Anda di halaman 1dari 19

TUGAS AGROINDUSTRI CERDAS

“SMART MANUFACTURING DALAM BIDANG AGROINDUSTRI


(STUDI KASUS : PG. MADUKISMO)”
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Imam Santoso, MP

Disusun Oleh :
Kelompok 7

Furqon Surya Kusuma 185100300111025


Al Farisi Mu’afa N 185100300111052
Bonaventura Kristiadjie 185100300111069
Muhammaf Rifqi Aqsa 185100301111022
Mohammad Irfan Nugraha 185100307111001
Ariodanie Fudhail Hanif 185100307111023
Mahdan Rizky Pratama 185100307111043

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
BAB I
PENERAPAN SMART MANUFACTURING

Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat dan industri yang
terus mengalami masalah dikarenakan kurangnya produksi gula di Indonesia, dimana
kebutuhan gula terus mengalami peningkatan. Kekurangan pada produksi gula ini
disebabkan karena terjadinya penurunan kualitas panen, tingginya biaya pokok
produksi, lemahnya aktivitas produksi, dan kekurangan bahan baku. Selain dari hal ini
juga terdapat beberapa masalah lainnya yaitu impor gula yang masuk ke pasar dan
waktu tanam dan panen yang tidak tepat. Mengingat banyaknya pabrik gula yang
terdapat di Indonesia, seharusnya Indonesia sudah dapat mencukupi kebutuhan
gulanya sendiri (Tayibnapis, 2016).

Pabrik gula merupakan tempat penting dalam memproduksi gula, karena ini
menjadi tempat berlangsungnya proses pengolahan dari tebu menjadi gula. Dimana
sebagian besar pabrik gula yang ada di pulau Jawa mengalami permasalahan yang
sama, hal ini menyebabkan masih dilakukannya impor gula. Hal ini disebabkan oleh
faktor sebelum produksi maupun faktor produksi. Salah satu pabrik gula yang ada di
Indonesia adalah pabrik gula madukismo. Pabrik ini merupakan salah satu pabrik yang
mengemban tugas program pengadaan pangan dalam rangka untuk memenuhi
kebutuhan nasional. Pabrik ini terletak diKalurahan Tirtonimolo, Kecamatan Kasihan,
Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Permasalahan pada pabrik
gula maduksimo adalah pada pengadaan bahan baku. Hal ini disebabkan adanya
pemekaran luas area pemukiman di Kab. Bantul DIY karena bertambahnya jumlah
penduduk di setiap tahun sehingga terjadinya penurunan luas areal lahan pertanaman
tebu, hal ini menyebabkan terhambatnya proses produksi. Selain dari permasalahan ini
juga terdapat permasalahan lainnya yaitu kualitas tebu yang disediakan oleh mitra
sejati yaitu petani tidak seragam sehingga menurunkan kualitas gula yang dihasilkan.
Dalam upaya peningkatan kualitas tebu diharapkan ini dapat memberikan efek positif
pada perusahaan. Upaya yang dilakukan adalah penggunaan teknologi pada
pengadaan bahan baku sehingga didapatkan bahan baku yang berkualitas, seperti
penjadwalan penanaman, penebangan tebu dan juga dilakukannya edukasi cara
menebang tebu yang baik dan benar. Selain itu dilakukan juga analisis kadar air
dengan sensor dan alat yang berbasis mikrokontroler pada tebu sehingga dapat
membantu menganalisa bahan baku dan memilahnya menjadi beberapa kualitas.
BAB II
IDENTIFIKASI ASPEK SMART MANUFACTURING

2.1 Aspek Manajemen Rantai Pasok


Manejemen Rantai pasok merupakan hal yang penting dilakukan dalam sebuah
perusahaan agar mengurangi biaya dalam pemenuhan kebutuhannya. Biaya tersebut
dapat berupa biaya bahan baku, biaya tambahan, transportasi, fasilitas, dan lain
sebagainya. Manajemen rantai pasok merupakan sebuah sistem yang melibatkan
proses produksi, pengiriman, distribusi, dan penjualan produk untuk memenuhi
permintaan. manajemen rantai pasok proses dimana perusahaan akan mencari bahan
yang dibutuhkan untuk membuat sebuah produk kemudian produk yang sudah dijadi
dikirimkan ke pelanggan. Sehingga dapat disimpulkan manajemen rantai pasok
memilki mafaat dalam sebuah perusahaan yaitu utnuk menurunkan biaya,
meningkatkan pendapatkan, kepuasan pelanggan, perusahaan semakin besa,
meingkatnya laba, dan pemanfaatan ase yang semakin tinggi.
Perkembangan teknologi pada era industri 4.0 dapat bermanfaat bagi
manajemen rantai pasok untuk sebuah perusahaan. Hal ini dikarenakan dengan
adanya teknologi maka fleksibilias perusahaan dalam melakukan produksi dapat
dilaksanakanya. Sehingga jika terdapat masalah dapat cepat untuk diatasi. Selain itu
pencegahan sebauh masalah dalam rantai pasok dapat dilakukan. salah satu yang
dapat dilakukan dalam manajemen rantai pasok yaitu dengan menggunakan interner of
Things (IoT). IoT sendiri akan membantu manajemen rantai pasok dapat meningkatkan
manajemen inventory, menghindar kesalahan saat inventory, memiliki keakuratan data,
memiliki informasi lebih lengkap yang dibutuhkan seperti penjadwalan. Kemudian
dengan adanya IoT akan mendapatkan manajemen logistic yang lebih transparan.

