Anda di halaman 1dari 6

APETIPU

(Solusi Pemberantasan Hama Tikus dengan Pemanfaatan Aroma Cokelat


yang Dilengkapi Alat Pembuatan Pupuk Kompos Organik)

Fardaza Ridha Zalfinash Zain


Jurusan Teknologi Industri Pertanian – Fakultas Teknologi Pertanian –
Universitas Brawijaya Jalan Veteran, Malang 65145
*Penulis Korespondensi: email: fardazaridha@gmail.com

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara agraris yang salah satu komoditas


terbesarnya adalah padi. Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput
berumpun dan merupakan makanan pokok bagi warga negera Indonesia. Namun
sering kali para petani mengalami gagal panen hal ini disebabkan karena adanya
penyakit dan hama. Hama adalah organisme yang menginfeksi tanaman dan
merusaknya sehingga mengakibatkan penurunan hasil pertanian. Infeksi hama dan
penyakit secara meluas dapat menimbulakan kerugian yang besar. Oleh karena
itu, diperlukan adanya upaya pemberantasan hama. Hama yang sering dijumpai
menyerang tanaman padi adalah Tikus sawah (Rattus argentiventer : Robb &
Kloss). Tikus sawah (Rattus argentiventer Rob & Kloss) merupakan hama utama
tanaman padi dari golongan mammalia (binatang menyusui), yang mempunyai
sifat-sifat yang sangat berbeda dibandingkan jenis hama utama padi lainnya. Oleh
karena itu solusi alternatif untuk membasmi hama tikus adalah APETIPU.
APETIPU merupakan solusi pemberantasan hama tikus dengan pemanfaatan
aroma cokelat yang dilengkapi alat pembuatan pupuk kompos organik. Hasil
akhir dari APETIPU ini adalah pupuk kompos organik dari hama tikus yang dapat
digunakan untuk menyuburkan tanaman kembali. Alat ini diharapkan dapat
membantu permasalahan yang sering dialami oleh petani dalam mengatasi hama
pada tanaman padi.

Kata Kunci: Padi, Hama, Tikus sawah, Pupuk, Cokelat

PENDAHULUAN Indonesia merupakan tanah yang


subur dan produktif sehingga
Indonesia merupakan negara pertanian memang cocok untuk terus
agraris yang berarti sebagian besar dikembangkan di Indonesia.
masyarakat Indonesia bermata Berdasarkan data yang diperoleh dari
pencaharian sebagai petani. Kondisi BPS (Badan Pusat Statistik) Tahun
alam indonesia sangat mendukung 2009, jumlah petani mencapai 44%
dalam sektor pertanian dimana tanah dari total angkatan kerja di

