Anda di halaman 1dari 5

TUGAS REVIEW

PEREKNOMIAN INDONESIA

Kelas Paralel: F

Oleh:
Angela Caroline / 130318208
Nakita Audelia / 130318209
Jessica Arella S / 130318116
Yuintan / 130318049

FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMI

UNIVERSITAS SURABAYA

SEMESTER GENAP 2019/2020

Rendahnya Daya Saing Pabrik Gula di Indonesia


Sebagai salah satu jenis komoditas pertanian, tanaman tebu memiliki kontribusi dalam
mendorong pertumbuhan sektor pertanian, khususnya di Indonesia. Tebu sebagai bahan baku
komoditas gula sangat dibutuhkan untuk menyokong industri makanan dan minuman serta
bahan pangan pokok bagi masyarakat. Namun kenyataannya, perkembangan industri pada
komoditas gula tersebut tidak sesuai dengan ekspektasi, yaitu dimana produksi gula hingga
saat ini belum dapat mencapai target swasembada yang maksimal. Bila melihat sumber daya
di Indonesia yang sangat beragam ini, dimana sudah banyak terdapat pabrik-pabrik gula yang
terus melakukan perbaikan dan membenahi diri dengan cara melakukan modernisasi, dan
juga adanya knowledge transfer yang turut membantu meningkatkan kapabilitas sumber daya
manusia, maka seharusnya target swasembada gula nasional dapat tercapai.
Menurut kelompok kami, tidak tercapainya target swasembada gula nasional tersebut,
di antaranya disebabkan karena yang pertama adalah dengan adanya penurunan kualitas
panen dan rendemen, lalu yang kedua adalah lemahnya produktivitas karena masih
kurangnya pengunaan teknologi yang canggih, dan yang ketiga adalah karena tingginya biaya
pokok produksi gula kristal putih (GKP) yang membuat harga gula di Indonesia kurang
memiliki daya saing. Gula kristal putih itu sendiri membuat daya saing pabrik gula di
Indonesia rendah dibandingkan dengan produk luar negeri karena berdasarkan informasi yang
kelompok kami peroleh, bahwa pada proses pembuatan gula kristal putih memerlukan proses
yang lebih rumit, dan juga teknologi di Indonesia yang tidak secanggih di luar negeri
sehingga menyebabkan harga gula kristal putih buatan lokal memiliki harga yang lebih tinggi
bila dibandingkan dengan harga gula kristal putih yang langsung diimpor dari luar negeri. Hal
itu tentunya akan membuat konsumen lebih cenderung memilih untuk membeli produk impor
dari pada produk hasil buatan negeri sendiri sehingga mengakibatkan produk lokal kalah
saing dengan produk impor, atau dengan kata lain pabrik gula di Indonesia juga akhirnya sulit
untuk mendapatkan profit, bahkan pengusaha pabrik gula di Indonesia dapat merugi.
Rendahnya daya saing pabrik pabrik gula di Indonesia tersebut juga menimbulkan
masalah baru bagi perekonomian Indonesia, seperti kesulitan untuk memperoleh laba marjin,
serta cukup banyak pabrik gula yang sudah mengalami kerugian dikarenakan tingginya biaya
operasional dan terdapat inefisiensi pada tingkat on farm dan off farm, yang juga turut
diperparah oleh tingkat produktivitas yang rendah. Pertanian on farm itu sendiri adalah
seluruh proses yang berhubungan langsung dengan proses budidaya pertanian, seperti
menyemai bibit, memupuk, mengendalikan hama dan penyakit, panen dan lain-lain.
Sedangkan pertanian off farm adalah proses komersialisasi hasil-hasil budidaya pertanian,
seperti pedagang, pengepul dan lain-lain.
Untuk pengertian dari daya saing itu sendiri, menurut buku “Perekonomian
Indonesia” dari Prof. Dr. Tulus T.H. Tambunan adalah suatu konsep yang umum digunakan
di dalam ekonomi, yang biasanya merujuk kepada komitmen terhadap persaingan pasar
dalam kasus perusahaan-perusahaan dan keberhasilan dalam persaingan internasional dalam
kasus negara-negara.
Permasalahan daya saing pabrik gula yang rendah di Indonesia tentunya dapat diatasi
sehingga pengusaha pabrik gula di Indonesia tidak selalu merugi dan mampu menghasilkan
profit yang diharapkan. Salah satunya dengan penggunaan model balanced scorecard.
Keberadaan balanced scorecard dinilai berperan penting bagi peningkatan kinerja perusahaan.
Balance scorecard sendiri merupakan kartu berimbang yang digunakan sebagai media untuk
mengukur aktivitas operasional yang dilakukan sebuah perusahaan. Dalam balanced
scorecard sendiri terdapat 4 komponen yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Financial Perspective yang erat kaitannya dengan kapabilitas mengelola dana perusahaan
atau pabrik agar dapat memenuhi kebutuhan produksi. Dalam artikel di atas, harga gula di
pasar internasional jauh lebih rendah dibandingkan biaya produksi gula kristal di dalam
negeri, sehingga dalam penerapannya, diperlukan perhitungan yang cermat untuk
menentukan biaya pokok penjualan gula. Selain itu,untuk mencegah harga gula yang turut
menyumbang inflasi, pemerintah perlu memiliki lembaga yang dapat dijadikan instrumen.
Usaha ini juga turut disertai dengan penetapan HET pada gula agar bisa terjangkau oleh
konsumen . 

2. Customer Perspective yang berkaitan dengan kepuasan pelanggan, persentase loyalitas


pelanggan terhadap penduduk, dan tingkat keuntungan yang didapatkan.

3. Internal Process Perspective yang berkaitan dengan proses inovasi yang dilakukan oleh
pabrik terhadap produknya. Dalam contoh kasus yang kami ambil, cukup banyak pabrik gula
yang masih belum melakukan diversifikasi turunan produk tebu serta belum meningkatkan
nilai rendemen dari gula. Petani-petani tebu di Indonesia “kurang berani” melakukan inovasi
terhadap produknya karena belum memiliki pengalaman dan terkait dengan biaya yang harus
dikeluarkan oleh para petani.

4. Learning and Growth Perspective yang berkaitan dengan kapabilitas karyawannya. Dalam
hal ini, produktivitas buruh pabrik di Indonesia masih tergolong rendah.
Mengacu pada permasalahan rendahnya daya saing serta produktivitas pabrik tebu di
Indonesia dan 4 komponen yang terdapat dalam balance scorecard, maka pabrik gula di
Indonesia perlu melakukan revitalisasi. Revitalisasi itu sendiri adalah suatu proses atau cara
dan perbuatan untuk menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya terberdaya. Sehingga
revitalisai dapat diartikan, proses menjadikan sesuatu atau perbuatan untuk menjadi vital,
sedangkan kata vital itu sendiri mempunyai arti sangat penting atau sangat diperlukan sekali
untuk kehidupan. Dalam kasus ini berarti yang dimaksud dengan kehidupan itu sendiri adalah
perekenomian Indonesia. Revitalisasi ini perlu didukung oleh pemberian insentif oleh
Pemerintah dalam Peraturan Menteri Perindustrian No 10 Tahun 2007 untuk membantu
meningkatkan produktivitas dan rendemen dari pabrik gula.
Selain itu, cara lain yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan di atas yaitu
dengan Integrated Precision Farming. Seperti yang telah dibahas dalam artikel terserbut,
integrated Precision farming merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk mengelola
keragaman kondisi lahan (tanah,iklim, tanaman) dengan mengukur keragamannya,
menganalisis keragamannya, mengambil putusan, dan melakukan penilaian sebagai feedback
untuk perbaikan kualitas tebu di masa mendatang. Teknologi ini dinilai memiliki keuntungan
karena memadukan teknologi remote sensing atau penginderaan jauh yang berguna untuk
menyajikan data-data dengan mengambil gambar dari lahan pertanian tebu yang berguna
untuk membantu pengambilan putusan. 
Cara lain yang dapat kita lakukan selain scorecard, integrated precision farming,
penginderaan jauh, dapat pula dengan menerapkan bea cukai atau biaya masuk impor dan
kuota impor. Pengertian dari biaya masuk impor itu sendiri adalah pungutan negara
berdasarkan Undang-Undang yang dikenakan terhadap barang yang memasuki daerah
pabean. Sedangkan kuota impor itu sendiri adalah salah satu kebijakan perdagangan
proteksionis yang bertujuan untuk melindungi produk-produk dalam negeri atau industri baru
supaya dapat bersaing dengan produk asing. Dengan demikian kebijakan kuota merupakan
kebijakan untuk melakukan proteksi yang sifatnya non-tarif. Keduanya, yaitu bea masuk
impor dan pembatasan kuota impor memiliki tujuan yang sama yaitu ditujukan untuk
melindungi masyarakat melalui pengawasan atau pencegahan masuknya barang impor, juga
dapat menjadi peluang bagi industri dalam negeri untuk meningkatkan hasil produksi untuk
memenuhi permintaan pasar.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmad Zafrullah Tayibnapis, Made Siti Sundari, Lucia Endang Wuryaningsih;
Meningkatkan Daya Saing Pabrik Gula di Indonesia Era Masyarakat Ekonomi ASEAN;
Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen; Vol 16, No. 2, Juli-Desember 2016; ISSN 1412-1824

2. Pereknomian Indonesia oleh Prof. Dr. Tulus T.H Tambunan, Penerbit: Ghalia Indonesia,
Diterbitkan: Oktober 2012

https://www.antaranews.com/berita/760159/ini-beberapa-faktor-daya-saing-gula-indonesia-
rendah

https://media.neliti.com/media/publications/26492-ID-peranan-inovasi-kelembagaan-pabrik-
gula-madukismo-terhadap-pelaksanaan-usahatani.pdf

https://www.neraca.co.id/article/117963/dunia-usaha-revitalisasi-pabrik-gula-harus-
didukung-inovasi-teknologi

http://paktanimacul2.blogspot.com/2012/10/pertanian-on-farm-versus-off-farm.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai