Anda di halaman 1dari 2

Nama : Cipta Kristiyanto Putra

NIM : 1988201047
Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Mata Kuliah : Peliputan Berita dan Picture (UTS)
Dosen Pangampu : Ahmad Maskur Subaweh, M.Pd.

Seorang Pengusaha Makanan Ringan Sekolahkan Anaknya Hingga Jenjang S1

Tukdana, Indramayu-Miftahudin pengusaha makanan ringan yang sukses mampu


menghasilkan omzet 700 ribu hingga 1 juta rupiah perhari, hanya dengan menjual kue
semprong dan makaroni. Usaha ini telah dilakukannya sejak 7 tahun lalu, tepatnya pada tahun
2013. Yang mengejutkan dari hasil penjualannya ini dapat menyekolahkan anaknya hingga
jenjang S1.

Miftahudin yang telah berjualan makanan ringan berupa makaroni dan kue semprong ini
memiliki tujuan untuk mempopulerkan jajanan ini kepada masyarakat luas, terutama pada
anak-anak dan remaja, yang memang pada saat ini banyak yang kurang menaruh perhatian
kepada jajanan tradisional.

Selain mampu menghasilkan omzet hingga jutaan rupiah perhari, dirinyapun seringkali
mengirim satu mobil box yang dalam satu kali pengirimannya itu dapat menghasilkan 4-5
juta rupiah di luar penghasilan perharinya. Akan tetapi sebagian besar hasil penjualan
makanan ringannya didominasi oleh penjualan kue semprong.

“Iya hasil penjualan makaroni tidak sebanyak penjualan kue semprong, karena kalau
makaroni itu hanya diproduksi ketika ada pesanan dari konsumen saja,” kata Miftahudin.
Dalam pembuatannya, dirinya dibantu oleh dua orang karyawan yang sudah ahli dalam
pembuatan kue tersebut. Menurut Miftahudin, dari kedua jenis makanan ringan yang
diproduksinya, kue sempronglah yang paling sulit. Karena harus membuat dari awal, mulai
dari pencampuran tepung, gula, air dan lain sebagainya. Sedangkan, untuk produksi makaroni
ia tidak merasakan kesulitan, dikarenakan ia telah membeli makaroni mentah yang sudah
jadi. Sehingga dapat dikatakan untuk makaroni hanya tinggal proses pengolahan.

Biasanya, Miftahudin memasarkan makanan ringannya ke wilayah ciayumajakuning


(cirebon, indramayu, majalengka dan kuningan), selain wilayah tersebut ia memasarkan
makanan ringannya ke cikarang. Namun dikarenakan adanya wabah pandemi covid-19
pembeli dari luar wilayah tiga cirebon menolak, sehingga hanya dipasarkan di wilayah ciayu
majakuning saja.

“Sebenarnya usaha saya ini sudah diketahui oleh pihak desa, tetapi tidak ada kontribusi dari
pihak desa, baik secara tunai maupun non tunai,” ujarnya.

Mereka, lanjut Miftahudin, hanya sekedar mengetahui saja, dan oleh sebab itu, menjadikan
usaha makanan ringannya tidak dikenal oleh masyarakat setempat. Dirinyapun hanya
memilih penjualan secara konfensional dibandingkan harus merambah pemasaran secara
onine atau media sosial. Dikarenakan dirinya masih gagap teknologi, ditambah lagi ia
khawatir dengan pengiriman melalui ekspedisi tertentu yang akan menyebabkan kerusakan
produk selama proses pengiriman.

Sementara itu dirinya mengaku pendaftaran bantuan UMKM terlalu rumit dan terlalu banyak
persyaratan, sehingga dirinya memilih untuk tidak mendaftar bansos UMKM.

Meski begitu berkat hasil usaha dan jerih payahnya tersebut, Miftahydin mampu
menyekolahkan ketiga anaknya yang salah satu diantaranya berhasil ia sekolahkan disalah
satu perguruan tinggi swasta di semarang. (Cipta Kristiyanto Putra/PBSI 3B/1988201047).

Anda mungkin juga menyukai