Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH SOSIOLOGI

“SUKU MINANGKABAU”

Di
S
U
S
U
N
Oleh:
 Nunu cahaya
 Fitri ayu widyastusi
 Indah pratiwi
 Risma
 St aminah

Kelas XI Mipa 6
SMA NEGERI 1 MODEL PINRANG
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karna berkat rahmat dah
hidyahNya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “suku minangkabau” tanpa
hambatan. Makalah ini dibuat sebagai bahan pembelajaran tentang sosiologi dan sebagai
bentuk pemenuhan tugas. Kami berharap semoga makalah yang sederhana ini bisa
memberikan pembelajaran dan pengetahuan bagi pembaca khususnya mengenai Demokrasi
di Indonesia, tidak lupa kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penulisan
makalah ini demi perbaikan penulis dalam menulis makalah selanjutnya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kelompok 3

Senin,06 November 2017

i
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………….....i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………......ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..1
A. Latar belakang………………………………………………………………………
B. Rumusan masalah……………………………………………………………………..
C. Tujuan…………………………………………………………………………………
D. Manfaat…………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………….
A. Alat kelahiran…………………………………………………………………………
B. Perkawinan……………………………………………………………………………
C. Adat menanam/pertanian……………………………………………………………...
D. Kesenian………………………………………………………………………………
E. Makanan………………………………………………………………………………
F. Alat - alat kehidupan……………………………………………………………………
G. Sistem kepercayaan……………………………………………………………………..
H. Ras atau ciri fisik………………………………………………………………………..
I. Sistem kekerabatan……………………………………………………………………
J. Pakaian adat…………………………………………………………………………….
BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………………….
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sebagai masyarakat Indonesia, kita harus mengetahui berbagai macam kebudayaan
yang ada di Negara kita. Indonesia terdari banyak suku dan budaya, dengan mengenal
dan mengetahui hal itu, masyarakat Indonesia akan lebih mengerti kepribadian suku lain,
sehingga tidak menimbulkan perpecahan maupun perseturuan. Pengetahuan tentang
kebudayaan itu juga akan memperkuat rasa Nasionalisme kita sebagai warga Negara
Indonesia yang baik.
Selain hal-hal diatas, kita juga dapat mengetahui berbagai budaya di Indonesia yang
mengalmi akulturasi. Karena proses akulturasi yang terjadi tampak simpang siur dan
setengah-setengah. Contoh, perubahan gaya hidup pada masyarakat Indonesia yang
kebarat-baratan yang seolah-olah sedikit demi sedikit mulai mengikis budaya dan adat
ketimurannya.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana adat kelahiran suku minangkabau?
2. Bagaimana adat perkawinan suku minangkabau?
3. Bagaimana adat menanam suku minangkabau?
4. Bagaimana kesenian suku minangkabau?
5. Bagaimana makanan khas suku minangkabau?
6. Bagaimana alat-alat kehidupan suku minangkabau?
7. Bagaimana kepercayaan suku minangkabau?
8. Bagaimana ras atau cirri fisik suku minangkabau?
9. Bagaimana sistem kekerabatan suku minangkabau?
10. Bagaimana pakaian adat suku minangkabau?
C. Tujuan
Untuk mengetahui keadaan masyarakat Minangkabau, adat istiadat dan budaya
masyarakat Minangkabau dan social kemasyarakatannya.
D. Manfaat
Memberikan pengetahuan pada masyarakat pada umumnya dan siswa pada khususnya
tentang pada masyarakat Minangkabau.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Adat kelahiran suku minangkabau
Pada zaman dahulu biasanya kelahiran bayi biasanya dibantu oleh seorang dukun
atau bidan, yang ditungui oleh Ibu Mertua. Namun pada zaman sekarang sudah
dilakukan oleh dokter dirumah sakit atau rumah bersalin .
Untuk menyambut kelahiran sang bayi, diadakan pertunjukan musik Talempong
sebagai pernyataan kegembiraan dan rasa syukur keluarga tersebut. Plasenta bayi (uri)
dimasukkan ke dalam tanah dan ditutupi dengan kain putih. Penguburan plasenta
(batanam uri) dilakukan oleh salah seorang yang dianggap terpandang dalam lingkungan
keluarga.
a)    Manyambut Kelahiran
Setelah bayi yang dikandung oleh ibunya dan dilahirkan dengan selamat, maka
pihak bako (keluarga ayah) dari si bayi harus segera dikabari. Kemudian bako akan
menyilau (melihat) anak pada hari kelahirannya itu juga dengan membawa buah
tangan berupa ameh (emas) sabantuak. Pada saat itu bako si bayi menanyakan pada
ibu si bayi tersebut kapan si bayi boleh dibawa pulang dari rumah bersalin. Pada hari
yang telah ditentukan untuk membawa pulang si bayi, maka bako si bayi datang
untuk manjapuik (menjemput) si bayi dan membawa si bayi pulang ke rumah ibunya.
