Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR PERLINDUNGAN DAN KESEHATAN HUTAN


ACARA II
PENGENALAN KERUSAKAN HUTAN DAN PENYEBAB AKIBAT
SERANGAN HAMA

Disusun Oleh :

Nama : Alif Abdul Aziz

NIM : 19/442259/KT/08957

Shift : Jumat, 15.30 WIB

Co Ass : Avritania Sabila Putri

LABORATORIUM PERLINDUNGAN DAN KESEHATAN


HUTAN DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
ACARA II
PENGENALAN KERUSAKAN HUTAN DAN PENYEBAB AKIBAT
SERANGAN HAMA

A. TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Mengenal kerusakan hutan akibat serangan serangga hama.


2. Mengenal serangga penyebab kerusakan hutan yang menyertai gejala yang
tampak
3. Mengenal ciri morfologi serangga pada tanaman hutan
4. Dapat membedakan gejala kerusakan tanaman dari hasil hutan yang
disebabkan oleh serangga dengan kerusakan yang disebabkan oleh penyebab
lainnya

B. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:

1. Alat tulis
2. Pensil Warna

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Kerusakan pucuk oleh Serangga Perusak Pucuk ( Heteropsila Cubana/Kutu
Loncat )
2. Kerusakan batang oleh Serangga Perusak Batang (Captocernes curfignatus /
Rayap Basah)
3. Kerusakan batang oleh Serangga Penggerek Batang ( Xysrtocera Festiva )
4. Kerusakan batang oleh Serangga Penggerek Batang ( Xyleutes Ceramica )
5. Kerusakan daun oleh Serangga Perusak Daun ( Pteroma Plagiopheleps )
6. Kerusakan daun jati oleh Teak Leaf Defoliator ( Hyblea Puera ) dan
Skeletonizer ( Eutectona Machaeralis )
7. Kerusakan batang pohon yang masih muda oleh Serangga Penghisap Cairan
Pohon ( Scale Insect Fam : Coccidae )
8. Kerusakan semai jati oleh Scale Insect ( Fam : Pseudococciae )

C. CARA KERJA
Cara Kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

Dibuat
Setiap preparat
deskripsi Bagian yang
diamati gejala
tentang rusak dan tipe
dan tanda
organisme kerusakan
kerusakannya,
penyebab dan diilustrasikan
yaitu bagian
bagian yang dalam gambar
yang rusak dan
aktif menjadi secara jelas
tipe kerusakan
penular

Deskripsi :
Preparat yang telah disediakan diamati secara mendetail. Penyakit yang
terdapat pada tumbuhan yang terserang diamati tanda dan gejalanya kemudian
dideskripsikan dan diilustrasikan. Setelah itu dilengkapi data data pendukung
seperti jenis hama, gejala, tanda, dan lain sebagaiannya.
D. PEMBAHASAN
Penyakit tanaman merupakan kerusakan proses fisiologi akibat tekanan atau
gangguan secara terus menerus oleh penyebab utama baik abiotic maupun biotik
dan dapat menyebabkan aktivitas sel atau jaringan menjadi abnormal serta
digambarkan dalam bentuk patologi berupa gejalan dan tanda (Mustafa dkk.,
2019). Adapun kerusakan biotik adalah jenis kerusakan pada tumbuhan yang
disebabkan oleh komponen biologis dalam artian, yaitu mahluk hidup.
Kerusakan biotik ini biasanya menimbulkan infeksi sehingga rawan menularkan
penyakit sehingga mengakibatkan tumbuhan di dekatnya juga ikut terserang
penyakit dan akhirnya menderita kerusakan yang sama. Contoh kelompok biotik
ini disebabkan oleh hama, jamur, bakteri, virus, nematoda, mikoplasma,
spiroplasma, dan riketsia. Hama hutan adalah semua binatang yang merusak
pada pohon maupun tegakan hutan serta hasil hutan (Subyanto, 2000). Definisi
hama juga bisa berupa agen penyebaran penyakit dalam hutan, yang contohnya
adalah serangga (Ramadhan dkk, 2020). Serangga dianggap sebagai hama ketika
keberadaannya merugikan kesejahteraan manusia, estetika suatu produk, atau
mendatangkan penyakit tanaman. Apabila pengertian hama itu hewan yang
merugikan, maka serangga hama didefinisikan sebagai serangga yang
mengganggu dan atau merusak tanaman baik secara ekonomis atuu estetis
(Meilin dan Namsasir, 2016). Melindungi tanaman dari gangguan penyakit
merupakan usaha yang tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan ekosistem hutan.
Perlindungan tanaman harus ditingkatkan dalam sistem produksi.Keberhasilan
pengendalian hama dan penyakit tanaman berperan penting menyangga
stabilitas produksi. Dimana bertujuan agar tanaman yang ditanam tidak
mengalami kerugian baik secara produktivitas maupun ekonomi
(Nuryanto,2018). Pada praktikum ini dilakukan pengamatan pada tanaman yang
terkena penyakit akibat serangan hama, Hama yaitu :
1) Serangga Perusak Pucuk
Disebabkan oleh hama Heteropsila Cubana yang termasuk ke dalam
ordo : Homoptera. Bentuk mulutnya penghisap dengan metamorfosis yang tidak
sempurna.Menyerang ketika sudah dewasa/Imago. Tanda jika suatu tanaman
terserang penyakit ini adalah ditemukannya serangga kutu loncat di tanamannya.
Serangga ini berukuran kecil, sekitar 1-2 mm, bersayap dua pasang, seperti
membrane dan transparan. Sayap depan lebih besar dari sayap belakang, dan
warna kuning atau hijau ( Pracaya, 1999 ). Hama ini menyerang Inang Lamtoro.
Bagian yang diserang meliputi Kuncup, tunas, daun muda, dan tangkai daun.
Hama ini menyerang ketika musim kemarau. Gejala pada tumbuhan berupa
pucuk daun muda menjadi layu yang lama kelamaan menjadi kering. Serangan
parah mengakibatkan bagian tanaman kering secara perlahan kemudian mati
(Wicaksono, 2020). Penyakit ini dapat dilakukan pencegahaan dengan cara
pengaturan jarak tanam, tidak menanam pada curah hujan tinggi, dan
pembersihan gulma. Pada pengendaliannya untuk mekanis nya dapat dilakukan
pemangkasan, untuk pengendalian biologisnya dapat dilakukan dengan cara
mendatangkan predatornya yaitu kepik dan kumbang koksi, dan untuk
pengendalian kimianya dapat dilakukan dengan menyemprotkan insektisida.

G
a
m
b
a
r

1
.

Gambar 1.Kerusakan semai lamtoro oleh serangga kutu loncat


2) Serangga Perusak Batang
Hama dari penyakit ini adalah Captocernes Curfignatus atau lebih dikenal
dengan sebutan rayap basah.Termasuk ke dalam ordo Isoptera. Bentuk
mulutnya pengigit pengunyah dengan bentuk metamorfosis tidak sempurna.
Serangga ini menyerang ketika masih dalam keadaan nimfa. Tanda penyakit ini
adalah ditemukannya rayap basah di pohon. Hama ini sulit dikendalikan karena
hidup dalam koloni yang banyak (Nabu dkk, 2015). Rayap basah tidak dapat
hidup sendiri dan masih mengenal system kasta dengan adanya rayap ratu yaitu
ratu sebagai tempat reproduksi, prajurit untuk melindungi koloni dari predator,
dan pekerja untuk mencari makan dan membangun sarang. Inangnya berupa
Akasia, Jati, dan Pangkal Buaya. Bagian yang diserangnya adalah batang dan
menyerang ketika musim penghujan. Musimnya menyerang dilakukan pada
musim hujan karena dia menyukai kelembapan. Gejala dari penyakit ini yaItu
bisa menyebabkan kayu keropos dan batang menjadi berongga dimana nantinya
batang menjadi beralur. Pencegahan dari penyakit ini adalah pengaturan jarak
tanam dan tidak menanam pada curah hujan tinggi. Untuk meminimalisirkan
kondisi yang lembab pada bagian tanahnya karena dia suka kelembapan.
Pengendaliannya untuk secara mekanisnya dapat dilakukan dengan cara
penebangan dan pengerokan pada bagian batangnya, untuk biologisnya dapat
dilakukan dengan predator alami, dan untuk pengendalian kimianya dapat
dilakukan dengan penyemprotan insektisida. Penanganan untuk serangan rayap
yaitu dengan menghilangkan Lorong kembala, musuh alami seperti landak,
semur rang-rang, kadal pohon dan trenggeling, serta menggunakan insectisida.
Selain itu, rayap juga memiliki peran dalam membantu manusia sebagai
dekomposer dengan cara menghancurkan kayu atau bahan organik lainnya dan
mengembalikan sebagai hara ke dalam tanah (Nandika, 2003)
Gambar 2. Kerusakan tanaman Acacia mangium oleh serangga rayap
basah

3) Serangga Penggerek Batang


Jenis hama ini dapat merusak kulit pohon dan memanfaatkan floem atau
bagian kulit sebelah dalam dari pohon inang sebagai sumber makanan dan
habitat untuk melangsungkan siklus hidupnya, mampu mematikan pohon, serta
menurunkan kualitas dan volume kayu pertukangan. Gejala serangan hama ini
adalah tajuk tumbuhan kering, karena larva memakan xylem dan kambium.
Xystrocera festiva sampai saat ini dianggap sebagai hama yang paling
merugikan karena menyebabkan kematian pohon, patahnya batang yang
dihasilkan (Darwiati dan Anggraeni, 2018). Hama ini sering masuk menggerek
ke dalam kayu untuk berkepompong. Akibatnya batang pohon berlubang-lubang
dan akan menurunkan kualitas kayunya. Serangga ini bermetamorfosis
holometabola, memiliki tipe mulut saat larva yaitu penggigit-penguyah, dan
saat dewasa yaitu pencucuk-penghisap, hidup berkeloni, beserta sifatnya
monofagus (Da Lopes, 2017). Inangnya berupa pohon sengon dan menyerang
pada musim kering maupun musim penghujan. Serangga ini termasuk ke dalama
geotropisme positif yang artinya pergerakan serangga ini dari atas ke bawah.
Tanda dari penyakit ini adalah ditemukannya lubang pada batang yang
didalamnya terdapat larva dan serangga Setiap lubangnya dapet megandung
hingga 600-an telur. Gejalanya berupa luka pada batang yang bahkan dapat
menyebabkan kematian tanaman jika dirasa sudah parah. Untuk pencegahannya
dapat dilakukan dengan penanaman multikultur. Pengendaliannya untuk cara
mekanis dilakukan dengan penebangan pohon, untuk cara biologisnya dapat
dilakukan dengan Jamur Beauveria Bessiana dan dengan predator alaminya,
sedangkan untuk pengendalian kimianya dengan insektisida.

Gambar 3. Kerusakan daun Leucaena leucocephala oleh serangga ulat

4) Serangga Penggerek Batang (Ngengat)


Serangga penggerek batang merupakan bagian dari ordo Xyleutes ceramica
serangga ini menyebabkan kualitas dan harga kayu menurun karena melubangi
batang (Panyamang, 2018). Berasal dari ordo Lepidoptera. Bentuk mulutnya
pengigit pengunyah dengan metamorfosis yang sempurna. Menyerang ketika
masih larva. Pada masa larvanya mempunyai kaki. Pada fase larva ditandai
dengan adanya bagian tubuh yang berwarna ungu dan warna ini akan semakin
memudar mengikuti bertambahnya umur larva. Larva dewasa umumnya
berwarna putih kotor, bagian kepala berukuran besar berwarna kecoklatan, dan
mandibula yang kecil, serta bagian ujung tubuh belakang yang meruncing.
Panjang larva dewasa dapat mencapai 8 cm dan diameter 1−1,3 cm. Pada fase
imago tipe mulutnya berubah menjadi pencucuk dan penghisap. Saat fase imago,
Xyleutes ceramica mempunyai bentuk tubuh yang langsing dengan 2 pasang
sayap. Umumnya, imago berwarna coklat kekuningan dengan sedikit warna
hitam. Bagian tepi luar sayap depan dan sayap belakang memiliki corak
berwarna hitam tipis dan bercak putih yang tidak beraturan. Sayap belakang
sedikit tertutup oleh sayap depan. Panjang tubuhnya mencapai 70 mm,
sedangkan bentangan sayap yang dimiliki mencapai 100 mm. Imago jantan
memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan dengan imago betina
(Triyogo dkk, 2019). Tanda dari penyakit ini ialah ditemukannya ngengat pada
tumbuhan itu dan ada lubang gerek ke empulur, geotaksis negative, 1 lubang 1
ngengat, parah menyebabkan kematian, tajuknya kering. Inangnya berupa pohon
sengon. Bagian yang diserang adalah bagian batang dan musim menyerangnya
terjadi baik pada musim hujan maupun kering. Tandanya berupa lubang pada
batang, pada penyakit yang parah dapat menyebabkan kematian. Pencegahannya
dapat dilakukan penanaman sisten polikultur. Pengendaliannya jika secara
mekanis dapat dilakukan penebangan, secara biologis dengan musuh alami nya
yaitu ( Patogen,Predator,parasitoid ), dan untuk pencegahan secara kimia dengan
menggunakan insektisida.
Gambar 4. Kerusakan batang Falcataria moluccana oleh serangga penggerek batang
/ngengat.

5) Serangga Perusak Daun


Hama dari penyakit ini ialah Pteroma Plagiopheleps atau lebih dikenal
dengan ulat kantong. Serangga ini memiliki tipe mulut pengigit pengunyah
dengan bentuk metamorfosis yang sempurna. Serangga ini menyerang ketika
masih dalam keadaan larva, dimana tanda serangga ini menyerang suatu pohon
adalah dengan ditemukannya sarang serangga tersebut dan sulur-sulur putih
pada pohon, sarang tersebut nampak seperti kantong dimana terbuat dengan
menggunakan saliva / air liurnya. Larva ulat kantong lebih suka memakan daun
bagian atas sedangkan daun bagian bawah untuk menggantung dan membentuk
kantong (Soesatrijo, 2018). Ulat ini selain memakan daun muda juga memakan
daun yang tua dan kerusakan yang ditimbulkan terdapat pada bagian tepi daun
sampai pada tulang daun (Oramahi dan Reine, 2017). Terdapat dua famili pada
serangga ini yaitu famili Psychideae dan Tineadeae. Famili Psychideae membuat
kantong dan ranting, sedangkan famili Tineadeae dari seresah daun, Gejala yang
nampak adalah daun berlubang karena ulat ini menyerang daun. Oleh karena itu
tanda yang ada ialah ditemukannya ulat kantong pada daun. Upaya pencegahan
yang dapat dilakukan adalah dengan monitoring dan pengaturan jarak tanam.
Upaya pengendalian dapat dilakukan secara mekanis dengan mengambil ulat
secara langsung, secara biologis dengan menggunakan pathogen atau predator
alami dan secara kimia dengan pemberian insektisida.