13
Indonesia, atau sekitar 46,7 juta jiwa. di dalam gudang penyimpanan.
Pertanian merupakan sektor primer Kerusakan akibat tikus sawah di
dalam perekonomian Indonesia. negara-negara Asia mencapai 10-
Artinya pertanian merupakan sektor 15% setiap tahun (Sudartik, 2015),
utama yang menyumbang hampir dan di Indonesia luas serangan tikus
dari setengah perekonomian sawah setiap tahun rata-rata
(Sjamsir, 2017). mencapai lebih dari 100.000 ha
Salah satu komoditas pertanian (Tobing dkk, 2011).
di Indonesia yang merupakan Berdasarkan permasalahan
komoditas potensial adalah diatas, penulis memberikan solusi
komoditas tanaman padi. Padi alternatif untuk membasmi hama
merupakan tanaman pangan berupa tikus yang dapat langsung dikelola
rumput berumpun dan merupakan menjadi pupuk dengan menggunakan
makanan pokok bagi warga negera APETIPU. APETIPU merupakan
Indonesia. Namun sering kali para solusi pemberantasan hama tikus
petani mengalami gagal panen hal ini dengan pemanfaatan aroma cokelat
disebabkan karena adanya penyakit yang dilengkapi alat pembuatan
dan hama. Hama adalah organisme pupuk kompos organik. Hasil akhir
yang menginfeksi tanaman dan dari APETIPU ini adalah pupuk
merusaknya sehingga mengakibatkan kompos organik dari hama tikus
penurunan hasil pertanian. Infeksi yang dapat digunakan untuk
hama dan penyakit secara meluas menyuburkan tanaman kembali.
dapat menimbulakan kerugian yang Diharapkan alat ini dapat membantu
besar. Oleh karena itu, diperlukan permasalahan yang sering dialami
adanya upaya pemberantasan hama oleh petani dalam pengolahan lahan
(Sudarmaji dan Herawati, 2017). persawahan.
Menurut Wibowo dkk (2012),
hama yang sering dijumpai PEMBAHASAN
menyerang tanaman padi adalah
Tikus sawah (Rattus argentiventer : Alat dan Bahan
Robb & Kloss). Tikus sawah (Rattus Alat yang digunakan dalam
argentiventer Rob & Kloss) pembuatan APETIPU antara lain,
merupakan hama utama tanaman Plat alumunium, gerinda, mesin
padi dari golongan mammalia penggiling, bor listrik, mata bor, mur
(binatang menyusui), yang baut, obeng, colokan, mesin perontok
mempunyai sifat-sifat yang sangat padi, engsel pintu, kipas, kinci,
berbeda dibandingkan jenis hama ampere meter, dll. Sedangkan untuk
utama padi lainnya. Tikus sawah bahan yang digunakan dalam
dapat menyebabkan kerusakan pada pembuatan APETIPU adalah
tanaman padi mulai dari saat alumunium dan juga aroma coklat
pesemaian padi hingga padi siap serta memanfaatkan limbah
dipanen, dan bahkan menyerang padi pertanian.

14
komponen unit pencacah tikus
Metode Pelaksanaan yang terdiri dari 4 unit pisau, 2
 Studi Pustaka unit pisau putar dan 2 unit pisau
Metode ini digunakan tetap.
untuk mempelajari teori-teori
yang berhubungan dengan  Tahap Pelaksanaan
perancangan dan pembuatan Pengaplikasian Program
alat. Pustaka yang digunakan a. Sistem Instrumentasi
yaitu jurnal, e-book, artikel Pencacahan pada
ilmiah dan medis elektronik APETIPU
lainnya. Sistem instrumen pada
APETIPU yang pertama
 Tahap Perancangan Alat adalah aroma coklat akan
Setelah tahap studi digantungkan di atas pintu
pustaka, tahap selanjutnya dekat mesin pencacah.
adalah perancangan APETIPU Aroma cokelat akan
dengan cara membuat desain menyebar ke luar ruangan
kemudian merealisasikannya. yang nantinya akan menarik
perhatian tikus untuk masuk
ke dalam alat ini. Ketika
tikus sampai pada lorong,
tikus akan membau
rodentisida yang membuat
tikus tersebut pingsan atau
bahkan mati. Kemudian
Gambar 1. Desain alat pintu akan terbuka dan tikus
APETIPU akan terjatuh pada alat
penggilingan yang
APETIPU memiliki dua sistem selanjutnya tikus akan
utama yaitu sistem pembasmi dicacah. Sistem pencacahan
hama tikus, sistem penghancur alat ini dengan cara pisau
tikus dan sistem pembuatan akan berputar, sehingga
pupuk kompos. Sistem ketika tikus jatuh ke bawah
pembasmi hama terdiri dari sudah dalam bentuk
komponen masukan material, cacahan.
komponen unit pemikat tikus
yang terdiri dari aroma cokelat, b. Sistem Instrumensasi
komponen unit tempat Pupuk pada APETIPU
masuknya tikus dan komponen Setelah proses
unit tahap pencacahan pencacahan, tikus yang telah
tikus.sistem penghancuran tikus dicacah akan menuju tempat
terdiri dari komponen material, pengolahan pupuk. Dimana