Saat manjaput bayi tersebut induk bako membawa sebuah kain panjang baru untuk
menggendong si bayi. Bayi mungil itu akan digendong bakonya sampai ke rumah
ibunya.
Biasanya pada saat menjemput bayi ke rumah bersalin, bako menyewa satu
kendaraan. Setelah sampai di rumah ibu si bayi bako menidurkan si bayi di tempat
yang disediakan. Kemudian bako akan menyampaikan rencana turun mandi si bayi
kepada pihak keluarga ibu si bayi. Setelah berbincang sejenak,
pihak bako meminta  diri untuk pulang ke rumahnya. Kain panjang yang dipakai
untuk menggendong si bayi tidak boleh dibawa lagi oleh bako, melainkan diberikan
kepada si bayi.
b)    Turun Mandi
Tiga hari setelah si bayi di bawa pulang dari rumah bersalin, sesuai dengan
rencana induak bako, maka pada hari ketiga itu akan dilangsungkan acara turun mandi
2
Upacara turun mandi dilakukan setelah bayi berumur 40 hari.  Acara turun mandi
biasanya dilakukan pada pagi hari. Pada saat acara turun mandi bako
membawakan kain balapak, maniak kudo-kudo dan perlengkapan mandi untuk anak
pisangnya. Sesampai dirumah si bayi, bako akan memasangkan kain balapak di
sekeliling badan si bayi dan mengalungkan maniak kudo-kudo di leher si bayi. Setelah
itu bako akan menggendong si bayi dengan kain panjang yang dipakai untuk
membawa si bayi dari rumah bersalin dulu ke tempat pemandian umum yang biasanya
disebut dengan pancuran. Sesampai di pancuran, induak bako akan memandikan anak
pisangnya. Setelah selesai dimandikan si bayi dibedung dan dipasangkan lagi kain
balapak dan maniak kudo-kudo. Kemudian bako mengantarkan si bayi kembali ke
rumah ibunya. Tujuan dari acara turun mandi ini adalah agar si bayi mengenal
lingkungannya dengan baik dan dapat menjadi bagian dari lingkungan itu.
c)    Maambiak Abuak
Acara maambiak abuak dilakukan enam hari setelah kelahiran bayi. Pada hari
yang telah ditentukan itu induak bako pergi ke rumah anak pisangnya dengan
membawa nasi lamak, godok, goreng, dan singgang ayam. Acara maambiak
abuak dilakukan oleh alim ulama, tujuannya adalah agar si bayi terhindar dari segala
kejelekan dan kejahatan. Pada acara ini biasanya juga disertai dengan acara maagiah
namountuk si bayi. Acara dimulai dengan proses mendo’a, kemudian maagiah
namo si bayi yang dilanjutkan dengan memotong rambut si bayi yang dipotong lebih
kurang 7 helai rambut disetiap sisi kepala si bayi. Kemudian rambut yang telah
dipotong ditaruh di atas daun pisang yang di dalamnya terdapat berbagai jenis
kembang yang diberi wewangian. Tujuannya adalah agar si bayi dapat menjadi anak
yang baik dan disenangi semua orang. Pembawaan induak bako akan ditinggalkan
dirumah anak pisangnya sebanyak separuh, sementara yang separuhnya dibawa
kembali pulang oleh induak bako. Selain itu pembawaaninduak bako akan diganti
dengan gulai ikan, dan pengganan lainnya oleh pihak keluarga anak pisang.
d)    Aqiqah
Acara aqiqah adalah acara yang bernafaskan ajaran agama Islam. Hadist dari
Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa anak yang baru lahir hendaklah
diaqiqahkan. Waktu pelaksanaan aqiqah sebaiknya adalah pada hari ke tujuh
kelahiran, atau hari keempat belas kelahiran, atau hari kedua puluh satu kelahiran. jika
3
tidak mampu melakukannya pada tiga jangka waktu itu, maka anak harus diaqiqahkan
sebelum dia menikah. Untuk mengaqiqahkan anak laki-laki disediakan dua ekor
kambing, sedangkan untuk mengaqiqahkan anak perempuan disediakan satu ekor
kambing. Kambing jantan yang digunakan untuk aqiqah adalah kambing jantan yang
telah berumur tiga tahun dan tidak cacat. Acara aqiqah dimulai dengan penyampaian
niat aqiqah dari orangtua si bayi kepada alim ulama serta semua keluarga dan
undangan. Kemudian dilanjutkan dengan acara mendo’a syukuran dan persiapan
pemotongan. Setelah itu kambing disembelih, lalu dibersihkan dan dimasak. Setelah
gulainya masak, dibacakan do’a aqiqah di atas rumah serta diteruskan dengan acara
makan-makan.
e)      Manjapuik Anak
Acara manjapuik anak dilakukan setelah anak berumur antara satu sampai tiga
bulan. Acaramanjapuik anak dilakukan oleh pihak bako si anak. Induak bako sebelum
pergi manjapuik anak ke rumah ibunya terlebih dahulu memberitahu kapan anak akan
dijemput. Kemudian induak bako akan menjemputanak pisangnya sesuai dengan
kesepakatan yang telah direncanakan. Pada saat manjapuik anak, induak
bako membawa kain balapak dan maniak kudo-kudo yang kemudian dipasangkan
pada si anak. Setelah sampai di rumah si anak, induak bako menyampaikan maksud
dan tujuan kedatangannya pada tuan rumah. Atas persetujuan dari tuan rumah,
maka induak bako memasangkan kain balapak dan maniak kudo-kudopada si anak
