pertumbuhan dan berorientasi pada suatu
perkembangan subjek program latihan untuk
mencapai prestasi optimal
Materi Materi perlakuan tidak dipaksa- Untuk mencapai prestasi
kan melainkan disesuaikan optimal materi latihan
dengan kemampuan anak. cenderung dipaksakan.
Lamanya Lamanya aktivitas jasmani yang Lamanya aktivitas jasmani
perlakuan dilakukan dalam pendidikan yang dilakukan dalam
jasmani tiap pertemuan dibatasi latihan olahraga cenderung
oleh alokasi waktu kurikulum. Di tidak dibatasi. Agar
samping itu juga disesuaikan individu dapat beradaptasi
dengan kemampuan organ-organ dengan siklus per-
tubuh subjek. tandingan, aktivitas fisik
dalam latihan harus
dilakukan men-dekati
kemampuan optimal.

24 | Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan


Frekuensi Frekuensi pertemuan belajar Agar dapat mencapai
perlakuan pendidikan jasmani dibatasi oleh tujuan, latihan harus
alokasi waktu kurikulum. Namun dilakukan dalam frekuensi
demikian diharapkan peserta didik yang tinggi.
dapat mengulang-ulang kete-
rampilan gerak yang dipelajari di
sekolah pada waktu senggang
mereka dirumah. Diharapkan
mereka dapat melakukan
pengulangan gerakan antara 2
sampai 3 kali/minggu.
Intensitas Intensitas kerja fisik disesuaikan Intensitas kerja fisik harus
dengan kemampuan organ-organ mencapai ambang zona
tubuh subjek latihan. Agar subjek dapat
beradaptasi dengan siklus
pertandingan kelak,
kadang-kadang intensitas
kerja fisik dilakukan
melebihi kemampuan
optimal.
Peraturan Tidak memiliki peraturan yang Memiliki peraturan
baku. Peraturan dapat dibuat permainan yang baku.
sesuai dengan tujuan dan kondisi Sehingga olahraga dapat
pembelajaran dipertandingkan dan
diperlombakan dengan
standar yang sama pada
berbagai situasi dan
kondisi.

b. Olimpade dan Olympism (Olimpisme).

1. Sejarah Olimpiade.
Olimpiade paling awal konon menurut cerita sudah diselenggarakan bangsa
Yunani kuno pada tahun 776 Sebelum Masehi. Kegiatan itu diikuti seluruh bangsa
Yunani dan dilangsungkan untuk menghormati dewa tertinggi mereka, Zeus. Zeus
bermukim di Gunung Olympia atau Olympus yang kemudian dipakai sebagai nama
Olimpiade hingga sekarang. Olimpiade kuno juga diselenggarakan setiap empat tahun

Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan | 25


olahragawan terbaik dari seluruh Yunani berdatangan ke arena di sekitar Gunung
Olympia. Mereka bertanding secara perorangan, bukan atas nama tim. Para atlet yang
akan bertanding terlebih dulu berlatih keras selama sepuluh bulan di daerah masing-
masing. Dulu, di Yunani sering terjadi perang saudara Namun ketika pesta olahraga
berlangsung, pihak yang bertikai melakukan gencatan senjata. Siapa yang melanggar
konsensus akan dikenakan denda. Bangsa Sparta pernah diharuskan membayar denda
karena melanggar gencatan senjata selama Perang Peloponnesus. Menjelang pesta,
panitia pelaksana menyembelih babi kurban.
Pada pesta Olimpiade kerap terjadi perjanjian perdamaian atau persekutuan
antar bangsa. Juga timbul berbagai kegiatan transaksi. Barang-barang yang dijajakan
antara lain anggur, makanan, jimat, dan benda-benda ibadah. Di Olympia juga masih
dijumpai batu-batu yang merupakan pijakan olahraga lari. Pijakan batu itu disusun
sedemikian rupa agar para pelari mendapat ruang gerak ke kiri dan ke kanan. Pada saat
start para pelari harus menempatkan telapak kaki pada batu-batu pijakan itu. Ada pula
panel-panel tentang lomba lari khusus membawa perisai. Lomba ini banyak disukai
penonton karena dianggap lucu. Pembukaan Olimpiade selalu diwarnai lomba kereta
dengan empat kuda. Sekitar 40 kereta dijajarkan dalam kandang di gerbang keluar.
Jarak yang ditempuh hampir 14 km, yakni 12 kali pulang pergi antara dua tiang batu
yang ditancapkan di tanah. Berbeda dengan olimpiade modern, dulu mahkota
kemenangan tidak diberikan kepada sais atau joki, melainkan kepada pemilik kereta
dan kuda yang umumnya orang-orang kaya. Orang kaya yang haus kehormatan
biasanya mengirim paling sedikit tujuh kereta kuda untuk mengikuti
perlombaan.Berbagai pertandingan dalam olimpiade kuno boleh dikatakan serba keras.
Pemenang pertandingan mendapatkan mahkota dedaunan, seperti daun zaitun liar
sebagai pengganti medali. Kadang-kadang sang juara diarak masuk kota melalui
sebuah lubang yang dibuat khusus pada tembok kota. Mereka dielu-elukan di jalan kota
dan disambut pembacaan puisi. Penghargaan lain kepada olahragawan berprestasi
berupa pembebasan dari pajak dan berbagai santapan gratis lainnya. Awalnya,
Olimpiade hanya berlangsung di Yunani kuno sampai akhirnya pada tahun 393 M
Olimpiade kuno ini dihentikan oleh Kaisar Romawi, Theodosius. Olimpiade
kemudian dihidupkan kembali oleh seorang bangsawan Prancis bernama Pierre
Frèdy Baron de Coubertin pada tahun 1896. Dalam kongres pada tahun 1894 yang