2.2 Aspek Manajemen Kualitas


Dalam organisasi, manajemen kualitas dapat dikatakan sebagai sekumpulan
kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan hasil kerja pada setiap
manajemen yang terdapat pada organisasi. Kegiatannya berupa merencanakan
kualitas, mengorganisasikan kualitas, mengendalikan dan mengevaluasi kualitas yang
dilakukan. Kualitas merupakan hal yang diharapkan dan menjadi keinginan dari semua
kalangan terutama pelanggan. Pada hal ini terdapatnya hubungan erat antara mutu
produk (barang dan jasa), kepuasan pelanggan dan juga laba perusahaan. Dimana
makin tinggi mutu atau kualitas suatu produk maka semakin tinggi pula kepuasaan
pelanggan dan dengan meningkatnya kepuasaan pelanggan mendukung harga yang
tinggi dengan biaya yang rendah, sehingga meningkatnya laba perusahaan.
Setiap pabrik memiliki kemampuan produksi yang bervariasi. Dengan
digunakannya alat otomatis yang menggunakan internet of things untuk produksi gula
dapat mempermudah dalam proses produksi, meningkatkan hasil produksi dan juga
dengan penggunaan internet of things data dari proses produksi dapat diakses melalui
smartphone maupun laptop secara realtime sehingga mempermudahkan kita dalam
pengawasan. Penggunaan mesin ini meningkatkan manajemen kualitas dalam hasil
produksi. Pada hasil produksi kualitas dari gula dapat ditingkatkan dan meningkatkan
produksi dikarenakan penggunaan mesin yang dapat dilakukan secara terus menerus
dimana berkurangnya kelelahan pada tenaga kerja dan juga berkurangnya interaksi
tenaga kerja dengan bahan pada proses, dimana ini merupakan salah satu hal yang
dapat menyebabkan turunnya kualitas.
Permasalahan yang muncul adalah terjadinya penurunan lahan tebu akibat dari
pemekaran luas area untuk pemukiman dan juga pertambahan penduduk pada setiap
tahunnya sehingga hal ini dapat mengakibatkan terhambatnya faktor produksi. Dimana
ketersediaan bahan baku merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk
menghasilkan gula yang berkualitas. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas
adalah melakukan pengendalian terhadap bahan baku, pada PG Madukismo ini tebu
diambil dari mitra sejati yaitu petani. Kurangnya pengetahuan petani dalam
menentukan tebu mana yang layak ditebang dan cara menebang membuat bahan
baku memiliki kualitas yang tidak seragan dan dapat menyebabkan penurunan
kualitas.
Terkait hal ini diperlukannya penanganan yaitu dengan menggunakan aplikasi
berbasis Artificial Intelligence. AI ini berguna dalam memaksimalkan jadwal
penebangan pada tebu di setiap lahannya sehingga tebu yang ditebang atau dipanen
merupakan tebu yang layak hal ini membuat PG Madukismo mendapatkan bahan baku
yang berkualitas dan seragam. Kemudian memberikan pengetahuan kepada petani
terkait teknologi AI yang digunakan, hal ini bertujuan untuk memaksimalkan dan
meningkatkan kualitas dari hasil perkebunan tebu. Selain dari pengetahuan tentang
teknologi AI diberikan juga edukasi terhadap tata cara menebang tebu yang baik dan
benar agar didapatkan kualitas tebu yang baik. Pengaplikasian teknologi lainnya dalam
penentuan kualitas dari tebu juga dapat digunakan alat pendeteksi kadar air yang
berbasis internet of things. Alat ini dikontrol dengan menggunakan microcontroller
Wemos D1 Mini yang menggunakan sensor soil moisture dimana hasilnya akan
ditampilkan pada layar LCD dan aplikasi android Blynk. Hasil jumlah kada air akan
ditampilkan daam bentuk celcius dan kelembapan dalam bentuk persen (%).

