Anda di halaman 1dari 11

HUMANITAS DALAM

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

Disusun oleh:
Gregorius Ranggawuni R

Yogyakarta
2018
DAFTAR ISI

BAB 1 Pendahuluan ................................................................................................. 1-1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1-1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1-2

1.3 Tujuan Pembahasan ......................................................................................... 1-2

BAB 2 Pembahasan .................................................................................................. 2-1

2.1 Definisi Humanitas........................................................................................... 2-1

2.2 Definisi Pendidikan Multikultural.................................................................... 2-2

2.3 Hubungan Humanitas Dengan Pendidikan Multikultural ................................ 2-3

2.4 Penerapan Pendidikan Multikultural Terhadap Humanitas ............................. 2-4

BAB 3 Penutup ......................................................................................................... 3-1

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 3-1

3.2 Saran ................................................................................................................. 3-1


BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Humanitas merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan


masyarakat. Secara umum humanitas diartikan sebagai perikemanusiaan. Dan atas
dasar hal tersebut maka terlihat dengan jelas bagaimana keterkaitan antara
humanitas dalam kehidupan masyarakat itu sendiri. Banyak hal yang menjadikan
humanitas menjadi batasan bagaimana seseorang bersikap dan mengambil
keputusan dalam sebuah masyarakat. Salah satu contoh yang paling sederhana
adalah bagaimana seorang hakim menjatuhkan hukuman 5 tahun penjara untuk
seseorang yang mencuri seekor ayam. Untuk beberapa individu, hal tersebut
menjadi tidak berperikemanusiaan karena yang dilihat adalah nilai ekonomis dari
seekor ayam. Sedangkan untuk individu lainnya, karena mereka hidup ditengah
masyarakat yang menjunjung tinggi nilai kejujuran dan sangat patuh terhadap
peraturan yang berlaku, hal tersebut menjadi wajar. Dari contoh tersebut dapat
terlihat bahwa budaya yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan
bermasyarakat juga turut mengambil peran penting dalam penentuan batas yang
menjadi acuan dalam humanitas itu sendiri.
Dari contoh kecil diatas maka dalam rangka menjembatani perbedaan sudut
pandang kultur, pendidikan memiliki peran yang sangat vital. Pendidikan akan
menjadikan seseorang memiliki wawasan yang lebih luas. Kemudian dengan
wawasan yang lebih luas, diharapkan akan tercipta toleransi. Dimana toleransi
tersebut merupakan salah satu elemen penting dalam humanitas.

1-1
1.2 Rumusan Masalah

Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah
ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antara
lain:
a. Apa yang dimaksud dengan humanitas?
b. Apa yang dimaksud dengan pendidikan multikultural?
c. Hubungan humanitas dengan pendidikan multikultural?
d. Penerapan pendidikan multikultural terhadap humanitas?

1.3 Tujuan Pembahasan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah


ini adalah:
a. Memahami arti dari humanitas
b. Memahami arti dari pendidikan multikultural
c. Memahami hubungan antara humanitas dengan pendidikan multikultural.
d. Memahami penerapan pendidikan humanitas terhadap humanitas.

1-2
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Definisi Humanitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), humanitas memiliki


definisi: 1. Kodrat manusia, 2. Perikemanusiaan. Dan pada hakekatnya sifat kodrat
manusia terdiri atas:

 Makhluk individu

Adalah Manusia sebagai perseorangan memiliki sifat-sifat sendiri sebagai


individu. Manusia sebagai individu adalah bersifat nyata, sebagai pribadi yang
berupaya merealisasikan potensi pribadinya.

 Makhluk Sosial

Adalah Manusia selain sebagai individu perorangan, juga sebagai warga


masyarakat (makhluk sosial). Manusia sebelum dilahirkan, pada waktu
dilahirkan senantiasa hidup di dalam masyarakat (sebagai warga masyarakat).
Ia tidak dapat merealisasikan potensinya hanya dengan dirinya sendiri.
Manusia senantiasa membutuhkan manusia lainnya dalam masyarakat. Hal itu
lebih jelas lagi bilamana dilihat pada kehidupan sehari-hari, seperti makan,
minum memenuhi kebutuhan hidupnya, pengakuan, perlindungan terhadap
hak dan kebutuhannya, senantiasa membutuhkan manusia lain dalam
masyarakat.

Menurut C.H. Cooley bahwa individu dan masyarakat bukan dua realitas
yang terpisahkan, melainkan dua sisi dari realitas yang satu, ibarat dua sisi dari
sekeping mata uang (Cooley, 1985:107).
Jadi manusia sebagai warga masyarakat adalah sekaligus sebagai individu,
perorangan.

