Anda di halaman 1dari 11

INDISCHE PARTIJ

YOGYAKARTA
2018
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................ i
Daftar Isi......................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1-1

1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................1-1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1-1

1.3 Tujuan Pembahasan..........................................................................................1-2

BAB 2 PEMBAHASAN...........................................................................................2-1

2.1 Terbentuknya Indische Party............................................................................2-1

2.2 Pengaruh Indische Party Terhadap Organisasi Lain Pada Masanya................2-2

2.3 Bubarnya Indische Party..................................................................................2-3

BAB 3 PENUTUP....................................................................................................3-5

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................3-5

3.2 Saran.................................................................................................................3-5

i
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada medio awal 1900-an, Indonesia pada hakekatnya masih dijajah oleh
Belanda, akan tetapi pada periode tersebut terjadi berbagai macam peristiwa
penting yang menjadi titik awal kebangkitan pemuda dalam rangka
memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Beberapa diantaranya yang
fenomenal adalah pada tahun 1908 berdirinya Budi Utomo, diikuti oleh pendirian
Sarikat Dagang Islam pada tahun 1911 yang menjadi cikal bakal Sarikat Islam,
kemudian pada tahun 1912 berdiri Indische Partij. Ketiga organisasi tersebut
pada awalnya bergerak pada bidang yang sangat penting. Budi Utomo bergerak
di bidang pendidikan, Sarikat Islam di bidang perdagangan dan Indische Partij di
bidang politik.
Yang menarik adalah dua organisasi yang lebih dulu berdiri (Budi Utomo
dan Sarikat Islam) pada akhirnya bergerak di bidang politik juga. Bisa dikatakan
bahwa Indische Partij memberikan dampak yang sangat signifikan sehingga
mempengaruhi perjalanan Budi Utomo dan Sarikat Islam. Akan tetapi jika
ditinjau dari sisi umur organisasi, justru Indische Partij adalah yang paling
pendek dan masing-masing pendirinya setelah berpisah jalan, menggeluti bidang
pendidikan. Bahkan sampai melahirkan konsep pendidikan yang sangat dikenal
masyarakat luas hingga saat ini.

1.2 Rumusan Masalah

Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam


makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan. Beberapa masalah tersebut
antara lain:
a. Bagaimana Indische Partij terbentuk?
b. Apa pengaruh Indische Partij terhadap organisasi pemuda lain pada masanya?
c. Apa yang menyebabkan Indische Partij bubar?

1.3 Tujuan Pembahasan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah


ini adalah:
a. Memahami terbentuknya Indische Partij.
b. Memahami pengaruh Indische Partij terhadap organisasi lain pada masanya.
c. Memahami penyebab bubarnya Indische Partij.
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Terbentuknya Indische Party

Ada beberapa sumber yang dapat menceritakan proses terbentuknya


Indische Party, kebanyakan sumber tersebut mengatakan bahwa Indische Party
didirikan oleh Tiga Serangkai. Akan tetapi ada satu sumber yang berkata lain.
Menurut Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1977) didirikan di Bandung pada
tanggal 25 Desember 1912 oleh Dr. Douwes Dekker alias Danuhirdjo Setia
Buddhi, Dr. Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Surjaningrat alias Ki Hajar
Dewantara.
Menurut Anwar Kurnia dan Moh. Suryana (2007), Indische Partij didirikan
di Bandung pada 25 Desember 1912 oleh Tiga Serangkai, yakni Dr. Douwes
Dekker (Danurhidja Setiabudi), dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi
Soerjaningrat (Ki Hadjar Dewantara).
Akan tetapi menurut Slamet Muljana (2008), sejak tahun 1898 bangsa
Indo-Eropa yang menetap di Indonesia telah mempunyai perhimpunan, yang
bertujuan untuk mengangkat derajat golongan di bidang sosial ekonomi.
Perhimpunan itu bernama De Indische Bond (Perhimpunan Hindia). Tanggal 17
Desember 1911 De Indische Bond mengadakan rapat umum di Jakarta dengan
Ernest Douwes Dekker sebagai pembicara tunggal. Kemudian tanggal 25
Agustus 1912, Perhimpunan Hindia mengadakan rapat lagi di Jakarta yang
kemudian mengambil keputusan untuk membentuk suatu komisi peneliti yang
terdiri dari 7 orang yaitu J.R. Agebeek, J.D. Brunsheld van Hulten, G.P. Charli,
E.C.L. Couvreur, E.F.E. Douwes Dekker, J. Van der Poel dan R.H. Teuscher.
Komisi itu disebut juga dengan Panitia Tujuh. Dibawah pimpinan Douwes
Dekker, panitia itu mengadakan rapat di Bandung tanggal 6 September 1912.
Van der Poel membahas keanggotaan perhimpunan baru yang sedang dalam
persiapan., Teuscher mengupas hak Hindia Putera atas tanah Hindia, Brunsheld
van Hulten mengupas hari depan Hindia Putera dan Douwes Dekker
mencurahkan perhatiannya pada kewajiban bersaudara antar semua Hindia
Putera. Yang dimaksud dengan Hindia Putera adalah orang yang dilahirkan,
bertempat tinggal dan akhirnya dikebumikan di tanah air Hindia. Pada saat itu
juga perhimpunan baru tersebut diberi nama Indische Partij atau Partai Hindia.