dan menggendong si anak untuk dibawa ke rumah bakonya beserta ibunya. Kemudian
si anak dan ibunya akan tinggal selama tiga hari di rumah bako si anak dan tidak
boleh pulang ke rumahnya dalam tiga hari itu. Setelah anak dan ibunya berada tiga
hari di rumah bako si anak, maka pada hari keempat si anak dan ibunya boleh kembali
ke rumahnya. Anak dan ibunya tidak dibiarkan pulang sendiri melainkan akan
diantarkan kembali oleh induak bako si anak. Si anak belum boleh pergi ke
rumah bakonya sendiri sebelum dia dijapuik oleh bakonya.
f)     Maantaan Anak
Setelah si anak dan ibunya berada di rumah bako si anak selama tiga hari, maka
pada hari keempat anak dan ibunya tersebut akan diantarkan kembali oleh induak
bako si anak ke rumah ibunya. Acara ini dikenal juga dengan nama acara maantaan
anak.Pada acara maantaan anak semua pihak bako si anak berkumpul di rumah bako
kontansi anak denganmembawa bangkiah yang berisi satu liter beras untuk mengiringi
4
anak ke rumahnya. Sementara bako kontan si anak akan memberi si anak seekor
kambing atau seekor ayam betina untuk bekal bagi si ibu dalam membesarkan si anak.
Anak yang akan diantarkan, setelah dimandikan dipakaikan kain balapak dan maniak
kudo-kudo. Kemudian akan digendong oleh bako kontannya dan diarak beramai-
ramai dengan diikuti oleh semua bako dan undangan yang membawa bangkiah tadi
untuk diantarkan sampai ke rumah ibu si anak.
Sesampai di sana si anak akan ditidurkan ditempat yang disediakan dan acara
dilanjutkan dengan acara makan-makan. Setelah itu induak bakodan semua pihak
yang ikut mengantarkan si anak tadi mohon diri untuk kembali kerumah mereka.
Isi bangkiah para pengiring dalam acara maantaan anak ini, diganti dengan sebungkus
nasi lengkap dengan lauknya.
B. Adat Perkawinan Suku Minangkabau
Perkawinan menimbulkan hubungan baru tidak saja antara pribadi yang
bersangkutan, antara marapulai dan anak dara tetapi juga antara kedua keluarga. Latar
belakang antara kedua keluarga bisa sangat berbeda baik asal-usul, kebiasaan hidup,
pendidikan, tingkat sosial, tatakrama, bahasa dan lain sebagainya. Karena itu syarat
utama yang harus dipenuhi dalam perkawinan, kesediaan dan kemampuan untuk
menyesuaikan diri dari masing-masing pihak. Pengenalan dan pendekatan untuk dapat
mengenal watak masing-masing pribadi dan keluarganya penting sekali untuk
memperoleh keserasian atau keharmonisan dalam pergaulan antara keluarga kelak
kemudian. Perkawinan juga menuntut suatu tanggungjawab, antaranya menyangkut
nafkah lahir dan batin, jaminan hidup dan tanggungjawab pendidikan anak-anak yang
akan dilahirkan. Berpilin duanya antara adat dan agama Islam di Minangkabau
membawa konsekwensi sendiri. Baik ketentuan adat, maupun ketentuan agama dalam
mengatur hidup dan kehidupan masyarakat Minang, tidak dapat diabaikan khususnya
dalam pelaksanaan perkawinan. Kedua aturan itu harus dipelajari dan dilaksanakan
dengan cara serasi, seiring dan sejalan. Pelanggaran apalagi pendobrakan terhadap salah
satu ketentuan adat maupun ketentuan agama Islam dalam masalah perkawinan, akan
membawa konsekwensi yang pahit sepanjang hayat dan bahkan berkelanjutan dengan
keturunan. Hukuman yang dijatuhkan masyarakat adat dan agama, walau tak pernah
diundangkan sangat berat dan kadangkala jauh lebih berat dari pada hukuman yang
dijatuhkan Pengadilan Agama maupun Pengadilan Negara. Hukuman itu tidak kentara
5
dalam bentuk pengucilan dan pengasingan dari pergaulan masyarakat Minang. Karena
itu dalam perkawinan orang Minang selalu berusaha memenuhi semua syarat perkawinan
yang lazim di Minangkabau. Syarat-syarat itu menurut Fiony Sukmasari dalam bukunya
Perkawinan Adat Minangkabau adalah sebagai berikut :
a. Kedua calon mempelai harus beragama Islam.
b. Kedua calon mempelai tidak sedarah atau tidak berasal dari suku yang sama, kecuali
pesukuan itu berasal dari nagari atau luhak yang lain.
c. Kedua calon mempelai dapat saling menghormati dan menghargai orang tua dan
keluarga kedua belah pihak.
d. Calon suami (marapulai) harus sudah mempunyai sumber penghasilan untuk dapat
menjamin kehidupan keluarganya.
Perkawinan yang dilakukan tanpa memenuhi semua syarat diatas dianggap
perkawinan sumbang, atau perkawinan yang tidak memenuhi syarat menurut adat
Minang. Selain dari itu masih ada tatakrama dan upacara adat dan ketentuan agama Islam
yang harus dipenuhi seperti tatakrama jopuik manjopuik, pinang meminang, batuka
tando, akad nikah, baralek gadang, jalang manjalang dan sebagainya. Tatakrama dan
upacara adat perkawinan inipun tak mungkin diremehkan karena semua orang Minang
menganggap bahwa “Perkawinan itu sesuatu yang agung”, yang kini diyakini hanya
“sekali” seumur hidup.

