SEKOLAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dasar yang melatarbelakangi istilah dari Pendidikan Jasmani adalah surat keputusan
Mendikbud 413/U/1987 yang menyatakan nama “Pendidikan Olahraga dan Kesehatan” diubah
menjadi “Pendidikan Jasmani”.
Nixom dan Cozens (1959) mengemukakan “Pendidikan Jasmani adalah fase dari proses
pendidikan keseluruhan yang berhubungan dengan aktivitas berat yang mencangkup sistem, otot
serta hasil belajar dari partisipasi dalam aktivitas tersebut”. Volter dan Eslinger (Bucher 1964)
mengemukakan “Pendidikan Jasmani adalah phase pendidikan melalui aktivitas fisik”. UNESCO
yang tertera dalam International Charte of Physical Education (1974) mengemukakan :
Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai individu maupun sebagai
anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan
jasmani dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani,
pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak.
Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memberikan perhatian pada aktivitas
pengembangan jasmani manusia. Walaupun pengembangan utamanya adalah jasmani, namun
tetap berorientasi pendidikan, pengembangan jasmani bukan merupakan tujuan, akan tetapi
sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Ketika seorang sedang melakukan kegiatan jasmani dalam bermain, berenang, berlari, sepak
bola, senam dan kegiatan jasmani yang lain, maka intensi pendidikan harus selalu ada dalam
permainan itu. Dengan berpartisipasi dalam program pendidikan jasmani akan bermanfaat
untuk :
a. Memperbaiki tingkat kesehatan jasmani.
b. Memberikan dasar keterampilan yang akan membuat bekerja lebih efisien, menarik dan hidup
penuh semangat.
c. Sebagai pendidikan sosial yang akan memberi sumbangan pada pembentukan karakter dan
hubungan antara manusiayang baik.
Sebagai bagian integral dari proses pendidikan keseluruhan, pendidikan jasmani merupakan
usaha yang bertujuan untuk mengembangkan kawasan organik, neuromuskular, intelektual dan
sosial. Bahan ajar pendidikan meliputi : pembentukan gerak, pembentukan prestasi,
pembentukan sosial, dan pertumbuhan badan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah tujuan pendidikan dari pendidikan jasmani ?
2. Apa yang dimaksud dengan Etika ?
3. Apa yang dimaksud dengan Estetika ?
4. Bagaimana kaitan Etika dan Estetika dalam Pendidikan Jasmani ?
5. Apa saja peranan Etika dan Estetika dalam Pendidikan Jasmani bagi anak di Sekolah Dasar ?
C. Tujuan
1. Dapat menjelaskan tujuan pendidikan dari pendidikan jasmani.
2. Dapat menjelaskan pengertian Etika.
3. Dapat menjelaskan pengertian Estetika.
4. Dapat menjelaskan kaitan Etika dan Estetika dalam Pendidikan Jasmani.
5. Dapat menyebutkan dan menjelaskan peranan Etika dan Estetika dalam Pendidikan Jasmani.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini agar dapat memperoleh pengetahuan bagi pembaca dan
penyusun perihal Etika dan Estetika dalam Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. Dan
menambah wawasan tentang Pendidikan Jasmani yang digunakan di Sekolah Dasar. Sehingga,
dapat menjadi tolok ukur dan pembanding dari Pembelajaran Pendidikan Jasmani di sekitar kita.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tujuan Pendidikan dari Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani adalah pergaulan pedagogik dalam dunia gerak dan penghayatan
jasmani. Juga dikatakan bahwa guru Pendidikan Jasmani mencoba mencapai tujuannya dengan
mengajarkan dan memajukan aktivitas-aktivitas jasmani. Dirjen Dikti mengungkapkan bahwa
pendidikan jasmani merupakan interaksi antara peserta didik dan lingkungan yang dikelola
melalui aktivitas jasmani secara sistematik menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Dilanjutkan oleh Rijsdorp mengatakan bahwa pendidikan jasmani itu pendidikan yang menolong
anak, dan orang muda menuju kedewasaannya. Selanjutny dikatakan juga pendidikan jasmani itu
merupakan pergaulan pendidikan dalam bidang gerak dan pengetahuan tentang tubuh.
Tujuan pendidikan jasmani sudah tercakup dalam pemaparan di atas yaitu memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus
mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial dan emosional.
2. Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethos” yang memiliki arti kebiasaan. Istilah
Moral dan Etika sering diperlakukan sebagai dua istilah yang sinonim.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adanya suatu nuansa dalam konsep dan pengertian moral dan
etika. Moral/Moralitas biasanya dikaitkan dengan system nilai tentang bagaimana kita harus
hidup secara baik sebagai manusia. Sistem nilai ini terkandung dalam ajaran berbentuk petuah-
petuah, nasihat, wejangan, peraturan, perintah dan semacamnya yang diwariskan secara turun-
temurun melalui agama atau kebudayaan tertentu tentang bagaimana manusia harus hidup secara
baik agar ia benar-benar menjadi manusia yang baik. Berbeda dengan moralitas, etika perlu
dipahami sebagai sebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang
menentukan perilaku manusia dalam hidupnya. Nilai adalah sesuatu yang berguna bagi
seseorang atau kelompok orang dan karena itu orang atau kelompok itu selalu berusaha untuk
mencapainya karena pencapaiannya sangat memberi makna kepada diri serta seluruh hidupnya.
Norma adalah aturan atau kaidah dan perilaku dan tindakan manusia.
Sebagai cabang filsafat, Etika sangat menekankan pendekatan yang kritis dalam melihat
dan menggumuli nilai dan norma moral tersebut serta permasalahan-permasalahan yang timbul
dalam kaitan dengan nilai dan norma-norma itu. Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujudnya dalam sikap dan pola
perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok
Dengan demikian, sebagaimana dikatakan oleh Magnis Suseno, Etika adalah sebuah ilmun dan
bukan sebuah ajaran.Yang memberi kita norma tentang bagaimana kita harus hidup adalah
moralitas. Sedangkan etika justru melakukan refleksi kritis atau norma atau ajaran moral tertentu.
Atau kita bisa juga mengatakan bahwa moralitas adalah petunjuk konkret yang siap pakai
tentang bagaimana kita harus hidup. Sedangkan etika adalah perwujudan dan pengejawantahan
secara kritis dan rasional ajaran moral yang siap pakai itu.Keduanya mempunyai fungsi yang
sama, yaitu memberi kita orientasi bagaimana dan kemana kita harus melangkah dalam hidup
ini.
3. Pengertian Estetika
Estetika merupakan istilah yang muncul sekitar tahun 1750 oleh A.G. Baumgarten,
seorang filsuf minor. Istilah tersebut diperoleh dari bahasa Yunani kuno, yaitu aistheton yang
artinya kemampuan melihat melalui penginderaan. Estetika dihubungkan dengan sesuatu yang
berbau seni karena mengandung keindahan yang dapat dipandang. Sejak kemunculannya,
estetika menjadi istilah yang selalu digunakan untuk mengutarakan bahasa filsafat terhadap
karya seni. Namun, nyatanya seni tidak hanya dipandang sebagai sesuatu yang indah sehingga
harus ada bidang yang digunakan untuk menjawab hakekat seni sebanarnya yaitu filsafat seni.
Seperti yang dikemukakan oleh Jacob Sumardjo, perbedaan pengertian antara estetika dengan
filsafat seni adalah pada objek yang dinilainya. Jika estetika merupakan pengetahuan yang
membahas tentang keindahan segala macam hal mulai dari seni dan juga keindahan alam, filsafat
seni hanya mempersoalkan karya yang dianggap seni itu sendiri saja. Sementara itu, pengertian
istilah estetika terus berkembang dan memiliki uraian berbeda dari para ahli, salah satunya yaitu
K. Kuypers. Menurut K. Kuypers, estetika adalah hal-hal yang berlandaskan pada sesuatu yang
berkaitan dengan pengamatan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memberikan perhatian pada
aktivitas pengembangan jasmani manusia. Walaupun pengembangan utamanya adalah jasmani,
namun tetap berorientasi pendidikan, pengembangan jasmani bukan merupakan tujuan, akan
tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan jasmani yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari
berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek
fisik, mental, sosial dan emosional.
Pendidikan jasmani dan olahraga adalah laboratorium bagi pengalaman manusia, oleh sebab itu
guru pendidikan jasmani harus mencoba mengajarkan etika dan moral dalam proses belajar
mengajar, yang mengarah pada kesempatan untuk membentuk karakter anak.
Didalam Pendidikan Jasmani terdapat estetika yang dimuat pada sikap dan posisi tubuh, gerak
dasar, pembentukkan gerakan togog, lengan, bahu, dan kaki, kombinasi gerakan dasar, dan olah
fisik lainnya.