2.2 Pengaruh Indische Party Terhadap Organisasi Lain Pada Masanya

Menurut beberapa dokumen, para pendiri Indische Partij memiliki


hubungan pertemanan yang cukup erat dengan beberapa tokoh dalam Budi
Utomo dan Sarikat Islam.
Douwes Dekker pernah mengadakan perjalanan propaganda di pulau
Jawa yang dimulai pada tanggal 15 September sampai dengan tanggal 3 Oktober
1912. Di Bandung, ia bertemu dan sekaligus mendapat dukungan dari Suwardi
Surjaningrat dan Abdul Muis (Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan
Daerah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977, p. 56).
Pernyataan dukungan dari Abdul Muis terhadap pemikiran Douwes
Dekker terkait visi dan misi Indische Partij. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa
terdapat kesamaan terhadap pola pikir dalam menjalankan sebuah organisasi.
Pada tahun 1913 Dr. Cipto Mangunkusumo dengan bantuan Suwardi
Suryaningrat, Abdul Muis, dan Wignjodisastro, membentuk sebuah panitia
dengan nama Comite’ tot Hedengking va Nederlands Hoderdjarige Vrijheid,
yang disebut juga dengan Panitia Bumi Putera. (Muljana, 2008, p. 88). Dan salah
satu dokumen juga menyebutkan bahwa Abdul Muis menjadi pengurus dalam
Pusat Sarikat Islam yang berdiri pada tanggal 18 Maret 1916 (Muljana, 2008, p.
123). Dengan duduknya Abdul Muis sebagai salah pengurus Pusat Sarikat Islam
menjadi salah satu bukti yang menunjukan bahwa Indische Partij melalui Dr.
Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat memberikan pengaruh terhadap
perjalanan Sarekat Islam melalui Abdul Muis.
Bagi orang-orang Budi Utomo, Douwes Dekker sebagai wartawan
Bataviaasch Nieuwsblad, selalu menyediakan tempat untuk propaganda
perhimpunan Budi Utomo. Dan Douwes Dekker sering menerima pendukung
cita Budi Utomo di rumahnya dengan ramah (Muljana, 2008, p.76). Dan dari
pergaulan yang erat antara pendukung Budi Utomo dan Douwes Dekker,
memberi dorongan ke arah perubahan Budi Utomo dari arah pendidikan ke arah
politik meskipun hal tersebut baru tampak pada tahun 1915. (Muljana, 2008, p.
81). Dari kedua peristiwa tersebut, dapat dilihat bagaimana seorang Douwes
Dekker memberi pengaruh yang sangat besar terhadap arah perjalanan Budi
Utomo.

