Anda di halaman 1dari 29

PENDALAMAN MATERI HAMA TANAMAN PANGAN DAN

PENGENDALIANNYA
(Laporan Praktikum Pengendalian HamaTumbuhan)

Oleh

Zam Zami
1614121029
Kelompok: 4

LABORATORIUM HAMA TUMBUHAN


JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pada saat melakukan budidaya, tanaman tidak selamanya bisa hidup tanpa adanya
gangguan.Kadang tanaman mengalami gangguan oleh hewan atau organisme
kecil. Hewan dapat disebut hama karena mereka mengganggu atau merusak
tanaman sehingga menyebabkan kerugian secara ekonomis. Hama merupakan tiap
hewan yang mengganggu atau merusak tanaman dan menyebabkan kerugian
secara ekonomis. Kebanyakan hama yang menyebabkan kerusakan pada tanaman
adalah dari kelompok serangga. Keberadaan hama tersebut sangat dirisaukan,
karena kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan hama bisa menyebabkan
kualitas dan kuantitas panen pada suatu pertanaman mengalami penurunan. Hal
tersebut tentu juga akan mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Hama yang
merugikan secara ekonomi, biasanya merupakan hama yang menyerang pada
bagian tanaman yang kita konsumsi, atau biasa kita sebut dengan hama langsung
(Endah, 2008).

Hama tanaman selamanya tetap menjadi momok bagi para petani, baik petani
tanaman pangan, hortikultura, maupun perkebunan. Jenis hama yang menyerang
tanaman pun bermacam-macam. Jika populasi hama tanaman tersebut tinggi,
maka tingkat kerusakan yang ditimbulkannya juga amat tinggi. Buku ini
menyampaikan pengalaman konkret dari para petani di lapangan berkaitan dengan
masalah hama tanaman dan solusi untuk mengantisipasi dan mencegah serangan
hama tanaman yang lebih parah lagi. Prinsip pengendalian hama yang ditawarkan
adalah pengendalian hama terpadu (PHT) untuk mencegah kerugian secara
ekonomis sekaligus untuk mencegah kerusakan lingkungan hidup(Harianto,2009).
Maka dari itu dilakukan persentasi ini yang berguna untuk mengetahui jenis hama
yang menyerang dan bagaimana pengendaliannya.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Memperdalam pemahaman mengenai bioekologi dan teknik pengendalian
hama tanaman padi (wereng batang coklat/WBC, penggerek batanf, tikus sawah,
keong mas)? Kedelai (penggerek dan penghisap polong kedelai, jagung
(penggerek batang dan tongkol, serta wereng jagung.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Hama merupakan suatu organisme yang mengganggu tanaman,merusak tanaman


dan menimbulkan kerugian secara ekonomi,membuat produksi suatu tanaman
berkurang dan dapat juga menimbulkan kematian pada tanaman,serangga hama
mempunyai bagian tubuh yang utama yaitu caput, abdomen ,dan thorax.Serangga
hama merupakan organisme yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan
mengakibatkan kerusakan dan kerugian ekonomi. Hama dari jenis serangga dan
penyakit merupakan kendala yang dihadapi oleh setiap para petani yang selalu
mengganggu perkembangan tanaman budidaya dan hasil produksi pertanian.
Hama dan penyakit tersebut merusak bagian suatu tanaman, sehingga tanaman
akan layu dan bahkan mati(Harianto, 2009).

Gejala adalah setiap perubahan pertanaman yang mengarah pada pengurangan


hasil kualitas dari hasil yang diharapkan akibat serangan hama.Gejala merusak
yang diakibatkan oleh serangan hama khususnya dari serangga tidak bisa lepas
dari pembicaraan mengenai morfologi alat mulut serangga hama
(Djafarudin,2005).

Perlindungan tanaman merupakan segala upaya untuk mencegah kerugian pada


usaha budidaya tanaman, yang diakibatkan oleh pengganggu tanaman. Serangga
merupakan golongan hewan yang dominan dimuka bumi sekarang ini yang
jumlahnya kira-kira 50% dari jumlah populasi mahluk hidup di bumi. Dalam
jumlah mereka melebihi hewan melata daratan lainnya praktis mereka terdapat di
mana-mana. Adapun cara serangga merusak inangnya bervariasi, biasanya
berkaitan erat dengan tipe mulut dan kehidupannya (Endah, 2008).

