Anda di halaman 1dari 7

Agitya Kristantoko

Yang biasa dipanggil Mas Tyo, anak muda asal  Bojonegoro, Jawa Timur. Dirinya
sukses mengembangkan usaha tani dengan memanfaatkan teknologi digital sebagai
alat pemasaran.

Pemilik “Omah Menyok” Gading dan tempat pelatihan   sekaligus Agrowisata


Edukasi Kuliner Omah Menyok di Jawa Timur itu hingga saat ini telah
memproduksi 155 jenis olahan hasil dari singkong, seperti rengginang singkong,
kripik singkong dan olahan makanan ringan lainnya dengan packaging yang cukup
menarik.

Merk dagang camilan singkongnya “Gading” yang sudah dipatenkan di


Kemenkumham dan dipasarkan di gallery produk olahannya, toko swalayan
terkenal, pusat perbelanjaan dan market place seperti Bukalapak dan Shopee

Penulis : KHUSNIYAH S.P, M.Agb.


Dari blog https://faperta.kahuripan.ac.id/2021/05/19/melahirkan-petani-
milenial/

TABLOIDSINARTANI. COM, Bojonegoro - - Meskipun terlahir di desa,


ternyata pemikiran Agitya Kristantoko sudah jauh ke depan. Dengan
memanfaatkan tanaman lokal seperti singkong, dirinya berhasil
menggerakkan ekonomi desa sekaligus memberdayakan Emak-Emak dan
petani singkong yang selama ini mendapat harga rendah.

Kabupaten Bojonegoro telah lama dikenal sebagai sentra singkong dan banyak
petani yang menggantungkan hidupnya dari tanaman multi manfaat ini. Namun
harga yang semakin rendah, membuat petani harus mencari sampingan lainnya
untuk membiayai kehidupan keluarga mereka. Seperti yang dilakukan keluarga
untuk bisa menyekolahkan Agitya Kristantoko di Universitas Negeri Surabaya
(Unesa).

“Saya dibesarkan dari keluarga petani, dan dibiayai dari hasil keringat petani.
Saya melihat Bagaimana pun juga harus kembali untuk membalas budi. Awal-
awal banyak yang meledek, sekolah tinggi-tinggi, balik lagi jadi petani, “ ungkap
Tyo, panggilan akrab Agitya Kristantoko.
Tapi ledekan tetangganya itu justru ia jadikan pelecut semangat untuk
membuktikan bahwa menjadi petani bukan pekerjaan murahan. Karenanya ia
mencari cara meningkatkan bisnis olahan singkong yang sudah dirintis orang
tuanya. “Singkong selama ini hanya diolah menjadi makanan tradisional saja,
yang konsumsi itu-itu saja. Istilahnya ya orang kampung sendiri. Nggak
bergengsi, “ tuturnya.

Untuk bahan baku pengolahannya, dirinya memberdayakan lahan sendiri di


dekat hutan sekaligus membeli dari  petani singkong sekitar. Sekali produksi,
dirinya membutuhkan 100 kilogram untuk dibuat menjadi keripik, rengginang dan
olahan kreatif lainnya.

Untuk meningkatkan produksi dari singkong, dirinya mengaku bekerjasama


dengan temannya semasa kuliah dahulu yang terbiasa budidaya pertanian.
Sekaligus menjadi upaya mengedukasi petani untuk bergerak ke pertanian
modern.

Di tingkat pengolahan dan pemasaran dirinya mendirikan Rumah Menyok yang


memberdayakan Emak-Emak di sekitar rumahnya. “Ya daripada ngegosip,
ngegibah, lebih baik mengolah. Sekarang sudah ada 155 jenis olahan kreatif dari
singkong, “ bebernya.

Olahan tersebut diberi nama Gading dan sudah banyak dijual di market place
online maupun swalayan modern di sekitar Bojonegoro. Jika dihitung-hitung,
dirinya bisa memperoleh omzet bersih Rp 75 juta-100 juta per bulan.

Meskipun demikian, Tyo menilai nominal itu tidak seberapa dibandingkan


kepuasan batin saat memberikan pendampingan dan pelatihan kepada petani,
mahasiswa, maupun masyarakat umum.

