Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM PERLINDUNGAN HUTAN

“ PENGAMATAN LAPANGAN SERANGAN PENYAKIT BIOTIK”

Oleh:

Nama:Emma Melinda Antonia Sitohang

Nim: 2006134847

Asisten Pembimbing Praktikum:

1. Bambang Utami
2. Kharen Hapuk Sianturi

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat Nya
makaa penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan pratikum Pengamatan Serangan
Penyakit Biotik. Penyusunan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas praktikum mata
kuliah Perlindungan Hutan.

Terimakasih penulis ucapkan kepada para asisten yang telah membimbing dalam
pelaksanaan praktikum, walaupun melalui media online dan tak lupa juga penulis
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan dorongan, motivasi,
bimbingan, arahan dan saran yang telah diberikan sehingga penyusunan hasil pengamatan ini
dapat terselesaikan dengan baik.

Laporan praktikum ini penyusun akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang penyusun miliki sangat kurang. Oleh karena itu sangat diharapkan setiap saran dan
kritikan yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan laporan praktikum ini sehingga dapat
bermanfaat bagi peningkatan pengetahuan dan pengembangan pendidikan terutama dibidang
kehutanan.

Pekanbaru, 28 Oktober 2021

Emma Melinda Antonia S

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL .......................................................................................................... iii

I PENDAHULUAN............................................................................................................
1.1 Latar Belakang ................................................................................................1
1.2 Tujuan Pratikum .........................................................................…..……..…2

II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………….

2.1. Penyebab Kerusakan pada Tanaman (Hama)………………………….……3

2.2. Serangga……………………………………………………………………..3
2.3. Pengamatan Tentang Serangan Penyakit……………………………………5

III.HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................


4.1 Hasil ..................................................................................................................7
4.2 Pembahasan ......................................................................................................8

IV.PENUTUP .....................................................................................................................
5.1 Ksimpulan .......................................................................................................11
5.2 Saran ...............................................................................................................11

V.DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................12

LAMPIRAN……………………………………………………………………………13

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 katu putih…………………………………………….……………………………13

Gambar 2 rayap kayu basah………………………………………..…………………………14

Gambar 3 semut hitam……………………..…………………………………………………15

Gambar 4 tungau merah………………………………………………………………………16

Gambar 5 lalat putih……………………………………………..……………………………17

Gambar 6 belalang……………………………………………………………………………18

Gambar 7 ulat Kanton………………………………….………..……………………………19

Gambar 8 rayap kayu kering……………………………...………..…………………………20

Gambarn 9 kumbang ambrosia…………………………...…………….………………….…21

Gambar 10 Inger-Inger……………………………………………….………………………22

DAFTAR TABEL

1.1 Tabel tentang Hasil Pengamatan Penyakit Biotik pada Tumbuhan……………………...7

iii
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya pembudidayaan dilakukan agar tanaman dapat terpelihara. Pemeliharaan