Organisme pengganggu tanaman adalah semua organisme yang dapat


menyebabkan penurunan potensi hasil yang secara langsung karena meninbulkan
kerusakan fisik, gangguan fisiologi dan biokimia, atau kompetisi hara terhadap
tanaman budidaya. Organisme pengganggu tanaman dikelompokkan menjadi tiga
kelompok utama yaitu : hama, penyakit, dan gulma. Hama adalah semua
organisme atau gen biotik yang merusak tanaman dengan cara yang bertentangan
dengan manusia. Suatu organisme juga diakatakan hama apabila organisme
tersebut mengurangi kualitas dan kuantitas baha makanan, pakan ternak, tanaman
serat, hasil pertania, atau panen, pengolahan dan dalam penggunaanya serta dapat
bertinfak sebagai vector penyakit pada tanaman (Pracaya, 2006).
III. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 28 Maret 2018 di Laboratorium


Hama Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada pukul
13.00-15.00 WIB.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah alat tulis.

Bahan yang digunakan adalah artikel hama penting tanaman padi (WBC,
Penggerek Batang, tikus sawah, keong mas), artikel hama penting tanaman
kedelai )penggerek polong dan penghisap polong serta lalat bibit), artikel hama
penting tanaman jagung (penggerek batang jagung, tongkol jagung dan wereng
jagung, dan artikel hama penting tanman kentang (kutu daun persik, penggerek
umbi, dan kumbang kubah).

3.3. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja praktikum ini sebagai berikut:


1. Setiap kelompok mimilih salah satu artikel dari jurnal mengenai hama
beserta cara pengendaliannya.
2. Membuat presentasi mengenail artikel tersebut dalam bentuk power point.
3. Asisten member penjelasan aturan main dalam diskusi
4. Setiap pratikan membuat rangkuman seluruh hama penting yang didiskusikan
sebagai laopran pratikum
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:


Tabel 1.
No. Gamabar Keterangan

1. Tikus Sawah
(Rattus argentiventer)

Gambar 1.

2. Wereng Batang Coklat


(​Nilaparvata lugens​ Stal)

Gambar 2.
3. Keong Mas
(​Pila ampullaceal)

Gambar 3.

4. Kepik Penghisap Polong Kedelai


(Piptortus linearis)​

Gambar 4.

5. Lalat Bibit/ Lalat Kacang


(Ophiomyia phaseoli)

Gambar 5.

6. Ulat Penggerek Polong Kedelai


(Etrella zinckenella)

Gambar 6.

7. Penggerek Batang Jagung


(​Ostrinia furnacalis)

Gambar 7.
8. Penggerek Tongkol Jagung
(​Helicoverpa armigera)

Gambar 8.

9. Wereng Jagung
(​Peregrinus maidis)

Gambar 9.

10. Kumbang Kubah


(​Epilachna sparsa)

Gambar 10.

11. Kutu Daun Persik


(​Myzus persicae​ Sulz)

Gambar 11.
12. Ulat Penggerek Umbi Kentang
(​Phthorimaea operculella)

Gambar 12.

4.2 Pembahasan

Adapun gejala kerusakan yang disebabkan oleh hama tersebut sebagai berikut :

4.2.1 Tikus Sawah (​Rattus argentiventer)

Kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan hama tikus ini dapat terjadi mulai dari
lapangan sampai ke tempat penyimpanan.Tikus termasuk binatang nokturnal,
keluar dari sarangnya aktif pada malam hari untuk mencari makan. Bagian
punggung tikus sawah berwarna cokelat muda bercak hitam, perut dan dada
berwarna putih, panjang kepala dengan badan 130-210 mm, panjang ekor 120-200
mm dan tungkai 34-43 mm. Jumlah puting susu betina 12 buah, 3 pasang di dada
dan 3 pasang diperut (Muchrodji,2006).

Gejala serangan tikus terjadi pada fase persemaian, vegetatif maupun generatif.
Pada stadia persemaian, tikus mencabut benih yang sudah mulai tumbuh (bibit)
untuk memakan bagian biji yang masih tersisa (endosperm). Sedangkan pada
stadia vegetatif, tikus memotong bagian pangkal batang untuk memakan bagian
batangnya. Adapun pada stadia generatif, tikus memotong pangkal batang untuk
memakan bagian malai atau bulirnya.Kerusakan yang ditimbulkan oleh tikus
bersifat khas, yaitu ditengah- tengah petakan sawah tampak gundul, sedangkan
bagian tepi biasanya tidak diserang.Padi yang terserang tikus dari jauh terlihat
menguning tetapi kuningnya tidak sama dengan kondisi padi yang siap panen.
Dari dekat hanya terlihat kulit padi sedangkan isinya sudah habis, selain itu
banyak batang padi yang tumbang akibat dikerat.

