Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN


“HAMA VERTEBRATA : MAMMALIA DAN AVES”

Disusun oleh:

Qonita Mumtazia Kamilah


21025010185

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA
TIMUR
SURABAYA
2022

i
DAFTAR ISI

LAPORAN PRAKTIKUM ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2. Tujuan ..................................................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 2
2.1. Gejala, tanda, contoh serangan Mammalia .................................. 2
1. Tikus Sawah (Rattus argentiventer) ........................................... 2
2. Tikus pohon (Rattus tiomanicus) ................................................ 2
2.2. Siklus Hidup Mamamalia ................................................................... 3
2.3. Gejala, tanda, contoh serangan Aves ............................................ 4
1. Bondol Peking (Lonchura punctulate) ....................................... 4
2. Burung Pipit Dada Putih (Lonchura Leucogastra).................. 4
2.4. Siklus Hidup Aves ............................................................................... 5
III. METODE PRAKTIKUM............................................................................ 7
3.1. Tempat dan Waktu .............................................................................. 7
3.2. Alat dan Bahan (dijelaskan untuk apa) .......................................... 7
3.3. Alur Kerja (dibuat diagram alur, kemudian dijelaskan) ............. 7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 8
V. PENUTUP.................................................................................................... 10
5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 10
5.2. Saran ..................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

ii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hama tanaman yang menyebabkan kerugian pada tanaman
budidaya pada dasarnya dibedakan dalam dua kelompok yaitu
Vertebrata dan Invertebrata. Kelompok hama vertebrata yang
menimbulkan kerusakan yang sangat nyata antara lain : tikus sawah,
tikus pohon, burung bondol peking, burung pipit dada putih, dan lain-
lainnya.
Gejala serangan hama ditandai dengan gejala kerusakan fisik
dari tanaman. Khusus hama vertebrata pada tanaman ditunjukkan
adanya bekas gigitan pada bagian tanaman yang diserang. Masing-
masing hama seperti tikus sawah dan tikus pohon mempunyai
karakteristik yang berbeda walaupun sama-sama tikus. Demikian juga
serangan babi hutan yang binatangnya relatif besar, hama ini biasanya
mendongkel ubi-ubian yang terletak di dalam tanah sebelum memakan
ubinya.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan praktikum Dasar Perlindungan Tanaman
dilakukan agar praktikan dapat memahami jenis – jenis invertebrata
hama (serangga) dan gejala serangan pada tanaman.

1
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gejala, tanda, contoh serangan Mammalia
1. Tikus Sawah (Rattus argentiventer)
Tingginya serangan tikus pada tanaman padi terjadi karena
tikus memiliki beberapa kelebihan yang umumnya tidak dimiliki oleh
hama utama padi lainnya. Hama tikus ini aktif menyerang tanaman
padi pada malam hari dan pada siang hari hama ini bersembunyi
dalam sarangnya yaitu dalam lubang pada pematang sawah,
semak-semak dan di pekarangan penduduk.
Perkembangbiakannya yang cepat dan kerusakan yang
ditimbulkannya sangat merugikan secara ekonomi dan gagal
panen.
Tikus memiliki kemampuan adaptasi, mobilitas, dan
menyerang yang tinggi, menurut Ichsan (2017) hama tikus sawah
adalah hama utama pada budidaya tanaman padi yang dapat
menimbulkan kerusakan sejak fase persemaian, fase generative
dan fase pasca penen di penyimpanan produk pertanian.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini dapat berupa kerusakan
kuantitatif, yaitu berkurangnya bobot produksi akibat dikonsumsi
seraca langsung dan juga dapat menimbulkan kerusakan kualitatif
akibat penurunan mutu produk.
Gejala serangan hama ini di tandai dengan rusaknya batang
akibat gigitan tikus yang mengakibatkan tanaman roboh maupun
patah, tanaman akan menguning, rusak dan berantakan akibat
serangan hama tersebut. Hama tikus terlebih dahulu menyerang
padi putih dengan intensitas serangan yang lebih berat di
bandingkan dengan padi hitam, setelah padi putih rusak baru
kemudian hama tikus menyerang yang padi hitam. Perbedaan
varietas ini berpengaruh terhadap serangan tikus di karenakan
setiap varietas memiliki jaringan sel yang tidak sama (Salisbury dan
Ross, 1995). Akibat serangan tikus yang sangat berat
mengakibatkan padi putih dam hitam gagal panen.
2. Tikus pohon (Rattus tiomanicus)
Hama ini menyerang tanaman pada semua umur, mulai dari
pembibitan hingga tanaman menghasilkan. Pada tanaman belum

2
menghasilkan tikus menyerang buah mentah dan apabila
menyerang titik tumbuh, dapat menyebabkan kematian.
Hal ini sesuai dengan Priyambodo (1995) bahwa hama tikus
menyerang titik tumbuh tanaman yang dapat menyebabkan
kematian, selanjutnya pada batang kelapa sawit yang di potong
oleh kretannya gigi seri tikus tampak tidak lurus, tetapi terlihat
miring atau berbentuk sudut 45 derajat sementara itu disekitar
batang yang terpotong tersebut berceceran sisa-sisa potongan
oleh hewan ini. Hama ini menyerang tanaman kelapa sawit pada
semua stadia pertumbuhan pada kelapa sawit.
2.2. Siklus Hidup Mamamalia

Sumber: balitkabi.litbang.pertanian.go.id
Tikus berkembang biak dengan sangat cepat, tikus menjadi
dewasa dalam arti dapat kawin mulai umur 3 bulan, masa bunting
tikus betina sangat singkat, kira-kira 3 minggu. Jumlah anak yang
dihasilkan setiap kelahiran berkisar antara 4 – 12 ekor (rata-rata 6
ekor) tergantung dari jenis dan keadaan makanan di lapangan. Dan
setelah 2-3 hari setelah melahirkan tikus-tikus tersebut sudah siap
kawin lagi.
Tikus sawah merupakan salah satu hewan menyusui yang
memiliki kemampuan reproduksi relatif cepat. Kematangan seksual
tikus betina ditandai dengan membukanya vagina disertai dengan
mulainya siklus estrus dan ovulasi pada kisaran umur 28 hari.
Individu jantan mencapai kematangan seksual pada umur 60 hari.
Siklus estrus diawali dengan rentang waktu yang relatif tidak teratur
hingga tercapai siklus permanen dalam kisaran 4-5 hari dan terus
berlangsung hingga individu berumur 10-12 bulan.

3
2.3. Gejala, tanda, contoh serangan Aves
1. Bondol Peking (Lonchura punctulate)
Burung peking (Lonchura punctulate) merupakan salah satu
musuh bagi petani dan biasanya burung ini hidup secara
berkelompok dan sering berada pada daerah persawahan.
Persawahan sebenarnya bukan habitat asli melainkan hanya
sebagai tempat mencari makan. Kelompok burung bondol
merupakan kelompok burung pemakan biji. Burung ini dapat
mengonsumsi biji sebanyak 10% dari berat tubuhnya (Soemandi
dan Mutholib 2003).
Serangan kelompok burung bondol telah banyak
meresahkan para petani. Serangan yang dilakukan oleh burung
bondol berupa memakan bulir pada malai padi yang sudah
memasuki masa masak susu atau padi dengan masa tanam 70 hari
(Ziyadah 2011). Menurut Ziyadah (2011), akibat dari serangan
burung bondol produksi padi mengalami penurunan sebanyak 30-
50%. Selain itu, kelompok burung bondol mulai memakan bulir padi
saat memasuki masa masak susu atau masa tanam 70 hari.
Serangan terjadi saat kondisi cuaca teduh dan burung menyerang
secara bergerombol.
Hama burung mulai mengganggu pada saat padi
disemaikan, padi masih muda, padi menguning hingga siap panen.
Burung-burung tersebut biasanya bersarang di dekat rumah,
pohon-pohon yang rendah maupun pada semaksemak di sekitar
sawah. Meskipun tingkat konsumsi burung per ekornya relatif
sedikit, seperti burung Bondol Peking dan Bondol Jawa yang hanya
sebanyak 2-2,8 gram/hari (Priyambodo dan Ziyadah 2012) namun
karena populasinya ribuan saat memakan padi sehingga dapat
menyebabkan kehilangan hasil yang cukup besar.
2. Burung Pipit Dada Putih (Lonchura Leucogastra)
Burung Pipit Dada Putih umumnya menyerang tanaman
padi saat fase matang susu hingga fase pengisian bulir
(Manikowski & Dacamara-Smeets, 1979). Burung pemakan biji
dapat mengonsumsi biji sebanyak 10% dari berat tubuhnya
(Soemadi & Mutholib, 2003). Burung menyerang tanaman padi

4
mulai dari matahari bersinar hingga matahari terbenam. Hama ini
dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman padi. Cabikan
burung menyebabkan malai menjadi patah, bulir padi pecah dan
berjatuhan (Ejiogu, 2012).
Hama ini jenis-jenis hama yang relatif kurang penting
karena kerusakan yang diakibatkan masih dapat ditoleransikan
baik oleh tanaman maupun petani. Hama minor di sebut juga hama
kadang-kadang, atau hama kadangkala (Occasional pests). Burung
tidak pernah merugikan secara besar-besaran, tetapi sebagian ada
yang merusak tanaman padi dan lainya. Burung merusak tanaman
padi dengan cara memakan biji padi, menghisap isi biji padi saat
masih muda, dan merobohkan batang padi karena di hinggapi (Nur
Tjahjadi 2005: 27)
2.4. Siklus Hidup Aves