26 | Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan


diselenggarakan di Paris, didirikanlah Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan
ibu kota Yunani, Athena dipilih sebagai tuan rumah Olimpiade modern pertama
tahun 1896 yang pembukaannya dilakukan di stadion Panathinaiko, Athena, pada
tahun 1896. (gambar 1.1)

Gambar 1.1. Upacara


pembukaan Olimpiade
Athena 1896
.(https://id.wikipedia.org/wik
i/Berkas:1896_Olympic_ope
ning_ceremony.jpg)

Olimpiade pertama ini diikuti oleh 14 negara dengan total 241 atlet yang berlaga
dalam 43 pertandingan. Selanjutnya, sejak tahun 1896 sampai sekarang, setiap
empat tahun sekali Olimpiade Musim Panas senantiasa diadakan kecuali tahun-
tahun pada masa Perang Dunia II. Edisi khusus untuk olahraga musim
dingin; Olimpiade Musim Dingin, mulai diadakan pada tahun 1924. Awalnya
Olimpiade Musim Dingin diadakan pada tahun yang sama dengan Olimpiade
Musim Panas, namun sejak tahun 1994 Olimpiade Musim Dingin diadakan setiap
empat tahun sekali, dengan selang waktu dua tahun dari penyelenggaraan
Olimpiade Musim Panas.

2. Pengetian Olimpisme (Olympism)


Olympism atau olimpisme berasal dari dua suka kata yaitu Olympic atau
olimpia dan isme atau ism. Olimpia adalah nama sebuah tempat di Athena yang
dipergunakan sebagai tempat penyelenggaraan aktivitas festival olahraga bangsa
Yunani Kuno (olimpiade kuno). Sedangkan Isme adalah suatu faham/ajaran yang
merupakan sistem/ tatanan sosial yang diyakini memiliki nilai bila diterapkan
dalam lingkungan dan kehidupan masyarakat. Dengan demikian Olympism dapat
diartikan adalah dasar fundamental dan filosofi kehidupan (paham/ajaran) yang

Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan | 27


mencerminkan dan mengkombinasikan keseimbangan antara jasmani (badan yang
sehat) dan rohani (kemauan, moral dan kecerdasan) serta mengharmonikan antara
kehidupan keolahragaan, kebudayaan dan pendidikan, sehingga dengan demikian
dapat diciptakan keselarasan kehidupan yang didasarkan pada kebahagiaan dan
usaha yang mulia, nilai nilai pendidikan yang baik dan penghargaan pada prinsip-
prinsip etika yang baik pula. Dengan kata lain yang menjadi Visi Olympism adalah
menempatkan olahraga dimana saja sebagai wahana pembentukan manusia secara
utuh yang harmonis dalam usaha membangun suatu masyarakat yang damai dengan
saling menghormati.
Dalam olympism diajarkan untuk bersikap sportif, saling menghargai,
saling menghormati, menciptakan kegiatan-kegiatan yang dapat membangun
perdamaian dunia, contohnya dengan olahraga. Kenapa olahraga? Karena olahraga
merupakan kegiatan yang paling murah dan mudah untuk dilakukan, banyak orang
yang menyukai kegiatan olahraga, selain juga menyehatkan. Olympism mungkin
dikenal dengan kegiatan olahraganya. Namun, sebenarnya olahraga bukanlah
tujuan utama dari olympism. Kemuliaan manusia merupakan tujuan utama yang
ingin dicapai oleh olympism. Keseimbangan antara fisik, kemauan, serta pikiran
menjadi prinsip dasar olimpisme. Oleh karena itu, perbedaan dan perselisihan
sangat diharamkan untuk berada didalamnya. Olympism membuat kita lebih
memahami nilai-nilai olimpiade. Contohnya olimpiade untuk orang-orang yang
kurang sempurna secara fisik. Kita sebagai manusia yang diciptakan dengan
anggota tubuh yang normal seharusnya malu dengan mereka yang memiliki
keterbatasan fisik namun tetap semangat untuk berprestasi dalam keterbatasan yang
ada. Mereka sangat menjunjung tinggi sportifitas. Bahkan walaupun mereka tidak
menjadi pemenang, mereka tetap saling menghargai, menghormati satu sama lain.
Diera globalisasi saat ini para pemuda Indonesia yang memiliki keadaan fisik yang
normal justru menghancurkan nilai-nilai yang seharusnya memberi manfaat.
Pertandingan olahraga yang seharusnya membawa kedamaian, persatuan, dan
persahabatan berubah menjadi suatu ajang pemuas emosi belaka. Nilai-nilai yang
baik hilang dan berubah menjadi lautan emosi, perdamaian yang harusnya tercipta
berubah menjadi kerusuhan, persatuan berganti menjadi perpecahan, dan

28 | Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan


persahabatan hilang ditelan permusuhan. Sebenarnya Semua terjadi hanya karena
tidak adanya rasa lapang dada untuk menerima kekalahan. Mereka selalu berpikir
untuk menang, menang, dan menang. Tanpa berpikir untuk menerima dengan ikhlas
suatu kekalahan yang sebenarnya merupakan awal dari keberhasilan yang indah.
Sesungguhnya seorang pemenang bukan hanya orang yang memenangkan suatu
pertandingan, tapi pemenang adalah seseorang yang dapat mengontrol emosi ketika
mendapat kekalahan, dan menerima kekalahan tersebut dengan ikhlas serta lapang
dada, lalu menjadikan kekalahan itu sebagai pengalaman dan proses menuju
kemenangan.
Memahami dan menerapkan nilai-nilai olympism ini, merupakan dasar
fundamental dan filosofi kehidupan yang mencerminkan dan mengkombinasikan
keseimbangan antara jasmani dan rohani serta mengharmonikan antara kehidupan
keolahragaan, kebudayaan dan pendidikan, sehingga dengan demikian dapat
diciptakan keselarasan kehidupan yang didasarkan pada kebahagiaan dan
merupakan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa.

3. Paradigma Olympism dalam Olimpiade


Prestasi olahraga bukan satu-satunya atau yang utama bagi atlet dalam suatu
kompetisi, melainkan kegiatan olahraga untuk kemuliaan manusia dengan
mengkombinasikan dan menyeimbangkan antara kualitas fisik, kemauan, dan
pikiran sebagai prinsip dasarnya. Olehkarenanya olympism ditetapkan sebagai
filosofi dan prinsip dasar. Maka diskriminasi atau perbedaan terhadap ras, suku,
agama, ideologi dan warna kulit harus dihindarkan dalam setiap gerakan olimpiade.
Degan demikian sejatinya olimpism mengandung makna sebagai berikut ;

a. Living excellence yang memperlihatkan nilai-nilai berupa ; 1) Kerja keras


untuk mencapai prestasi, 2)Berjuang hingga akhir (pantang menyerah), 3)
Fokus terhadap pencapaian prestasi, 4) Terus belajar untuk mendapatkan
proses yang tepat untuk pencapaian prestasi terbaik, dan 5) Menjaga
keseimbangan antara kebugaran fisik, motivasi /keinginan dan kekuatan
mental

Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan | 29


b. Living Respect memiliki makna saling menghargai diri dan orang lain
dalam hal : 1) Perbedaan pendapat, 2) Perbedaan keyakinan, 3) Perbedaan
keragaman budaya, 4) Perbedaan Suku/ras dan Bangsa, 5) Hak-hak sebagai
manusia, dan 6) Pencapaian prestasi/kesuksesan seseorang.
c. Living Friendsip yang mengandung nilai-nilai ; 1). Persahabatan. 2.
Berempati dan bersimpati kepada orang lain, 3) Kerjasama, 4) Saling
memberi,melayani, 5. Saling mendukung.