tersebut bertujuan untuk mengendalikan suatu serangan baik dari serangan hama, maupun
penyakit. Kegagalan dalam usaha dibidang pertanian diantaranya disebabkan oleh adanya
organisme pengganggu tanaman. Dalam budidaya tanaman pelaksanaan perlindungan
hama terpadu sangat berpengaruh. Agar mampu menghasilkan produksi yang maksimal,
menguntungkan, dan berkualitas. Pengamatan hama dan penyakit tanaman merupakan
kegiatan utama dalam proses Pengendalian Hama Terpadu. Kegiatan ini diharapkan dapat
mengurangi hambatan tersebut diatas, sehingga secara bertahap Pengendalian Hama
Terpadu dilaksanakan secara konsekuen. Untuk jangka pendek pengamatan bertujuan
untuk mendeteksi timbulnya hama dan penyakit tanaman pada saat yang paling awal,
sehingga pengendalian dini dapat dilaksanakan dengan baik. Sedangkan untuk jangka
panjang, data pengamatan hama dan penyakit dapat digunakan untuk menyusun suatu
program peramalan hama dan penyakit tanaman.
Indonesia memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi dan merupakan
salah satu pusat keanekaragaman hayati di dunia, sehingga Indonesia disebut sebagai
negara megabiodiversity. Keanekaragaman hayati diantaranya yaitu keanekaragaman
ekosistem, jenis dalam sekosistem dan plasma nutfah (keanekaragaman genetik) yang
berada dalam setiap jenisnya (Suhartini, 2009).
Peran serangga yang merugikan yaitu serangga yang menyebabkan luka pada tanaman
sehingga menyebabkan kerusakan/kerugian dan disebut sebagai hama. Pelukaan tanaman
oleh serangga dilakukan antara lain dengan cara: menggigit, menghisap, memakan,
melukai akar, meletakkan telur/ membuat sarang, mengamati serangga lain, dan pengantar
penyakit (Untung, 2010). Kerusakan pada tanaman bisa keseluruhan misalnya, tanaman
menjadi mati atau busuk, dan bisa juga pada sebagian tanaman saja, misalnya merusak
daun, batang, buah/ benih, dan akar. Dalam upaya mewujudkan pembangunan hutan
tanaman yang sehat maka pengamatan dan pengumpulan data dan informasi mengenai
gangguan kesehatan hutan terutama informasi mengenai hama dan penyakit tanaman hutan
diperlukan, Informasi yang tersedia dapat digunakan untuk diterapkan dalam manajemen
di lapangan dan pengambilan keputusan.
1.2 Tujuan Pratikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kerusakan hutan sebagai
akibat dari serangan hama di lapangan serta untuk mengetahui jenis kerusakan pada
tanaman hutan

2
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyebab Kerusakan pada Tanaman (Hama)

Hama merupakan sebutan bagi semua binatang yang dapat menimbulkan


kerusakan dan kerugian pada tanaman serta turunannya, diantaranya yaitu serangga
hama. Pada tulisan ini akan diuraikan beberapa jenis hama yang menyebabkan
kerusakan pada bagian tanaman yaitu pada daun dan batang. Berdasarkan gejala yang
tampak, kerusakan pada daun dan batang lebih mudah diamati dibandingkan kerusakan
pada akar dan buah/benih.

Hama daun adalah hama yang merusak tanaman dengan cara memakan jaringan
daun (defoliator) atau menyebabkan kerusakan pada jaringan daun,. Beberapa hama
daun pada tanaman kehutanan diamati pada tahap bibit di persemaian maupun tegakan
yang ada di areal tanam. Hama yang bersifat defoliator diantaranya: diantaranya:dan
hama ulat kantong pada tanaman sengon, hama ulat grayak (Spodoptera sp.), dan hama
kupu kuning (Eurema) pada sengon. Adapun hama yang merusak daun diantaranya
adalah: hama kutu putih (Ferisia Virgata), hama kutu loncat Heteropsylla cubana pada
tanaman lamtoro, , hama gall pada tanaman masohi.

Hama penggerek merupakan hama yang menyebabkan kerusakan pada batang,


dengan cara meletakkan telur untuk selanjutnya berkembang hingga menjadi serangga
dewasa dan juga memakan bagian batang. Beberapa serangga penggerek yang
menyerang tanaman hutan diantaranya yaitu Xytrocera festiva, Xylosandrus sp. dan
Epepeotes luscus.

2.2. Serangga

Keanekaragaman serangga merupakan salah satu bentuk kekayaan hayati di Indonesia


yang diperkirakan mencapai ratusan ribu jenis serangga, namun belum semua jenis
serangga diketahui jenisnya termasuk diantaranya serangga jenis baru (Kahono dan Amir,
2003). Serangga memegang peranan yang sangat penting bagi ekosistem, peranan
tersebut dapat menguntungkan maupun merugikan. Peran yang menguntungkan yaitu
serangga dapat bermanfaat sebagai penyerbuk/pollinator, dapat berperan sebagai musuh
alami serangga hama, berfungsi sebagai perombak/dekomposer, penyedia
bahan makanan/protein hewani, serangga yang diperdagangkan yaitu serangga-
serangga yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, serta fungsi potensial lainnya
seperti umpan untuk memancing, lebah madu dan semut rangrang.