Sumber: id.thpanorama.com
Burung akan siap kawin setelah usia 7 bulan. Musim kawin
burung biasanya terjadi pada musim hujan. Burung akan membuat
sarang yang terbuat dari rumput kering dan sabut kelapa. Sarang
mereka berbentuk bulat seperti bola dengan lubang di satu sisinya
untuk tempat induk keluar masuk. Burung akan bertelur sebanyak 4-8
butir dan telur mulai dierami setelah telur ketiga dikeluarkan. Selama
pengeraman, jantan dan betina akan bergantian mengerami, namun
betina yang akan lebih sering mengeram karena sifat keibuan mereka.
Lama pengeraman adalah 13-14 hari.

5
Setelah menetas, anak burung akan mulai belajar terbang saat
berusia 21-25 hari. Anak burung muda memiliki warna bulu coklat
muda polos, dan baru akan mendapatkan pola warna bulu spesies
mereka setelah benar-benar dewasa.

6
III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum Dasar Perlindungan Tanaman mengenai “HAMA
VERTEBRATA: MAMMALIA DAN AVES”, dilakukan pada hari Selasa, 29
Maret 2022 pukul 11.10-12.50 WIB di rumah masing-masing (Jl. Teluk Aru
Utara 41-B, Kecamatan Pabean Cantian, Kota Surabaya) dengan metode
daring.
3.2. Alat dan Bahan (dijelaskan untuk apa)
1. Lembar catatan dan alat tulis, untuk mencatat hasil yang diperoleh
dan mengetahui jenis hama yang diamati
2. Kamera (boleh kamera HP/ponsel), untuk dokumentasi hasil
pengamatan jenis hama yang ditemukan
3. Kaca pembesar, untuk mengamati benda-benda kecil agar terlihat
lebih jelas.
4. Jaring (sweep net), digunakan untuk mengambil sampel serangga.
5. Identifikasi hama, serangga yang dikenali spesiesnya diidentifikasi
langsung dilapangan sedangkan serangga yang belum dikenal
diidentifkasi di Laboratorium dengan memakai kaca pembesar/lup.
3.3. Alur Kerja (dibuat diagram alur, kemudian dijelaskan)

1. Mencari tanaman yang terserang hama invertebrate di lapangan.


2. Mengidentifikasi jenis hama yang menyerang tanaman berdasarkan
gejala dan tanda.
3. Menangkap penampkan gejala dan tanda yang terjadi pada tanaman
serta lingkungan sekitar area pertanaman menggunakan kamere/HP.
4. Mengamati dan mencatat hasil pengamatan pada lembar kerja
praktikum.

7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar Hama
No. Jenis Hama Species Hama Dokumentasi Pribadi / Pembahasan
Gambar Tangan
Literatur
1. Mammalia Rattus, rattus Gejala serangan hama ini di tandai
argentiveter dengan rusaknya batang akibat
(Rodentia: gigitan tikus yang mengakibatkan
Murdae) tanaman roboh maupun patah,
tanaman akan menguning, rusak dan
berantakan akibat serangan hama
Sumber: tersebut.
agrokomplekskita.com

Pada batang kelapa sawit yang di


2. Mamalia Rattus, Rattus potong oleh kretannya gigi seri tikus
tiomanicus tampak tidak lurus, tetapi terlihat
(Rodentia: miring atau berbentuk sudut 45
Muridae) derajat sementara itu disekitar
batang yang terpotong tersebut
Sumber: berceceran sisa-sisa potongan oleh
tekno.tempo.co hewan ini

3. Aves Lonchura, Serangan yang dilakukan oleh


Lonchura burung bondol berupa memakan
punctulata bulir pada malai padi yang sudah
(Passerifomes: memasuki masa masak susu atau
Estrildidae) padi dengan masa tanam 70 hari
Sumber:
hewanpedia.com

8
Aves Lonchura, Hama ini dapat menimbulkan
Lonchura kerusakan pada tanaman padi.
leucogastroides Cabikan burung menyebabkan malai
(Passereformes: Sumber: menjadi patah, bulir padi pecah dan
Estrildidae) hewanpedia.com berjatuhan (Ejiogu, 2012).

Tabel di atas adalah contoh tabel yang disepakati internasional untuk penulisan jurnal atau pun tulisan akademis lainnya.

9
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari kegiatan praktikum Dasar
Perlindungan Tanaman mengenai “Gejala Tanda Serangan
Invertebrata Hama Mammalia dan Aves Pada Tanaman” sebagai
berikut :
1. Hama tanaman yang menyebabkan kerugian pada tanaman
budidaya pada dasarnya dibedakan dalam dua kelompok yaitu
Vertebrata dan Invertebrata. Kelompok hama vertebrata yang
menimbulkan kerusakan yang sangat nyata antara lain : tikus
sawah, tikus pohon, burung bondol peking, burung pipit dada
putih, dan lain-lainnya.
2. Tikus sawah merupakan salah satu hewan menyusui yang
memiliki kemampuan berkembang biak dengan sangat cepat,
tikus menjadi dewasa dalam arti dapat kawin mulai umur 3
bulan, masa bunting tikus betina sangat singkat, kira-kira 3
minggu.
3. Burung akan siap kawin setelah usia 7 bulan. . Burung akan
bertelur sebanyak 4-8 butir dan telur mulai dierami setelah telur
ketiga dikeluarkan.
5.2. Saran
Saran yang berhubungan dengan praktikum Dasar
Perlindungan Tanaman adalah dengan adanya praktikum ini
mahasiswa lebih waspada terhadap penyebaran penyakit yang di
sebabkan oleh hama serangga. Gejala dan Tanda Serangan
Vertebrata Hama Mamalia dan Aves sering terjadi pada saat musim
masak buah sehingga perlu pengendalian pencegahan hama agar
populasi hama tetap seimbang dan tidak punah.

10
DAFTAR PUSTAKA
Sayuthi, Muhammad., A. Hanan., Muklis., & Satriyo, Purwana. (2020). DIstribusi
Hama Tanaman Padi (Oryza sativa L.) pada Fase Vegetatif dan Generatif
di Provinsi Aceh. J. Agroecotenia, 3(1), 1-10.
Hadi, M Syamsul., Joko, Sartono., & Siswadi. (2019). INVENTARISASI HAMA
AKIBAT PERLAKUAN MACAM PUPUK KANDANG TERHADAP TIGA
JENIS PADI (Oryza sativa L.). Innofarm: Jurnal Inovasi Pertanian, 21(1), 7-
13.
Siregar, Hamdan Maruli., Priyambodo, Swastiko., & Hindayana, Dadan. (2021).
ANALISIS PERGERAKAN TIKUS SAWAH (RATTUS ARGENTIVETER)
MENGGUNAKAN LINNEAR TRAP BARRIER SYSTEM. Gontor
AGROTECH Science Journal, 7(2), 215-230.
Muliana, Sri., Ridwan, Andi., & Saputra, Hendra Juli. (2017). TINGKAT
SERANGAN BEBERAPA JENIS HAMA PADA PERTANAMAN KELAPA
SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT WIDYA UNGGUL LESTARI,
KABUPATEN MAMUJU. J. Agroplantae, 6(1), 29-33.
Ardjansyah, Arseki., Hernowo, Jarwadi Budi., & Priyambodo, Swastiko. (2017).
PENGARUH SERANGAN BURUNG BONDOL TERHADAP KERUSAKAN
TANAMAN PADI DI BOGOR. Media Konservasi, 22(2), 101-110.
Sumayanti, Herni Is. (2021). IDENTIFIKASI HAMA TANAMAN PADI SAWAH
(Oryza sativa L.) DAN MUSUH ALAMI DI KECAMATAN CURUG KOTA
SERANG PROVINSI BANTEN. Jurnal Ilmu Pertanian Tirtayasa, 3(1), 229-
241.
Rustam. (2016). Keragaan Produksi dan Organisme Pengganggu Tanaman Padi,
Jagung, dan Kedelai di Provinsi Riau. J. Agrotek. Trop, 5(1), 39-54.
Suroto., Kiswarduanta, R. Bekti., & Utami, Sri. IDENTIFIKASI BERBAGAI JENIS
HAMA PADI (Oriza Sativa) DIKECAMATAN NGRAYUN KABUPATEN
PONOROGO SEBAGAI SUMBER BELAJAR SISWA SMP KELAS VIII
SEMESTER GASAL POKOK BAHASAN HAMA DAN PENYAKIT. FMIPA
IKIP PGRI MADIUN.
Bari, Ichsan Nurul., Santriyani, Ai Siti., Kurniawan, Wawan., Hindersah
Reginawanti., Suganda, Tarkus., & Dewi, Vira Kusuma. (2021). Preferensi
dan Waktu Aktif Harian Kunjungan Burung Bondol Jawa (Lonchura
leucogastroides) terhadap Fase Pertumbuhan Padi (IR-36) di Lahan
Sawah Jatinagor. Jurnal Agrikultura, 32(1), 72-76.

11
Herawati, Nur aini. (27 November, 2021). Bioekologi Hama Tikus dan Alternatid
Pengendaliannya. Balitkabi.litbang.pertanian.go.id. dikases pada tanggal
05 April 2022 dari
https://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/infotek/bioekologi-hama-tikus-dan-
alternatif-pengendaliannya/

12

Anda mungkin juga menyukai