Nilai-nilai Olympism dalam olahraga untuk mengembangkan integritas


dan Karakter dilakukan dengan cara ;

a. Mempromosikan dan menyebarluaskan olahraga dan nilai filosofisnya


(olympism) sebagai dasar pembentukan fisik dan pengembangan moral
manusia.
b. Mendidik generasi muda melalui olahraga dalam semangat saling
pengertian dan persaudaraan yang lebih baik diantara mereka, sehingga
memungkinkan terbentuknya dunia yang lebih damai dan lebih baik.
c. Menyebar luaskan prinsip-prinsip Olimpiade keseluruh dunia, sehingga
membentuk semangat internasional.
d. Mempertemukan atlet dunia dalam suatu festival olahraga empat tahunan,
yaitu pertandingan olimpiade (Olympic Games).
(https://www.olympic.org/the-ioc/promote-olympism)

30 | Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan


Simbol Gerakan Olimpiade Modern adalah lima Cincin Dengan Lima
Warna : Biru, Kuning, Hitam, Hijau dan Merah dengan latar belakang putih.
Menggambarkan wakil dari 5 benua yakni ; Asia, Eropa, Afrika, Amerika dan
Australia, serta negara negara di dunia yang di simbolkan dengan 5 warna yang
merupakan bagian dari warna bendera masing masing Negara. Diciptakan oleh B.
Pierre de Coubertin dan diluncurkan pertama kali dan di gunakan tahun 1914 pada
kongres Olimpiade di Antwerpen. Motto Pertandingan Olimpiade Modern “(Citius)
Lebih cepat, (Altius) Lebih tinggi, (Fortius) Lebih kuat” Di usulkan oleh Father
Henri Didon, seorang guru dari Republik Dominika, salah seorang teman B.Pierre
de Coubertin. Prestasi olahraga bukan yang utama bagi atlet dalam suatu kompetisi,
melainkan hasil dari proses keseluruhannya, yaitu terbangunnya kemuliaan diri
yang merupakan kombinasi & keseimbangan antara kualitas & keterampilan fisik
(skill), sikap/kemauan (attitute), dan kecerdasan pikiran (knowledge) sebagai
prinsip dasar hidup.

Menurut Internasional olimpik komite (IOC), ada tujuh nilai-nilai


olympiade (olympism) sebagai filosofi, mengandung arti tidak ada pembedaan
dalam hal; ras, suku, agama, ideologi & warna kulit, serta merupakan usaha untuk
menciptakan perdamaian dunia. Komponen Standar Dari Sasaran Pembentukan
Moral Dalam Olympism yaitu:
1. Kesempurnaan Dalam Performansi (Excellence in performance).
2. Berpartisipasi Dengan Kegembiraan & Kesenangan (Joy and pleasure in
participation).
3. Kejujuran dalam berkompetisi (Fairness of play).

Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan | 31


4. Rasa Hormat Terhadap Sesama (Respect for other nations, cultures,
religions, races and individuals).
5. Pengembangan Kualitas Manusia (Human quality development).
6. Belajar Secara Bersama & Terpadu (Leadership by sharing, training,
working and competing together).
7. Kedamaian Antara Bangsa (Peaceful co-existence between different nations
peace).

Dari tujuh nilai tersebut melalui gerakan olimpiade (olympic movement) dalam
kehidupan secara luas lebih dijabarkan dalam kehidupan mencakup ;
a. Visioner (tujuan jangka panjang).
b. Peacefull (kedamaian).
c. No Discrimination (tidak diskriminatif).
d. Mutual Understanding (saling memahami).
e. Friendship (persahabatan).
f. Solidarity (solidaritas).
g. Fair Play (kejujuran,adil,wajar).
h. Excellence (keunggulan).
i. Fun (kesenangan).
j. Respect (menghargai).
k. Human Development (pengembangan diri).
l. Leadership (kepemimpinan).
m. Motivation (semangat,pantang menyerah).
n. Team Work (kerjasama,sinergi)