2. Saran
Diharapkan agar kita menyukai kegiatan Pendidikan Jasmani dan melakukan latihan
sesuai teori yang ada. Karena dengan mengikuti Pendidikan Jasmani banyak manfaat yang kita
dapat, seperti kesehatan lebih terjaga dan dapat membentuk sikap serta karakter yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
A. Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata ethos yang berarti adat kebiasaan tetapi ada
yang memakai istilah lain yaitu moral dari bahasa latin yakni jamak dari kata nos yang berarti
adat kebiasaan juga. Akan tetapi pengertian etika dan moral ini memiliki perbedaan satu sama
lainnya. Etka ini bersifat teori sedangkan moral bersifat praktek. Etika mempersoalkan
bagaimana semestinya manusia bertindak sedangkan moral mempersoalkan bagaimana
semestinya tndakan manusia itu. Etika hanya mempertimbangkan tentang baik dan buruk suatu
hal dan harus berlaku umum. Secara singkat definisi etika dan moral adalah suatu teori mengenai
tingkah laku manusia yaitu baik dan buruk yang masih dapat dijangkau oleh akal. Moral adalah
suatu ide tentang tingkah laku manusia ( baik dan buruk ) menurut situasi yang tertentu. Jelaslah
bahwa fungsi etika itu ialah mencari ukuran tentang penilaian tingkah laku perbuatan manusia
( baik dan buruk ) akan tetapi dalam prakteknya etika banyak sekali mendapatkan kesukaran-
kesukaran. Hal ini disebabkan ukuran nilai baik dan buruk tingkah laku manusia itu tidaklah
sama ( relatif ) yaitu tidal terlepas dari alam masing-masing. Namun demikian etika selalu
mencapai tujuan akhir untuk menemukan ukuran etika yang dapat diterima secara umum atau
dapat diterima oleh semua bangsa di dunia ini. Perbuatan tingkah laku manusia itu tidaklah sama
dalam arti pengambilan suatu sanksi etika karena tidak semua tingkah laku manusia itu dapat
dinilai oleh etika.
Namun, etika memiliki makna yang bervariasi. Bertens menyebutkan ada tiga jenis makna
etika sebagai berikut :
1. Etika dalam arti nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok
orang dalam mengatur tingkah laku.
2. Etika dalam ati kumpulan asas atau nilai norma ( kode etik)
3. Etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang yang baik dan yang buruk.disini etika sama arti nya
dengan filsafat moral.
B. Estetika
Estetika dan etika sebenarnya hampir tidak berbeda. Etika membahas masalah tingkah laku
perbuatan manusia ( baik dan buruk ). Sedangkan estetika membahas tentang indah atau tidaknya
sesuatu. Tujuan estetika adalah untuk menemukan ukuran yang berlaku umum tentang apa yang
indah dan tidak indah itu.
Yang jelas dalam hal ini adalah karya seni manusia atau mengenai alam semesta ini.
Seperti dalam etika dimana kita sangat sukar untuk menemukan ukuran itu bahkan sampai
sekarang belum dapat ditemukan ukuran perbuatan baik dan buruk yang dilakukan oleh manusia.
Estetika juga menghadapi hal yang sama, sebab sampai sekarang belum dapat ditemukan ukuran
yang dapat berlaku umum mengenai ukuran indah itu. Dalam hal ini ternyata banyak sekali teori
yang membahas mengenai masalah ukuran indah itu. Zaman dahulu kala, orang berkata bahwa
keindahan itu bersifat metafisika ( abstrak ). Sedangkan dalam teori modern, orang menyatakan
bahwa keindahan itu adalah kenyataan yang sesungguhnya atau sejenis dengan hakikat yang
sebenarnya bersifat tetap.
Estetika dapat dikatakan sebagai teori tentang keindahan atau seni. Estetika berkaitan dengan
nilai indah-jelek ( tidak indah). Nilai estetika berarti nilai tentang keindahan. Keindahan dapat
diberi makna secara luas/secara sempit , dan estetika murni.
a. Secara luas, keindahan mengandung ide kebaikan.bahwa segala sesuatu yang baik termasuk
yang abstrak maupun nyata yang mengandung ide kebaikan adalah indah. Keindahan dalam arti
luas meliputi banyak hal, seperti watak yang indah, hukum yang indah, ilmu yang indah,dan
kebajikan yang indah.
b. Secara sempit, yaitu indah yang terbatas pada lingkup persepsi penglihatan (bentuk dan warna)
c. Secara estetika murni, menyangkut pengalaman estetika seseorang dalam hubungannya
dengan segala sesuatu yg diresapinya melalui penglihatan, pendengaran, perabaan dan perasaan,
yg semuanya dapat menimbulkan persepsi (anggapan ) indah.