2.3 Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia merupakan salah satu resource yang ada pada suatu
usaha. Kualitas sumber daya manusia yang ada akan sangat mempengaruhi kinerja
suatu perusahaan karena pekerja dan karyawan yang dimiliki merupakan pelaku yang
akan menggerakkan usaha tersebut. Sumber daya manusia menjadi suatu investasi
bagi perusahaan dengan mengeluarkan biaya untuk mendapatkan ketrampilan serta
professionalitas dari pekerja. Hal ini tentunya membutuhkan pengelolaan serta
pengembangan sumber daya manusia yang tepat untuk mencapai keberhasilan pada
suatu perusahaan karena pada era globalisasi seperti sekarang, pesaing dalam dunia
industri sangat ketat baik dari dalam maupun luar negeri. Perusahaan harus
memperhatikan tingkat keterampilan pekerja untuk membuat strategi sumber daya
manusia. Pada konsepnya, terdapat tiga cakupan yang menjadi poin penting pada
strategi sumber daya manusia yang meliputi keunggulan kompetitif, kapabilitas khusus,
dan kesesuaian strategi.

2.4 Pengelolaan Sumber Daya


Gula merupakan salah satu komoditas yang cukup penting pada masyarakat.
Proses produksi gula biasa kita kenal akan pencemaran udara hasil produksinya serta
sisa ampas tebu yang terbuang secara sia-sia. Oleh sebab itu perlu kita proses lebih
lanjut lagi mengenai proses pengolahan polutan produksi gula berupa zat pencemar
udara tersebut dan juga bagaimana mengurangi jumlah limbah berupa sisa ampas
tebu. Selain itu perlu juga untuk
Diharapkan dengan berkembangnya zaman melalui revolusi industri 4.0 maka
proses analisa limbah dapat berlangsung sesuai dengan revolusi industri 4.0 itu
sendiri. Proses smart manufacturing sendiri melalui revolusi industri 4.0 mempermudah
kerja kita dalam melaksanakan berbagai proses produksi termasuk pengelolaan
sumber daya yang ada. Dengan adanya smart manufacturing maka kita bisa
melaksanakan pengelolaan sumber daya yang ada dengan lebih mudah.

2.5 Aspek Manajemen Logistik Gula


Gula merupakan salah satu kebutuhan pokok dari sembilan kebutuhan pokok
rakyat Indonesia. Karena sebagai kebutuhan pokok maka industri gula merupakan
salah satu pilar dan penggerak ekonomi nasional. Permasalahan aspek produksi
berkaitan menurunnya kemampuan menghasilkan gula untuk memenuhi kebutuhan
gula dalam negeri. Permasalahan gula nasional ibarat penyakit kronis yang sampai
sekarang resep yang manjur belum diketemukan. Salah satu permasalahan yang
terjadi di wilayah kerja Pabrik Gula Madukismo adalah jumlah produksi gula yang
belum mampu mencukupi kebutuhan masyarakat DIY. Dalam hal ini segi manajemen
logistik sangat mempengaruhi hasil dari produksi pada produk gula medukismo.
Menurunnya produksi gula disebabkan oleh berbagai masalah dan kelemahan yang
sangat kompleks, diantaranya adalah pada level manajemen. Pada level ini, industri
gula mengalami permasalahan mulai di tingkat perkebunan dan pabrik gula.
Permasalahan yang terjadi pada tingkat perkebunan akan menimbulkan permasalahan
pada tingkat pabrik dan sebaliknya sehingga untuk dapat meningkatkan produksi gula
tebu, perbaikan yang dilakukan tidak hanya di perkebunan atau pabrik saja, tetapi
harus dilakukan mulai dari perkebunan sampai ke pabrik. Permasalahan yang
seringkali muncul di pabrik adalah permasalahan mengenai kondisi manajamen logistik
ialah pada suatu transparansi pada produk yang dipesan hingga transportasi.

2.6 Aspek Akuisisi Pendapat dan Keinginan Konsumen


Produk yang dihasilkan suatu perusahaan, jika konsumen tidak menyukai produk
tersebut maka produk tersebut bisa dikatakan gagal. Konsumen selalu menginginkan
produk yang sesuai kebutuhan dan keinginan. Memahami perilaku konsumen
merupakan kunci berhasilnya pemasaran. Perusahaan perlu mengetahui kebutuhan
dan keinginan konsumen. Untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen perlu
dilakukan survey. Mendapatkan data konsumen bisa dilakukan dengan beberapa cara
seperti wawancara, observasi, dan menyediakan fasilitas keluhan konsumen.
Pada industri 4.0, industri melakukan digitalisasi dan otomatisasi pada proses
produksi. Adanya integrasi dengan Internet of Things mempermudah perusahaan
dalam mengumpulkan data atau informasi terkait kebutuhan dan keinginan konsumen.
Perusahaan dapat menggunakan sosial media seperti instagram, facebook, dan twitter
serta website sebagai wadah keluhan konsumen terhadap produk yang dipasarkan.
Informasi yang didapatkan mudah dikumpulkan dan dipilah untuk mengembangkan
produk yang sudah ada maupun membuat produk baru yang sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan konsumen.