Gambar 5. Kerusakan daun Leucaena leucocephala oleh serangga


ulat kantong (Pteroma plagiopheleps)

6) Teak Leaf Defoliator dan Skeltonizer


Hama dari penyakit ini adalah Hyblea Puera (Teak leaf defoliator) dan
Eutectona Machaeralis (Skeltonizer). Bentuk mulutnya sama sama pengigit
pengunyah dan metamorfosisnya sempurna, Kedua serangga ini menyerang
daun pada tanaman jati sewaktu masih larva. Tanda dari pohon yang terkena
penyakit ini adalah ditemukannya serangga ini pada pohonnya, dimana gejala
yang timbul yaitu menyebabkan semai tumbuh rendah (percabangannya), bentuk
batang menjadi kurang baik, dan mengurangi luasan fotosisntesis. Pada Hyblea
puera merusak seluruh jaringan daun dan hanya menyisakan tulang daunnya
saja. Sedangkan Eutectona machaeralis hanya memakan Sebagian jaringan dan
menyisakan kerangka daun saja (Mokodompit dkk, 2019). Pencegahan dari
penyakit ini adalah dengan cara melakukan monitoring dan untuk
pengendaliannya bila dilakukan secara mekanis dapat dilakukan pembersihan
pohon, untuk pengendalian secara biologisnya dengan musuh alami, dan untuk
pengendalian secara kimia dengan menggunakan insektisida. Insektisida yang
digunakan harus memiliki bahan aktif deltametrin, pemetrin dan sihelofrin
(Pramono,2010). Pada Hyblea puera merusak seluruh jaringan daun dan hanya
menyisakan tulang daunnya saja.

Gambar 6. Teak Leaf Defoliator

Gambar 7. Teak Leaf Skeletonizer


7) Serangga Penghisap Cairan Pohon
Serangga penghisap cairan merupakan jenis hama yang sangat potensial
menyebabkan kerusakan pada tanaman. Hal ini terjadi karena hama menghisap
cairan tanaman yang masih berumur muda, sehingga akan mengakibatkan
tanaman kekeringan lalu mati (Borror dkk, 1992). Hama yang menyebabkan
penyakit ini adalah Scale insect yang berasal dari famili Coccidae, yang berordo
Hemiptera. Serangga ini memiliki bentuk mulut pencucuk penghisap dengan
bentuk metamorfosis yang tidak sempurna. Menyerang pada masa nimfa-imago.
Inang dari penyakit ini berupa pohon eukaliptus, ketapang, semai jati, dan
akasia. Serangga ini menyerang pada bagian batang dan cabang pohon yang
jaringannya masih muda, gejala dari penyakit ini yaitu tumbuhan daunnya akan
menjadi kering, layu, dan kuning. Tanda adanya serangga ini pada pohon yaitu
ditemukannya bintik-bintik kehitaman pada bagian batang atau dan cabang yang
masih muda. Musim penyerangannya adalah ketika kemarau dan tidak
menyerang saat musim hujan. Karena pada saat hujan dia kan luruh atau jatuh
terbawa air hujan. Pencegahannya dapat dilakukan monitoring dan untuk
pengendaliannya dapat dilakukan pembersihan pohon (mekanis), mengunakan
musuh alami (biologis), dan insektisda (kimia). Perlindungan dirinya dengan
cara kamuflase dengan kulit batangnya yang ditempelin. Selain itu dapat
dilakukan penjarangan sanitasi dengan menebang pohon yang telah terserang
dan membersihkan semua tonggak/tunggul dan sisa-sisa akar pohon yang
terserang dan dibakar (Kurniawan, 2008).
Gambar 9. Kerusakan semai akasia, eucalyptus, dan jati oleh serangga penghisap cairan
pohon