2.3 Bubarnya Indische Party

Yang menjadi titik balik perjalanan Indische Partij adalah rangkaian


kejadian yang terjadi pada awal sampai dengan pertengahan 1913. Dimulai
dengan selebaran dalam bahasa Belanda berjudul Als ik eens Nederlaner Was
yang ditulis oleh Suwardi Suryaningrat (Muljana, 2008, p. 88), karena efek yang
luar biasa dari tulisan tersebut, Dr. Cipto Mangunkusumo, Suwardi Suryaningrat
dan Abdul Muis dipanggil ke muka pengadilan untuk dimintai keterangan. Dan
yang kedua kalinya pada tanggal 21 Juli 1913. Hal tersebut justru menciptakan
efek domino, gelombang kedua terjadi saat pada tanggal 26 Juli 1913, Dr. Cipto
Mangunkusumo menulis dalam harian “de Express” di bawah judul Kracht Vress
(Tanda Kuat Apakah Tanda Ketakutan?) (Muljana, 2008, p. 93). Gelombang
selanjutnya terjadi pada tanggal 5 Agustus 1913, Douwes Dekker yang baru
pulang dari perjalanan ke Eropa, menulis dalam harian “de Express” yang isinya
menyatakan Dr. Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat sebagai
pahlawan. Dan karena kecurigaan dari kalangan yang berwajib, timbul atas dasar
tulisan tersebut, pada tanggal 9 Agustus ketiga nasionalis tersebut ditangkap, lalu
ditahan. Dan pada tanggal 18 Agustus, ketiganya dijatuhi hukuman pengasingan.
Dr. Cipto Mangunkusumo dibuang ke Pulau Banda, Suwardi Suryaningrat dibuat
ke Pulau Bangka dan Douwes Dekker dibuang ke Timor Kupang. (Muljana,
2008, p. 95).
Dengan adanya hukuman tersebut, maka gerakan Indische Partij terhenti.
Kemudian saat para pendirinya kembali dari pengasingan, Dr. Cipto
Mangunkusumo pada tahun 1914, Suwardi Suryaningrat pada tahun 1917 dan
Douwes Dekker pada tahun 1918. Mereka kembali aktif dalam perpolitikan,
dengan bergabung dalam Insulinde. (Muljana, 2008, p. 97).
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan singkat terkait Indische Partij, maka penulis dapat


menyampaikan beberapa hal, yaitu:
a. Penulis sangat setuju dengan pola perjuangan Indische Partij, karena
untuk memerdekan sebuah bangsa, yang paling tepat adalah melalui
jalur politik. Dan Douwes Dekker, sebagai pelopor sangat cerdas dalam
menentukan jalur tersebut yang didukung dengan hubungan yang baik
dengan organisasi besar terdahulu seperti Budi Utomo dan Sarikat
Islam.
b. Dapat disimpulkan bahwa yang Indische Partij memang memberikan
pengaruh terhadap organisasi lain pada masanya, bahkan sangat besar
karena mampu mengubah arah pergerakan Budi Utomo yang berbasis
pada pendidikan kebudayaan dan Sarikat Islam yang berbasis pada
ekonomi.
c. Dapat dimaklumi jika Indische Partij tidak berumur panjang, hal itu
dikarenakan pukulan telak yang dilancarkan pendiri Indische Partij
kepada Belanda. Ketakutan Belanda yang sangat masuk akal,
mengakibatkan dibuangnya Tiga Serangkai dan hal tersebut mematikan
pergerakan Indische Partij.

3.2 Saran

Dengan menyadari bahwa ketidaksempurnaan dari makalah ini, setelah


lebih memahami Indische Partij beserta para pendirinya, diharapkan pembaca
dapat mempelajari perjuangan pemuda pada periode awal 1900 dan
menerapkannya dalam perjuangan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Muljana, Slamet. Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan,


Yogyakarta: LKiS. 2008.

Kurnia, Anwar, dan Moh. Suryana. Sejarah 2 SMP Kelas VIII, Jakarta: Yudhistira,
2007.

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Proyek Penelitian dan Pencatatan


Kebudayaan Daerah. Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Istimewa
Yogyakarta, Yogyakarta, 1977.

Gie, Soe Hok. Di Bawah Lentera Merah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1999.

Anda mungkin juga menyukai