Manusia merupakan makhluk pencipta dan pengembang kebudayaan karena memiliki akal budi.
Kebudayaan tercipta sebagai hasil dari interaksi manusia dengan alam. Sebagai pencipta
kebudayaan, maka manusia adalah makhluk berbudaya. Manusia sebagai makhluk yang
berbudaya senantiasa menggunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan. Ini karena
yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil. Dengan
berbudaya, manusia dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan hidupnya.
Manusia tidak dapat terpisahkan dari kebudayaan. Manusia menghimpun diri menjadi satuan
sosial-budaya, menjadi masyarakat. Manusia melahirkan, menciptakan, menumbuhkan, dan
mengembangkan kebudayaan. Tidak ada manusia tanpa kebudayaan, dan tidak ada kebudayaan
tanpa manusia.
Nah, kita pasti sering mendengar istilah tentang kebudayaan secara umum. Namun, sebagai
makhluk berbudaya sudahkah kita memahami hakikat kita beretika dan berestetika dalam
berbudaya? Apa sih sebenarnya yang dimaksud beretika dan berestetika itu?
Manusia sebagai individu berhubungan dengan norma etik karena menyangkut kehidupan
pribadi. Norma etik didukung oleh nurani individu dan bukan manusia sebagai makhluk sosial
ataupun sebagai anggota masyarakat yang terorganisir. Norma etik dapat melengkapi
ketidakseimbangan hidup pribadi dan mencegah kekhawatiran diri sendiri.
Norma etik bersumber dari manusia itu sendiri dan ditujukan kepada sikap batin manusia. Norma
etik ditujukan kepada manusia agar kebaikan akhlak pribadi dapat terbentuk. Perbuatan jahat
seperti misalkan membunuh, mencuri, ataupun berzina sangat bertentangan dengan norma
kepercayaan dan kesusilaan dalam setiap hati nurani manusia. Perasaan malu, penyesalan, takut,
dan rasa bersalah akan muncul dalam hati nurani seiring melakukan perbuatan yang melanggar
norma.
Manusia yang beretika akan dapat menghasilkan budaya yang memiliki nilai-nilai etik di
dalamnya. Etika dalam berbudaya mengandung suatu keharusan agar manusia menciptakan
budaya yang mengandung nilai-nilai etik yang secara sosial dapat diterima oleh sebagian besar
masyarakat. Budaya yang beretika adalah budaya yang mampu menjaga, mempertahankan, dan
mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sedangkan budaya yang tidak beretika
adalah kebudayaan yang merendahkan dan bahkan menghancurkan martabat kemanusiaan.
Estetika dapat diartikan sebagai teori tentang keindahan. Keindahan ini dapat bermakna secara
luas, sempit, dan estetik murni. (a) Secara luas, keindahan mengandung ide kebaikan dimana
segala sesuatu yang baik adalah indah. Dalam arti luas keindahan meliputi watak yang indah,
hukum yang indah, ilmu yang indah, dan kebajikan yang indah. (b) Secara sempit, keindahan
hanya terbatas pada ruang lingkup persepsi pengelihatan seperti bentuk dan warna. (c) Secara
estetik murni, keindahan menyangkut pengalaman estetik seseorang yang berhubungan dengan
panca indra manusia seperti pengelihatan, pendengaran, perabaan, dan perasaan.
Budaya yang estetik ditandai dengan adanya unsur keindahan di dalamnya. Akan tetapi, sesuatu
yang bernilai indah bagi seseorang belum tentu bernilai yang sama bagi orang lain. Ini berart
nilai estetik memiliki sifat yang subjektif, dimana individu yang satu tidak bisa memaksa
individu yang lainnya untuk mengakui keindahan suatu budaya sebagaimana pandangan kita.
Nilai-nilai estetik lebih menitikberatkan kepada perasaan, bukannya pernyataan.