2.7 Aspek Sistem Distribusi


Sistem distribusi dalam rantai pasok merupakan salah satu hal yang mendasar
dan berperan sebagai penghubung simpul dalam rantai pasok. Dalam sistem distribusi
terjadi perpindahan atau pergerakan mulai dari awal rangkaian rantai pasok hingga
produk diterima oleh pelanggan. Dalam praktiknya distribusi merupakan penyumbang
pengeluaran biaya tertinggi dalam suatu rantai pasok sehingga dalam hal ini biaya
tersebut perlu untuk dikendalikan. Dalam sistem distribusi gula pasir terdapat beberapa
objek atau entitas di dalam sistem yang memiliki fungsi dan tujuan tertentu dimana di
antara entitas-entitas tersebut saling berhubungan membentuk interaksi. Entitas
pertama adalah Produsen yang dalam hal ini adalah Pabrik Gula Madukismo yang
terletak di Yogyakarta dan merupakan bagian dari PT. Madu Baru. Entitas produsen
ini dapat melakukan aksi berupa menawar produk, memilih jasa distributor, serta
melakukan interaksi dengan konsumen dan distributor. Entitas kedua adalah distributor
merupakan pihak yang menyalurkan produk dari produsen ke konsumen yang dalam
hal ini adalah sales dan outlet yang tersebar di berbagai wilayah Yogyakarta. Entitas
terakhir adalah pembeli yang merupakan calon pengguna dari produk yang dapat
melakukan aksi berupa melihat produk yang ditawarkan dan berhubungan dengan
distributor dan penjual.
BAB III
PERMASALAHAN DAN SOLUSI SMART MANUFACTURING

3.1 Aspek Manajemen Rantai Pasok


Perusahaan gula seperti PG Madukismo membutuhkan rantai pasok untuk
memenuhi kebutuhan perusahaannya seperti bahan baku. Persaingan antar pabrik
yang berada di jawa mengakibatkan sulitnya perusahaan untuk mendapatkan bahan
baku yang sesuai dengan keinginan tiap pabrik. Hal ini dikarenakan banyak lahan tebu
yang sudah mulai berkurang dan banyaknya pabrik yang ingin mendapatkan tebu
ditempat yang sama. kurangnya bahan baku akan mengakibatkan perusahaan tidak
mendapatkan tebu yang sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Selain itu jika
mencari sumber bahan baku dari luar daerahnya akan mengakibatkan penambahan
biaya yang cukup banyak seperti transportasi dan sumber daya manusianya. Rantai
pasok yang tidak optimal akan menurunkan kinerja perusahaan dalam melakukan
produksi. Saat ini perusahaan tidak melakukan pemilihan yang optimal untuk
pemenuhan sumber bahan bakunya tetapi memberikan kepercayaan kepada hasil tebu
dari petani yang selanjutya akan digilingkan.
Perusahaan membutuhkan pengembangan dalam rantai pasok dengan
menggunakan teknologi pada era industri 4.0. teknologi tersebut dapat memudahkan
dan meningkat kinerja dari perusahaan sehingga dapat bersaing dengan perusahaan-
perusahaan lainnya. contohnya yaitu dengan menggunakan internet of Things (IoT)
perusahaan dapat memiliki data bahan baku yang masuk dengan lengkap sehingga
melaukan sortasi sesuai dengan kualitas yang diinginkan. Hal ini akan mengurangi
adanya kerusahan yang terjadi pada produk akhir karena bahan baku yang berkualitas.
Selain dengan adanya IoT maka penjadwalkan yang tepat akan mempermudah
pengendalian rantai pasok dari mulai daerah hingga luar daerah. Selain dengan IoT
perusahaan perlu meningkatkan kemitraan dengan pasokan lain agar dapat
menambah pilihan untuk bahan baku. IoT juga dapat digunakan saat memberikan
produk akhir ke distributor. Adanya IoT dapat meningkatkan pengawasan terkait
produk yang dikirmkan agar tidak adanya kerusahan yang terjadi.

