Oleh :
(Kelas 3B)
PROGAM STUDI
STKIP NU INDRAMAYU
2020M/1442H
KATA PENGANTAR
makalah ini berisi uraian materi tentang mata kuliah morfologi tentang afiksasi
(pembentukan verba), yang menjelaskan tentang pembentukan nomina dan ajektiva.
Sebelumya kami mohon maaf atas kehadiran makalah ini, jikalau dalam
penulisannya kurang baik. Semoga kedepannya kami bisa memperbaiki penulisan
makalah.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
iii
Simpulan .................................................................................................................... 30
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum kita membahas apa itu afiksasi, kita harus tahu dulu apa itu afiks?
Afiks adalah morfem terikat yang dilekatkan pada morfem dasar atau akar.
Pembahasan mengenai afiks dapat ditemukan dalam setiap buku linguistik umum
dan morfologi. Namun demikian, pembahasan pada buku-buku tersebut masih
bersifat kurang menyeluruh dan berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh
terbatasnya jenis afiks dari bahasa yang dianalisis atau belum adanya analisis yang
lebih mendalam mengenai afiks.
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik berupa
satuan tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata. Afiksasi adalah salah
satu dari 3 proses morfologik, yang terdiri atas afiksasi, Reduplikasi, dan Proses
Pemajemukkan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah dipaparkan, maka rumusan masalah yang
akan dibahas pada makalah ini yaitu sebagai berikut.
C. Tujuan Penulisan
1
2
A. Pengertian Afiksasi
Adapun beberapa pengertian afiksasi menurut pendapat para ahli, antara lain :
4. Afiksasi menurut Samsuri (1985: 190), adalah penggabungan akar kata atau
pokok dengan afiks.
1. Prefix ber-
3. Klofiks ber-kan
3
4
4. Sufiks –kan
5. Sufiks –i
6. Prefiks per-
7. Konfiks per-kan
8. Konfiks per-i
9. Prefiks me-
Bentuk dasar dalam pembentukan verba dengan prefiks ber- dapat berupa:
2. Morfem dasar bebas, seperti terdapat pada kata berladang, beternak, bekerja,
bernyanyi, dan bergaya. Bentuk dasarnya: ladang, ternak, kerja, nyanyi, dan
gaya.
dasarnya pendapatan). Jadi, di sini prefiks ber- diimbuhkan pada dasar yang
terlebih dahulu sudah diberi afiks lain.
4. Bentuk turunan reduplikasi, seperti terdapat pada kata berlari-lari (bentuk dasar
lari-lari), berkeluh-kesah (bentuk dasar keluh-kesah), dan berilmu pengetahuan
(bentuk dasar ilmu-pengetahuan).Bentuk turunan hasil komposisi, seperti
terdapat pada kata berjual beli (bentuk dasar jual beli), bertemu muka (bentuk
dasar temu muka), dan bergunung api (bentuk dasar gunung api).
Prefiks ber- dan sufiks –kan pada verba ber-kan memiliki maknanya asing-
masing, di mana prefiks ber- memiliki makna gramatikal seperti pada subbab C,
sedangkan sufiks –kan memiliki makna gramatikal ‘akan’. Perhatikan beberapa
contoh berikut:
3) Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek) +
pelaku + verba. Contoh:
G. Verba bersufiks –i
3) Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek) +
pelaku + verba. Contoh:
Verba berprefiks per- adalah verba yang bisa menjadi pangkal dalam
pembentukan verba inflektif. Verba berprefiks per- dapat digunakan dalam:
Persingkat bicaramu!
3) Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + aspek
+ pelaku + verba. Misalnya:
Verba berkonfiks per-kan adalah verba yang bisa menjadi pangkal dalam
pembentukan verba inflektif (berprefiks me-, berprefiks di- atau berprefiks ter).
Verba berkonfiks per-kan di gunakan dalam:
3) Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola: yang + (aspek) +
pelaku. Contoh:
Verba berkonfiks per-i adalah verba yang dapat menjadi pangkal dalam
pembentukan verba inflektif (berprefiks me- inflektif, di- infflektif atau ter-
inflektif)
1) Bentuk atau alomorf me- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan
fonem (r,l,w,y,m,n,ny, dan ng).
Contoh :
Merakit
19
Mewarisi
Melongok
Meyakini
Memerah
Menanti
Menyanyi
mengerikan
2) Bentuk atau alomorf mem- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan
fonem (b, p, f, dan v). Dengan catatan fonem (b, f, dan v) tetap berwujud,
sedangkan fonem p tidak diwujudkan, melainkan disenyawakan dengan bunyi
nasal dari prefiks itu.
Contoh :
membina
memfitnah
memvitaminkan
memutuskan
memotong
3) Di sini perlu dicatat dalam kenyataan bahasa ada sejumlah kata, terutama yang
berasal dari bahasa asing, yang meskipun diawali dengan fonem p tetapi tidak
diluluhkan.
Contoh :
4) Bentuk men- digunakan apabila bentuk dasarnya dimulai dengan fonem d dan
t. Dengan catatan fonem d tetap diwujudkan sedangkan fonem t tidak
diwujudkan melainkan disenyawakan dengan bunyi nasal yang ada pada
prefiks tersebut. Simak contoh-contoh berikut:
Menduda
Mendidik
Menulis
Menodong
Mendengar
Mendustai
Menendang
Menerobos
5) Bentuk meny- digunakan apabila fonem awal bentuk dasarnya adalah fonem c,
j dan s. Dengan catatan dalam bahasa tulis bunyi ny pada prefiks itu diganti
atau dituliskan dengan huruf n pada dasar yang dengan fonem c dan j,
sedangkan yang dimulai dengan fonem s, fonem s-nya diluluhkan. Simak
contoh-contoh berikut:
Mengirim
Menggali
Menghibur
Mengkhianati
Mengambil
7) Bentuk menge- digunakan apabila bentuk dasarnya terdiri dari sebuah suku
kata. Contoh:
Mengebom
Mengetik
Mengecor
Mengecat
Mengelap
Mengetes
akar juga termasuk verba bersufiks –kan, bersufik –i, berprefiks per-,
berkonfiks per-kan, dan berkonfiks per-i. Contoh:
membaca
melupakan
merestui
memperpanjang
mempergunakan
mempergauli
menulis
menidurkan
menodai
mempersingkat
memperdayakan
mempertakuti
mengeluarkan
menjadi
menjadi seperti
menuju
memperingati
Ada dua macam verba berprefiks di-, yaitu verba berprefiks di- inflektif
dan verba berprefiks di- derivatif.
1) Verba berprefiks di- inflektif adalah verba pasif. Tindakan dari verba
berprefiks me- inflektif. Maka makna gramatikalnya adalah kebalikan dari
bentuk aktif verba berprefiks me- inflektif.
2) Verba berprefiks di- derivatif sejauh data yang diperoleh hanya ada kata
dimaksud, yang lain tidak ada.
Ada dua macam verba berprefiks ter-, yaitu verba berprefiks ter- inflektif
dan verba berprefiks ter- derivatif.
Verba berprefiks ter- inflektif adalah verba pasif keadaan dari verba
berprefiks me- inflektif. Makna gramatikal verba berprefiks ter- inflektif, selain
sebagai kebalikan pasif keadaan dari verba berprefiks me- inflektif, juga
memiliki makna gramatikal.
dapat / sanggup
tidak sengaja
sudah terjadi
26
paling
dalam keadaan
Verba berprefiks ke- digunakan dalam bahasa ragam tidak baku. Fungsi
dan makna gramatikalnya sepadan dengan verba berprefiks ter-. Jadi, bentuknya
sebagai berikut:
28
1) kebaca
2) ketipu
3) ketabrak
4) kebawa
5) ketangkap
6) Sepadan dengan :
7) terbaca
8) tertipu
9) tertabrak
10) terbawa
11) tertangkap
1) tidak sengaja
2) dapat di
3) kena (dasar)
2) agak bersifat
29
PENUTUP
Simpulan
Kridalaksana (2009; 28-31) menyebutkan bahwa afiksasi adalah proses yang mengubah
leksem menjadi kata kompleks. Kridalaksana (1989:31-83) mendeskripsikan afiksasi
sebagai proses atau hasil penambahan afiks pada dasar.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulan bahwa afiksasi adalah proses
pembentukan kata dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik
bentuk dasar tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata baru dengan arti yang
berbeda.
1. Prefix ber-
3. Klofiks ber-kan
4. Sufiks -kan
5. Sufiks –i
6. Prefiks per-
7. Konfiks per-kan
8. Konfiks per-i
9. Prefiks me-
30
31
Dikutip pada tanggal 24 November 2020, dari Chaer, Abdul. 2015. Morfologi Bahasa
Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.