Manusia cenderung menyukai hal-hal yang memiliki keindahan. Hal ini mendorong manusia
berusaha berestetika dalam berbudaya. Namun, kembali lagi kepada hakikat estetika bahwasanya
budaya yang dianggap indah oleh diri sendiri belum tentu indah bagi individu lainnya. Oleh
karena itu, estetika berbudaya tidak semata-mata harus memenuhi nilai-nilai keindahan. Estetika
berbudaya mengharuskan manusia untuk menghargai keindahan budaya yang dihasilkan oleh
manusia yang lain.
Problematika Kebudayaan
Kebudayaan yang telah diciptakan oleh manusia dalam dimensi ruang dan waktu yang berbeda-
beda akan menghasilkan keragaman budaya. Kebudayaan yang dimiliki sekelompok manusia
akan membentuk ciri dan menjadi pembeda dengan kelompok lainnya. Ini menandakan
kebudayaan merupakan identitas diri dari suatu kelompok peradaban manusia.
Seiring berjalannya waktu, kebudayaan akan mengalami dinamika seiring dengan pergaulan
hidup manusia sebagai pencipta dan pemilik kebudayaan. Hal ini menyebabkan terjadinya
pewarisan kebudayaan, perubahan kebudayaan, dan penyebaran kebudayaan.
Pertama, pewarisan kebudayaan adalah proses pemindahan, penerusan, pemilikan, dan
pemakaian kebudayaan dari generasi ke generasi secara berkesinambungan. Namun dalam
prosesnya bisa muncuk permasalahan seperti: kesesuaian budaya warisan tersebut dengan
dinamika masyarakat sekarang, penolakan oleh generai penerima, dan munculnya budaya baru.
Kedua, perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadu sebagai akibat dari adanya
ketidaksesuaian diantara unsur-unsur budaya yang saling berbeda sehingga terjadi ketidakerasian
fungsi bagi kehidupan. Perubahan kebudayaan ini mencakup banyak aspek seperti bentuk, sifat,
perubahan, dampak perubahan, dan mekanisme yang dilalui. Pembangunan dan modernisasi
termasuk ke dalam kategori perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan dapat menimbulkan
problematika antara lain: apabila perubahan justru mengalami kemunduran bukannya kemajuan
maka akan merugikan manusia dan perubahan akan berdampak buruk jika dilakukan melalui
revolusi, berlangsung cepat, dan di luar kendali manusia.
Ketiga, penyebaran kebudayaan adalah proses menyebarnya unsur-unsur kebudayaan dari suatu
masyarakat ke masyarakat yang lain yang berbeda wilayah. Penyebaran kebudayaan bisa
menimbulkan problematika, dimana masyarakat yang menerima kebudayaan akan kehilangan
nilai-nilai budaya lokal karena tergerus kebudayaan yang baru.
Maka dari itu, dibutuhkan etika dan estetika berbudaya oleh manusia agar problematika yang
menghantui kebudayaan ini dapat terminimalisir sehingga anak dan cucu kita nantinya dapat
menjadi pencipta kebudayaan tanpa perlu merusak kebudayaan yang telah ada.
Referensi:
Etika sebenarnya membahas tentang rasionalitas nilai tindakan manusia, tentang baik dan
buruknya sebuah tindakan. Karena itu, etika sering disebut dengan filsafat moral. Etika
membahas tentang bagaimana manusia bertindak. Etika mambahas baik-buruknya dan benar-
tidaknya tingkah laku manusia beserta kewajiban-kewajibannya.
Etika sebenarnya ada beberapa jenis, Pertama etika teleologis yaitu lebih membahas tentang
tujuannya. Seperti bagimanapun caranya asalkan tujuannya baik maka hal itu akan dianggap
baik. Banyak yang tidak setuju dengan teori karena jika seperti itu koruptorpun akan dianggap
baik jika tujuan dari korupsi itu untuk naik haji, bukan kah seperti itu?. Kedua etika dentologis
yaitu nilai baik dinilai ketika hal itu memang benar-benar baik atau sesuai dengan
hakikatnya. Ketiga etika utility, menurut etika utility hal itu akan dianggap baik jika hal itu
bermanfaat. Keempat etika hedonisme yaitu untuk hal yang materialistik atau hanya untuk
bersenag-senang.
Sedangkan estetika adalah cabang dari filsafat yang membahas tentang seni dan
keindahan. Estetika sering juga disebut dengan filsafat seni, filsafat keindahan, filsafat
kritisisme. Estetika pertama kali dikenalkan oleh Alexander G. Baumgarten (1735). Estetika
dibagi menjadi dua yaitu estetika normatif dan estetika deskriptif.