8) Kerusakan Semai Jati


Hama kutu putih ini menyerang jati (Tectona grandis) Pada bagian daun dan
pucuk daun. Kutu putih pada tanaman ini perlu dikendalikan karena serangga
hama ini mempunyai siklus hidup pendek sehingga populasinya mudah
meningkat dan berakibat buruk terhadap pertumbuhan tanaman (Nurmasari,
2015). Gejala yang timbul saat tanaman diserang adalah pucuk daun atau bagian
daun yang kering dan keriting, kemudian berubah warna menjadi kecoklatan
(Pattiwael, 2018). Hama ini hidup berkeloni dan bersifat polifagus (menyerang
berbagai macam jenis tanaman). Serangga ini memiliki bentuk mulut pencucuk
penghisap dimana metamorfosisnya tidak sempurna dan menyerang ketika masa
nimfa dan imago. Pada saat imago bisa terbang jarak dekat.si kutub putih ini
punya simboisis dengan semut karena si kutub putih dengan mengelaurkan
sekresi berupa glukosa dengan semut hitam sebagai pelindung. Tanda dari
serangga ini ialah ditemukan serbuk putih dan kutu puih pada pohon. Serangga
ini menyerang berbagai jenis tanaman sebeneranya, namun pada pembahasan ini
lebih difokuskan ke Sengon dan semai jati. Gejala dari penyakit ini
menyebabkan daun menjadi layu dan kering, serangga ini menyerang ketika
masih musim kemarau. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara mekanis yaitu
dengan pemangkas,cara niologis yaitu dengan musuh alami dan dengan bantuan
gas sulfur (furodon).

Gambar 9. Kerusakan semai jati oleh serangga kutu putih

E. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum acara II ini yaitu :
1. Kerusakan pada tanaman akibat serangga dapat berupa kerusakan helaian daun,
kerusakan sel kambium dan xylem pada batang, hilangnya cairan pada pohon,
rusaknya pucuk dan cabang, serta rusaknya semai atau tunas baru.
2. Kerusakan akibat serangga pata tanaman hutan ada beberapa macam, yaitu :
a) Kerusakan pucuk oleh serangga hama kutu loncat.
b) Kerusakan batang oleh serangan rayap basah (Captotermes curvignathus).
c) Kerusakan batang oleh serangga penggerek batang (Xystrocera festiva).
d) Kerusakan batang oleh serangga penggerek batang( Xyleutes ceramica )
e) Kerusakan daun oleh serangga ulat kantong (Pteroma plagiophleps).
f) Kerusakan seluruh daun Tectona grandis oleh ulat Hyblaea puera (Teak-leaf
defoliator) dan Kerusakan sebagian daun Tectona grandis oleh ulat
Eutectona machaeralis (skeletonizer).
g) Kerusakan oleh scale insect pada batang muda.
h) Kerusakan semai jati oleh kutu putih (Pseudociccidae).
3. Ciri morfologi dari serangga yang menyerang tanaman hutan yaitu :
a) Coleoptera = memiliki 2 pasang sayap, sayap depan keras dan sayap
belakang selaput, tipe mulut penggigit dan pengunyah
b) Lepidoptera = memiliki 2 pasang sayap dilapisi sisik, tipe mulut pengunyah
ketika larva, dan tipe penghisap saat imago
c) Hemiptera = memiliki sayap selaput dengan tipe mulut perusak dan
penghisap
d) Isoptera = memiliki 2 pasang sayap yang sama bentuknya, tipis dan memiliki
tipe mulut penggigit pengunyah.
4. Kerusakan yang diakibatkan oleh serangga dapat dilihat dari gejala dan tandaa
yang muncul. Gejala yang muncul seperti pada batang umumnya terlihat lubang
dan terlihat urat atau tulang pada daun akibat serangan dari serangga. Sedangkan
tanda akan menunjukkan jenis serangga yang menyerang tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Borror, D.J. , Trilehorn, C.A., Norman, F and Johnson. 1992. Pengenalan


Pelajaran Serangga. Diterjemahkan oleh Soetoyono Partosoedjono,
Universitas Gadjah Mada Press Yogyakarta.
Da Lopes, Y.F. 2017. Paduan Bergambar Pengenalan Ordo Serangga Hama.
Kupang : MPLK
Darwiati, W., & Anggraeni, I. 2018. Serangan Boktor (Xystrocera festiva
Pascoe) dan Karat Tumor Pada Sengon di Perkebunan Teh Ciater. Jurnal
Sains Natural Universitas Nusa Bangsa. Vol.8(2). Hal : 59-69.
Kurniawan, A. 2008. Penyakit Pada Acacia mangium Serta Alternatif
Pengendaliannya.
Meilin, Araz dan Nasamsir. 2016. Serangga dan Perannya Dalam Bidang
Pertanian dan Kehidupan. Jurnal Media Pertanian. Vol.1(1). Hal :18-28.
Mokodompit, H. S., Pollo, H. N., & Lasut, M. T. 2019. Identifikasi Jenis
Serangga Hama dan Tingkat Kerusakan Pada Diospyros Celebisa Bakh.
Jurnal Eugenia. Vol.24(2).
Muhlison, Wildan. 2016. Hama Tanaman Belimbing di Wilayah Kabupaten
Blitar, Jawa Timur. Jurnal Hama Penyakit Tumbuhan Tropika.
Vol.16(2). Hal : 175-183.
Mustafa, W. N., Wattimena, C., & Latumahina, F. 2019. Identifikasi Jenis
Penyakit Pada Tanaman Jati (Tectona grandis Linn. F) Pada Hutan
Tanaman Rakyat Dusun Telaga Kodok, Provinsi Maluku. Jurnal Hutan
Tropis. Vol.7(2). Hal : 181-189.
Nabu, Diba F., Dirhamsyahm M. 2015. Aktivitas Anti Rayap Minyak Atsiri dari
Kulit Jeruk Terhadap Rayap Tanah. Jurnal Hutan Lestari. Vol.3(1). Hal :
133-141.
Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Rayap: Biologi dan Pengendaliannya.
Surakarta: Muhamadiyah University Press.
Nurmasari, F. 2015. Keanekaragaman Kutu Putih dan Musuh Alami Pada
Tanaman Singkong (Manihot esculenta Crantz) (Doctoral dissertation).
Nuryanto,Bambang. 2018. Pengendalian Penyakit Tanaman Padi Berwawasan
Lingkungan Melalui Pengelolaan Kompenen Epidemik. Jurnal Litbang
Pertanian. Vol 37(1). Hal : 1-12.
Oramahi, H.A., dan Reine S.W. 2017. Identifikasi Morfologi Serangga
Berpotensi sebagai Hama dan Tingkat Kerusakan pada Bibit Meranti
Merah (Shorea leprosula) di Persemaian PT. Sari Bumi Kusuma. Jurnal
Hutan Lestari. Vol.5(3). Hal : 644-652.
Panyamang , A., Duangpakdee, O., Rattanawanlee, A. 2018. Genetic Sturcture
Of Teak Leaf Beehole boner Xyleutes ceramica in Northern Thailand.
Jurnal Agriculture and Natural Resources. Vol.52(1). Hal :66-74.
Pracaya. 1999. Hama Penyakit Tanaman. Jakarta : Penerbit Swadaya.
Pramono, Agus Asthro. 2010. Pengelolaan Hutan Jati Rakyat : Panduan
Lapangan Untuk Petani. Bogor : CIFOR
Ramadhan, Muhammad., Dina Naemah, dan Ahmad Yamani. 2020. Analisis
Intensitas Kerusakan Mahoni Akibat Serangan Hama dan Penyakit
Tumbuhan. Jurnal Sylva Scienteae. Vol.3(4). Hal : 671-674.
Soesatrijo, J. 2018. Efektivitas Ekstrak Akar Tuba (Derris elliptica) sebagai
Bioinsektisida Ulat Kantung (Metisa plana) di Perkebunan Kelapa Sawit.
Jurnal Citra Widya Edukasi. Vol.10(2). Hal : 117-124.
Subyanto. 2000. Ilmu Hama Hutan. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Triyogo, A., Sumardi, S., & Trisyono, Y. A. 2019. Identifikasi Hama Penggerek
Batang dan Deskripsi Kerusakan pada Tanaman Melina (Gmelina
arborea). Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati. Vol.15(1). Hal : 141-
148.
Wicaksono, R. C. 2020. Pengendalian Hama Kutu Loncat (Diaphorina Citri)
dan Kutu Daun (Toxoptera Citricidus) Menggunakan Bahan Aktif
Imidakloprid Pada Tanaman Jeruk.

Anda mungkin juga menyukai