C. Adat Pertanian Suku Minangkabau


BERCOCOK TANAM  tanam dan beternak adalah budaya kental masyarakat
Minangkabau. Berpikir untuk hidup ke esok dicermin kan orang Minang dengan adanya
rangkiang di halaman rumah gadang. Rangkiang tempat menyimpan padi. Itu adalah
cerminan dari ketahanan pangan masyarakat Minang.
Bertani dan beternak bagi orang Minang adalah tabungan kesejahteraan. Prinsip
kemakmuran orang Minang, ketika padi menjadi, ketika taranak berkembang, ketika
jagung berbunga—bak pepatah “ bumi sanang padi manjadi, padi masak jaguang
maupia, anak buah sanang santosa, bapak kayo mande batuah, mamak disambah urang
pulo”. Begitulah tujuan hidup orang Minang, yakni bumi sanang padi manjadi taranak
bakambang biak. Hidup yang penuh berkah, yang sesuai dengan ajaran Islam yaitu
"baldatun taiyibatun wa robbun gafuur". Dan tentu saja hal itu adalah cermin dari
6
kesepakatan masyarakat Minangkabau dalam sandaran sikap “adat basandi syarak,
syarak basandi kitabullah”.
Asas pemanfaatan bagi orang Minang sangat tinggi. Dalam kehidupan sosial dan
budaya, orang Minang tak mengenal apa yang kita sebut dengan sampah masyarakat.
Mengapa, karena bagi orang Minang, tak ada orang yang tak berguna. Orang Minang
senantiasa memercayai  dan memberikan sebuah pekerjaan kepada orang yang tepat
seperti yang disampaikan oleh pepatah kita : “Nan Buto pahambuih lasuang, nan pakak
palapeh badie, Nan lumpuah pahuni rumah, nan kuek paangkuik baban, nan jangkuang
jadi panjuluak, nan randah panyaruduak, nan pandai tampek batanyo, nan cadiak bakeh
baiyo, nan kayo tampek batenggang
Konsep the right man in the right place masak dalam kehidupan sosial orang
Minang.  Pembagian kerja bagi orang Minang itu  rasional atau objektif. Semua
termanfaatkan. Itu sesuai pula dengan sabda Rasulullah: “Sebaik-baik manusia adalah
yang paling bermanfaat bagi manusia.” [Hasan: Shahih Al-Jami’ no. 3289]
Prinsip pemanfaatan manusia dan SDM bagi orang Minang itu sangat rasional dan
objektif sekali. Bahkan, pemanfaatan lahan bagi orang Minang sangat selektif. Tak ada
lahan yang tak berguna bagi orang Minang. Semua lahan termanfaatkan sesuai bentuk,
lokasi dan jenisnya. Sesuai benar dengan pepatah : “ Nan lurah tanami bambu, nan
lereang tanami tabu, nan padek kaparumahan, nan gurun buek ka parak, nan bancah
dibuek sawah, nan munggu kapakuburan, nan gauang ka tabek ikan, nan padang
kapaimpauan, nan lambah kubangan kabau, nan rawang payo kaparanangan itiak” .
Semestinya juga, masyarakat Minangkabau tak mengenal apa yang disebut dengan
lahan telantar atau lahan tidur. Masyarakat Minang adalah masyarakat pertanian, ketika
ke rimba berbunga kayu, air tergenang dijadikan kolam ikan, tanah tanah ditanamkan
benih, tanah keras dibikin ladang, sawah bertumpak di tanah yang datar, ladang
berbidang di lahan yang lereng. Begitulah budaya sosial masyarakat kita di
Minangkabau.
Bahkan orang Minang sudah memiliki teknologi pertanian yang merupakan warisan
dari nenek moyang kita. Mereka bertani sesuai musim. Seperti pesan pepatah:” Ka
ladang di hulu tahun, ka sawah di pangka musim, hasia banyak nkarano jariah, hasia
buliah karano pandai”. Pepatah itu menyisipkan dua kata inti dalam hal ihwal berladang
orang Minang. Yakni, pertama kerja keras, kedua karena pengetahuan atau kepandaian.
7
Semangat dan optimisme orang Minang itu sangat tinggi. Tak ada yang tak mungkin
bagi orang Minang asal dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan kerja keras. “lawik
dalam buliah diajuak, bumi laweh dapek digali, bukik dapek diruntuah, asa bajariah
bausaho. Lawik ditimbo lai ka kariang, gunuang di runtuah mungkin data, sadang dek
samuik runtuah tabiang, apolagi dek manusia nan baraka”. Begitulah dalil rasional orang
Minangkabau.
Jauh sebelum Koes plus mendengakan tongkat ditanam jadi “buah”, orang Minang
sudah lebih dulu meyakini. Bahkan tak tongkat saja yang tumbuah, melainkan artinya
lebih luas, yakni “ Apo ditanam namuah tumbuah, bijo ditanam ka babuah, batang
ditanam kabarisi, batanam nan bapucuak, mamaliharo nan banyao”.
Bahkan, sebelum bertanam, orang minang memikirkan perairan atau irigasi. “
Dibuek banda baliku, tibo di bukik digali, tibo di batu dipahek, tibo di batang di
kabuang”.
D. Kesenian Suku Minangkabau
1) Seni Bangunan
Rumah adat
Minangkabau disebut rumah
gadang. Rumah gadang
terdiri atas biliek sebagai
ruang tidur, dan didieh
sebagai ruang tamu. Ciri
utama rumah itu adalah
bentuk lengkung atapnya
yang disebut gonjong yang artinya tanduk rebung. Antara atap dan lantai terdapat
pegu. Di desa Balimbing lebih kurang 10 km dari timur kota Batu Sangkar banyak
dijumpai rumah gadang yang berumur 300 tahun.
2) Seni Tari
Tari-tarian yang ada adalah tari silat kucing dan tari silat tupai malompek yang
masih dijumpai di daerah-daerah Payakumbuh. Lagu yang digunakan dalam tari itu
adalah Cak Din Din, Pado-Pado, Siamang Tagagau, Si Calik Mamenjek, Capo, dan
Anak Harimau dalam Gauang. Selain itu juga terdapat tari piring, tari Lilin, tari
payung, dan tari serampang dua belas.
8

3) Seni Musik

Alat-alat musik tradisonal dari suku bangsa Minangkabau adalah saluang dan
talempong. Saluang biasa dikenal dengan seruling, sedangkan talempong mirip
dengan gamelan yang dibunyikan dengan pemukul.