“Sebelum COVID 19, sebenarnya, sudah ada tawaran untuk melatih Emak-Emak
di Sumatera, Sulawesi dan lainnya. Tapi karena COVID 19, pelatihan hanya di
sekitar Bojonegoro saja. Gak apa-apa  kita perkuat Bojonegoro ini sekaligus
menjadikan singkong ini iconnya Bojonegoro, “ harapnya. 

Reporter : Nattasya

Cerita lain juga datang dari Agitya Kristantoko, seorang pengusaha asal
Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur yang menekuni bidang pengolahan hasil pertanian,
seperti dimuat oleh pikiranrakyat.com. Mas Tyo, begitu panggilan akrabnya mempunyai
komitmen dan konsistensi terhadap bidang pertanian, yang kini menjadi pekerjaannya.
Semangat dan keuletannya di sektor pertanian, khususnya mengolah makanan ringan
berbahan dasar singkong, telah berhasil ia kembangkan.

Sebelumnya, Mas Tyo ini merupakan alumni peserta sertifikasi kompetensi


bidang Pengolahan Hasil Pertanian. Berkat ilmunya, kini ia sudah menjadi Asesor
Kompetensi di Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Pertanian, Pusat Pelatihan Pertanian,
Kementerian Pertanian. Pemilik Omah Menyok Gading dan tempat pelatihan sekaligus
Agrowisata Edukasi Kuliner Omah Menyok di Jawa Timur ini, telah memproduksi 155
jenis olahan hasil dari singkong. Olahan makanan ringan itu bermacam-macam, mulai
dari rengginang singkong, kripik singkong, dan olahan makanan ringan lainnya,
tentunya dengan pengemasan yang cukup menarik.

Mas Tyo memberi merk dagangnya Gading yang bisa dipesan secara online.
Bahkan, kini produknya telah dipasarkan ke berbagai toko-toko dan pusat perbelanjaan.
Berkat kegigihannya dalam usaha, kini ia mampu menghasilkan omzet sekitar Rp 75
juta hingga 100 Juta dalam sebulan. Namun, bagi Mas Tyo omzet sebesar itu belum
seberapa dibandingkan kepuasan batin saat memberikan pendampingan, pelatihan,
dan bimbingan kepada petani, kelompok wanita tani, mahasiswa, siswa sekolah
menengah, dan kelompok masyarakat lainnya.

Menurut Mas Tyo, saat ini gerenasi muda di sektor pertanian sudah mulai
bertumbuh dan semakin banyak meskipun di era milenial seperti ini, sektor
ekonomi kreatif lebih banyak dipilih sebagai opsi oleh generasi muda daripada di
sektor pertanian. Ia menambahkan masih sangat banyak peluang yang bisa
dikembangkan dalam bidang pertanian. Oleh karena itu, Mas Tyo berharap agar
generasi muda tidak takut untuk bermimpi menjadi petani.

Saat ini semua bidang usaha pada umumnya dipaksa untuk masuk dan lebih
mendalami era revolusi industri seperti sekarang, di mana segala sesuatu tidak lagi
konvesional namun semua kini bisa dimanfaatkan melalui digital. Namun sayang,
pandemi covid-19 telah memukul semua sektor keidupan, hampir semua bidang usaha
sudah menghentikan usahanya. Berbeda dengan pengusaha dalam bidang pertanian,
meskipun dalam kondisi pandemi covid-19, pengusaha masih tetap bisa meraup omzet
yang tinggi bahkan bisa menjadi berkali lipat. Badan Penyuluhan dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pertanian (PPSDMP), meminta di tengah mewabahnya virus
corona, petani pengusaha milenial harus mampu memanfaatkan peluang ini.

Belakangan, Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian


menggagas program Ayo Galakan Ekspor bagi Generasi  Milenial Bangsa atau Agro
Gemilang.  Kegiatan tersebut bermaksud mendorong semangat para petani dan pelaku
agribisnis agar dapat masuk ke pasar ekspor dengan melakukan pemenuhan
persyaratan SPS (sanitary and phytosanitary) negara asal. Peserta akan mendapatkan
materi dan bimbingan teknis secara langsung. Program Agro Gemilang yang dilakukan
Barantan tersebut berkesinambungan, tidak hanya berhenti saat pelatihan namun dapat
berlanjut hingga petani atau eksportir dapat memenuhi persyaratan SPS negara tujuan.