3.2 Aspek Manajemen Kualitas


Permasalahan yang muncul pada spek manajemen kualitas adalah terjadinya
penurunan lahan tebu akibat dari pemekaran luas area untuk pemukiman dan juga
pertambahan penduduk pada setiap tahunnya sehingga hal ini dapat mengakibatkan
terhambatnya faktor produksi. Dimana ketersediaan bahan baku merupakan salah satu
faktor yang harus diperhatikan untuk menghasilkan gula yang berkualitas. Salah satu
cara untuk meningkatkan kualitas adalah melakukan pengendalian terhadap bahan
baku, pada PG Madukismo ini tebu diambil dari mitra sejati yaitu petani. Kurangnya
pengetahuan petani dalam menentukan tebu mana yang layak ditebang dan cara
menebang membuat bahan baku memiliki kualitas yang tidak seragan dan dapat
menyebabkan penurunan kualitas.
Terkait hal ini diperlukannya penanganan yaitu dengan menggunakan aplikasi
berbasis Artificial Intelligence. AI ini berguna dalam memaksimalkan jadwal
penebangan pada tebu di setiap lahannya sehingga tebu yang ditebang atau dipanen
merupakan tebu yang layak hal ini membuat PG Madukismo mendapatkan bahan baku
yang berkualitas dan seragam. Kemudian memberikan pengetahuan kepada petani
terkait teknologi AI yang digunakan, hal ini bertujuan untuk memaksimalkan dan
meningkatkan kualitas dari hasil perkebunan tebu. Selain dari pengetahuan tentang
teknologi AI diberikan juga edukasi terhadap tata cara menebang tebu yang baik dan
benar agar didapatkan kualitas tebu yang baik.

3.3 Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia


Pada PT. Madukismo, terdapat beberapa jenis tenaga kerja yang ada. Tenaga
kerja tersebut terbagi menjadi tenaga kerja tetap, tenaga kerja harian, tenaga kerja
PKWT, dan tenaga kerja borong. Jumlah dari karyawan yang banyak menimbulkan
biaya upah dari perusahaan yang membengkak. Selain itu, komunikasi dari tenaga
kerja juga sulit dikarenakan mesin yang digunakan pada perusahaan kebanyakan
masih bersifat konvensional sehingga menyebabkan kebisingan. Hal ini dapat
menyebabkan menurunnya produktivitas dari perusahaan sehingga harus segera
dilakukan tindakan sebagai solusi.
Melihat revolusi industri 4.0 dari perspektif manajemen sumber daya manusia,
akan terlihat semakin berkurangnya sumber daya manusia yang dibutuhkan pada
produksi karena adanya otomatisasi oleh alat atau mesin. Sumber daya manusia akan
tetap digunakan namun kualifikasinya akan berubah sehingga perlu dilakukan
transformasi dan pembaruan sumberdaya manusia agar tetap terkini. Hal yang dapat
mempengaruhi penggunaan sumber daya manusia adalah teknologi artificial
intelligence serta robotika. Hal ini akan menyebabkan perubahan pada keterampilan
yang harus dimiliki oleh pekerja karena adanya kebutuhan pemahaman dan regulasi
yang baru. Pada revolusi industri 4.0 ini seluruh proses dari produksi menjadi distribusi,
distribusi menjadi pemasaran, dan inovasi yang menjadi bagian penting dari
perusahaan. Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan oleh manajemen
sumber daya mausia dalam penyesuaian dengan revolusi industri 4.0. Salah satu
aspeknya yaitu media sosial yang akan mengubah saluran media menjadi lebih
transparan serta pengembangan tataan demokrasi untuk meningkatkan partisipasi
sumber daya manusia pada seluruh tingkatan. Karyawan dapat dengan mudah
berinteraksi satu dengan lainnya untuk menghasilkan solusi.

