Disusun oleh:
I. TUJUAN
Tujuan dilaksanakannya praktikum acara 2 mengenai pengenalan kerusakan
hutan dan penyebab akibat serangga hama adalah :
1. Untuk mengenal kerusakan hutan akibat serangan serangga hama
penyebab
2. Untuk mengenal serangga penyebab kerusakan hutan yang menyertai
gejala yang tampak
3. Untuk mengenal ciri morfologi serangga pada tanaman hutan
4. Untuk dapat membedakan gejala kerusakan tanaman dari hasil hutan yang
disebabkan oleh serangga dengan kerusakan yang disebabkan oleh
penyebab lainnya
IV. PEMBAHASAN
Hama merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman yang
umumnya berupa binatang ataupun sekelompok binatang yang akan
menyebabkan kerusakan pada tanaman dan menimbulkan kerugian secara
ekonomis. Secara garis besar hewan yang dapat menjadi hama dapat dari
jenis serangga, moluska, tungau, tikus, burung, atau mamalia besar. Akibat
serangan hama produktivitas tanaman menjadi menurun baik kualitas maupun
kuantitasnya, sehingga mengakibatkan penurunan bahkan kegagalan
produksi. Oleh karena itu kehadirannya perlu dikendalikan, apabila
populasinya di lahan telah melebihi batas ambang ekonomik.
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan kerusakan hutan dan
penyebab akibat serangga hama. Menurut Hill (dalam Sianipar dkk, 2015)
serangga merupakan salah satu bagian dari keragaman hayati. Serangga hama
adalah organisme yang menimbulkan kerusakan pada tanaman dan
menurunkan kualitas maupun kuantitasnya sehingga menimbulkan kerugian
ekonomi bagi manusia. Serangga hama beragam jenisnya dan masing-masing
serangga menyerang inang yang berbeda. Dengan tipe mulut yang dimiliki,
serangga hama dapat mencari makan serta membuat tempat tinggal pada
tumbuhan inang yang mereka hinggapi. Pelukaan tanaman oleh serangga
dilakukan antara lain dengan cara: menggigit, menghisap, memakan, melukai
akar, meletakkan telur atau membuat sarang, mengamati serangga lain, dan
pengantar penyakit (Untung, 2010). Chapoto dkk (2017) menyatakan bahwa
faktor alam dan antropogenik menyebabkan perubahan kondisi lingkungan
yang mempengaruhi perubahan kelimpahan dan keanekaragaman hama
serangga. Alasan lain mengapa serangga memiliki keanekaragaman dan
kelimpahan yang tinggi adalah kemampuan reproduksinya yang tinggi,
serangga bereproduksi dalam jumlah yang sangat besar, dan pada beberapa
spesies bahkan mampu menghasilkan beberapa generasi dalam satu tahun.
Kemampuan serangga lainnya yang dipercaya telah mampu menjaga
eksistensi serangga hingga kini adalah kemampuan terbangnya (Jasin, 1984).
Kerusakan oleh serangga dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kerusakan
langsung dan kerusakan tidak langsung. Kerusakan langsung terdiri dari
konsumsi bahan yang disimpan oleh serangga, kontaminasi oleh serangga
dewasa, pupa, larva, telur, kulit telur, dan bagian tubuhnya, serta kerusakan
wadah bahan yang disimpan. Kerusakan tidak langsung antara lain adalah
timbulnya panas akibat metabolisme serta berkembangnya kapang dan
mikroba-mikroba lainnya (Cotton dan Wilbur, 1974). Hasil pada praktikum
ini diuraikan lebih dalam melalui sebagai pembahasan sebagai berikut.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :
1. Kerusakan hutan akibat hama serangga ditentukan oleh tipe mulut dan
kebiasaan hama tersebut. Kerusakan hutan dapat disebabkan oleh serangga
perusak batang, daun, dan pucuk daun, serangga penggerek batang, dan
serangga penghisap cairan pohon.