4) Seni Sastra

Seni sastra yang berkembang pada suku bangsa Minangkabau dan pada umumnya
adalah seni sastra pantun yang berupa nasihat..
9
E. Makanan Khas Suku Minangkabau
1.Randang (Rendang)
Rendang adalah masakan tradisional khas
Minang Sumatera Barat. Merupakan masakan
favorite hampir setiap orang yang datang ke
Rumah Makan padang. Randang terbuat dari
daging sapi sebagai bahan utamanya. Bahan-
bahan utamanya adalah daging sapi (dagiang
sapi), air parutan kelapa (aia karambia), cabai (merah lado merah) dan bumbu-bumbu
pemasak lainnya (langkok-langkok tidak menggunakan kunyit agar tekstur daging
tidak rusak). Biasanya kelapa yang digunakan dalam jumlah yang banyak (misalnya 4
kelapa untuk 1 kg daging sapi) agar rasa rendangnya lebih manis. Sekarang rendang
bukan saja dari daging sapi, tetapi dari daging ayam, telur dan buah nangka muda pun
sering dibuat rendang oleh masyarakat Minang Sumatera Barat.
Dalam acara adat Minang seperti Pernikahan, Khatam Al Qur'an, Sunatan, dll
Rendang adalah masakan yang memperoleh posisi terhormat.
Rendang ini masakan Padang yang paling awet, bisa lebih dari dua bulan asalkan
dipanas kan secara rutin. Warnanya hitam dan aromanya yang khas.
Adapun filosofi dari masakan rendang ini adalah Musyawarah yang terdiri dari empat
hal utama, yaitu:
a. Daging Sapi (dagiang sapi) lambang dari Ninik Mamak (pemimpin suku adat)
b. Kelapa (karambia) lambang dari Cadiak Pandai (Kaum Intelektual)
c. Cabai (Lado) lambang dari Alim Ulama. Cabai rasanya pedas berarti Alim Ulama
yang tegas mengajarkan agama Islam (syarak).
d.Pemasak (langkok-langkok/bumbu) lambang dari keseluruhan masyarakat
Minangkabau.
2.DendengBalado
Dendeng Balado bahan utamanya adalah daging sapi
yang diiris tipis dan dikeringkan. Lalu digoreng dan
diberi cabai merah (lado merah). Bahan lainnya adalah
bawang merah, bawang putih dan bumbu lainnya.
Biasanya kalo dikeluarga saya, untuk cabai merah dimasak dan ditambah air santan
yang pekat. Warna cabai lebih merah segar dan rasanya, enak.
10
3.DendengBatokok
Dendeng batokok sama dengan dendeng balado, bahan
utama adalah daging sapi yang diiris tipis dan
digoreng. Tetapi cabainya adalah cabai hijau (lado
hijau) yang digiling kasar. Daging setelah digoreng
dipukul-pukul pakai cobek, sehingga dagingnya lebih lembut dan rasanya lebih
mantabbb.....

4.GulaiToco
Bahan utamanya adalah kacang buncis, kadang dicampur
tempe dan daging yang dipotong kecil-kecil serta cabai hijau yang diiris-iris
mengikuti bentuk irisan kacang buncis. Dan tidak lupa air santan dan bumbu-bumbu
lainnya. Masakan ini berkuah dan berwarna putih kehijauan. Hati-hati kalo makan
sayur toco karena irisan kacang buncis dan cabai hijau memiliki bentuk yang sama,
sehingga tidak dapat dibedakan.
Tapi disinilah rasa pedas terasa enak.

5.GulaiItiak(GulaiBebek)
Gulai itiak bahan utamanya adalah daging itik, air santan pekat
ditambah cabe hijau keriting, dan langkok-langkok (bumbu
lainnya) serta daun jeruk nipis. Itik yang digunakan adalah yang masih muda dan
setelah dipotong dibakar. Dagingnya empuk dan rasanya enak. Gulai itiak makanan
khas dari daerah Koto Gadang, Bukittinggi.

6.KalioDagiang(GulaiDaging)
Bahan utama adalah daging sapi/hati, ayam/hati, atau
pun jengkol. Biasanya dikenal sebagai rendang muda
karena warnanya tidak sampai hitam. Bumbu-bumbunya
sama dengan rendang. Sebenarnya rendang yang dijual
di rumah makan Padang yang ada di luar Sumatera Barat adalah Kalio. Karena
rendang tersebut berwarna sangat muda. Jadi kalau ingin rendang yang asli dari
Padang silahkan datang langsung ke daerah Sumatera Barat.
11
7.Gulai Banak (Gulai Otak)
Merupakan masakan Padang berkuah santan. Bahan
utama adalah otak sapi yang dipotong-potong kecil-kecil.

8.GulaiKambiang(GulaiKambing)
Masakan Padang berkuah santan dengan bahan utama adalah
daging kambing dan santan serta cabe merah giling. Ditambah
bumbu-bumbu khas Minang. Dagingnya empuk dan rasanya
pedas dengan aroma yang sangat khas.

9.SotoPadang
Masakan berkuah kaldu sapi dengan bihun dan daging sapi
yang diiris dan dikeringkan. Didalamnya juga terdapat perkedel
kentang dan lebih nikmat saat panas dan pedas...

10.GorenBaluik(GorengBelut)
Masakan Padang yang satu ini bahan utamanya adalah
belut baik belut basah atau pun kering. Digoreng
dengan bumbu-bumbu serta dicampuri dengan cabai
merah atau hijau. Enak jika digoreng kering tapi kalo
saya lebih enak belut goreng basah. Walau pun orang lain bilang seperti ular, tapi
rasanya enak banget dan banyak protein yang terkandung di dalam belut.
12
F. Alat-alat Kehidupan Suku Minangkabau
1. Rumah adat Minangkabau

Rumah Gadang atau Rumah Godang adalag nama untuk rumah untuk rumah
adat minangkabau yang merupakan rumah tradisional dan banyak di jumpai di
provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Rumah ini juga disebut dengan nama lain oleh
masyarakat setempat dengan anama Rumah Bagonjongatau ada juga yang menyebut
dengan nama Rumah Baanjung. Rumah dengan model ini juga banyak dijumpai
di Negeri Sembilan, Malaysia. Namun demikian tidak semua kawasan di
Minangkabau (darek) yang boleh didirikan rumah adat ini, hanya pada kawasan yang
sudah memiliki status sebagai nagari saja Rumah Gadang ini boleh didirikan. Begitu
juga pada kawasan yang disebut dengan rantau, rumah adat ini juga dahulunya tidak
ada yang didirikan oleh para perantau Minangkabau.
Bagian dalam terbagi atas lanjar dan ruang yang ditandai oleh tiang. Tiang itu
berbanjar dari muka ke belakang dan dari kiri ke kanan. Tiang yang berbanjar dari
depan ke belakang menandailanjar, sedangkan tiang dari kiri ke kanan menandai
ruang. Jumlah lanjar bergantung pada besar rumah, bisa dua, tiga dan empat.
Ruangnya terdiri dari jumlah yang ganjil antara tiga dan sebelas. Rumah Gadang
biasanya dibangun diatas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum
tersebut secara turun temurun dan hanya dimiliki dan diwarisi dari dan kepada
perempuan pada kaum tersebut. Dihalaman depan Rumah Gadang biasanya selalu
terdapat dua buah bangunan Rangkiang, digunakan untuk menyimpan padi.

13
Rumah Gadang pada sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat
ruanganjung (Bahasa Minang: anjuang) sebagai tempat pengantin bersanding atau
tempat penobatan kepala adat, karena itu rumah Gadang dinamakan pula sebagai
rumah Baanjuang. Anjung pada kelarasan Bodi-Chaniago tidak memakai tongkat
penyangga di bawahnya, sedangkan pada kelarasan Koto-Piliang memakai tongkat
penyangga. Hal ini sesuai filosofi yang dianut kedua golongan ini yang berbeda, salah
satu golongan menganut prinsip pemerintahan yang hirarki menggunakan anjung yang
memakai tongkat penyangga, pada golongan lainnya anjuang seolah-olah mengapung
di udara. Tidak jauh dari komplek Rumah Gadang tersebut biasanya juga dibangun
sebuah suraukaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah, tempat pendidikan dan juga
sekaligus menjadi tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut yang belum menikah.
2. Senjata Khas Minangkabau

Gambar di sebelah ini adalah kerambit Minang. Kerambit merupakan jenis senjata asli
Minangkabau Sumatera Barat, termasuk senjata khas andalan yang sangat berbahaya. Dalam
bahasa Minangkabau disebut “kurambik”.
Pada masa dulu, permainan senjata kerambit di Minangkabau hanya diwarisi oleh para
Datuk atau kalangan Raja, bukan sembarangan orang boleh menguasai permainan nie yg
dianggap rahsia dan hanya utk kalangan tertentu saja.
Dalam kategori senjata genggam paling berbahaya, kerambit menduduki tempat kedua
sebagai senjata maut yang membawa instant death selepas pistol. Sabitan senjata kerambit
bila terkena tubuh lawan, nampak dari luar macam luka siatan kecik, tapi bisanya yang
berada dalam bahagian badan boleh menyebabkan maut akibat urat2 yang terputus. Kalau
terkena perut, usus akan terpotong atau terkelar di dlm. Terdapat 2 jenis kerambit, yaitu
kerambit jantan dan kerambit betina. Senjata kerambit jantan bentuknya besar (selalunya
diguna oleh kaum lelaki Minang), sedangkan yang betina bentuknya kecil dengan
hujung gagang berlubang (selalunya diguna oleh kaum wanita Minang). Lubang nie sebagai
14
tempat jari telunjuk mencakam senjata. Keistimewaan dari senjata ini adalah oleh
karena bentuknya yang bengkok dan tajam, senjata kerambit ini susah nak dipatahkan.
Kerambit betina mudah disorok dalam tangan atau dalam sanggul rambut tanpa dilihat oleh
pihak lawan.