3.4 Pengelolaan Sumber Daya


Permasalahan yang muncul pada smart manufacturing terkait sumber daya
adalah belum adanya alat bantu untuk mengukur sumber daya yang ada. Keberadaan
alat bantu dapat mempermudah kita untuk melakukan proses pengambilan data yang
ada di lapangan. Terlebih dengan diterapkannya smart manufacturing, kita dapat
dengan mudah mengakses data tersebut tanpa harus terjun langsung ke lapangan.
Selain itu diperlukan pula sumber daya manusia yang memadai, sehingga nantinya
sumber daya manusia yang ada mampu menguasai alat bantu dengan baik. Dengan
penggunaan alat bantu yang baik maka diharapkan pengelolaan smart manufacturing
untuk kepentingan sumber daya yang ada disekitar pabrik dapat berjalan dengan
maksimal, sehingga dampak yang ditimbulkan oleh pabrik gula terhadap lingkungan
sekitar dapat dikurangi ke titik aman.
Ada beberapa alat bantu yang bisa kita gunakan untuk mengurangi pencemaran
dari pabrik gula ke lingkungan sekitar, seperti dengan adanya penggunaan aplikasi
Life Cycle Assessment (LCA) dimana aplikasi ini dapat membantu kita untuk
mengevaluasi serta mengkaji semua dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan produksi
pabrik kepada lingkungan sekitar. Selain itu dengan adanya aplikasi LCA ini sendiri
diharapkan dapat membantu kita untuk mengambil keputusan guna mendapatkan
efisensi produksi dan pengurangan dampak lingkungan yang signifikan dibanding
sebelum menggunakan aplikasi LCA ini sendiri. Selain penggunaan aplikasi LCA
sendiri, kita juga bisa menggunakan alat bantu berupa sensor pada cerobong yang
dimiliki oleh pabrik gula. Sensor ini bekerja bersama dengan program yang senantiasa
memonitor kandungan dari polutan yang dihasilkan oleh pabrik gula. Program ini
berjalan dengan cara menerima data yang ditangkap oleh sensor, sehingga SDM yang
berlaku sebagai operator dapat mengawasi, menganalisis bagaimana kandungan
polutan pabrik gula tersebut. Diharapkan sensor ini dapat mengurangi mengawasi
kadar polutan yang dihasilkan oleh pabrik gula sesuai dengan kebijakan pemerintah
yang berlaku terkait zat pencemar udara sehingga pabrik gula tersebut dapat berperan
pula dalam menjaga kualitas udara yang ada disekitar pabrik gula itu sendiri.
3.5 Aspek Manajemen Logistik Gula
Permasalah spesifik yang terjadi terkait manajemen logistik ialah jauhnya lahan
dengan tempat produksi sehingga gula tebu yang digunakan akan mengalami restan
atau tertunda yang dapat mengakibatkan kadar gula pada tebu tersebut akan
berkurang. Dimana selain itu pada SDM sendiri juga melakukan penebangan tebu
yang tidak seragam sehingga menghasilkan tebu dengan kadar gula yang berbeda-
beda. Selain itu pada SDM gula medukismo memiliki petani-petani yang kurang
bertalenta dalam melakukan penebangan dan hal tersebut juga dapat mempengaruhi
hasil gula tebu yang akan dihasilkan
Dalam menangani hal tersebut dapat menerapkan aplikasi berbasis Artificial
Intelligence yang dimana dengan AI tersebut akan memaksimalkan dalam penjadwalan
penebangan gula tebu dengan serentak. Sehingga gula tebu yang dihasilkan memiliki
kadar gula yang seragam, dengan hal tersebut maka dalam segi logistik juga dapat
mempersiapkan tahap selanjutnya lebih matang dan menghasilkan kinerja yang efektif
dan efisien. Untuk selanjutnya dalam memberi pemahaman bagi petani di madukismo
dapat dijadikan aplikasi menjadi satu dengan pengaturan jadwal penebangan.
Sehingga petani-petani tersebut selain mengetahui kapan ia akan menebang, mereka
juga memahami bagaimana menebang tebu dengan benar sehingga tidak merusak
kualitas tebu yang akan diproduksi. Selain itu dengan hal tersebut pihak manajemen
logistik juga dapat mengontrol petani tersebut melalui aplikasi yang berbasis Artificial
Intelligence tersebut. Selain mengetahui petani tersebut melakukan penebangan,
seorang manajemen logistik juga dapat memperhitungkan rute yang tepat dalam
mengantarkan tebu tersebut ke tempat produksi.

3.6 Aspek Akuisisi Pendapat dan Keinginan Konsumen


Permasalahan yang terjadi terkait dengan akusisi pendapat dan keinginan
konsumen yaitu permintaan konsumen yang tinggi memerlukan pemasaran produk
cukup luas. Pemasaran produk dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi
geografis, ekonomi, dll. Selain itu persaingan pasar yang tinggi menyebabkan
persaingan bebas di pasar. Perubahan iklim memiliki peranan penting dalam
perkembangan tanaman tebu. Ketidaksesuaian iklim akan menghambat proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman tebu sendiri.
Berdasarkan permasalahan di atas, solusi yang dapat dilakukan, yaitu
memaksimalkan tenaga kerja untuk memasarkan produk gula PT. Madukismo,
penguatan sistem informasi pasar, dan melakukan analisis SWOT. Pemasaran dapat
dilakukan melalui iklan, promosi, mengembangkan kemasan produk yang menarik, dll.