2-1
2.2 Definisi Pendidikan Multikultural

Pendidikan multikultural berasal dari dua kata pendidikan dan


multikultural. Pendidikan merupakan proses pengembangan sikap dan tata laku
seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
pengajaran, pelatihan, proses, perbuatan dan cara-cara yang mendidik. Di sisi lain
Pendidikan adalah Transfer of knowledge atau memindahkan ilmu pengetahuan.
Sedangkan Multikultural secara etimologis multi berarti banyak, beragam dan
aneka sedangkan kultural berasal dari kata culture yang mempunyai makna
budaya, tradisi, kesopanan atau pemeliharaan. Rangkaian kata pendidikan dan
multikultural memberikan arti secara terminologis adalah proses pengembangan
seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas dan keberagamannya sebagai
konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku dan aliran (agama).
Zakiyuddin Baidhawi mendefinisikan pendidikan multikultural adalah
suatu cara untuk mengajarkan keragaman (teaching diversity). M. Ainul Yaqin
memahami pendidikan multikultural sebagai strategi pendidikan yang
diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan
perbedaan-perbedaan kultural yang ada pada para siswa seperti perbedaan etnis,
agama, bahasa, gender, klas sosial, ras, kemampuan dan umur agar proses belajar
menjadi mudah. John W. Santrock mendefinisikan pendidikan multikultural
adalah pendidikan yang menghargai diversitas dan mewadahi perspektif dari
beragam kelompok kultural atas dasar basis regular.
Dari ketiga definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan
multikultural adalah pendidikan untuk menanamkan pentingnya hidup bersama
dalam keberagaman dan perbedaan, dalam hal tersebut meliputi persamaan
derajat, saling percaya, saling menghargai dan memahami perbedaan maupun
persamaan.
Tujuan pendidikan multikultural adalah menciptakan kedamaian dengan
beranggapan/menganggap bahwa perbedaan adalah alat persatuan bukan alat
pemicu konflik. Perbedaan tersebut meliputi perbedaan ras, suku, budaya, agama,
dan lain – lain.

2-2
2.3 Hubungan Humanitas Dengan Pendidikan Multikultural

Manusia adalah makhluk monodualis, disamping sebagai makhluk individu,


manusia juga sebagai makhluk sosial yaitu bahwa setiap manusia dalam menjalani
kehidupannya akan selalu bersama dan bergantung pada manusia lainnya.
Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman manusia dari berbagai
ras, suku, agama, dan budaya. Sejarah kemerdekaan Indonesia dapat diraih oleh
seluruh perjuangan rakyat Indonesia dari sabang sampai merauke, dari berbagai
jenis suku dan golongan dengan penuh keberanian dan rasa persatuan. Hal tersebut
merupakan salah satu bentuk sifat humanisme masyarakat Indonesia terhadap
Multikultural yang ada di Indonesia. Dalam konteks Indonesia, multikulturalisme
merupakan toleransi atas kelompok-kelompok bahasa, agama, suku, etnik, dan
kultural. Pandangan-pandangan kelompok keagamaan dan kebudayaan tidak boleh
dilihat sebagai ancaman bagi ideologi negara, namun sebagai bagian dari kekayaan
nasional. Perbedaan dapat memperkuat kedaulatan dan persatuan bangsa.
Pedidikan dan pemahaman tentang masyarakat multikultular sangat
diperlukan bagi masyarakat Indonesia, untuk mengubah tingkah laku individu agar
tidak meremehkan dan melecehkan budaya lain atau kelompok lain khususnya dari
kalangan minoritas. Semakin bertumbuhnya sikap toleransi dalam diri individu
terhadap berbagai perbedaan rasial, etnis, agama, suku, dan golongan sehingga
tercipta kehidupan sosial yang toleran, rukun, aman, nyaman, dan sejahtera.
Hubungan humanitas dengan pendidikan multikultular dapat kita pahami
dan kita terapkan dalam kehidupan bermasyarakat dari dasar Negara Indonesia
yaitu Pancasila dan semboyan Negara Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
Penerapan nilai-nilai dari kelima sila dalam Pancasila yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Menjamin agar tidak ada diskriminasi atas nama agama, menjamin kebebasan
beragama.

2-3
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Menjaga persatuan bangsa berdasarkan semangat kemanusiaan, penegakan
Hak Asasi Manusia (HAM), menolak segala bentuk diskriminasi berdasarkan
suku, agama, ras, gender, umur, dan status social.
3. Persatuan Indonesia
Mengakui dan menghormati perbedaan budaya dengan mengupayakan
menguatnya perekat social hidup bersama.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Pembuatan komitmen dengan tidak ragu-ragu terhadap demokrasi. Demokrasi
sangat perlu ditegakkan dengan pasti, diperlukan pengembangan mekanisme
demokratis yang semakin nyata menyalurkan aneka aspirasi dan kepentingan
rakyat banyak.
5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pengentasan segala bentuk diskriminasi terhadap minoritas.

Nilai semboyan Bhinneka Tunggal Ika: Mencerminkan bahwa meskipun


Indonesia adalah multicultural, terdiri dari banyak ras, suku, agama, dan golongan,
tetapi seluruh rakyatnya dapat bertoleransi dan saling membantu untuk menjaga
kedaulatan, persatuan dan, memajukan Indonesia.

2.4 Penerapan Pendidikan Multikultural Terhadap Humanitas

Humanitas tidak bisa lepas dalam kehidupan bermasyarakat karena hal


tersebut menjadi salah satu tolok ukur penilaian perilaku seseorang. Maka dalam
rangka menjembatani kultur dari berbagai golongan masyarakat, pendidikan
memiliki peran yang sangat signifikan. Karena dengan pendidikan yang secara
berkelanjutan akan menghasilkan jembatan yang kokoh dan yang dapat diterapkan
dalam proses yang berkelanjutan tersebut adalah:
a. Menyampaikan hal-hal mendasar dari pendidikan multikultural di lingkungan
terkecil dalam masyarakat.

2-4
Pembentukan karakter dalam lingkungan paling kecil dalam masyarakat, yaitu
keluarga. Orang tua memiliki peran penting dalam pendidikan multikultural,
ilustrasi paling sederhana adalah jika orang tua tidak pernah mengajarkan
toleransi terhadap perbedaan budaya dan suku bangsa, maka anak-anak mereka
akan membawa perilaku yang mementingkan golongan tertentu saja. Merasa
paling benar atau superior diantara individu lainnya. Dimana hal tersebut sangat
berpotensi menimbulkan pertengkaran antar kelompok.
b. Memaksimalkan pengetahuan tenaga pendidik institusi formal maupun non
formal.
Tenaga pendidik juga memiliki peran yang sangat penting, dimana masyarakat
pada umumnya menganggap bahwa seorang pendidik memiliki pengetahuan
yang lebih. Diharapkan dengan peran serta tenaga pendidik, maka masyarakat
akan semakin memahami apa arti sesungguhnya dari humanitas, apa yang
menjadi tolok ukur sebuah perilaku yang humanis, apa yang terjadi dalam
sejarah saat seseorang tidak memiliki humanitas. Dan masih banyak hal lain
yang bisa dibagikan oleh seorang tenaga pendidik.
c. Memanfaatkan dan memaksimalkan diskusi kecil antar individu yang sering
terjadi di lingkungan pekerjaan, pendidikan, atau tempat lain yang menjadi
tempat berkumpulnya masyarakat.
Teman yang sering menghabiskan waktu bersama atau rekan dalam pekerjaan,
juga memiliki peran yang tidak kalah penting. Di saat orang tua atau keluarga
berdomisili dengan jarak yang sangat jauh, kemudian tidak ada lagi tenaga
pendidik yang mendampingi, maka pendapat dari teman atau rekan kerja akan
menjadi dominan. Mereka yang memiliki dasar pendidikan multikultural yang
baik akan selalu mengingatkan untuk bersikap humanis terhadap kondisi
multikultural yang ada. Justru ada kalanya pendidikan multikultural
memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan institusi
pendidikan formal maupun non formal. Hal itu bisa terjadi karena gaya bahasa
penyampaian yang cenderung lugas dan situasi diskusi yang penuh
kebersamaan.

2-5
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari paparan di atas maka penulis memberikan kesimpulan bahwa aspek


humanitas sangat berperan penting dalam proses pendidikan multikultural. Dengan
memahami makna dari humanitas dan pendidikan multikultural, dapat diketahui
dengan jelas penerapan yang paling sederhana dalam kehidupan bermasyarakat.
Dan terkadang kebanyakan orang berpikir bahwa pendidikan hanya terjadi di
lingkungan institusi pendidikan, padahal jika dicermati lebih teliti, pendidikan itu
sendiri dapat terjadi di berbagai tempat dengan berbagai kondisi dan waktu.
Dengan memahami hal tersebut, maka diharapkan kehidupan bermasyarakat yang
mencerminkan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dapat segera terwujud.

3.2 Saran

Dengan menyadari bahwa ketidaksempurnaan dari makalah ini, setelah lebih


memahami hubungan humanitas dengan pendidikan multikultural, kita semua
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedikit perubahan yang
dilakukan secara kolektif dan berkelanjutan, tentu akan menimbulkan efek yang
lebih besar.

3-1
DAFTAR PUSTAKA

Ainul Yaqin, M. Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding untuk


Demokrasi dan Keadilan, Yogyakarta: Pilar Media. 2005.

Baidhawi, Zakiyuddin, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, Jakarta: Erlangga,


2005.

KBBI, 2018. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] Available at:
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/humanitas [Diakses 12 Maret 2018].

Nur P., Ginanjar, 2014. Materi Kodrat Manusia. [Online] Available at:
http://ginanjarnurprasetyo.blogspot.co.id/2014/04/materi-kodrat-
manusia.html [Diakses 12 Maret 2018].

Santrock, John W., 2007, Psiqologi Pendidikan, alih bahasa Tri Wibowo B.S. Jakarta:
Kencana.

Anda mungkin juga menyukai