Beberapa tindakan pengendalian yang dapat dilakukan antara lain, yaitu:


a) Melakukan penanaman serentak.
b) Gropyok masal dan sanitasi, dilakukan pada habitat-habitat tikus
sepertisepanjang tanggul irigasi, pematang besar, tanggul jalan, dan batas
sawah dengan perkampungan.
c) Pengendalain secara fisik dan mekanis dengan membunuh tikus dengan
bantuan alat seperti senapan angin dan perangkap.
d) Pemasangan TBS (Trap Barrier System) / Sistem Bubu Perangkap) dan LTBS
(Linear Trap Barier Sistem), pesemaian dan pembuatan TBS dilakukan pada
daerah endemik tikus untuk menekan populasi tikus pada awal musim tanam.
e) Pengendalian secara biologi dengan pemanfaatan musuh alami seperti kucing,
anjing, ular sawah, elang, dan burung hantu (Muchrodji,2006).

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Sub family : Murinae
Genus : ​Rattus
Spesies : ​Rattus argentiventer

4.2.2 Wereng Batang Coklat (​Nilaparvata lugens​ Stål)


Wereng batang cokelat (​Nilaparvata lugens Stål)​ adalah serangga hama utama
pada tanaman padi. ​Imago wereng coklat ada dua tipe yaitu wereng bersayap
panjang dan wereng bersayap pendek. Hama wereng coklat bersayap panjang
akan mampu terbang dan berpindah jauh dari tanaman satu ke tanaman lain.
Wereng coklat bersayap panjang inilah yang menjadi penyebar populasi hama
wereng coklat.Hama wereng coklat mempunyai tipe mulut penusuk penghisap
yang berupa stilet, alat ini berfungsi untuk menghisap bagian tanaman yang masih
muda dan lunak. Hama ini akan meletakkan telur pada pangkal pelepah daun,
tempat ini pula yang menjadi tempat hidup nimfa wereng coklat.

WBC merusak dengan cara mengisap cairan tanaman sehingga tanaman menjadi
layu, mengering, dan akhirnya tampak seperti terbakar (​hopperburn​). WBC juga
dapat merusak tanaman padi dengan cara menularkan virus kerdil rumput dan
virus kerdil hampa, virus yang menyebabkan tanaman padi menjadi kerdil dan
berbulir hampa. ​Gejala tanaman mengering mula-mula berupa spot
setempat-setempat di bagian tengah petakan, kemudian akan menyatu sehingga
seluruh pertanaman mengering.

Pengendalian yang dapat dialkukan yaitu:


1. Pengendalian secara kultur teknis dengan menanam tanaman serempak, untuk
memutuskan siklus hidup dari WBC. Selain iu, dilakukan pemantauan fluktuasi
dari WBC untuk mengetahui jumlah dan WBC di lahan.
2. Pengendalian secara hayati dengan memanfaatkan peranan dari musuh alami,
seperti predator, parasitoid maupun patogen. ​Musuh alami wereng coklat yang
berupa predator yaitu
laba-laba(​Lycosas​ p.,​Tetragnatha​ spp.,​Oxyopes s​ p.,​Callitrichia​sp.),​ Paederus
fucipes​,​Cyrtorhinus lividipennis, Coccinella​ spp.,​Ophionea​ sp., dan ​Microvelia
atrolineata)​ . Sedangkan, ​jamur patogennya dapat memanfaatkan
Metarhizium ​anisopliae.
3. Pengendalian secara kimiawi dengan pengaplikasiaan pestisida ke pertanaman.
Insektisida yang disaranka berbahan aktif buprofen, BPMC, fipronil, amitraz,
bupofresin, karbofuran, karbosulfan, metalkarb, MIPCI, propoksur atau
liarnetoksan dan imidakloprid (​Sutrisno, 2014)​.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Hemiptera
Family : DelphacidaeNilaparvata
Genus : ​Nilaparvata
Spesies : ​Nilaparvata lugens​ Stal

4.2.3 Keong Mas (​Pila ampullaceal​)


Keong Emas merupakan hama penting pada tanaman padi di beberapa daerah di
Indonesia. Hama ini menyerang mulai dari pesemaian sampai kepertanaman.
Serangan paling berat biasanya terjadi pada saat tanaman berumur 1-7 hari setelah
pindah tanam sampai tanaman berumur kurang lebih 30 hari. Keong Emas
terutama menyerang pada bakal anakan tanaman padi, sehingga mengurangi
anakan tanaman.​ ​Penggunaan insektisida kimia sintetis merupakan masalah yang
sangat perlu dipertimbangkan terutama dampak residu terhadap lingkungan,
kesehatan manusia dan terhadap mahluk hidup lainnya serta satwa-satwa liar.
Oleh karena itu harus dicari cara alternatif yang lebih aman dalam pengendalian
hama antara lain dengan mengusahakan budidaya pertanian organik yang pada
prinsipnya meminimalkan input produksi seperti pupuk dan pestisida dari
senyawa kimia sintetis. Salah satu komponen dalam budidaya organik adalah
pemanfaatan pestisida nabati untuk mengendalikan hama. Sementara ini sudah
banyak dilakukan uji coba pemanfaatan insektisida nabati sebagai alat pengendali
hama dari berbagai spesies dengan hasil yang beragam.
Namun dalam impelmentasinya penggunaan pestisida nabati terutama untuk
mendukung usaha pengembangan peningkatan produksi padi masih belum
optimal (Manueke, 2007).
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Class : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Family : Ampullariidae
Sub family Ampullariinae
Genus : ​Pila
Spesies : ​Pila ampullaceal