G. Sistem Kepercayaan/Religi Suku Minangkabau


Sebagian besar masyarakat Minangkabau beragama Islam. Masyarakat desa
percaya dengan hantu, seperti kuntilanak, perempuan menghirup ubun-ubun bayi dari
jauh, dan menggasing (santet), yaitu menghantarkan racun melalui udara. Upacara-
upacara adat di Minangkabau meliputi :
1) Upacara Tabuik adalah upacara peringatan kematian Hasan dan Husain di
Padang Karabela;
2) Upacara Kitan dan Katam berhubungan dengan lingkaran hidup manusia,
seperti:
a) Upacara Turun Tanah/Turun Mandi adalah upacara bayi menyentuh tanah
pertama kali,
b) Upacara Kekah adalah upacara memotong rambut bayi pertama kali.
3) Upacara selamatan orang meninggal pada hari ke-7, ke-40, ke-100, dan ke-1000.

H. Ras atau Ciri Fisik Suku Minangkabau


Masyarakat Minangkabau (Matriarchaat) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
 tubuh relatif kecil ( ada yang besar ada yang kecil)
 kulit sawo matang
 rambut ikal dan lurus
 hidungnya tidak mancung tidak pesek ang

I. Sistem Kekerabatan Suku Bangsa Minangkabau


Sistem kekerabatan dalam masyarakat Minangkabau adalah matrilineal (garis
keturunan ibu), sehingga sistem kekerabatan memerhitungkan dua generasi di atas ego
laki-laki dan satu generasi di bawahnya. Urutannya sebagai berikut.
1. Ibunya ibu.
2. Saudara perempuan dan laki-laki ibunya ibu.
3. Saudara laki-laki ibu.
15
4. perempuan saudara perempuan ibu ibunya ego.
5. Saudara laki-laki dan perempuan ego. Anak laki-laki dan perempuan saudara
perempuan ibu.
6. Anak laki-laki dan perempuan saudara perempuan ego.
7. Anak laki-laki dan perempuan anak perempuan saudara perempuan ibunya ibu.
8. Kesatuan keluarga kecil seperti di atas disebut paruik, pada sebagian masyarakat
ada kesatuan yang disebut kampueng yang memisahkan paruik dengan suku.
Kepentingan keluarga diurus oleh laki-laki yang bertindak sebagai niniek mamak.

Dalam hal jodoh masyarakat Minangkabau memilih dari luar suku, tetapi pola itu
kini mulai hilang. Bahkan akibat pengaruh dunia modern, perkawinan endogami lokal
tidak lagi dipertahankan.

J. Pakaian Adat Suku Minangkabau


Minangkabau yang dikenakan oleh para wanita yang telah menikah. Sementara
untuk para pria maupun untuk sepasang pengantin, dikenal pula beberapa jenis pakaian
lainnya. Berikut ini kami akan membahas tentang pakaian-pakaian adat Sumatera Barat
tersebut secara lengkap beserta nilai-nilai filosofinya. Silakan disimak!

1. Pakaian adat cewek


Yang pertama adalah Pakaian Limpapeh Rumah Nan Gadang atau sering pula
disebut pakaian Bundo Kanduang. Pakaian ini merupakan lambang kebesaran bagi
para wanita yang telah menikah. Pakaian tersebut merupakan simbol dar
pentingnya peran seorang ibu dalam sebuah keluarga.
16
Limapeh sendiri artinya adalah tiang tengah dari bangunan rumah adat
Sumatera Barat. Peran limapeh dalam mengokohtegakan bangunan adalah analogi
dari peran ibu dalam sebuah keluarga. Jika limapeh rubuh, maka rumah atau suatu
bangunan juga akan rubuh, begitupun jika seorang ibu atau wanita tidak pandai
mengatur rumah tangga, maka keluarganya juga tak akan bertahan lama.
Secara umum, pakaian adat Bundo Kanduang atau Limpapeh Rumah Nan Gadang
memiliki desain yang berbeda-beda dari setiap nagari atau sub suku. Akan tetapi,
beberapa kelengkapan khusus yang pasti ada dalam jenis-jenis pakaian tersebut.
Perlengkapan ini antara lain tingkuluak (tengkuluk), baju batabue, minsie, lambak
atau sarung, salempang, dukuah (kalung), galang (gelang), dan beberapa aksesoris
lainnya.

a. Tingkuluak(Tengkuluk)
Tengkuluk adalah sebuah penutup kepala yang bentuknya menyerupai
kepala kerbau atau atap rumah gadang. Penutup kepala yang terbuat dari kain
selendang ini dikenakan sehari-hari maupun saat dalam upacara adat.