Serangga sering mempunyai ukuran dan penampilan yang mencolok dan juga
dapat memproduksi suara dan kadang-kadang bisa menjadi hama yang merusak.
Sebagian dari serangga ini tergolong fitofag, sementara yang lain hidup di sampah atau
serangga lainnya. Beberapa mengkonsumsi tanaman dan makanan hewan sementara
yang lain hidup di lumut dan tidak signifikan untuk pertanian. Serangga ini sangat
sensitif terhadap faktor lingkungan, seperti temperatur, kelembaban, cahaya dan
getaran (Kalshoven, 1981).

Setiap serangga mempunyai kecenderungan yang berbeda dalam hal


kelimpahan pada suatu habitat yang berhubungan dengan daya reproduksi dan adaptasi
terhadap habitat yang cocok. Kelimpahan setiap jenis serangga dibatasi oleh faktor-
faktor yang menentukan berapa banyak serangga tersebut (Hilje et al, 2003). Serangga
memegang peranan yang sangat penting dalam ekosistem pertanian, tidak hanya
sebagai kelas terbesar dari filum Artropoda, tetapi juga kemampuannya dalam
beradaptasi teradap perubahan ekosistem pertanian yang dinamis dan kurang stabil
(Chinery, 1991). Populasi setiap organisme pada ekosistem tidak pernah sama dari
waktu ke waktu, tetapi selalu berfluktuasi (Untung, 1996). Demikian pula ekosistem
yang terbentuk dari populasi serta lingkungan fisiknya senantiasa berubah dan
bertambah sepanjang waktu (Tarumingkeng, 2001). Serangga memiliki peran yang
menguntungkan dan merugikan, serangga menguntungkan memiliki peran sebagai
polinator seperti Aphis cerana, parasitoid dan predator seperti Henosephilachna
sparsa,Verania sp, sedangkan serangga yang dapat merugikan misalnya pemakan daun
atau merupakan organisme pengganggu.

4
2.3. Pengamatan Tentang Serangan Penyakit

Tingkat kerusakan tanaman yang disebabkan oleh penyakit tanaman disebut


intensitas penyakit. Berbeda pada hama tanaman gejala kerusakan merupakan satu-
satunya sarana yang dapat dipergunakan untuk menentukan intensitas penyakit. Pada
kasus yang penyakit mengakibatkan matinya atau tidak berproduksinya tanaman
(misalnya damping off dan penyakit-penyakit viral) atau rusaknya bagian komersial
tanaman (misalnya buah, bunga, dan sebagainya) penentuan intensitas penyakit sangat
mudah karena hanya dinyakatan dalam persen tanaman atau bagian tanaman yang sakit
terhadap keseluruhan populasi tanaman atau bagian tanaman yang diamati. Dengan
perkataan lain tanaman yang diamati hanya dinilai sebagai sakit atau sehat, tanpa
memandang tingkat kerusakannya.

Untuk kasus diluar tersebut diatas, pada tanaman atau bagian tanaman yang
diamati harus dilakukan penilaian tingkat kerusakan masing-masing tanaman atau
bagian tanaman dan intensitas penyakit atau fungsi dari tingkat kerusakan tanaman atau
bagian tanaman tersebut. Intensitas penyakit lebih sulit ditentukan bila suatu penyakit
menyebabkan kerusakan pada berbagai organ tanaman, misalnya daun, dan buah,
akrena untuk masing-masing organ tanaman diperlukan suatu standar penialian
penyakit tertentu.

5
IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel tentang Hasil Pengamatan Penyakit Biotik pada Tumbuhan

No Nama Serangga Ordo FaseMenyerang Diameter Keterangan

1. Kutu Putih Hemiptera Nimfa, Imago 21,5 Merusak daun pada Pohon
tenggek Burung

2. Rayap kayu Basah Isoptera Nimfa,Rayap 23,2 Merusak batang pada Pohon
dewasa pinus

3. Semut Hitam hymenoptera Dewasa 27,4 Merusak daun pada Pohon


Ketapang

4. Tungau Merah mesostigmata Dewasa 22,9 Merusak daun pada Pohon Ara

5. Lalat Putih Diptera Larva 21,8 Merusak daun pada Pohon


Pulai

6. Belalang Orthoptera Nimfa, Imago 23,7 Merusak daun pada Pohon


tenggek burung

7. Ulat Kanton Lepidoptera Imago 25,8 Merusak daun pada Pohon


Ketapang

8. Rayap Kayu Kering Isoptera Nimfa, rayap 26,1 Merusak batang pada Pohon
dewasa Saga

9. Kumbang Ambrosia Coleoptera Larva, Dewasa 27,4 Merusak batang pada Pohon
Eucalyptus

10. Inger-inger Isoptera Dewasa 21,9 Merusak batang pada Pohon


Nangka
4.2 Pembahasan
4.2.1 Kutu putih (Paracoccus marginatus)’
Hama kutu putih (Paracoccus marginatus) menempel pada tanaman jati.
Menurut Swastika (2012) kutu putih dapat ditemukan pada bagian
tanaman yang menjadi pertemuan antara daun dan batang (ruas-ruas
batang), atau batang dan buah serta diatas dan atau di bawah daun muda.
Kutu putih menyerang tanaman dengan cara menghisap sari tanaman yang
mengakibatkan tanaman menjadi layu. Kutu putih dewasa menyerang
pucuk daun jati, setelah cairan pucuk daun habis dihisap daun menjadi
berkerut, menguning yang kemudian mengering dan gugur. Setelah
bagian pucuk habis, kutu putih lalu menyerang daun yang lebih tua yang
masih bisa dihisap cairannya. Kasus serangan hama kutu putih hanya
ditemukan pada beberapa plot penelitian pada daun tanaman jati muda.
Hama kutu putih menempel pada ruas antara batang dan daun tanaman
jati.Hama ini ditemukan dalam jumlah yang sedikit pada tanaman jati.

4.2.2 Rayap Kayu Basah (Neotermes tectonae)


rayap kayu basah atau rayap pohon yaitu jenis-jenis rayap yang
menyerang pohon yang masih hidup, bersarang di batang pohon dan tidak
berhubungan dengan tanah. Contoh yang khas dari rayap ini adalah
Neotermes tectonae (famili Kalotermitidae) yang termasuk hama pada
pohon jati. Rayap pohon (Neotermes tectonae) membuat sarang di bagian
batang pohon tanpa ada kontak dengan tanah. Rayap memakan bahan yang
mengandung selulosa seperti kayu dan produk turunannya seperti kertas.
Selulosa merupakan senyawa organik yang keberadaannya melimpah di
alam namun tidak dapat dicerna oleh manusia maupun organisme tingkat
tinggi lainnya, sedangkan rayap dengan mudah dapat mencerna senyawa ini
karena dalam usus rayap terdapat parasit Trichonympha yang
mengeluarkan enzim (Fitri, 2012).

7
4.2.3 Semut hitam (Polyrhachis Spp)
Semut hitam membuat sarang berupa gundukan tanah memanjang di
bagian pangkal bawah daun, biasanya juga di bawah tangkai daun, mereka
hidup berkelompok. Semut hitam ini sering memakan serangga lain
misalnya ulat, semut hitam bisa juga mengurangi serangan hama pada
tanaman yang di tempatinya, tetapi semut hitam ini bisa membuat kulit
ranting menjadi terkelupas sehingga bakteri dapat dengan mudah
menyerang, kerugian lain yang ditimbulkan adalah kesulitan pada waktu
perawatan dan penebangan (Sari, 2013). Kehadiran dari semut ini
menyebabkan munculnya penyakit sekunder misalnya jamur yang dapat
menyebabkan penyakit. Semut juga dapat merusak akar dan tunas muda
yang disebabkan oleh cendawan (Sari, 2013).

4.2.4 Tungau Merah (red spider mite)


Tungau merah Tetranychus spp. (red spider mite) termasuk hama yang
tergolong dalam ordo Acari, famili Tetranychidae (Silva et.al., 2009;
Kalshoven 1981). Tungau dapat menyerang pada beberapa tanaman
antara lain: kapas, strowberi, tomat, kedelai, kacang panjang dan tanaman
hias seperti bunga ros (Silva et.al., 2009). Larva Tetranychus spp.
berwarna kuning kehijau-hijauan sedangkan yang dewasa berwarna hijau,
kuning, oranye dan merah cerah dan biasanya ditemukan diantara jala-jala
sutera halus yang dijalin oleh tungau ini dari kelenjar uniselular besar yang
terletak di palpi. Tungau dewasa berukuran ± 1 mm (Kalshoven (1981).
Serangan tungau merah dapat merusak karena baik nimfa maupun
imago mengisap cairan dari daun, cabang muda dan buah dari inangnya.
Tungau merah juga mengeluarkan toksin pada waktu makan sehingga
mengganggu proses metabolisme tanaman yang berakibat pada
pengurangan serat, biji dan buah serta menyebabkan daun menjadi
kuning, kering dan akhirnya daun gugur. Pada serangan yang berat dapat
menyebabkan kematian tanaman. Cuaca dengan kombinasi suhu tinggi
dan kelembaban yang rendah berkorelasi dengan meledaknya populasi
tetranychid (Huffaker et.al., 1969). Tungau ini banyak ditemukan pada
8
bagian permukaan daun, hidup berkoloni di bawah jaring yang dibuatnya
(Silva et.al., 2009). Hama ini mengisap pada daun menyebabkan gejala
klorotik pada daun dan gugur daun sehingga menurunkan buah yang
dihasilkan. Menurut Fraulo et.al.,

4.2.5 Lalat Putih


Lalat putih sendiri merupakan hama yang berasal dari Amerika tengah,
menyerang tanaman berkayu dan berbunga, termasuk tanaman buah dan
Hibiscus. Hama ini menyerang tanaman dengan menghisap nutrisi,
kemudian meninggalkan senyawa kaya gula yang akan menjadi hitam
seperti jelaga, menyebabkan tanaman tak bisa berfotosintesis dan
akhirnya mati. Nimfa hama ini tumbuh dari telur yang biasanya terletak
di bagian bawah daun dan memiliki lapisan lilin yang terlihat dari jauh.
Konsentrasi hama jenis ini bisa menyebabkan kerugian besar dalam
pertanian, seperti ketika hama menyerang ketela pohon di Afrika pada
tahun 1980-an, mengakibatkan kerugian materi dan kelaparan.

4.2.6 Belalang
Hama Oxya spp. merusak daun talas. Gejala serangan hama Oxya spp.
terlihat pada daun yang berlubang dan mengerut. Pada kerusakan yang
lebih parah daun akan menguning yang hanya akan menyisakan tulang
daunnya saja akibat bekas gigitan Oxya spp., kemudian daun akan layu.

4.2.7 Ulat Kantong

Selain hama kutu putih, hama ulat kantong (Lepidoptera; Psychidae)


juga merupakan hama yang sering menyerang tanaman sengon. Gejala
serangannya yaitu daun menjadi kuning, daun menjadi berlubang. Ciri
khas dari ulat ini yaitu karena tubuhnya ditutupi oleh kantung yang pada
umumnya berbentuk kerucut yang terbuat dari daun dan ranting. Hama
ulat kantong menyerang secara sporadis pada tanaman sengon di KHDTK
Haurbentes.

9
4.2.8 Rayap Kayu Kering
koloni rayap ini yang menyerang bagian ujung kayu keras yang sudah
mulai kering dan terlihat lapuk.Rayap-rayap dari golongan ini mempunyai
anggota koloni yang sangat terbatas. Strategi pengembangan koloni yang
harus mengefisiensikan penggunaan sumber makanan berupa material
kayu yang sekaligus juga sebagai dinding koloni/sarang yang
ditempatinya, fonomena seperti sangat jelas terlihat ketika kita membuka
koloni. Umumnya individu-individu rayap dari koloni ini tidak pernah
berhubungan langsung dengan tanah seumur hidupnya, sehingga untuk
memenuhi kebutuhan akan air didapatkan dengan strategi penguapan dari
dalam koloni atau penyerapan air dari dinding koloni/sarang yang
ditempatinya. Morfologi ini mempunyai bentuk dan ciri-ciri tersendiri
yang mudah dikenali dengan terdapatnya mandibel/gigi yang kokoh dan
kuat pada kasta pekerja. Kondisi ini memungkinkan untuk menginfeksi
berbagai jenis kayu yang tergolong kayu keras, dimana bagi tidak mampu
melakukannya.

4.2.9 Kumbang ambrosia (Xylosandrus sp)


Penggerek batang pada tanaman mahoni terjadi pada saat mahoni masih
berada di persemaian, hama yang menyerang yaitu hama Xylosandrus sp.,
gejala dan tanda serangan yaitu tanaman mengalami kelayuan kemudian
menjadi kering dan kemudian mati, terdapat lobang gerek pada batang
serta batang akan mudah patah. Serangan hama ini dapat menurunkan
kualitas serta produksi bibit.

4.2.10 Inger-inger
Hama ini jenis ngengat aktif pada malam hari, ngengat betina bertelur
pada malam hari dan meletakan telurnya dicelah kulit batang. Telurnya
berwarna putih kekuning-kuningan gelap dan berbentuk silinder.
Duomitus tergolong serangga hama yang kepadatannya rendah. Tingginya
kelembaban dan suhu lingkungan beresiko mempercepat perkembang an
hama ini (Mulyana dan Asmarahman 2010).

10
V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada praktikum ini, dengan mengamati ke lapangan secara langsung dapat mengetahui
bagaimana rupa dan bentuk dari hama yang menyerang pohon secara langsung dan
mengetahui bagaimana besar nya kerusakan yang ditimbulkannya. Beberapa hama
mempengaruhi dari kerusakan awal nya seperti menyerang dari daun dan batang.
Kemudian membuat tanaman mati dengan menjadi parasit pada tanaman tersebut.

5.2. Saran

Untuk membuat praktikum ini menjadi lebih baik, maka terdapat saran yang seharusnya
disampaikan :
1. Pengamatan yang dilakukan pada kawasan yang benar benar terjadi kerusakan
akibat hama pada pohon.
2. Lebih teliti dalam mengamati jenis suatu hama, bagaimana bentuk, rupa, dan
bagaimana kerusakan yang ditimbulkannya
3. Diperlukan bahan bacaan yang cukup untuk bisa mengamati suatu jenis hama
dan bagaimana kerusakannya.
DAFTAR PUSTAKA

Fitri. 2012. Mata Kuliah Keanekaragaman Hayati Tanah keanekaragaman Rayap Ordo
Isoptera. Bioteknologi Tanah dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor. Jawa Barat.

Napitu. 2012. Inventarisasi Hama Tanaman Jati Unggul Nusantara di Kebun Percobaan
Universitas Nusa Bangsa Cogreg, Bogor. Fakultas Kehutanan Universitas Nusa
Bangsa

Sari. 2013. Identifikasi Serangga Penyebab Hama pada Beberapa Genus Anggrek
Koleksi Kebun Raya Purwodadi –Lipi. Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya. Malang.

Swastika. 2012. Waspadai Hama Pendatang Baru Kutu Putih Paracoccus marinates di
Bali. Dinas pertania Pemerintah Kota Denpasar

Untung, K., 1996. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. UGM Press. Yogyakarta.

12
LAMPIRAN

1. Kutu putih

Gambar 1.1

Gambar Sketsa

13
2. Rayap kayu basah

Gambar 1.2

Gambar Sketsa

14
3. Semut hitam

Gambar 1.3

Gambar Sketsa

15
4. Tungau merah

Gambar 1.4

Gambar Sketsa

16
5. Lalat putih

Gambar 1.5

Gambar Sketsa

17
6. Belalang

Gambar 1.6

Gambar Sketsa

18
7. Ulat kantong

Gambar 1.7

Gambar Sketsa

19
8. Rayap kayu kering

Gambar 1.8

Gambar Sketsa

9. Kumbang Ambrosia

20
Gambar 1.9

Gambar Sketsa

21
10. Inger-inger

Gambar 1.10

Gambar Sketsa

22

Anda mungkin juga menyukai