3.7 Aspek Sistem Distribusi


Permasaahan yang terjadi terkait dengan sistem distribusi pada PG. Madukismo
masih belum efektif karena masih sering mengalami keterlambatan dalam pengiriman
produk gula sampai ditangan konsumen. Keterlambatan tersebut disebabkan karena
terbatasnya jumlah unit transportasi dalam distribusi, dimana transportasi yag dimiliki
oleh perusahaan sebanyak 4 unit yang terdiri dari 4 mobil truck box dan 2 mobil truck
bak terbuka. Selain itu, keterlambatan pengiriman juga penggunaan kebijakan lead
time oleh perusahaan dimana pengiriman akan dilakukan jika order telah terpenuhi.
Kendala lain juga disebabkan karena adanya masalah teknis dari unit transportasi
yang digunakan seperti mogok, ban bocor, atau kecelakaan. Selain keterlambatan
faktor kerusakan produk juga berpengaruh terhadap sistem distribusi dimana semakin
banyak produk yang rusak maka semakin besar biaya distribusi yang dikeluarkan oleh
perusahaan karena perlu mengirimkan ulang produk ke konsumen. Dalam hal ini, PG.
Madukismo memberikan kebijakan kepada pelanggan agar dapat menukar produknya
kembali jika terdapat kemasan yang rusak dan tercecer. Semakin banyak gula yang
rusak maka semakin banyak pula waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan kembali
produk tersebut. Berdasarkan kendala-kendala tersebut, maka dibutuhkan suatu
sistem distribusi yang efektif dan efisien untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang ada.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka sistem distribusi akan dikembangkan
berdasarkan konsep IoT (Internet of Think). Penerapan IoT pada sistem distribusi
dapat membantu dalam melakukan pemantauan secara real-time terhadap pergerakan
produk dari asal ke tujuan. Pemantauan tersebut dapat dilakukan karena produk
dilengkapi dengan kode batang, tag RFID atau sensor, sehingga produk dapat dilacak
oleh sistem dan dapat secara langsung ditampilkan di user interface pengguna. Hal
tersebut tentunya dapat memberikan informasi secara cepat kepada pengguna
sehingga resiko kerusakan terhadap produk juga dapat dikurangi. Selain itu, teknologi
IoT juga dapat membantu dalam melacak lokasi terbaru dari unit transportasi yang
digunakan dalam distribusi. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan
teknologi GPS pada kendaraaan. Hal tersebut juga memungkinkan pengguna dalam
hal ini anggota manajemen distribusi PG. Madukismo dalam mengetahui lokasi terkini
kendaraan, memantau pergerakan, dan memprediksi lokasi yang akan dituju
berikutnya.
BAB IV
DESAIN DETAIL ASPEK SMART MANUFACTURING

4.1 Desain Smart Warehouse di PG. Madukismo


Gula Pasir merupakan produk yang rentan mengalami kerusakan akibat
perubahan suhu dan kelembapan. Suhu optimal untuk menyimpan gula pasir dalam
gudang berkisar antara 30-35 C. Suhu yang terlalu tinggi pada saat penyimpanan
dapat menyebabkan gula pasir menjadi meleleh dan suhu yang terlalu rendah dapat
menyebabkan gula pasir menjadi menggumpal. Kelembapan optimal gudang
penyimpanan gula pasir berkisar antara 50-70%. Kelembapan pada gudang tidak
boleh terlalu tinggi dan diusahakan pada kondisi yang kering. Kondisi lembap pada
gudang dapat mempermudah pertumbuhan mikroorganisme pada gula pasir. Kondisi
lingkungan yang terlalu lembap juga dapat menyebabkan gula menggumpal dan
mengalami penurunan kualitas. Berdasarkan permasalahan tersebut, dibutuhkan
pengendalian suhu dan kelembapan yang tepat dalam penyimpanan produk gula pasir.
Langkah tersebut dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kerusakan pada gula pasir,
sehingga resiko terjadinya kerugian juga dapat ditekan.
Untuk menjawab tantangan dari revolusi indutri 4.0, maka pemantauan
terhadap suhu dan kelembapan pada gudang dapat dilakukan secara otomatis
berdasarkan prinsip Internet of Think (IOT) atau dapat disebut juga sebagai smart
warehouse.Smart warehouse merupakan sistem informasi dan pengendalian pada
bagian gudang produk jadi. Sistem ini bekerja dengan memberikan informasi terkait
perubahan suhu dan kelembaban dalam gudang. Sistem ini dirancang agar dapat
melakukan pengaturan kondisi optimal terkait suhu dan kelembapan dalam gudang.
Dengan penerapan smart warehouse, pemantauan terhadap suhu dapat dilakukan
secara real time dimanapun dan kapanpun. Dengan demikian informasi terkait suhu
dan kelembapan gudang dapat diperoleh lebih mudah dan lebih cepat. Penerapan
smart warehouse juga menjawab permasalahan terkait fleksibilitas terhadap jarak dan
waktu mengingat lokasi gudang PG. Madukismo terletak cukup jauh.

4.2 Perancangan Smart Warehousing


Perancangan perlu dilakukan adanya sistem agar tidak menurunkan produksi
gula. Perancangan smart warehousing meliputi perancangan hardware dan software
yang akan diterapkan pada sistem. Hardware memiiliki node sensor yang akan
mengirimkan informasi melalui wifi. Kemudian informasi tersebut akan diterima oleh
pengguna melalui perangkatnya masing-masing.
Sensor yang digunakan pada sistem adalah sensor DHT22 yang dapat
mendeteksi perubahan suhu dan kelembapan lingkungan gudang gula pasir. Sensor ini
terhubung dengan mikrokontroler yang ada pada Node MCU. Mikrokontroler tersebut
juga terhubung dengan kipas angin dan lampu sebagai. Hasil pengukuran suhu dan
kelembapan dari sensor akan dikirim ke penyimpanan cloud dengan jaringan internet.
Penyimpanan cloud ini juga terhubung dengan server sehingga pengguna juga dapat
mengakses dan melakukan pengontrolan terkait suhu dan kelembapan melalui aplikasi
yang terhubung dengan server. Jika diilustrasikan dalam gambar, rancangan dari
smart warehouse adalah sebagai berikut:

(Sumber : Septama dkk, 2018)

Sistem kontrol otomatis smart warehouse ini terdiri dari dua rangkaian utama.
Yaitu, rangkaian sensor yang berfungsi untuk mengukur suhu dan kelembaban, serta
rangkaian actuator yang terdiri dari kipas dan lampu. Relay berfungsi sebagai saklar
otomatis yang dapat untuk menghidupkan atau mematikan aktuator. Kipas angin
berfungsi dalam mengendalikan suhu sedangkan lampu berfungsi mengurangi
kelembapan di dalam gudang Aktuator akan bekerja jika sensor mendeteksi adanya
ketidaksesuain suhu atau kelembapan pada gudang. Dalam hal ini, jika suhu atau
kelembapan yang terdeteksi pada sensor melebihi batas maka mikrokontroler akan
memberi perintah kepada actuator kipas angin atau lampu untuk menyala sesuai
dengan kebutuhan. Kipas angin dan lampu dapat menyala bersamaan atau bergantian
sesuai dengan informasi dan kebutuhan dari sensor. Adapun cara kerja dari sistem
dapat digambaran dengan flowchart sebagai berikut:
(Sumber : Septama dkk, 2018)

Jika diilustrasikan dalam gambar sistem smart warehouse dapat digambarkan sebagai
berikut :

(Sumber : Wicaksana dkk, 2018)


Berdasarkan ilustrasi di atas dapat dibuat prototype smart warehouse sebagai berikut.

Tampak Samping

Rangkaian PCB

Tampak Depan

(Sumber: Putra dan Risfendra, 2021)

Komponen yang digunakan pada prototype sebagai berikut.


2.3 Cloud Platform dan Desain User Interface
Informasi yang dihasilkan oleh sensor akan disimpan dalam database Google
Cloud Datastore (GCD). Google Cloud Datastore memungkinkan untuk dilakukan
monitoring dari jarak jauh. Selain GCD digunakan juga Application Programming
Interface (API) yang berperan dalam berbagi data antar aplikasi yang berbeda.
Sehingga dalam hal ini sistem informasi tidak hanya dapat diakses dari web saja tetapi
juga dapat dikembangkan dengan mengakses pada platform-platform lain.
Untuk saat ini pengguna hanya dapat mengakses informasi melalui web.
Adapun tampilan dari User Interface (UI) dari web akan menampilkan suhu dan
kelembapan yang terukur oleh sensor yang disajikan dalam bentuk grafik. Selain itu, UI
juga menampilkan jam sehingga pengguna juga dapat mengetahui waktu pemantauan.
Data ini juga dapat diambil dan diunduh oleh pengguna dalam bentuk excel jika
diperlukan. Adapun tampilan dari UI sistem pemantauan suhu dan kelembapan (smart
warehouse) adalah sebagai berikut:

(a)
(b)
(c)
(Sumber : Septama dkk, 2018)

Gambar (a) adalah user interface yang secara real time menampilkan suhu dan
kelembapan pada aplikasi. Gambar (b) adalah user interface untuk membuka/menutup
pintu gudang melalui koneksi wifi. Gambar (c) merupakan interface data suhu dan
kelembapan yang dapat dimonitoring melalui web server.
REFERENSI

Anindita, K, Gusti, A A, dan Ratna K D. 2020. Kinerja Rantai Pasok di Pabrik Gula
Madukismo dengan Metode Supply Chain Operation Reference Analytical
Hierarchy Process (SCOR-AHP). Jurnal Sosial Ekonomi dan Kebijaksanaan
Pertanian. 4(1): 125-134

Putra, A dan Risfendra. 2021. Penggunaan Aplikasi Ubidots untuk Sistem Kontrol
dan Monitoring pada Gudang Gula Berbasis Arduino UNO. Jurnal Teknk
Elektro Indonesia. 2(1): 40-48

Septama, H.D. dkk. 2018. Smart Warehouse: Sistem Pemantauan dan Kontrol
Otomatis Suhu serta Kelembaban Gudang. Seminar Nasional Inovasi,
Teknologi dan Aplikasi. Universitas Lampung

Vinola, F, Abdul, R, dan Sarjana. 2020. Sistem Monitoring dan Controlling Suhu
Ruangan Berbasis Internet of Things. Jurnal Teknik Elektro dan Komputer.
9(2): 117-126

Wicaksana, I. S. dkk. 2018. Perancangan Sistem Monitoring Suhu Gudang


Berbasis Internet Of Things (IoT). Conference on Innovation and Application
of Science and Technology. Universitas Widyagama Malang

Anda mungkin juga menyukai