PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Rumah Adat Lontiok Kampar.
2. Untuk Mengetahui Bentuk Rumah Lontiok.
3. Untuk Mengetahui Cara Membuat Kerajinan Rumah Adat Lontiok Kampar
Menggunakan Stik Es.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Bentuk yang khas dari rumah lontiok adalah atapnya yang membentuk
lengkungan ke arah atas atau sedikit lentik dan runcing. Dindingnya sedikit mirip
keluar, bagian kaki dinding berbentuk lancang atau perahu. Menggunakan tongkat
kayu yang cukup tinggi, melebihi ketinggian orang dewasa. Untuk naik ke atas
rumah menggunakan tangga kayu yang jumlahnya ganjil, biasanya 5 anak tangga
yang merupakan symbol dari 5 rukun Islam. Bentuk lentik dari atap rumah
diyakini sebagai bentuk penghormatan seorang manusia kepada Tuhan dan
sesamanya. Bagian dinding luar dari rumah lontiok tersebut miring ke luar
seluruhnya yang merupakan budaya Kampar yang asli, sementara dinding bagian
dalamnya tegak lurus. Balok tumpuan untuk dinding luar juga melengkung ke
atas, kadang-kadang menggunakan sambungan ukiran di bagian sudut-sudut
dinding, hingga terlihat mirip dengan perahu. Bagian balok tutup atas juga tampak
melengkung meskipun tidak selengkung balok tumpuan. Lengkungan mengikuti
sisi bawah bidang atap. Kedua ujung dari perabung diberi hiasan yang sering
disebut dengan sulo bayung. Sementara ornament pada keempat sudut cucuran
atap disebut sayok lalangan. Bentuknya ada yang menyerupai tanduk kerbau,
bulan sabit dan sebagainya. Rumah lontiok yang berbentuk rumah panggung
tersebut memiliki bagian kolong rumah yang cukup tinggi. Salah satu alasan
mengapa konstruksi rumah dipilih seperti ini diantaranya:
1. Melindungi masyarakat dari binatang buas pada masa dahulu
2. Bagian kolong sering dijadikan tempat berternak oleh sebagian masyarakat
3. Menghindari bencana banjir yang kerap terjadi di daerah Kampar, dari dulu
hingga sekarang.
4. Dijadikan sebagai tempat menyimpan perahu oleh masyarakat
5. Ada yang menggunakan kolong rumah sebagai tempat bertukang dan
gudang kayu
6. Kolong rumah juga dijadikan sebagai tempat bermain anak-anak yang aman
dan tak jauh dari rumah.
Jenis kayu yang digunakan untuk bangunan rumah lontiok adalah kayu-kayu
keras yang dapat bertahan lama. Diantaranya kayu kulim, terembesi, resak atau
kayu punak. Lantai biasanya terbuat dari kayu medang atau punak, tiang terbuat
3
dari kulim atau punak, jendela dan dinding terbuat dari kayu-kayu sejenis. Pada
masa dahulu, bagian atap dibuat menggunakan ijuk, rumbia atau daun nipah.
Rumah lontiok biasanya memiliki tiga ruangan, tiga ini sesuai dengan pepatah
hidup masyarakat Kampar, yakni alam berkawan (pergaulan sesama warga
kampung), alam bersamak (merupakan cerminan ruang tengah untuk keluarga dan
kerabat), serta alam semalu (dilambangkan dengan ruang dapur yang merupakan
ruang pribadi kehidupan berumah tangga). Untuk mendirikan sebuah rumah
lontiok, biasanya diawali dengan musyawarah para ninik mamak kampung dengan
pola gotong royong yang erat.
Saat ini keberadaan rumah lontiok menjadi salah satu objek wisata di
Kampar. Daerah yang terkenal dikunjungi sebagai wisata rumah lontiok adalah
Dusun Pulau Belimbing Desa Sipungguk, Kampar. Jumlah rumah lontiok kini tak
banyak lagi seiring dengan pembangunan arsitektur modern. Rumah yang
dijadikan sebagai tempat musyawarah adat suku Ocu ini patut terus dilestarikan
sebagai salah satu warisan budaya tak benda Provinsi Riau.
4
Tangkai stik Rp. 30.000
Kapas Rp. 5.000
Triplek Rp.
Total harga Rp. 61.000
Belum Jadi
Sudah Jadi
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lontiok adalah rumah adat masyarakat Kampar, Riau. Disebut Lontiok
karena bentuk rumahnya yang melengkung ke atas seperti haluan perahu. Dalam
bahasa setempat, lontiok berarti lentik.
3.2 Saran
Saya berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca agar
tertarik untuk terus dapat meningkatkan keingintahuan nya terhadap informasi
baru yang bermanfaat. Demi kesempurnaan makalah ini, saya berharap kritik dan
saran dari pembaca yang sifatnya membangun agar makalah ini bisa lebih baik
untuk ke depannya.
6
DAFTAR PUSTAKA
https://id.pinterest.com/pin/300193131412068713/