15
pada pengolahan pupuk kompos organik dengan
tersebut memiliki suhu yang memanfaatkan hama
tinggi dan dilengkapi tikus.Sedangkan pada hasil
dengan mesin perontok padi keluarannya diuji dengan
yang berfungsi untuk melihat hasil pupuk organik dan
mempermudah dalam manfaatnya untuk menyuburkan
pembuatan pupuk. Dalam tanaman.
pembuatan pupuk ini, petani
dapat menambahkan tanah  Tahap Evaluasi
dan limbah hasil pertanian Tahap evaluasi dilakukan
seperti jerami dan untuk mengetahui seberapa
sebagainya. Tanah dan efektif pelaksanaan pembuatan
jerami dimasukkan melalui alat yang telah dilakukan. Tahap
pintu atas pupuk. Setelah itu ini dilakukan dengan mengamati
pupuk diproses dengan cara pengaruh volume sampah dan
campurakan cacahan tikus tingkat pencemaran lingkungan
dengan limbah pertanian sebelum dan sesudah
(jerami) dan tanah. menggunakan APETIPU ini.
Kemudian tambahkan
mikroorganisme (aktivator) KESIMPULAN
unruk mempercepat proses
pelapukan bahan-bahan Dari pembahasan yang telah
yang digunakan. Diamkan dijabarkan di atas, maka dapat ditarik
tumbukan sekitar 2-3 kesimpulan bahwa APETIPU
minggu. Selama pendiaman merupakan integrasi alat pembasmi
penumbukan balik hama tikus di persawahan dan
tumbukan setiap 3 hari pembuatan pupuk kompos organik
sekali untuk mencampur dengan memanfaatkan aroma cokelat
bahan. Hasil akhir dari mampu sehingga mampu
proses ini yaitu berupa mengurangi populasi hama tikus
pupuk organik yang akan yang ada. Alat ini memanfaatkan
tertampung di bak hama tikus yang telah mati sebagai
penampungan. bahan dasar pempuatan pupuk
 Tahap pengujian alat sehingga dapat menghasilkan pupuk
Pengujian alat dilakukan kompos yang dapat digunakan untuk
setelah dilakukan perancangan kesuburan tanaman kembali.
alat APETIPU. Pengujian ini
dilakukan dengan tujuan DAFTAR PUSTAKA
menguji kelayakan alat serta Sjamir, Zulkifli. 2017. Pembangunan
hasil keluarannya. Pengujian alat Pertanian dalam Pusaran
dilakukan untuk mengetahui Kearifan Lokal. Makassar:
efisiensi besar pembuatan pupuk CV Sah Media.

16
Sudarmaji dan Nur ‘Aini Herawati.
2017. Perkembangan
Populasi Tikus Sawah pada
Lahan Sawah Irigasi dalam
Pola Indeks Pertanian Padi
300. Penelitian Pertanian
Tanaman Pangan, Vol. 1,
No. 2.

Sudartik, Eka. 2015. Keefektivan


Tiga Teknik Pengendalian
Tikus Sawah (Rattus
Argentiventer Rob & Kloss)
di Desa Murante,
Kecamatan Suli, Kabupaten
Lawu. Jurnal Pertanian
Berkelanjutan, Vol. 4, No.
1.

Tobing, Maryani Cyccu, dkk. 2011.


Penggunaan Protozoa
Sarcocystis Singaporensis
(Aplicomplexa:
Sarcocystidae) untuk
Pengendalian Tikus Sawah
Rattus Argentiventer. Jurnal
HPT Tropika, Vol. 9, No.1.

Wibowo, Lestari, I Gede Swibawa,


dan Tejo Muryanto. 2012.
Penggunaan Perangkap
untuk Pengendalian Hama
Tikus Sawah (Rattus Rattus
Argentiventer). Jurnal HPT
Tropika, Vol. 3, No. 1.

17
18

Anda mungkin juga menyukai