Ada beberapa teori yang membahas tentang keindahan, Pertama aliran naturalisme yaitu aliran
yang percaya keindahan itu ketika kita bisa menyatu dengan alam. Kedua aliran kritisme yaitu
aliran yang digunakan untuk mengkritik sesuatu, seperti lagu-lagu iwan fals yang mengkritik
tentang pemerintahan. Ketiga aliran religius sudah jelas jika aliran religius ini berkaitan dengan
sang pencipta.
Estetik berasal dari kata Estetika yang berarti salah satu cabang dari filsafat dan Estetika adalah
ilmu yang mempelajari tentang keindahan dari suatu objek yang indah. Jadi Nilai Estetik sendiri
mempunyai arti nilai dari suatu keindahan yang kita rasakan setelah kita rasakan maka kita pun
akan menilai seberapa indah objek tersebut. Penilaian ini masih bergantung terhadap individu
masing-masing. Dan beberapa faktor seperti: latar belakang edukasi, selera maupun mindset dan
karakter orang-orang tersebut.
Nilai Estetika biasa nya ada pada bidang/dunia seni,karna seni merupakan salah satu dunia yang
selalu menghadirkan keindahan dalam setiap kali kita merasakan nya,pada seni Nilai Estetik
sangat di butuhkan agar para seniman dapat menyajikan keindahan ketika mereka menampilkan
dan menyajikan kepada para penonton.dan juga bisa di gunakan untuk layak atau tidak nya suatu
seni untuk di pertontonkan ke masyarakat. Bidang seni erat kaitan nya dengan nilai
Estetik,sebagai contoh bidang pada seni yang membutuhkan nilai Estetik yaitu bidang musik,di
bidang musik sangat di butuhkan keindahan agar keindahan dari musik yang di mainkan dan
dengar oleh para pendengar musik,ketika musik dimainkan barulah musik itu di nilai dan
memiliki nilai Estetik.
Etika pada hakikatnya mengamati realitas moral secara kritis. Etika tidak memberikan
ajaran melainkan memeriksa kebiasaan, nilai, norma, dan pandangan moral secara kritis. Etika
mengacu kepada perbuatan dan tingkah laku manusia. Sedangkan estetika cabang filsafat yang
berbicara tentang keindahan seperti keindahan jasmani dan keindahan rohani, keindahan alam
dan keindahan seni. Etika dan estetika akan menentukan bagaimana sikap atau tingkah laku baik,
buruk, indah seorang manusia. Maka dari itu filsafat tidak akan terpisah dari kehidupan manusia.
Etika secara etimologi berasal dari kata Yunani, yakni ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Secara terminologi, etika adalah cabang filsafat yang membicarakan
tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik buruk. Yang dapat dinilai
baik buruk adalah sikap manusia, yaitu yang menyangkut perbuatan, tingkah laku. Makna etika
terdapat dua bentuk arti, pertama, etika merupakan suatu perkumpulan pengetahuan mengenai
penilaian terhadap perbuatan-perbuatan manusia. kedua, merupakan suatu predikat yang dipakai
untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau manusia-manusia lain.
Dari pengertian diatas dapat disederhanakan bahwa etika itu ialah sebuah kajian yang
membicarakan atau mengarah kepada nilai tingkah laku atau perbuatan seorang manusia.
Meliputi bagaimana caranya agar dapat hidup lebih baik dengan cara menghindari keburukan.
Etika dapat dibagi menjadi etika deskriptif dan etika normatif. Etika deskriptif hanya
melukiskan, menggambarkan, menceritakan apa adanya, tidak memberi penilaian, tidak memilih
mana yang baik dan mana yang buruk. Adapun etika normatif sudah memberikan penilaian mana
yang baik dan mana yang buruk, mana yang harus dikejakan mana yang tidak. Etika normatif
dapat dibagi menjadi etika umum dan etika khusus.
Etika umum membicarakan prinsip-prinsip umum, seperti apakah nilai, motivasi suatu
perbuatan, dan sebagainya. Etika khusus adalah pelaksanaan dari prinsip-prinsip umum, seperti
etika pergaulan, etika dalam perkerjaan, dan sebagainya. Pembagian etika lainnya adalah etika
individual dan etika sosial. Etika pada umumnya diidentikkan dengan moral (atau moralitas).
Namun, meskipun sama terkait dengan baik buruknya tindakan manusia, etika dan moral
memiliki perbedaan pengertian.