2. Berikut serangga hama penyebab kerusakan pada hutan beserta gejalanya :
a Kerusakan pucuk Leucaena leucocephala oleh serangga kutu loncat
Kerusakan seluruh daun jati (Teak-leaf defoliator) akibat Hyblaea
puera, menimbulkan gejala daun berlubang menyisakan tulang daun
primer dan sekunder. Kerusakan sebagian daun jati (Teak-leaf
skeletonizer) akibat Eutectona machaeralis, menimbulkan gejala daun
berlubang menyisakan tulang daun dan urat daun.
b Kerusakan Terminalia catappa akibat scale insect (Famili Coccidae),
memunculkan gejala berupa daunnya layu, kering, dan gugur.
c Kerusakan semai sengon (Falcataria moluccana) akibat kutu putih,
gejala yang tampak yaitu daun mengeriput, layu, dan kering.
d Kerusakan daun akibat ulat kantong (Pteroma plagiopheleps)
menimbulkan gejala daun berlubang.
e Kerusakan batang Gmelina arborea akibat serangga penggerek batang
(Xyleutes ceramica), memunculkan gejala tajuk mengering, lubang
gerek dengan arah geotaksis negatif ke arah empulur kayu, hingga
kematian pada pohon.
f Kerusakan batang Falcataria moluccana akibat serangga penggerek
batang (Xystrocera festiva) memunculkan gejala lubang gerek arah
geotaksis positif ke empulur kayu, dan tajuk pohon mengering.
g Kerusakan batang akibat rayap basah (Captocernes curfignatus),
menimbulkan gejala kayu batang keropos, batang beralur, dan kayu
berlubang.
h Kerusakan pucuk daun lamtoro oleh kutu loncat (Heteropsilla cubana),
menimbulkan gejala layu kuncup, kering, hingga mati.
3. Ciri morfologi beberapa serangga hama perusak hutan, yaitu :
a Hyblaea puera dan Eutectona machaeralis dari ordo Lepidoptera,
dengan siklus hidup holometabola, dan mulut bertipe penggigit dan
pengunyah.
b Scale insect yaitu ordo Hemiptera, dengan siklus hidup hemimetabola,
dan mulut bertipe pencucuk dan penghisap.
c Kutu putih yaitu ordo Hemiptera, dengan siklus hidup hemimetabola,
dan mulut bertipe pencucuk dan penghisap.
d Pteroma plagiopheleps yaitu ordo Lepidoptera, dengan siklus hidup
hemimetabola, dan mulut bertipe penggigit dan pengunyah.
e Xyleutes ceramica yaitu ordo Lepidoptera, dengan siklus hidup
holometabola, saat larva mulutnya bertipe penggigit dan pengunyah,
namun saat imago tipe mulutnya adalah pencucuk dan penghisap.
f Xystrocera festiva, yaitu ordo Coleoptera, dengan siklus hidup
holometabola, dan mulut bertipe penggigit dan pengunyah.
g Captocernes curfignatus, yaitu ordo Isoptera, dengan siklus hidup
hemimetabola, dan mulut bertipe penggigit dan pengunyah.
h Heteropsilla cubana, yaitu ordo Homoptera, dengan siklus hidup
hemimetabola, dan mulut bertipe pencuuck dan penghisap.
4. Gejala kerusakan pada tanaman hutan oleh serangga dapat mudah
diketahui karena tandanya dapat ditemukan secara langsung pada bagian
yang terserang. Sementara tanda kerusakan tanaman yang disebabkan oleh
patogen, cenderung bersifat mikroskopis atau perlu menggunakan
mikroskop. Selain itu, gejala yang ditimbulkan akibat serangga bersifat
menimbulkan kerusakan fisik, sedangkan kerusakan yang diakibatkan oleh
patogen umumnya akan menyerang sel dan mengakibatkan sistem
pertumbuhan dan sistem fotosintesis terganggu.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, I dan Ismanto, A. 2017. Keanekaragaman Jenis Ulat Kantong
Yang Menyerang di Berbagai Pertanamanan Sengon
(Paraserianthes Falcataria (L). Nielsen) Di Pulau Jawa. Jurnal
Sains Natural. 3 (2): 184 – 192.
Chapoto, R. K. D., Mafongoya, P. L. dan Gubba, A. 2017. Responses of
Insect Pests and Plant Diseases to Changing and Variable.
Journal of Agricultural Science, 9 (12): 194 – 204.
Cotton, R. T. dan Wilbur, R. A. 1974. The Insect. In: C. M. Christernsen (ed.)
Stored of Cereal Grain and their Product. Minnessota: American
Assosiation of Cereal Chemist, Inc.
Firmansyah, A. P. (2017). Pengantar Pelindungan Tanaman (Vol. 1). Penerbit
CV. INTI MEDIATAMA.
Fitriyanti, D. M. dan Endrotomo. 2016. Proses Metamorfosis yang Terjadi
dalam Objek Rancang Beauty Clinic Surabaya (Fasilitas
Dermatologi dan Bedah Plastik). Jurnal Teknik POMITS. 1 (2): 1
– 4.
Kusuma, M. R. D dan Nurhaida. 2018. Bioaktivitas Ekstrak Sarang Semut
Myrmecodia pendens Terhadap Rayap Tanah Coptotermes
curvignathus Holmgren. Jurnal Ilmu Kehutanan. 8 (2): 102 – 109.
Muhlisin, Ahmad., Sri Karindah., Bambang Tri Rahardjo. 2015. “Populasi
Kutu Sisik Diaspidiotus Perniciosus Comstock (Hemiptera :
Diaspididae) dan Parasitoidnya pada Pertanaman Apel (Malus
Sylvestris L) (Studi Kasus di Kecamatan Pujon dan Bumiaji Kota
Batu)”. Jurnal HPT, Volume 3, Nomor 1.
Nuraeni, Y. 2016. Hama Utama Tanaman Lamtoro (Leucaena leucocephala
(Lam.) de Wit) dan Aspek Pengendaliannya. Jurnal Gelam. 2 (2):
13 – 17.
Pattiwael, M. 2018. Analisis Tingkat Kerusakan Tanaman Jati (Tectona
grandis Lf) Akibat Serangan Hama di Kelurahan Klamalu Distrik
Mariat Kabupaten Sorong. Jurnal Ilmiah Pertanian dan
Kehutanan. 5 (2): 89 – 96.
Pradana, Mahardika Gama., Hartanta., Hari Priwiratama., Agus Eko
Prasetyo., dan Agus Susanto. 2020. “Aplikasi Perangkap Lampu
sebagai Sarana Monitoring dan Pengendalian Hama Kumbang
Malam di Pembibitan Kelapa Sawit”. Jurnal Warta PPKS, Vol.
25, No. 1, Hal. 28.
Purwanta, Sugi., Pujo Sumantoro., Hesti Dwi Setyaningrum., dan Cahyo
Saparinto. 2015. Budi Daya & Bisnis Kayu Jati. Jakarta Timur :
Swadaya.
Rampung, A. M., Seran, W dan Rammang, N. 2020. Identifikasi Hama pada
Tanaman Jati (Tectona Grandis L.F) Di Udukama, Kecamatan
Tasifeto Barat, Kabupaten Belu. Journal Undana. 3 (4): 22 – 31.
Sianipar, M. S., Djaya, L., Santosa, E., Soesilohadi, R. H., Natawigena, W.
D., & Bangun, M. P. (2015). Indeks Keragaman Serangga Hama
Pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Di Lahan Persawahan Padi
Dataran Tinggi Desa Sukawening, Kecamatan Ciwidey,
Kabupaten Bandung. Bioma: Berkala Ilmiah Biologi, 17(1), 9-15.
Sufyan, A. J., & Destiarti, L. (2018). Bioaktivitas Minyak Atsiri Serai Dapur
(Cymbopogon Citratus (Dc.) Stapf) Terhadap Rayap
(Coptotermes Curvignathus Sp). Jurnal Kimia Khatulistiwa, 7(3).
Supriatna, A. H., Haneda, N. F., & Wahyudi, I. (2017). Sebaran Populasi,
Persentase Serangan, Dan Tingkat Kerusakan Akibat Hama
Boktor Pada Tanaman Sengon: Pengaruh Umur, Diameter, dan
Tinggi Pohon. Jurnal Silvikultur Tropika, 8(2), 79-87.
Triyogo, A., Sumardi, S., & Trisyono, Y. A. (2010). Identifikasi Hama
Penggerek Batang dan Deskripsi Kerusakan pada Tanaman
Melina (Gmelina arborea). Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati,
15(1), 141-148.
Untung, K. 2010. Diktat Dasar-dasar Ilmu Hama Tanaman. Yogyakarta:
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan UGM.
Wiryanta, Bernadius T Wahyu. 2002. Bertanam Tomat. Jakarta Selatan :
AgroMedia Pustaka.
VII. LAMPIRAN
Gambar 9. Hama kutu putih (Aleuracanthus waglumii) pada pohon bodi (Ficus
religiosa) di sekitar Fakultas Pertanian UGM.
1. Tanggal pengamatan : Senin, 5 Oktober 2021
2. Tempat pengamatan : Fakultas Pertanian UGM
3. Deskripsi pengamatan :
a. Bentuk mulut : pencucuk penghisap,
b. Metamorfosis : tak sempurna,
c. Mekanisme penyerangan : nimfa sampai imago,
d. Tanda : sekresi dan terdapat kutu putih pada semai,
e. Inang : bodi (Ficus religiosa),
f. Bagian diserang : dari daun, batang, dan buah, bahkan masih
sanggup menyerang batang yang sudah mengeras,
g. Musim menyerang : kemarau,
h. Gejala : daun layu dan mengering,
i. Pencegahan : monitoring,
j. Pengendalian :
- Mekanis : pengerokan bagian yang diserang; jika serangan sudah
masif serta fatal maka dilakukan pemangkasan,
- Biologis : musuh alami (misal: kumbang),
- Kimia : penyemprotan insektisida kimia yang dicampur pupuk
ataupun insektisida alami (yaitu campuran daun mindi, cabe,
mengkudu, tembakau, sirsak).
Gambar 10. Batang pohon saga (Adenanthera pavonina) yang terserang hama
seranggga perusak batang Captocernes curfignatus
1. Tanggal pengamatan : Senin, 5 Oktober 2021
2. Tempat pengamatan : Arboretum Fakultas Kehutanan UGM
3. Deskripsi pengamatan :
a. Bentuk mulut : penggigit dan pengunyah
b. Metamorfosis : tak sempurna,
c. Mekanisme penyerangan : nimfa dan berkoloni
d. Tanda : ditemukan rayap pada pohon
e. Inang : Saga (Adenanthera pavonina)
f. Bagian diserang : batang
g. Musim menyerang : hujan
h. Gejala : kayu menjadi keropos dan batang beralur
i. Pencegahan : mengatur jarak tanam, pembersihan gulma
j. Pengendalian :
- Mekanis : pengerokan bagian yang diserang; jika serangan sudah
masif serta fatal maka dilakukan pemangkasan,
- Biologis : musuh alami (misal: kumbang),
- Kimia : penyemprotan insektisida kimia yang dicampur pupuk
ataupun insektisida alami (yaitu campuran daun mindi, cabe,
mengkudu, tembakau, sirsak).
Gambar 11. Batang Bipa (Pterygota alata) yang terserang serangga penggerek
batang Xyleutes ceramica
1. Tanggal pengamatan : Senin, 5 Oktober 2021
2. Tempat pengamatan : Arboretum Fakultas Kehutanan UGM
3. Deskripsi pengamatan :
a. Bentuk mulut : penggigit dan pengunyah
b. Metamorfosis : sempurna
c. Mekanisme penyerangan : larva
d. Tanda : ditemukannya serangga pada tanaman yang
terserang
e. Inang : Bipa (Pterygota alata)
f. Bagian diserang : batang tepatnya di kambium
g. Musim menyerang : tidak mengenal musim
h. Gejala : tajuk mengering, batang pohon berbunyi
nyaring jika diketuk dan jika serangan
sudah parah dapat mengakibatkan kematian
pada pohon.
i. Pencegahan : melakukan penanaman multikultur.
j. Pengendalian :
- Mekanis : ditebang dan menangkap serangganya
- Biologis : menggunakan musuh alami berupa parasit, predator, dan
patogen
- Kimia : menggunakan insektisida.