4.2.4 Penghisap Polong Kedelai (​Riptortus linearis​)


Penghisap polong kedelai memiliki morfologi imago dengan berbadan panjang
dan berwarna kuning kecokelatan, garis putih kekuningan di sepanjang sisi
badannya.Imago datangpertama kali di pertanaman kedelai saat tanaman mulai
berbunga dengan meletakkan telur satu per satu pada permukaanatas dan
bawahdaun. Seekor imago betina mampu bertelur hingga 70 butir selama 4–47
hari. Imago jantan dan betina dapat dibedakan dari bentuk perutnya, yaitu imago
jantan ramping dengan panjang 11-13 mm dan betina agak gemuk dengan panjang
13–14 mm.
Telur ​R. linearis ​berbentuk bulat dengan bagian tengah agak cekung, rata-rata
berdiameter 1,20 mm. Setelah 6–7 hari, telur menetas dan membentuk nimfa
instar I selama 3 hari. Setiap berganti kulit terlihat perbedaan bentuk, warna,
ukuran, dan umur. Rata-rata panjang tubuh nimfa instar I adalah 2,60 mm, instar
II 4,20 mm, instar III 6 mm, instar IV 7 mm, dan instar V 9,90 mm. Siklus hidup
​ eliputi stadium telur, nimfa yang terdiri atas lima instar, dan stadium
R. linearis m
imago (Baehaki,2013).

Nimfa maupun imago menyebabkan kerusakan pada polong kedelai dengan cara
mengisap cairan biji di dalam polong dengan menusukkan stiletnya.Serangan ​R.
linearis ​pada fase pembentukan polong menyebabkan polong kering dan gugur.
Serangan pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji menyebabkan
polong dan biji kempes kemudian polong mengering dan akhirnya gugur.
Serangan pada fase pengisian biji menyebabkan biji berwarna hitam dan
busuk.Pada fase pematangan polong mengakibatkan biji keriput. Serangan pada
polong tua menjelang panen menyebabkan biji berlubang.

Tindakan pengendalian yang dapat dilakukan antara lain, yaitu penanaman


serempak dengan selisih waktu kurang dari 10 hari, rotasi tanaman serta dengan
tanaman perangkap ​Sesbania rostrata​ di pematang dapat mengurangi serangan
hama pengisap polong kedelai. Selain itu, dapat pula dengan memanfaatkan
cendawan entomopatogen ​Lecanicillium lecanii y​ angmampu menginfeksi telur,
nimfa dan kepik coklat. Pengendaliandengan insektisida dilakukan bila populasi
mencapai atau melewati aras luka ekonomi. Insektisida yang digunakan
mengandung bahan aktif berupa klorfluazuron, betasiflutrin, sipermetrin,
alfametrin, carbosulfan, sihalotrin, dan sipermetrin (Baehaki,2013).

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Hemiptera
Family : Alydidae
Genus : ​Riptortus
Spesies : ​Riptortus linearis

4.2.5 Penggerek Polong Kedelai (​Etiella zinckenella​)

Hama penggerek polong kedelai memiliki morfologi yaitu imago (ngengat)


berwarna kuning keabu-abuan dengan ukuran 1.7-2.5 cm. Ngengatnya aktif pada
malam hari serta sangat menyukai cahaya.Ngengat betina dapat bertelur sekitar
73-204 butir yang diletakkan pada bagian bawah kelopak bunga dan polong
kedelai, berbentuk lonjong dan berukuran 0,6 mm. Telur muda berwarna putih
mengkilap dan setelah tua menjadi jingga berbintik-bintik merah. Telur menetas
pada umur kurang lebih 3-4 hari.Ulat yang baru menetas berjalan-jalan di
permukaan polong selama beberapa waktu, kemudian menggerek ke dalam
polong dan memangsa biji kedelai. Ulat berwarna hijau kekuningan sampai merah
muda dengan bagian punggung bergaris hitam. Lama stadium ulat kurang lebih
12-19 hari, dengan rata-rata 15 hari.