b. BajuBatabue

Baju batabue atau baju bertabur adalah baju kurung (naju) yang dihiasi
dengan taburan pernik benang emas. Pernik-pernik sulaman benang emas
tersebut melambangkan tentang kekayaan alam daerah Sumatera Barat yang
sangat berlimpah. Corak dari sulaman inipun sangat beragam.Baju batabue
dapat kita temukan dalam 4 varian warna, yaitu warna merah, hitam, biru, dan
lembayung. Pada bagian tepi lengan dan leher terdapat hiasan yang disebut
minsie. Minsie adalah sulaman yang menyimbolkan bahwa seorang wanita
Minang harus taat pada batas-batas huku adat.
17
c. Lambak 
Lambak atau sarung merupakan bawahan pelengkap pakaian adat
Bundo Kanduang. Sarung ini ada yang berupa songket dan ada pula yang
berikat. Sarung dikenakan menutupi bagian bawah tubuh wanita dengan
cara diikat pada pinggang. Belahannya bisa disusun di depan, samping,
maupun belakang tergantung adat Nagari mana yang memakainya.
d.Salempang
Salempang adalah selendang biasa yang terbuat dari kain songket.
Salempang di letakan di pundak wanita pemakainya. Salempang
menyimbolkan bahwa seorang wanita harus memiliki welas asih pada anak
dan cucu, serta harus waspada akan segala kondisi.
c.Perhiasan
Lazimnya pakaian adat wanita dari daerah lain, penggunaan pakaian
adat Sumatera Barat untuk wanita juga dilengkapi dengan beragam aksesoris.
Aksesoris tersebut misalnya dukuah (kalung), galang (gelang), dan cincin.
Dukuah ada beberapa motif, yaitu kalung perada, daraham, kaban, manik
pualam, cekik leher, dan dukuh panyiaram. Secara filosofis, dukuah
melambangkan bahwa seorang wanita harus selalu mengerjakan segala sesuatu
dalam azas lingkaran kebenaran. Sementara motif galang antara lain galang
bapahek, kunci maiek, galang rago-rago, galang ula, dan galang basa.
Pemakaian gelang memiliki filosofi bahwa seorang wanita memiliki batasan-
batasan tertentu dalam melakukan aktivitasnya.

2. Baju Tradisional Pria Minangkabau


Pakaian adat Sumatera Barat untuk para pria bernama pakaian penghulu.
Sesuai namanya, pakaian ini hanya digunakan oleh tetua adat atau orang tertentu,
dimana dalam cara pemakaiannya pun di atur sedemikian rupa oleh hukum adat.
Pakaian ini terdiri atas beberapa kelengkapan yang di antaranya Deta, baju hitam,
sarawa, sesamping, cawek, sandang, keris, dan tungkek.

18
a. Deta

Deta atau destar adalah sebuah penutup kepala yang terbuat dari kain hitam
biasa yang dililitkan sedemikian rupa sehingga memiliki banyak kerutan. Kerutan
pada deta melambangkan bahwa sebagai seorang tetua, saat akan memutuskan
sesuatu hendaknya terlebih dahulu ia dapat mengerutkan dahinya untuk
mempertimbangkan segala baik dan buruk setiap keputusannya itu. Adapun
berdasarkan pemakainya, deta sendiri dibedakan menjadi deta raja untuk para
raja, deta gadang dan deta saluak batimbo untuk penghulu, deta ameh, dan deta
cilieng manurun.
b. Baju
Baju penghulu umumnya berwarna hitam. Baju ini dibuat dari kain beludru.
Warna hitamnya melambangkan tentang arti kepemimpinan. Segala puji dan
umpat haru dapat diredam seperti halnya warna hitam yang tak akan berubah
meski warna lain menodainya.
c. Sarawa
Sarawa adalah celana penghulu yang juga berwarna hitam. Celana ini
memiliki ukuran yang besar pada bagian betis dan paha. Ukuran tersebut
melambangkan bahwa seorang pemimpin adat harus berjiwa besar dalam
melaksanakan tugas dan mengambil keputusan.
d. Sasampiang
Sasampiang adalah selendang merah berhias benang makau warna warni
yang dikenakan di bahu pemakainya. Warna merah selendang melambangkan
keberanian, sementara hiasan benang makau melambangkan ilmu dan kearifan.

19
e. Cawek
Cawek atau ikat pinggang berbahan kain sutra yang dikenakan untuk
menguatkan ikan celana sarawa yang longgar. Kain sutra pada cawek
melambangkan bahwa seorang penghulu harus cakap dan lembut dalam
memimpin serta sanggup mengikat jalinan persaudaraan antar masyarakat yang
dipimpinnya.
f. Sandang
Sandang adalah kain merah yang diikatkan dipinggang sebagai pelengkap
pakaian adat Sumatera Barat. Kain merah ini berbentuk segi empat,
melambangkan bahwa seorang penghulu harus tunduk pada hukum adat.
g. Keris dan Tongkat
Keris diselipkan di pinggang, sementara tungkek atau tongkat digunakan
untuk petunjuk jalan. Kedua kelengkapan ini adalah simbol bahwa
kepemimpinan merupakan amanah dan tanggung jawab besar.
20

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Masyarakat minangkabau adalah kelompok etnis nusantara yang berbahasa
dan menjunjung tinggi adat minangkabau. Orang minangkabau sangat menonjol di
bidang perniagaan, sebagai professional dan intelektual. Nama minangkabau berasal
dari 2 kata yaitu minang dan kabau. Nama itu di kaitkan dengan suatu legenda khas
minang yang di kenal di dalam tambo. Dalam masyarakat minangkabau, ada 3 pilar
yang membangun dan menjaga keutuhan budaya serta adat dan istiadat. Mereka
adalah alim ulama, cerdik pantai, dan ninik mamak, yang dikenal dengan istilah tali
nan tigo sapilin.
21
DAFTAR PUSTAKA

Josselin de jong, P.E. de, (1960) Minangkabau and Negeri Sembilan : socio-Political
structure in Indonesia, Jakarta : bharta
Kato, tsuyoshi (2005). Adat Minangkabau dan merantau dalam perspektif sejarah. PT
Balai Pustaka.
Purbatjaraka, R.M. ngebehi, (1952), riwajat Indonesia, I, Djakarta : Jajasan
Pembangunan.
www.posmetropadang.comBudaya Merantau orang minang (1) kaulah di bulan ada
kehidupan.
22

Anda mungkin juga menyukai