Banyak sekali produk-produk pertanian Indonesia yang menjadi komoditas


ekspor. Tentu saja produk-produk ini menyumbang devisa yang tidak sedikit. Beberapa
produk unggulan ekspor dari sektor pertanian adalah karet, sawit, kakao dan kopi.
Berdasarkan data yang dibimpun dari situs pertanian.go.id, karet dan produk karet
menempati posisi pertama. Data merupakan data perbandingan di tahun 2017 dan
2018, tercatat sejak Januari hingga Juni 2017 total ekspor yang dilepas ke Amerika
Serikat mencapai 1.020.3 ton. sedangkan lalu lintas di 2018 mencapai 817.7 ton. Pasar
ekspor berikutnya ditempati Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dengan nilai 667.4 ton
untuk periode Januari-Juni dan 317.0 ton untuk lalu lintas di tahun 2018.

Kedua, pasar ekspor kelapa sawit menembus pasar India sebagai negara
pengimpor tertinggi dengan angka 2.521.6 ton untuk periode Januari dan Juni 2017.
Sedangkan tahun 2018 angkanya mencapai 1.4909.4 ton. Pada urutan selanjutnya,
Republik Rakyat Tiongkok mengimpor kelapa sawit sebanyak 802.1 ton untuk periode
2017 dan 948.1 ton untuk periode 2018.

Pada posisi ketiga, produk kakao dengan pasar ekspor paling banyak
menembus 147.9 ton untuk negara tujuan Amerika Serikat. Setahun berlalu, jumlahnya
naik menjadi 170.9 ton. Sedangkan Malaysia mengimpor produk Indonesia dengan
jumlah 83.8 ton dan 63.7 ton untuk tahun 2018.

Keempat, hasil produksi petani kopi Indonesia menembus pasar Amerika Serikat
dengan nilai ekspor mencapai 138.8 ton untuk tahun 2017 dan 123.6 ton untuk tahun
2018. Selanjutnya, negara ekspor kedua ditempati Jerman dengan total ekspor
mencapai 42.3 ton.

Nilai ekspor pertanian indonesia naik 25,19 persen atau senilai US$ 0,32 miliar.
Kenaikan, utamanya didorong pula oleh ekspor sarang burung, kopi, tanaman hutan,
aromatik dan rempah-rempah serta logam dasar mulia.

Selain program Agro Gemilang, Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina


Pertanian juga mempunyai inovasi lain berupa aplikasi yang bernama Indonesian Maps
of Agricultural Commodities Export atau I-MACE. Dalam aplikasi ini tergambar produk-
produk pertanian unggulan tiap daerah yang menjadi komoditas ekspor unggulan.

Data dan informasi diatas sudah seharusnya menjadi pendorong dan pemberi
semangat kepada generasi milenial. Indonesia dengan segala keunikannya mempunyai
keanekaragaman hayati yang mengagumkan.

https://pemeuz.blogspot.com/2020/08/siapatakut-jadi-petani-pertanianadalah.html
sumber foto makanan Sumber: https://www.swadayaonline.com/images/view/-IMG_20200531_3095.jpg

foto mas tyo https://faperta.kahuripan.ac.id/2021/05/19/melahirkan-petani-milenial/

https://mobile.facebook.com/profile.php?id=100000801282664&_rdc=1&_rdr data lulusan sekolah bla bla


https://www.unesa.ac.id/alumni/data/s1-manajemen/agitya-kristantoko#khsmhs profil alumni

Sumber Terkait:
https://pemeuz.blogspot.com/2020/08/siapatakut-jadi-petani-
pertanianadalah.html
https://faperta.kahuripan.ac.id/2021/05/19/melahirkan-petani-milenial/
https://www.swadayaonline.com/images/view/-
IMG_20200531_3095.jpg

https://www.unesa.ac.id/alumni/data/s1-manajemen/agitya-
kristantoko#khsmhs

https://tabloidsinartani.com/detail/indeks/agri-profil/14364-Agitya-
Kristantoko-Dengan-Singkong-Menggerakkan-Ekonomi-Emak-Emak

Anda mungkin juga menyukai