Gejala serangan penggerek polong berupa lubang gerek berbentuk bundar pada
kulit polong. Serangga ini menyerang pada dua waktu, yaitu pada saat menjelang
pengisian polong dan pada saat fase masak fisiologis. Fase kritis tanaman kedelai
terserang penggerek polong yaitu ketika berumur 56 HST hingga fase fisologis.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan serangan hama ini yaitu
dengan pengendalian secara kultur teknis, seperti tanam serempak dalam kurun
10 hari (tidak lebih dari 10 hari) dan penggunaan varietas unggul. Selain itu,
dilakukan pergiliran tanaman bukan inang (rotasi tanam). Pengendalian secara
mekanis dan fisik melalui penggunaan tanaman perangkap. Pengendalian hayati
dengan memanfaatkan musuh alami berupa pelepasan parasitoid ​Trichogramma
bactrae-bactrae. ​Pengendalian kimiawi dilakukandengan pemberian pestisida
nabati atau pun insektisida (Baliadi, 2008).

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Pyralide
Sub family : Phycitinae
Genus : ​Etiella
Spesies : ​Etiella zinckenella
4.2.6 Penggerek Tongkol Jagung (​Holicoverpa armigera​)

Imago betina bertelur 730 butir masa ovoposisi 10-23 hari. Telur menetas setelah
3 hari. Larva terdiri atas 5-7 instar dengan pergantian kulit (moulting) setiap 2-4
hari. Periode perkembangan larva sangat tergantung suhu dan kualitas makanan.
Spesies ini mengalami masa prapupa selama 1-4 hari. Selama periode ini, larva
menjadi pendek dan lebih seragam warnanya dan kemudian erganti kulit menjadi
pupa.

Imago betina akan meletakkan telur pada ​silk​ jagung dan sesaat setelah menetas
larva akan menginvasi masuk ke dalam tongkol dan akan memakan biji yang
sedang mengalami perkembangan.Infestasi serangga ini akan menurunkan
kualitas dan kuantitas tongkol jagung, karena larva hidup di dalam buah, biasanya
serangan serangga ini sulit diketahui dan sulit dikendalikan dengan insektisida.

Beberapa pengendalian yang dapat dilakukan, yaitu:


a) Pengendalian Kultur Teknis
Secara kultur teknis dapat dilakukan dengan melakukan pengelolaan tanah
yangbaik. Karena pengelolaan tanah yang baik akan merusak pupa yang
terbentukdalam tanah, dapat mengurangi populasi ​H.armigera​ berikutnya.
b) Pengendalian Hayati
Musuh alami yang digunakan sebagai pengendali hayati berupa parasitoid dan
cukup efektif untuk mengendalikan penggerek tongkol adalah ​Trichogramma​ spp.
Dalam kondisi kelembaban yang cukup, larva juga dapat diinfeksi oleh
M.anisopliae.​ Selain itu, terdapat bakteri yang dapat mengendalikan serangga ini
yaitu bakteri B. bassiana dan virus Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis
Virus (HaNPV).
c) Pengendalian Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi merupakan pilihan terakhir untuk mengendalikan
serangan hama penggerek tongkol ini. Penyemprotan dengan insektisida
dilakukan setelah terbentuk rambut jagung pada tongkol dengan selang 1 – 2 hari
hingga rambut jagung berwarna coklat.

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Noctuidae
Genus : ​Helicoverpa
Spesies : ​Helicoverpa armigera

4.2.7 WerengJagung (​Peregrinusmaidis)​

Siklus hidup wereng jagung 25 hari, masa telur 8 hari, telurnya berbentuk bulat
panjang dan agak membengkok (seperti buah pisang), warna putih bening yang
diletakkan pada jaringan pelepah daun secara terpisah atau berkelompok. Nimfa
mengalami 5 instar, instar pertama berwarna kemerah-merahan kemudian
berangsur-angsur berubah menjadi putih kekuning-kuningan. Disepanjang
permukaan atas badannya terdapat bintik-bintik kecil berwarna coklat ubuh
wereng dewasa berwarna kuning kecoklatan, sayap bening dan kedua mata
berwarna hitam. Terdapat duri pada tibia belakang yang dapat berputar. Serangga
dewasa ada yang mempunyai sayap panjang dan ada pula bersayap pendek.
Mempunyai bintik pada ujung sayap dan bergaris kuning pada belakangnya.
Sedangkan pada yang bersayap pendek mempunyai sayap transparan dengan
bintik warna gelap. Keduanya mempunyai karakteristik dengan corak warna hitam
dan putih pada bagian ventral abdomen.

Wereng ini menghisap cairan tanaman sehingga menyebabkan daun mengering


dan bisa menyebabkan tanaman manjadi kerdil dan tidak menghasilkan tongkol
yang sempurna selain itu hama ini juga diketahui sebagi vektor beberapa jenis
virus diantaranya MMV (Maize Mosaic Rhabdovirus) dan MStV (Maize Tenui
virus) , walaupun belum ada laporan tentang kerugian yang serius karena serangan
hama ini karena umunya serangannya pada umur 47 – 73 HST yang mana telah
melewati fase kritis tanaman jagung, sehingga kerugian yang disebabkan tidak
terlalu signifikan.Gejala serangan pada daun tampak bercak bergaris kuning,
garis-garis pendek terputus-putus sampai bersambung terutama pada tulang daun
kedua dan ketiga. Daun tampak bergaris kuning panjang, begitu pula pada pelepah
daun. Pertumbuhan tanaman akan terhambat, menjadi kerdil, tanaman menjadi
layu dan kering (Endah,2008).

Beberapa tindakan pengendalian yang dapat dilakukan adalah pengendalian kultur


teknis, dapat dilakukan dengan melakukan pengelolaan tanah yang baik. Karena
pengelolaan tanah yang baik akan merusak pupa yang terbentuk dalam tanah dan
dapat mengurangi populasi hama berikutnya.Pengendalian secara hayati dengan
memanfaatkan peranan dari musuh alami, seperti predator, parasitoid maupun
patogen.Pengendalian secara kimiawi merupakan pilihan terakhir untuk
mengendalikan serangan hama penggerek tongkol ini. Penyemprotan dengan
insektisida (Pfat,2008).

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Hemiptera
Family : Delphacidae
Genus : ​Peregrinus
Spesies : ​Peregrinus maidis

1. 4.2.8 Penggerek Batang Jagung (​Ostrinia furnacalis​)


Larva penggerek batang jagung dapat merusak daun, batang, serta bunga jantan
dan betina (tongkol muda). Larva instar I-III merusak daun dan bunga jantan,
sedangkan larva instar IV-V merusak batang dan tongkol . Serangan pada
tanaman jagung umur 2 dan 4 minggu menyebabkan kerusakan pada daun, pucuk
dan batang, pada tanaman umur 6 minggu menyebabkan kerusakan pada daun,
batang, bunga jantan dan bunga betina (tongkol muda), sedangkan serangan pada
tanaman umur 8 minggu menyebabkan kerusakan pada daun dan batang. Pada
tanaman yang berumur 6 minggu, mortalitas larva lebih rendah dibanding pada
tanaman yang berumur lebih muda maupun yang lebih tua (Nonci,2007).

Bioekologi dari hama ini Telur penggerek batang berukuran 0,90. Telur
diletakkan secara berkelompok di bagian bawah daun, bentuknya menyerupai
sisik ikan dengan ukuran yang berbeda-beda. Lama perkembangan larva
bervariasi, bergantung pada bagian tanaman jagung yang dimakan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa jagung yang berumur 6 minggu paling disenangi
oleh larva O. furnacalis. Selanjutnya, Pupa terbentuk di dalam batang dengan
lama stadium bervariasi 7−9 hari atau rata-rata 8,50 hari. Akhirnya Ngengat
biasanya muncul dan aktif pada malam hari dan segera berkopulasi. Seekor
ngengat betina menghasilkan telur ratarata 81,10; 133,30; 122,60 butir/hari
masingmasing dari ngengat yang larvanya diberi makan bagian tanaman jagung
umur 4, 6, dan 8 minggu (Sulistyo,2008)

Salah satu faktor penghambat atau pengatur populasi hama adalah musuh alami.
Musuh alami berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen pengendalian hama
yang aman bagi lingkungan. Namun, hingga saat ini informasi tentang komposisi
musuh alami bagi hama utama pertanaman jagung masih kurang (Nonci, 2007).

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Crambidae
Sub family : Pyraustinae
Genus : ​Ostrinia
Spesies : ​Ostrinia furnacalis

4.2.9 Kutu daun Persik (​Myzus persicae​ Sulz)


Bioekologi :Serangga ini berukuran kecil antara 0,6 – 3 mm, hidup berkelompok
dari berbagai instar (kecilsampaidewasa). Di daerah tropis serangga ini bersifat
partenogenesis. Tubuhnya berwarna hijau atau hijau pucat, kadang – kadang
jingga atau kuning.Panjang antena sama dengan panjang badannya. Serangga
dewasa ada yang bersayap atau dan tidak bersayap atau apterae.Serangga bersayap
bertanda bercak cokelat kehitaman pada bagian punggungnya. Kutu daun tinggal
pada bagian bawah daun, batang bunga, bakal bunga dan dalam lipatan daun yang
keriting (Djafrudin,2005).

Gejalaserangan :pada tanaman kentang, kutu daun persik lebih berperan sebagi
vektor virus penggulung daun kentang (​Potato Leaf Roll Virus ​/ ​PLRV)​ dan PVY
(​Potato Virus Y​) dibading perannya sebagai serangga hama tanaman. Gejala awal
berupa bercak kering pada daun dan menyebabkan tanaman mengering, keriput,
tumbuh kerdil, warna daun kekuningan, terpelintir, layu dan mati.Kutu daun
persik biasanya berkelompok di bawah permukaan daun, menusuk dan mengisap
cairan daun muda serta bagian tanaman yang lebihmuda (pucuktanaman).

Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida


berbahan aktif abamektin, imidakloprid, dimetoad, fipronil, lamdasihalotrin,
danklorpirifos. Penyemprotan dilakukan secara rutin dengan interval 5 hari sekali,
terutama pada musim kemarau.Lakukan penggantian bahan aktif setiap kali
penyemprotan secara bergilir untuk menghindari resistensi terhadap bahan aktif
tertentu. Pengendalian dengan cara menanam tanaman perangkap (trap crop) di
sekeliling kebun seperti jagung. Pengendaliandengan kimia sepertiCuracron 500
EC, Pegasus 500 SC, Decis 2,5 EC, Hostation 40 EC, Orthene 75 SP
(Harianto,2009).

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Famili : Aphididae
Ordo : Homoptera
Genus : ​Myzus​
Spesies : ​Myzus persicae​ Sulz

4.2.10
Gejala yang dihasilkan hama ini Pada adaun yang berwarna merah tua dan terlihat
adanya Jalinan seperti benang yang berwarna kelabu yang merupakan materi
Pembungkus ulat. Umbi yang terserang bila di belah, akan terlihat
Adanya lubang – lubang karena sebagian umbi telah dimakan.

Serangga dewasa berupa ngengat kecil yang berwarna coklat kelabu, ngengat aktif
pada malam hari.Pada siang hari ngengat bersembunyi di bawah helaian
Daun atau pada rak – rak penyimpanan umbi di gudang kentang. Seekor ngengat
betina mampu menghasilkan telur sebanyak + 98 butir.Lama stadia telur berkisar
antara 10 – 16 hari.Telur berukuran kecil agak lonjong, berwarna putih
Kekuningan dan biasanya diletakkan pada permukaan bawah daun, pada batang
atau di atasumbi yang tersembul di permukaan tanah. Digudang penyimpanan,
telur hampir selalu di letakkan di atasumbi. Lama stadia telur 5 – 11 hari.
Larva berwarna putih kelabu dengan kepala coklat tua.Permukaanatas (dorsal)
memiliki bayangan hijauterang atau merah muda. Larva memakan permukaan
Atas daun dan cabang atau melipat daun dan hidup dibawah epidermis daun.larva
juga melubangi umbi di kebundan di gudangkentang. Lama hidup 21 – 35 hari.
Panjang larva sekitar 1 cm . Pupa (kepompong) terdapatdalamkokon yang
Tertutup butiran tanahberwarnakecoklatan. Di gudang pupa menempel pada
bagian luarumbi (biasanyadisekitarmata tunas) atau pada rak – rak penyimpanan
kentang. Lamanya daur hidup 4 – 6 minggu .

Pengendalian Penggunaan varietas tahan seperti varietas Granola, Cipanas, dan


Desiree, Pemilihan umbi bibit yang sehat dan bebas dari serangan P. operculella.
, Pembuatan guludan setinggi 40 cm untuk menutupi umbi kentang yang terbuka
di permukaan tanah akan menghindari peletakan telur pada umbi oleh ngengat.
Telur ngengat yang terbawa umbi menyebabkan hama ini berkembang di gudang.
Dan dapat dilakukan dengan pemanfaatan musuh alami (Pracaya,2006).

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Gelechiidae
Genus : ​Phthorimaea
Spesies : Phthorimaea operculella

4.2.11 Penggerek Umbi (​Phthorimaea operculella)​


Kumbang daun kentang atau potato leaf beetle, termasuk ordo Coleptera,
famili Coccinellidae dan mempunyai daerah penyebaran di Indonesia.
Telur E. sparsa diletakkan pada daun yang masih much. Larva berukuran
panjang 10 mm den mullah terlillat karena pada bagian dorsal terdapat
driri-duri lunak. Larva ini memakan daun kentang. Kumbangnnya
berukuran panjang 10 mm, berwarna merah dengan spot hitam.
Banyaknya spot hiram ini membedakan species yang satu dengan yang
lainnya. Daur hidup kumbang 7-10 rninggu. Pengendalian untuk
kumbang kubah menggunakan agen hayati yaitu jamur entomopatogen
Beauveria spp. Yang mempunyai inang yang spesifik dan tidak
membunuh serangga nontargetseperti parasitoid dan predator. Konidia
dapat diiproduksi melalaui fermentasi dan dapat diformulasi dalam
bentuk tepung dicampur dengan minyak dan diaplikasikan seperti
insektisida ( Hasyim A, 2006).

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
Family : Coccilinedae
Genus : ​Epilachna
Spesies : ​Epilachna sparsa

2. 4.2.12 Lalat Bibit/ Lalat Kacang ​(Ophiomyia phaseoli)


Lalat bibit ​Ophiomyia phaseoli ​yaitu lalat dewasa meletakkan telurnya sejak
tanmaan kedelai muncul di atas tanah sampai sekitar 2 minggu, kemudian seekor
induk betina lalat mampu bertelur 94-183 butir menetas 48 jam setelah diletakkan.
Stadia larva​ Ophiomyia phaseoli​ berkisar antara 7-11 hari. Setelah itu pupa
terbentuk di bawah epidermis kulit pada pangkal batang akar, siklus hidupnya
berkisar antara 17-26 hari. Gejala kerusakan tanman kedelai yang terserang hama
ini yaitu serangan nya bisa menyebabkan benih tidak tumbuh dan membusuk.
Hama ini juga menyerang tanaman muda yang baru tumbuh, gejalanya terlihat
jika terdapat daun yang berlubang-lubang tidak beraturan (Surachman, E. 1998).
Pengendaliannya yaitu dengan menggunakan salah satu komponen dari PHT
seperti melakukan pemupukan yang berimbang dan berwawasan lingkungan.
Salah satu langkah efektif yang dapat dikembangkan adslah pemanfaatan pupuk
hayati dan pupuk kandang sebagai metode pengendalian hama secara preventif.

Klasifikasi
Keingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Family - agromyzidae
Genus : ​Ophiomyia
Spesies : ​Ophiomyia phaseoli
V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil daripercobaan kaliiniadalahsebagaiberikut :


1. Pengendalian hama dapat dilakukan secara mekanik, pengendalian biologi
dengan musuh alami dan pengendalian secara kimiawi.
2. Bioekologi hama yang kami bahas ada dua macam ada yang sempurna (telur-
larva-pupa-serangga dewas) dan yang tidak sempurna (telur-nimfa-serangga
dewasa).
DAFTAR PUSTAKA

Baehaki. 2013. Teknologi pengendalian hama penggerek batang padi. ​Iptek


Tanaman Pangan,​ 8(1): 1-14.

Baliadi, Yuliantoro, W. Tengkano, dan Marwoto. 2008. Penggerek polong


kedelai, ​Etiella zinckenella​ Treitschke (lepidoptera: pyralidae), dan strategi
pengendaliannya di indonesia.​Jurnal Litbang Pertanian,​ 27(4): 113-123.

Djafaruddin. 2005​. Dasar- Dasar Perlindungan Tanaman.​ Bina Aksara. Jakarta.

Endah, Joesi dkk.2008. ​Pengantar Hama dan Penyakit Tanaman​.Tangerang.PT.


Agro Media Pustaka.

​ usat
Harianto, 2009. ​Pengenalan dan Pengendalian Hama-Penyakit Tanaman P
Penelitian tanaman.Jember.

Pracaya. 2006. ​Hama dan Penyakit Tanaman.​ Jakarta. Penebar Swadaya.

Muchrodji, Santosa Y, Mustari AH. 2006. ​Prospek Penggunaan Sarcocystis


Singaporensis Untuk Pengendalian Biologis Populasi Tikus Sawah (Rattus
argentiventer)​. JurusanKonservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Manueke, J. dan D. Tarore. 2007. ​Pemanfaatan Molusida Nabati dan Tanaman


Atraktan dalam Pengendalian Keong Mas (Pomacea caniculata L.) pada
Tanaman Padi Sawah Di Kabupaten Minahasa. Hibah Bersaing Tahun 2006.​
Fakultas Pertanian Unsrat Manado.

Nonci, N. dan D. Baco. 2007. ​Pengaruh waktu infestasi dan jumlah larva Ostrinia
furnacalis Guenee terhadap kerusakan pada tanaman jagung.​ Agrikam,
Buletin Penelitian Pertanian Maros 2(2): 49−59.

Sutrisno. 2014. Resistensi wereng batang cokelat padi, ​Nilaparvata lugens ​Stål
terhadap insektisida di indonesia. ​Jurnal AgroBiogen,​ 10(3):115-124.

Pfadt, E.R. 1978. Fundamentals of Applied Entomology. The Machmilan


Company New York. Collier-Machmillan, London.

Anda mungkin juga menyukai