Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan

PENGENALAN SERANGGA HAMA, TIPE ALAT MULUT DAN GEJALA


SERANGANNYA

Nama : Amie Dinisyam

NPM : 1805101050084

Hari/Jam Praktikum : Kamis/10.00 WIB

Asisten : 1. Muyassir

2. Uti Novita Saputri

LABORATORIUM ILMU GULMA

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM, BANDA ACEH

2020
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman merupakan suatu tumbuhan yang sengaja dibudidayakan oleh manusia


dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan demi keberlangsungan hidupnya.
Manusia membudidayakan tumbuhan tidak hanya satu jenis, tetapi terdapat banyak jenis
tumbuhan. Contohnya yaitu kopi, padi, sawi, pisang, karet dan lain-lain. Tanaman tidak
akan pernah lepas dari pada suatu penyakit, penyakit itu sendiri mempunyai bermacam-
macam sifat dan dampak yang ditimbulkan. Gejala adalah keadaan penyakit yang
merupakan perwujudan dari reaksi fisiologis dari tanaman terhadap kegiatan yang bersifat
merusak yang disebabkan pathogen. Setiap penyakit pada tanaman tertentu akan
memberikan gejala khusus, yang biasanya timbul dalam suatu rangkaian selama terjadinya
penyakit. Gejala yang dapat diamati secara langsung disebut juga gejala morfologis.
Gejala ini dapat dilihat dengan mata tanpa bantuan alat, atau juga dapat dirasa, dibaui,
diraba. Sedangkan gejala yang hanya diamati dengan bantuan alat seperti mikroskop
disebut sebagai gejala histologist.

Penyakit tanaman sebagian besar disebabkan oleh jamur. Lebih dari 250.000
spesies jamur sebagai pathogen tanaman. Hampir semua jamur dalam hidupnya pada
tanaman inangnya dam sebagian dalam tanah dan sisa-sisa tanaman. Penyakit tanaman
yang disebabkan oleh jamur sering dikenal dari bagian organ tanaman yang terinfeksi dan
dari tipe gejala yang dihasilkan. Tipe umum penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur
adalah damping-off (rebah kecambah), root rots ( busuk akar), vascular wilt(layu
pembuluh), downy dan powdery mildew, leaf spot (bercak daun) dan bligh (hawar), rust
(karat), smuts(gosong), antraknosa, gall, dieback (mati ujung) dan penyakit pasca panen.

Bidang pertanian yang mengembangkan tanaman budidaya pada suatu tahap tentu
ada kalanya menemui beberapa kendala, antara lain timbulnya penyakit yang dapat
disebabkan oleh serangan jamur, virus, bakteri ataupun nematoda. Dalam praktikum
sebelumnya kita telah mempelajari tentang hama serta segala aspek tentang hama, dan
untuk praktikum kali ini yang dipelajari dan dibahas serta dikaji mengenai penyakit
tanaman. Ilmu tentang penyakit tanaman, sangat penting karena suatu tanaman akan
mengalami hambatan dalam proses perkembangan dan pertumbuhannya jika terjadi
serangan penyakit pada tanaman itu yang akhirnya menjurus pada kerugian secara kualitas,
kuantitas maupun ekonomis.

Penyebab penyakit dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu biotik atau parasit dan
abiotik atau non parasit. Biotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya menular atau
infeksius, msalnya jamur, bakteri, nematoda, mycoplasma dan tanaman tinggi parasitik.
Abiotik yaitu penyebab penyakit yang sifatnya tidak menular atau non infeksius. Penyakit-
penyakit karena penyebab abiotik sering disebut penyakit fisiologis/fisiogenis, sedangkan
patogennya disebut fisiopath. Fisiopath tersebut antara lain kondisi cuaca yang tidak
menguntungkan, kondisi tanah yang kurang baik, dan kerusakan karena mekanik dan zat-
zat kimia. Gejala morfologis ada tiga macam yaitu: nekrosa, hipoplasia, hyperplasia.
Nekrosa adalah gejala penyakit yang disebabkan oleh protoplas yang diikuti oleh kematian
sel jaringan, organ dan seluruh tanaman.

Gejala nekrotik yang timbul sebelum kematian protoplas disebut plesionekrotik.


Ada tiga gejala yang termasuk dalam plesionekrotik yaitu menguning (yellowing), layu
(wilting), dan hidrosis (adanya jaringan yang Nampak bening). Gejala nekrotik yang ada
setelah kematian protoplas disebut holonekrotik. Gejala holonekrotik dapat dibagi menjadi
3 berdasarkan tempat terjadinya, yaitu pada organ bahan penyimpanan (buah, biji, umbi
dan akar). Pembusukan yang terjadi bersifat lunak atau basah disebut gejala bocor (leak),
sedangkan yang kering disebut mumifikasi. Nekrosa pada jaringan tanaman yang hijau
misalnya rebah kecambah (damping off), bercak (spot), bintik kecil (fleck), nekrotik pada
batang dan tulang daun ( streak), nekrosa tanpa batas yang jelas karena kematian yang
cepat dari seluruh tanaman atau bagian daun (hawar=blight), kematian mendadak dari
kuncup yang belum membuka atau pembungaan (blast), rontoknya buah akibat nekrosis
yang meluas (shelling) dan lain-lain. Nekrosa pada jaringan kayu yang sakit (bleeding).

1.2. Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui jenis pathogen penyebab penyakit serta gejala-gejala yang


ditimbulkan pada tanaman.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Penyakit

Penyakit tanaman merupakan adanya penurunan dari keadaan normal dari tanaman
yang menyela atau memodifikasi fungsi-fungsi vitalnya. Penyakit tanaman sebagian besar
disebabkan oleh jamur, bakteri, dan virus. Penyakit tanaman lebih sering diklasifikasikan
oleh gejala mereka daripada oleh agen penyakit, karena penemuan agen mikroskopis
seperti bakteri tanggal hanya dari 19 persen. Tanaman yang sakit adalah tanaman yang
tidak dapat melakukan aktifitasfisiologis secara sempurna, yang akan mengakibatkan tidak
sempurnanya produksi baik secara kualitas maupun kuantitas. Secara umum penyakit
tanamandiakibatkan oleh faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik adalah penyakit
tanamanyang disebabkan oleh mikroorganisme (mahluk hidup) yang antara lain berupa
jamur, bakteri, virus, nematoda, MLO dan lain-lain. Sedangkan faktor abiotik antara lain
pengaruh dari suhu, kelembaban, defisiensi unsur hara atau keracunanunsur hara
(Mynature-faiq, 2010).

2.2. Virus

Virus adalah suatu partikel atau zarah sub-mikroskopis yang terdiri dari protein
kapsid di bagian luar protein kapsomer (coat)yang keduanya membungkus asam nukleat.
Asam nukleat bersifat menular dalam bentuk salah satu yaitu asam ribonukleat (RNA) atau
asam deoksorobonukleat (DNA). Asam nukleat virus memperbanyak diri (replikasi)
dengan bantuan ribosom sel inang, mensintesis protein mantel virus dan menggunakan
kemampuan sintetiknya untuk membuat cetakan dirinya membentuk lebih banyak RNA,
kemudian penggabungan protein virus dengan RNA hasil replikasi membentuk partikel
virus baru (virion). Ada perbedaan yang luas dalam morfologi dan ukuran virus, yang
sangat membantu dalam klasifikasi khususnya dalam mendeteksi virus. Pada dasarnya
virus tumbuhan dapat digolongkan ke dalam tiga bentuk spherical atau berbentuk bulat
yang sering pula disebut polyhedral atau isometri, memanjang atau batang (elongate) dan
bentuk benang (filament).

Ada beberapa kelompok virus :


1. Partikel virus berbentuk isometric anatara lain tobacco necrosis virus, caulimovirus
nm, reovirus tumbuhan 65-75nm, cucumovirus (contoh : cucumber mosaic virus
28-30nm).
2. Partikel virus yang berbentuk batang memanjang antara lain : tobravirus 46-114nm
dan 180-219 nm.
3. Partikel virus berbentuk filament lentur antara lain kelompok potexvirus (potato
virus x) mempunyai panjang 470-580 nm, lebar 11-13 nm, kelompok carlavirus
(potato virus S) mempunyai panjang 620-700 nm dan lebar 12 nm, kelompok
potyvirus (potato virus Y) kebanyakan mempunyai ukuran 11 nm dan lebar 680-
900 nm, terpanjang adalah kelompok closterovirus yang sangat lentuk, mempunyai
panjang 1.250-2500 nm (Wigenasanta, 2004).

2.3. Jamur/Cendawan

Jamur adalah organisme heterotrof, tidak berklorofil, berinti sel, struktur


somatiknya terdiri dari filament yang bercabang-cabang, dinding sel mengandung selulosa
atau kitin atau keduanya bersama molekul organic lainnya. Umumnya berkembang biak
dengan spora baiksecara seksusal maupun aseksual atau menggunakan bagian vegetative
jamur. Bagian vegetative jamur umumnya berupa benang-benang halus, memanjang,
bersekat atau tidak bersekat yang disebut hifa, dan kumpulan benang-benang hifa tersebut
disebut miselium. Miselium dapat dibedakan menjadi dua tipe pokok yaitu :

1. Miselium yang tidak bersekat (coenocytic)


2. Miselium yang bersekat (cellular

Didalam hidupnya, hifa-hifa tersebut dapat membentuk struktur khusus yang berfungsi
tertentu, antara lain : haustorium, sklerotium, apresorium, stroma, dan alat reproduksi
seperti : gametongium, sporangium dan sporangiofor, konidium dan konidiofor,
klamidospora dan bermacam badan buah (apotesium, peritesium, kleistosium, aservulus,
piknidium, sporodokium, koremium) (Semangun, H. 1996).

2.4. Bakteri

Bakteri merupakan mikroorganisme prokariotik bersel tunggal, tidak berklorofil,


dan berkembang biak dengan cara membelah diri. Sebenarnya bakteri termasuk tanaman
tetapi tidak berklorofil, tidak berplastida, dan bersel satu berukuran kurang lebih 0.0003-
0.025 milimikron, dengan kemampuan berkembangbiak yang sangat tinggi. Bentuknya
bermacam-macam ada yang bulat berupa kokus, diplokokus, streptokokus, tetrakokus dan
stafilokokus. Batang berupa basilus, diplobasilus, dan streptobasilus, bulat panjang, koma
dan spiral. Kulitnya lunak terdiri dari selulosa dan kitin seperti tanaman. Pada bakteri yang
menimbulkan kerusakan pada benda-benda hidup dinamakan pathogen atau penyebab
sakit. Bakteri pathogen umumnya hanya hidup dalam bentuk sel tubuhnya yang dapat
masuk kedalam tubuh tanaman melalui luka-luka. Untuk bakteri yang memanfaatkan
benda mati disebut bakteri saprofit yang bias mengeluarkan racun agar bias mengurangi
benda tersebut menjadi humus, dan dimanfaatkan oleh tanaman hidup. Adapun bakteri
yang kerjasama (simbiose) dengan tanaman adalah bakteri rhizobium yang membentuk
bintil-bintil akar (Triharso, 1996).

2.4. Nematoda

Nematoda atau cacing bulat, berbeda secara keseluruhan dari platyhelminthes dan
nemertines. Nematode dikenal dengan kulit ari tebal kasar di sisi luarnya dan didalamnya
ada tekanan hidrostatik yang tinggi. Mereka terlihat sama dan memberikan tekanan. Sulit
untuk melihat bagaimana bentuk lain dapat dijaga, karena ada sekitar satu juta spesies.
Pilum ini ada dimana-mana : nematoda hidup bebas di laut, air tawar dan habitat darat juga
parasit pada hewan dan tumbuhan. Mereka adalah hewan yang memiliki jumlah banyak
dan memainkan peran penting dalam siklus energi dan materi biosphere (Tjahjadi, Nur.
1989).
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di Laboraturium Ilmu Gulma Jurusan Agroteknologi


pada hari kamis, 26 Maret 2020 pukul 10.00 WIB.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan adalah :

1. Bagian tanaman (akar, batang, daun, buah) yang terkena penyakit.


2. Buku gambar.
3. Alat tulis.

3.3. Cara Kerja

1. Siapkan bagian tanaman yang terkena penyakit.


2. Amati gejala penyakit dari bagian tanaman tersebut.
3. Ga,barkan bagian tanaman yang terkena penyakit tersebut.
4. Tuliskan keterangan seperti tanaman inang, nama penyakit, gejala yang
ditimbulkang, tipe gejala, penyebab penyakit dan lokasi pengambilan.
BAB IV. HASIL DAN PENGAMATAN

4.1. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Penyakit Tanaman

No Tanaman Inang Nama Gejala Tipe Gejala Patogen


Penyakit Penyebab
Penyakit
1. Hawar daun 1. Bintik Nekrotis 1. Bakteri
bakteri kuning Xanthomonas
melepuh axonopodis pv.
dipermukaan Glycines.
daun 2. Pseudomonas
Kedelai (Glycine
2. bintik savastanoy pv.
max)
kuning Glycinea.
hingga
kecoklatan,
bercak agak
basah.
2. Membusuk Bercak Nekrotis Jamur
(Jamur) bewarna (cendawan)
kehitaman
dan
Padi (Oryza
bentuknya
sativa)
tidak beratur
dan bertahap
membesar
3. Inveksi 1. Tangkai Nekrotis Bakteri
bakteri buah akan
membusuk
dan kering.
2. Pangkal
ujung
bewarna
kecoklat
hitaman.
3. Kelopak
buah akan
mengalami

Cabai (Capsicum perubahan

annum L) warna.
4. Jamur Permukaan Nekrotis Jamur Fusarium
(Cendawan) biji pada moniliforme
tongkol
bewarna

Jagung (Zea merah jambu

mays) atau coklat,


kadang
diikuti oleh
pertumbuhan
miselium
seperti kapas
warna merah
jambu.

4.2. Pembahasan

4.2.2. Kedelai (glycine max)

Kedelai merupakan tanaman yang strategis di dunia pertanian. Seiring dengan


pemanfaatan kedelai untuk berbagai bahan makanan seperti tempe, tahu, kecap, tauco dan
sebagainya maka banyak masyarakat Indonesia yang memiliki ketergantungan terhadap
konsumsi kedelai. Makanan yang terbuat atau berbahan dasar kedelai dipercaya memiliki
kandungan protein yang sangat tinggi dan merupakan makanan rakyat sehari-hari. Namun
yang menjadi permasalahan adalah dalam memenuhi permintaan akan kacang kedelai.
Pemerintah membuat kebijakan impor kedelai dari Negara lain seperti Amerika dan Cina.
Hal ini disebabkan Indonesia belum mampu membudidayakan kedelai dengan baik
dikarenakan kondisi tempat dan lingkungan yang sesuai sebagai tempat tumbuh kedelai
kurang mendapat perhatian. Kendala lain yang ditemukan dalam pembudidayaan kedelai
adalah hama dan penyakit yang menyerang. Gangguan hama dan penyakit tanaman kedelai
merupakan masalah penting yang dihadapi petani. Serangan hama dan penyakit
menyebabkan kehilangan hasil yang cukup besar, selain itu menurunkan kualitas hasil.
Beberapa serangan hama dan penyakit seringkali menunjukkan gejala yang perlu
diidentifikasi dengan teliti, sehingga dapat diketahui dengan tepat penyebabnya serta upaya
pengendalian yang dapat dilakukan dengan tepat dan efektif.

kedelai salah satunya adalah adanya penyakit hawar daun kedelai yang disebabkan
oleh Pseudomonas syringae. Adapun gejala yang ditunjukkan akibat serangan
Pseudomonas syringae pada tanaman kedelai yaitu adanya bercak pada daun, kadang-
kadang pada batang, tangkai daun dan polong. Bercak dapat berbentuk persegi, kecil,
tembus cahaya, kebasahan, berwarna kuning sampai coklat terang. Pusat coklat cepat
mongering dengan warna coklat kemerahan sampai hitam. Pada lingkungan yang cocok
maka bercak akan membesar lalu beberapa bercak bergabung membentuk bercak yang
lebih besar dan tidak beraturan, diikuti dengan bagian tengah bercak sobek sehingga daun
tampak berlubang dan daun lama kelamaan rontok. Infeksi pada bibit terjadi pada
kotiledon bagian pinggir. Bercak dapat membesar dan berwarna coklat gelap. Hal ini
mengakibatkan tanaman menjadi kerdil. Gejala yang bisa diamati adalah pada daun
terdapat bercak tembus cahaya, berwarna coklat tua, dikelilingi halo klorotik dan kebasah-
basahan. Pengendalian yang tepat untuk gejala ini dengan membakar dan membenam sisa
tanaman sakit pada kegiatan persiapan lahan dapat mengurangi sumber infeksi untuk
mencegah muncul penyakit baru ditanaman berikutnya, kedelai dirotasi dengan jenis bukan
inang bakteri misalnya jagung, padi, dan serelia lain, dan pengendalian kimiawi.

4.2.2. Padi (Oryza sativa), penyakit Jamur(Cendikiawan)

Gejala akan nampak pada tanaman padi yang sudah tuaberupa bercak nekrotik
pada upih daun sebelah luar dekat dengan permukaan air. Bercak meluas ke upih sebelah
dalam dan pangkal batang. Bercak berwarna gelap timbul dan lambat laun melebar
tergantung pada ketahanan daripada varietas. Kemudian cendawan menembus sampai
kebatang. Menjalarnya sampai kebatang padi yang bersamaan dengan membusuknya
seludang daun akan memperlemah batang padi dan rebah. Bila batang rebah sebelum
masak, hasil akan merosot, karena gabahnya tidak berkembang dengan baik dan
menuainya menjadi lebih sukar. Tanaman bisa rebah pada saat malai masak. Kerusakan
pada pangkal batang dapat menyebabkan sebagian biji hampa, buliran padi ringan dan
menjadi beras kapur. Gejala pembusukan pangkal batang tanaman padi ini dimungkinkan
karena serangan cendawan clerotium oryzae Catt. Istilah lain yang populer dari gejala
serangan penyakit ini adalah rebah kecambah, jamur akar merah, busuk pangkal batang
padi.

Cara Pengendalian :

 Pengendalian secara fisik bisa dengan cara pengeringan petakan dan biarkan tanah
hingga retak sebelum dialiri lagi. Di samping itu tunggul-tunggul padi sesudah
panen harus dibakar atau didekomposisi.
 Pengendalian secara biologis dengan memanfaatkan agen hayati. Agen hayati
adalah agen biokontrol yang beragam – seperti bakteri, jamur, virus – ada di alam.
Diantaranya bakteri antagonis yang memiliki kemampuan untuk melindungi
tanaman padi dari berbagai penyakit. Khusus untuk penyakit busuk batang padi
akibat infeksi jamur Sclerotium sp ini dengan pemanfaatkan agens bio control ;
Pseudomonas fluorescens, Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis dan Bacillus
pumilus.

4.2.3. Cabai (Capsicum annum L)

Pada umumnya penyakit yang sering menyerang tanaman cabai merah disebabkan
oleh cendawan, terutama disebabkan oleh lahan yang selalu lembab sehingga
memungkinkan cendawan berkembang dengan baik. Beberapa jenis penyakit penting yang
menyerang tanaman cabai merah, antar lain :

1. Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f.sp)

Gejala Serangan :

 Daun yang terserang mengalami kelayuan mulai dari bagian bawah, menguning
danmenjalar ke atas ke ranting muda. Bila infeksi berkembang tanaman menjadi
layu. Warna jaringan akar dan batang menjadi coklat. Tempat luka infeksi tertutup
hifa putih seperti kapas.
 Apabila serangan terjadi pada saat pertumbuhan tanaman maksimum, maka
tanaman masih dapat menghasilkan buah. Namun bila serangan sudah sampai pada
batang, maka buah kecil akan gugur.

Pengendalian:

 Sanitasi dengan mencabut dan memusnahkan tanaman terserang.


 Dianjurkan memanfaatkan agen antagonis Trichoderma spp. dan Gliocladium spp.
yang diaplikasikan bersamaan dengan pemupukan dasar.
 Penggunaan fungisida sesuai anjuran sebagai alternatif terakhir.

2. Penyakit Layu Bakteri Ralstonia (Ralstonia solanacearum)

Gejala Serangan :

 Pada tanaman tua, layu pertama biasanya terjadi pada daun yang terletak pada
bagian bawah tanaman. Pada tanaman muda, gejala layu mulai tampak pada daun
bagian atas tanaman. Setelah beberapa hari gejala layu diikuti oleh layu yang tiba-
tiba dan seluruh daun tanaman menjadi layu permanen, sedangkan warna daun
tetap hijau, kadang-kadang sedikit kekuningan.
 Jaringan vaskuler dari batang bagian bawah dan akar menjadi kecoklatan. Bila
batang atau akar dipotong melintang dan dicelupkan ke dalam air yang jernih, maka
akan keluar cairan keruh koloni bakteri yang melayang dalam air menyerupai
kepulan asap. Serangan pada buah menyebabkan warna buah menjadi kekuningan
dan busuk. Infeksi terjadi melalui lentisel dan akan lebih cepat berkembang bila ada
luka mekanis. Penyakit berkembang dengan cepat pada musim hujan.
 Penyakit ini disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum, bakteri ini ditularkan
melalui tanah, benih, bibit, sisa-sisa tanaman, pengairan, nematoda atau alat-alat
pertanian. Selain itu, bakteri ini mampu bertahan selama bertahun-tahun di dalam
tanah dalam keadaan tidak aktif. Penyakit ini cepat meluas terutama di tanah
dataran rendah.

Pengendalian :

 Kultur teknis dengan pergiliran tanaman, penggunaan benih sehat dan sanitasi
dengan mencabut dan memusnahkan tanaman sakit.
 Dianjurkan memanfaatkan agen antagonis Trichoderma spp. dan Gliocladium spp.
yang diaplikasikan bersamaan dengan pemupukan dasar.
 Penggunaan bakterisida sesuai anjuran sebagai alternatif terakhir.

4.2.4. Jagung (Zea mays)

Penyakit busuk batang jagung dapat menyebabkan kerusakan pada varietas rentan
hingga 65%. Tanaman jagung terserang penyakit ini tampak layu atau kering seluruh
daunnya. Umumnya gejala tersebut terjadi pada stadia generatif, yaitu setelah fase
pembungaan. Pangkal batang terserang berubah warna dari hijau menjadi kecoklatan,
bagian dalam batang busuk, sehingga mudah rebah, serta bagian kulit luarnya tipis.
Pangkal batang teriserang akan memperlihatkan warna merah jambu, merah kecoklatan
atau coklat. Penyakit busuk batang jagung dapat disebabkan oleh delapan
spesies/cendawan seperti Colletotrichum graminearum, Diplodia maydis, Gibberella zeae,
Fusarium moniliforme, Macrophomina phaseolina, Pythium apanidermatum,
Cephalosporium maydis, dan Cephalosporium acremonium. Di Sulawesi Selatan,
penyebab penyakit busuk batang yang telah berhasil diisolasi adalah Diplodia sp.,
Fusarium sp. dan Macrophomina sp.

Penularan

Cendawan patogen penyebab penyakit busuk batang memproduksi konidia pada


permukaan tanaman inangnya. Konidia dapat disebarkan oleh angin, air hujan ataupun
serangga. Pada waktu tidak ada tanaman, cendawan dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman
terinfeksi dalam fase hifa atau piknidia dan peritesia yang berisi spora. Pada kondisi
lingkungan yang sesuai untuk perkembangannya, spora akan keluar dari piknidia atau
peritesia. Spora pada permukaan tanaman jagung akan tumbuh lalu menginfeksi melalui
akar ataupun pangkal batang. Infeksi awal dapat melalui luka atau membentuk sejenis
apresoria, serta mampu masuk ke jaringan tanaman. Spora/konidia yang terbawa angin
dapat menginfeksi ke tongkol jagung. Akibat lebih kanjut, biji terinfeksi jika ditanam dapat
menyebabkan penyakit busuk batang.

Pengendalian
 Menanam varietas tahan serangan penyakit busuk batang seperti BISI-1, BISI-4,
BISI-5, Surya, Exp.9572, Exp. 9702, Exp. 9703, CPI-2, FPC 9923, Pioneer-8,
Pioneer-10, Pioneer-12, Pioneer-13, Pioneer-14, Semar-9, Palakka, atau J1-C3.
 Melakukan pergiliran tanaman.
 Melakukan pemupukan berimbang, menghindari pemberian N tinggi dan K rendah.
 Drainase baik.
 Pengendalian penyakit busuk batang (Fusarium) secara hayati dapat dilakukan
dengan cendawan antagonis Trichodermasp.
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Jamur adalah organisme heterotrof, tidak berklorofil, berinti sel, struktur


somatiknya terdiri dari filament yang bercabang-cabang, dinding sel mengandung
selulosa atau kitin atau keduanya bersama molekul organic lainnya. Umumnya
berkembang biak dengan spora baiksecara seksusal maupun aseksual atau
menggunakan bagian vegetative jamur.
2. Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu (unisellular) yang tidak mempunyai
klorofil dan berkembang biak dengan cara pembelahan (budding), hidup secara
saprofitik atau parasitic dan memperoleh makanan dari bahan organic yang mati
atau masik hidup.
3. Virus adalah suatu partikel atau zarah sub-mikroskopis yang terdiri dari protein
kapsid di bagian luar protein kapsomer (coat)yang keduanya membungkus asam
nukleat. Asam nukleat bersifat menular dalam bentuk salah satu yaitu asam
ribonukleat (RNA) atau asam deoksorobonukleat (DNA). Asam nukleat virus
memperbanyak diri (replikasi) dengan bantuan ribosom sel inang, mensintesis
protein mantel virus dan menggunakan kemampuan sintetiknya untuk membuat
cetakan dirinya membentuk lebih banyak RNA, kemudian penggabungan protein
virus dengan RNA hasil replikasi membentuk partikel virus baru (virion).
4. Gejala dan tanda penyakit berbeda-beda pada setiap tanaman
5. Patogen penyebab penyakit pada tanaman yang diamati adalah jamur dan bakteri.
6. Rata-rata gejala yang ditimbulkan oleh jamur adalah bercak dan karat pada daun,
sedangkan bakteri menyebabkan busuk basah pada tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Jackson RW (editor). (2009). Plant Pathogenic Bacteria: Genomics and Molecular


Biology. Caister Academic Press.

Mynature-faiq. 2010. Pengenalan penyakit tanaman pangan. http://mynature-


faiq.blogspot.com/2010/07/pengenalan-penyakit-tanaman-pangan.html. diakses
07 Desember 2014.

Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Tjahjadi, Nur. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Palembang: Kanisius

Triharso. 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada


UniversityPress, Yogyakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai