Anda di halaman 1dari 4

Teori Evolusi Religi

Teori Evolusi Religi


E.B. Tylor

Edward Burnett Tylor (1832-1917) adalah seorang perintis antropologi sosial


budaya yang berasal dari Inggeris. Salah satu karya terpenting E.B.Tylor adalah
Primitive Culture : Research into the Development of Mythology, Philosophy,
Religion, Language, Art and Custum (1871).

Skema Teori

Jiwa Mahluk Halus (Roh) Dewa-Dewa ( animism) Satu


Tuhan (dinamism)

E.B.Tylor berpendapat, asal mula religi adalah adanya kesadaran manusia akan
adanya jiwa. Kesadaran ini disebabkan oleh dua hal: ( Koentjaraningrat 1980:48)

1. Adanya perbedaan yang tampak pada manusia antara hal-hal yang hidup dan
hal-hal yang mati. Manusia sadar bahwa ketika manusai hidup ada sesuatu yang
menggerakkan dan kekuatan yang menggerakkan manusia itu disebut dengan jiwa

2. Peristiwa mimpi, di mana manusia melihat dirinya di tempat lain ( bukan di


tempat ia sedang tidur ). Hal ini menyebabkan manusia membedakan antara tubuh
jasmaninya yang berada di tempat tidur dengan rohaninya di tempat-tempat lain
yangdisebut jiwa.
Selanjutnya Tylor mengatakan bahwa jiwa yang lepas ke alam disebutnya dengan
roh atau mahluk halus. Inilah menyebabkan manusia berkeyakinan kepada roh-roh
yang menempati alam. Sehingga manusia memberikan penghormatan berupa
upacara doa, sesajian dll. Inilah disebut Tylor sebagai anamism.

Pada tingkat selanjutnya manusia yakin terhadap gejala gerak alam disebabkan
oleh mahluk-mahluk halus yang menempati alam tersebut. Kemudian jiwa alam
tersebut dipersonifikasikan sebagai dewa-dewa alam. Pada tingkat selanjutnya
manusia yakin bahwa dewa-dewa tersebut memiliki dewa tertinggi atau raja dewa.
Hingga akhirnya manusia berkeyakinan pada satu Tuhan.
Reference tamabahan

Teori evolusi religi E.B Tylor


Dalam bukunya Primitive culture: research into the development of mythology, philosophy, religion,
language, art and custom, asal mula religi adalah kesadaran manusia akan adanya jiwa. Kesadaran akan
faham jiwa itu disebabkan karena dua hal, yaitu:
1.Perbedaan yang tampak pada manusia antara hal-hal yang hidup dan hal-hal yang mati. Satu organisma
pada satu saat bergerak artinya hidup, dan pad asatu saat tidak bergerak artinya mati.
2.Peristiwa mimpi. Dalam mimpinya manusia melihat dirinya ditempat –tempat lain (bukan ditempat
dimana ia sdang tidur), maka manusia itu mulai membedakan antara tubuh jasmaninya yang ada ditempat
tidur, dan suatu bagian lain dari dirinya yang pergi ketempat- tempat lain. Bagian itulah yang disebut jiwa
Sifat abstrak dari jiwa itu menimbulkan keyakinan pada manusia bahwa jiwa dapat hidup langsung, lepas
dari tubuh jasmaninya. Pada waktu hidup, jiwa itu masih tersangkut kepada tubuh jasmani dan hanya
dapat meninggalkan tubuh pada waktu manusaia itu tidur atau pingsan. Karena pada saat serupa itu
kekuatan hidup pergi melayang, maka tubuh berada dalam keadaan lemah.
Pada tingkat tertua dalam evolusi religinya, manusia percaya bahwa mahluk- mahluk halus itulah yang
menempati alam sekeliling tempat tinggalnya. Mahluk- mahluk halus yang tinggal dekat tempat tinggal
manusia itu, yang bertubuh halus sehingga tidak dapat tertangkap oleh panca indra manusia, mendapat
tempat yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sehingga menjadi obyek penghormatan dengan
penyembahannya, yang disertai berbagai upacara berpa doa penyembahannya, yang disertai berbagai
upacara doa, sajian, atau korban. Religi ini disebut animisme.
Tylor melanjutkan teorinya tentang asal- mula religi dengan suatu uraian tentang evolusi religi, yang
berdasarkan cara berpikir evolusionisme. Animisme pada dasarnya merupakan keyakinan kepada roh-roh
yang mendiami alam semesta sekeliling tempat tinggal manusia, merupakan bentuk religi, manusia yakin
bahwa gerak alam yang hidup itu juga disebabkan adanya dibelakang peristiwa-peristiwa dan gejala alam
itu.sungai-sungai yang menglairdan terjun kelaut, gunung-gunung yang meletus, gempa bumi, angin
taufan, gerak matahari, tumbuhnya tumbuh-tumbuhan; disebabkan oleh mahluk halus yang menemepati
alam.
Jiwa alam itu kemudian dipersonifikasaikanb dan dianggap sebagai mahluk yang memiliki dengan
kemauan dan pikiran, yang disebut dewa-dewa alam. Pada tingkat keiga dalam evolusi religi, bersama
dengan timbulnya susunan kenegaraaan, serupa dalam dunia mahluk manusia
Teori J.G Frazer Mengenai ilmu gaib dan religi
Teori Frazer mengenai asal mula religi dapat diringkas sebagai berikut:
manusia memecahkan soal- soal hidupnya dengan akal dan system
pengetahuannya, tetapi akal dan system pengetahuan itu ada batasnya. Makin
terbelakang kebudayaan manusia, makin sempit lingkaran batas akalnya. Soal-
soala hidup yang tak dapat dipecahkan akal pikiran dipecahakan dengan magic,
ilmu gaib. Magic menurut Frazer adalah semua tindakan manusia untuk mencapai
suatu maksud melalui kekuatan- kekuatan yang ada dibelakangnya. Manusia mula-
mula hanya menggunakan ilmu gaibuntuk memecahkan soal-soal hidupnya yang
ada diluar batas kemampuan dan pengetahuan akalnya.
Ilmu gaib menurut Frazer adalah segala system tingkah laku dan sikap
manusia untuk mencapai suatu maksud dengan menguasai dan mempergunakan
kekuatan-kekuatan dan kaidah gaib yang ada didalam alam. Sebaliknya religai
adalah segalasistem tingkah laku manusaia untuk mencapai suatu maksud dengan
cara menyandarkan dirir pada kemauan dan kekuasaan mahluk halus seperti roh-
roh,dewa-dewa,dsb.

Anda mungkin juga menyukai