Jika nilai-nilai ini benar-benar dapat diaplikasikan dalam kehidupan,


tentunya sangat berpengaruh signifikan pada situasi kehidupan kita, karena pada
hakekatnya nilai-nilai juga merupakan nilai kehidupan yang bersifat general.
Demikian tingginya pengembangan nilai yang dihayati dalam dunia olahraga,
senantiasa diikuti pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dibidang tersebut. Selanjutnya melalui nilai-nilai olympism diyakini akan dapat

32 | Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan


mengembangkan integritas dan karakter diri anak bangsa yang akan mewujudkan
perdamaian dunia.Semua kegiatan olimpiade, terutama olimpiade modren dapat
dilihat pada laman berikut,https://www.olympic.org/olympism-in-action.

c. Paradigma Baru dalam Pendidikan Jasmani


Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) sebagai salah satu
subsistem pendidikan yang wajib diajarkan di sekolah memiliki peran penting yang
sangat sentral dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Penjas menurut
Melograno (1996) dan AAHPERD (1999) adalah suatu proses pendidikan yang
unik dan paling sempurna dibanding bidang studi lainnya, karena melalui
pendidikan jasmani seorang guru dapat mengembangkan kemampuan setiap peserta
didik tidak hanya pada aspek fisik dan psikomotor semata, tetapi dapat
dikembangkan pula aspek kognitif, afektif dan sosial secara bersama-sama. Cholik
Mutohir (1990) juga menyatakan bahwa tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa
pendidikan jasmani, dan tidak ada pendidikan jasmani tanpa media gerak, karena
gerak sebagai aktivitas jasmani merupakan dasar alami bagi manusia untuk belajar
mengenal dunia dan dirinya sendiri. Pendidikan jasmani di sekolah meskipun telah
diakui perannya dalam pengembangan kualitas SDM yang sempurna oleh pakar
pendidikan di manapun berada, termasuk di Indonesia. Namun dalam kenyataan di
lapangan, Penjas di Indonesia belum mampu berbuat banyak dalam ikut
menciptakan manusia yang handal dari segi fisik maupun nonfisik. Fenomena ini
terjadi karena dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait, diantaranya:
Pertama, kebijakan pemerintah mengenai kurikulum PJOK di sekolah yang harus
diberlakukan tidak sepadan dengan tujuan yang akan dicapai. Hal ini ditandai oleh:
1) Perubahan nama bidang, namun tidak diikuti isi program yang harus diajarkan,
2) tidak diperhitungkan dalam menentukan kenaikan kelas, 3) pengurangan jam
pelajaran pada sekolah menengah umum atau hanya dijadikan sebagai bidang studi
pilihan, 4) penilaian hasil belajar tidak melibatkan aspek kognitif, 5) tidak
tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, dan 6) kurangnya dukungan yang
positif dari pihak-pihak yang terkait, misalnya kepsek, guru bidang studi lain, dan
orang tua siswa. Kenyataan tersebut masih diperparah oleh kebijakan pemerintah
sejak tahun 1990-an yang mewarnai arah pendidikan di Indonesia dengan

Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan | 33


menitikberatkan pada pengembangan intelektual semata, sedangkan aspek-aspek
lain yang ada dalam diri siswa kurang mendapat perhatian. Hal ini, karena
intelektual hanya dipahami sebagai kemampuan menjawab soal-soal tes intelegensi
yang sebenarnya bercirikan sebagai intelegensi logika matematika. Dengan
pemahaman ini berakibat buruk pada bidang studi lain yang dianggap mengganggu
atau tidak mendukung misi tersebut, jam pelajarannya dikurangi dan bahkan
dihilangkan dari struktur kurikulum, misalnya bidang studi penjaskes untuk kelas
tiga SMU. Kedua, kondisi yang terkait langsung di lapangan, diantaranya adalah :
1) terbatasnya kemampuan guru penjas dan sumber-sumber yang digunakan untuk
mendukung proses pembelajaran, 2) sistem penilaian kinerja guru dalam rangka
kenaikan pangkat tidak dilakukan oleh orang yang mampu di bidangnya, sehingga
tidak memacu guru untuk terus mengembangkan karier profesional, 3) jumlah guru
bidang studi di sekolah relatif masih kurang, terutama pada sekolah dasar, 4) model
praktek pembelajaran penjas yang dikerjakan oleh guru mulai dari TK sampai
perguruan tinggi cenderung masih bersifat tradisional dan terpusat pada guru, 5)
guru penjas pada umumnya pasif dalam mengantisipasi pengembangan profesinya
dan 6) kurangnya dukungan dari kepala sekolah maupun guru bidang studi lain.
Dengan adanya berbagai kendala tersebut, akibat secara langsung yang
dapat kita lihat dari hasil pendidikan jasmani adalah: 1) makin menurunnya tingkat
kebugaran jasmani siswa. Hasil penelitian secara nasional menunjukkan bahwa
pelajar usia 16-19 tahun 45,9% memiliki tingkat kebugaran jasmani kurang atau
kurang sekali, pelajar 13-15 tahun 37% memiliki tingkat kebugaran jasmani kurang
atau kurang sekali. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan juga bahwa tidak satu
persen pun pelajar usia 13 – 19 tahun berkategori baik sekali, hanya 11%pelajar
usia 16-19 tahun dan 14,8% pelajar usia 13-15 tahun berkategori baik (Kantor
Menpora, 1997), 2) Tingkat kebrutalan remaja makin meningkat, dan 3)
kemampuan berkompetensi dengan negara lain baik di bidang olahraga maupun
bidang nasional lain makin menurun. Dalam membangun sistem pendidikan
nasional tentunya tidak akan menolak penawaran bahwa bidang pendidikan
bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual anak, namun demikian konsep
intelegensi harus dipahami sebagai suatu konsep yang multi dimensi. Menurut

34 | Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan


Golleman (1995) dalam kehidupan seseorang, IQ ternyata hanya memberikan
sumbangan sebesar 20% terhadap kesuksesan seseorang, sedangkan yang 80%
tentunya masih ditentukan faktor lain. Oleh karena itu, menurut Gardner (1993)
intelegensi harus dipahami sebagai serangkaian kemampuan, bakat dan
keterampilan yang dimiliki seseorang, termasuk di dalamnya kemampuan gerak
(bodily-kinesthetic intelligence). Intelegensi ini mencakup tiga kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki oleh para atlet, penari, atau pemburu dalam
mengaktualisasikan kemampuan mereka masing-masing yang tidak mudah begitu
saja ditiru oleh orang lain.
Mencermati proses pembelajaran yang diamanatkan dalam kurikulum 2013
revisi, maka pembelajaran haruslah membuat peserta didik mencapai pencerahan
dan perkembangan yang komprehensif. Artinya pembelajaran yang dilakukan
haruslah dapat membuat anak memiliki karakter baik dengan Penguatan Pendidikan
Karakter. Paling tidak ada lima nilai karakter yang lahir dari pembelajaran tersebut,
yaitu ; Religius, Nasionalis, Kemandirian, Gotong royong, dan memiliki Integritas.
Pada sisi lain pembelajaran haruslah membuat anak memiliki pengetahuan yang
mumpuni dengan level beripikir mulai dari yang rendah (LOTs) menuju tingkat
berfikir yang tinggi (HOTs). Paradikma lain dalam pembelajaran PJOK selayaknya
juga membudayakan gerakan literasi. Ada enam literasi dasar yang harus tumbuh
melalui pembelajaran yaitu; baca tulis, numersi, sains, digital, finasial, dan
budaya/kewargaan.Dengan demikian pembelajaran PJOK harus mampu
menerapkan tuntutan kurikulum dengan menerapkan berbagai pendekatan dan
model pembelajaran tersebut, sehingga akan menawarkan wawasan baru bagi
pemerhati pendidikan, khususnya yang menekuni profesi sebagai guru pendidikan
jasmani, sehingga melalui pendidikan jasmani akan mampu menghasilkan lulusan
yang berkualitas secara utuh.

5. Contoh & Non Contoh / Ilustrasi

Untuk menambah dan memperdalam pemahaman saudara tentang materi ini ada
baiknya ada buka tautan berikut ini :

Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan | 35


a. Ilustrasi sejarah olimpiade kuno sampai modern ;
https://www.youtube.com/watch?v=9CeVE10q0Gc
b. Ilustrasi Hakekat penjas ; https://www.youtube.com/watch?v=ScwLI9BabEc
c. Pentingnya kemampuan berpikir tingkat tingga dalam paradigma
pembelejaran ; https://www.youtube.com/watch?v=FZOk3xow0Ts
d. Sebaiknya pembelajaran PJOK mengacu pada pembelajaran abad 21 dengan
melihat tautan ini ; https://www.youtube.com/watch?v=3BUrASOT7NM

36 | Filsafat dan Paradigma Baru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai