Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman

ANALISIS VEGETASI GULMA

NAMA : Amie Dinisyam

NIM : 1805101050084

HARI/JAM PRAKTIKUM : Kamis, 10.00 WIB

ASISTEN : 1. Muyassir

: 2. Uti Novita Saputri

: 3. Yoga Agustiawan

LABORATURIUM ILMU GULMA

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM, BANDA ACEH

2020
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Analisis vegetasi merupakan sebuah cara untuk mempelajari komposisi jenisdan


struktur vegetasiatau kelompok tumbuh-tumbuhan. Konsepsi dari metodeanalisa vegetasi
sesungguhnya sangat bervariasi, tergantung keadaan vegetasi itusendiri dan tujuannnya
misalnya untuk mengevaluasi hasil pengendalian gulma.Metode yang digunakan untuk
analisa vegetasi harus disesuaikan dengan strukturdan komposisi. Ada empat metode yang
lazim dalam analisa vegetasi yaitumetode estimasi visual, metode kuadrat, metode garis
dan metode titik. Vegetasimenggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan di suatu
wilayah atau daerah.Suatu tipe vegetasi menggambarkan suatu daerah dari segi penyebaran
tumbuhanyang ada baik secara ruang dan waktu. Konsep dan metode analisis
vegetasisesungguhnya sangat beragam tergantung kepada keadaan vegetasi itu sendiri
dantujuannya.

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan dan biasanya terdiri dari


beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan
bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun
vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem
yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui
gulma - gulma yang memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh dan
ruang hidup. Dalam hal ini, penguasaan sarana tumbuh pada umumnya menentukan gulma
tersebut penting atau tidak. Namun dalam hal ini jenis tanaman memiliki peran penting,
karena tanaman tertentu tidak akan terlalu terpengaruh oleh adanya gulma tertentu, meski
dalam jumlah yang banyak.

Pada umumnya dipandang dari manfaat yang didapat, tumbuhan dibagi menjadi
dua yaitu, tanaman yaitu tumbuhan yang menguntungkan dan dibudidayakan dan
tumbuhan yang merugikan. Tumbuhan yang menguntungkan disebut tanaman yaitu
tumbuhan yang dibudidayakan oleh manusia atau sengaja untuk ditanam karena
mempunyai nilai ekonomis yang menjanjikan. Sedangkan tumbuhan yang merugikan
adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki keberadaannya. Dalam kegiatan budidaya atau
dalam ilmu pertanian, tumbuhan tersebut sering disebut dengan gulma (weed).

Pengertian gulma yang lain adalah tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya
secara pasti sehingga kebanyakan orang juga menganggap bahwa gulma mempunyai nilai
negatif yang lebih besar daripada nilai ekonomisnya. Sehingga gulma tersebut harus
dimusnahkan dari, agar tidak menimbulkan kerugian-kerugian yang lainnya, yang nantinya
dapat mengganggu kegiatan pertanian. Baik secara teknis, produksi, maupun secara
ekonomis. Gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman budidaya,
tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang sengaja ditanam) atau
semua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak diinginkan oleh si penanam
sehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada di dekat atau disekitar
tanaman pokok tersebut.

1.2. Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui vegetasi dan melihat jenis gulma dan gulma yang dominan pada
suatu lahan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bioekologi Babadotan (Ageratum conyzoides)

Tumbuhan bandotan adalah tumbuhan liar yang tumbuh di sekitar kebun dan
berpotensi menjadi gulma apabila populasinya tinggi. Tumbuhan ini mudah ditemukan di
perkarangan rumah, kebun, sawah, dan tepi jalan. Tumbuhan ini dapat berkembang biak
dengan baik di wilayah tropika dan sub tropika. Bagi petani di indonesia tumbuhan ini
sangat menjengkelkan karena dapat menurunkan hasil tanaman budidaya yang membuat
kerugian ekonomi. Walaupun demikian tumbuhan bandotan memiliki manfaat dalam
bidang kesehatan. Manfaatnya adalah dapat mengobati bisul, rematik, radang telinga,
sariawan, tumor rahim, sakit tenggorokan dan lain-lain. (Barus, 2003).

2.1.1. Klasifikasi babadotan

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas: Asteridae

Ordo: Asterales

Famili: Asteraceae

Genus: Ageratum

Spesies: Ageratum conyzoides L.

Ageratum adalah herbal tahunan yang tumbuh sekitar 60 cm tinggi dan menghasilkan
bunga-bunga pink kecil di bagian atas batang berbulu nya. Di beberapa negara itu dianggap
sebagai gulma yang sulit untuk mengontrol. Ageratum berkisar dari tenggara Amerika
Utara ke Amerika Tengah, tetapi pusat asal di Amerika Tengah dan Karibia. Ageratum
juga ditemukan di beberapa negara di daerah tropis dan sub-tropis, termasuk Brasil.
(Adi,2013).

2.1.2. Morfologi babadotan

Bandotan (Ageratum conyzoides L) tergolong ke dalam tumbuhan terna semusim,


tumbuh tegak atau bagian bawahnya berbaring, tingginya sekitar 30-90 cm, bercabang.
Batang bulat berambut panjang, jika menyentuh tanah akan mengeluarkan akar. Daun
bertangkai, letaknya saling berhadapan dan bersilang (Compositae), helaian daun bulat
telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing, tepi bergerigi, panjang 1-10 cm, lebar
0,5-6 cm, kedua permukaan daun berambut panjang dengan kelenjar yang terletak di
permukaan bawah daun, warnanya hijau. Bunga wedusan termasuk bunga majemuk
berkumpul 3 atau lebih, berbentuk malai rata yang keluar dari ujung tangkai, warnanya
putih panjang bonggol bunga 6-8 mm, dengan tangkai yang berambut. Buahnya berwarna
hitam dan bentuknya kecil (Moenandir, 1993).

2.1.3. Habitat babadotan

Tumbuhan ini menyebar luas di seluruh wilayah tropika, bahkan hingga subtropika.
Didatangkan ke Jawa sebelum 1860, kini gulma ini telah menyebar luas di Indonesia. Di
Amerika Selatan, tumbuhan ini malah dibudidayakan; menurut catatan sejarah, bandotan
memang didatangkan dari Meksiko. Bandotan sering ditemukan sebagai tumbuhan
pengganggu di sawah-sawah yang mengering, ladang, pekarangan, tepi jalan, tanggul, tepi
air, dan wilayah bersemak belukar. Ditemukan hingga ketinggian 3.000 m, terna ini
berbunga sepanjang tahun dan dapat menghasilkan hingga 40.000 biji per individu
tumbuhan. Karenanya, gulma ini dirasakan cukup mengganggu di perkebunan. Di luar
Indonesia, bandotan juga dikenal sebagai gulma yang menjengkelkan di Afrika, Asia
Tenggara, Australia, serta di Amerika Serikat (Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984).
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum Analisis Vegetasi Gulma ini di laksanakan di Laboratorium Ilmu Gulma


Jurusan Agroteknologi pada hari Kamis, pukul 10.00 WIB.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

1. Frame kayu ukuran 50 cm x 50 cm.


2. Plastik bening ukuran 5 kg sebanyak 20 buah.
3. Spidol permanent
4. Alat press.
5. Alat tulis.

3.3. Cara Kerja

1. Lemparkan frame ukuran 50 cm x 50 cm secara acak di tiga lokasi berbeda pada


lahan.
2. Diamati setiap satu kali lemparan vegetasi gulma yang terdapat dalam petakan.
3. Catat untuk tiap spesies gulma yang telah teridentifikasi nama dan jumlahnya,
sementara untuk spesies gulma yang belum teridentifikasi bisa dihitung
populasinya dan di ambil 2 individu sebagai sampel.
4. Setelah itu, hitung semua jumlah spesies dipetakan sebagai total jumlah biomasa.
5. Catat jumlah populasi dan spesiesnya.
6. Hitung kerapatan nisbih dan frekuensi nisbih serta nisbih jumlah dominansi.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Jumlah kerapatan

No Nama Gulma Plot Jumlah Kerapatan


1 2 3 Mutlak Spesies
1. Verbascum Thapsus 2 1 1 5
2. Chyperus rotundus 4 2 0 6
3. Cynodon doctylon 3 4 2 9
4. Imperata cylindrical 1 2 0 3
5. Circium vulgare 2 0 0 2
Total keseluruhan mutlak 25

Tabel 2. Jumlah Frekuensi

No Nama Gulma Plot Jumlah Frekuensi


1 2 3 Mutlak Spesies
1. Verbascum thapus    3
2. Chyperus rotundus   - 2
3. Cynodon doctylon    3
4. Imperata cylindrical   - 2
5. Circium vulgare  - - 1
Total keseluruhan mutlak frekuensi 11

 Kerapatan nisbih
1. Verbascum thepus
KM spesies tertentu
Kerapatan nisbih = x 100 %
jumlah KM keseluruhan
5
= x 100 %
25
= 0.2 %

2. Cyperus rotundus
KM spesies tertentu
Kerapatan nisbih = x 100 %
jumlah KM keseluruhan
6
= x 100 %
35
= 0.24%
3. Cynodon doctylon
KM spesies tertentu
Kerapatan nisbih = x 100 %
jumlah KM keseluruhan
9
= x 100 %
25
= 0.36%
4. Imperata cylindrical
KM spesies tertentu
Kerapatan nisbih = x 100 %
jumlah KM keseluruhan
3
= x 100 %
25
= 0.12 %
5. Circium vulgare
KM spesies tertentu
Kerapatan nisbih = x 100 %
juml ah KM keseluruhan
2
= 100 %
25
= 0.08%

 Frekuensi nisbih (fn)


1. Ferbascum thepsus
frekuensi mutlak gulma tertentu
Frekuensi nisbih = x 100 %
∑ nilai FN semua jenis
3
= x 100 %
11
= 0.18 %
2. Cyperus rotandus
frekuensi mutlak gulma tertentu
Frekuensi nisbih = x 100 %
∑ nilai FN semua jenis
2
= x 100 %
11
= 0.18%
3. Cynodon doctylon
frekuensi mutlak gulma tertentu
Frekuensi nisbih = x 100 %
∑ nilai FN semua jenis
3
= x 100 %
11
= 0.27%
4. Imperata cylindrical
frekuensi mutlak gulma t ertentu
Frekuensi nisbih = x 100 %
∑ nilai FN semua jenis
2
= x 100 %
11
= 0.18%
5. Circium vilgare
frekuensi mutlak gulma tertentu
Frekuensi nisbih = x 100 %
∑ nilai FN semua jenis
1
= x 100 %
11
= 0.09%

 Nilai Penting
1. Verbascum thepus
Nilai penting = kerapatan nisbih + frekuensi nisbih
= 0.2% + 0.27%
= 0.47%
2. Cyperus rotundus
Nilai penting = kerapatan nisbih + frekuensi nisbih
= 0.24% + 0.18%
= 0.42%
3. Cynodon doctylon
Nilai penting = kerapatan nisbih + frekuensi nisbih
= 0.36% + 0.27%
= 0.63%
4. Imperata cylindrical
Nilai penting = kerapatan nisbih + frekuensi nisbih
= 0.12% + 0.18%
= 0.3%
5. Circium vulgare
Nilai penting = kerapatan nisbih + frekuensi nisbih
= 0.08% + 0.09%
= 0.17%

 Summed Dominance Ratio (SDR)


1. Verbascum thepus
nilai penting
SDR =
2
0.47
= =0.235
2
2. Cyperus rotundus
nilai penting
SDR =
2
0.42
= =0.21
2
3. Cynodon doctylon
nilai penting
SDR =
2
0.63
= =0.315
2
4. Imperata cylindrical
nilai penting
SDR =
2
0.3
= =0.15
2
5. Circium vulgare
nilai penting
SDR =
2
0.17
= = 0.85
2

4.2. Pembahasan

Dari tabel hasil di atas pengamatan diatas dapat dilihat bahwa gulma yang memiliki
kerapatan mutlak dan nisbih paling tinggi hingga paling rendah adalah Cynodon doctylon
dengan nilai kerapatan mutlak 9 dan kerapatan nisbih 0.36%. Cyperus rotundus dengan
nilai kerapatan mutlak 6 dan nilai kerapatan nisbih 0.24%. Imperata cylindrical dengan
nilai kerapatan mutlak 3 dan nilai kerapatan nisbih 0.12%. Verbascum thepus dengan nilai
kerapatatan mutlak 5 dan nilai kerapatan nisbih 0.2%. Circium vulgare dengan nilai
kerapatan mutlak 2 dan nilai kerapatan nisbih 0.08%.

Gulma yang memiliki frekuensi paling tinggi hingga paling rendah adalah
Verbascum thepus dan Cynodon doctylon dengan frekuensi mutlak 3 dan frekuensi nisbih
0.27%. Cyperus rotundus dan Imperata cylindrical dengan frekuensi mutlak 2 dan
frekuensi nisbih 0.18%. Dan yang paling rendah Circium vulgare dengan frekuensi mutlak
1 dan frekuensi nisbih 0.09%. Gulma Imperata thepus memiliki nilai penting 0.42%
dengan SDR 0.235. Cyperus rotundus memiliki nilai penting 0.42% dengan SDR 0.21.
Cynodon doctylon memiliki nilai penting 0.63% dengan SDR 0.315%. Imperata
cylindrical memiliki nilai penting 0.3% dengan SDR 0.15. dan Circium vulgare memiliki
nilai penting 0.17% dengan SDR 0.85.

Analisis vegetasi adalah metode yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
sebaran berbagai macam spesies yang ada dalam suatu area. Kegiatan ini umumnya
dilakukan melalui pengamatan langsung dan dilakukan pula dengan membuat plot, serta
mengamati morfologi dan identifikasi vegetasi yang ada. Menurut Greigh-Smith (1983),
analisis vegetasi adalah cara untuk mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi
secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Bentuk atau struktur
vegetasi yang dimaksud ilah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan tutupan tajuk. Untuk
melakukan analisa terhadap suatu vegetasi, diperlukan data-data antara lain jenis, diameter
dan tinggi dalam menentukan indeks nilai penting penyusun komunitas hutan. Analisis
vegetasi dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif untuk mengetahui sebaran ragam
hayati pada suatu ekosistem.
Pengendalian gulma merupakan subjek yang sangat dinamis dan perlu strategi yang
khas untuk setiap kasus. Beberapa hal perlu dipertimbangkan sebelum pengendalian gulma
dilakukan dengan cara jenis gulma dominan, tumbuhan budidaya utama , alternatif
pengendalian yang tersedia ,dan dampak ekonomi dan ekologi (Arsetia, 2016). Gulma
dapat dikendalikan secara manual seperti mencabuti gulma secara langsung. Cara modern
dapat dilakukan dengan penyemprotan herbisida.

BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Vegetasi gulma menggambarkan perpaduan berbagai jenis gulma di suatu


wilayah atau daerah tertentu.
2. Konsep dan metode analisis vegetasi sangat beragam tergantung kepada
keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya.
3. Jenis nilai gulma yang paling mendominasi diantara kelima jenis gulma di atas
adalah Cynodon doctilon dengan nilai penting 0.63% dan SDR 0.315.
4. Manfaat dari analisis vegetasi ini adalah untuk mengetahui gulma - gulma yang
memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup.
5. Vegetasi merupakan jenis tanaman yang menempati suatu ekosistem.

5.2. Kesimpulan

Semoga laporan selanjutnya tinjauan pustakanya bebas ya kak ya bang, yang kali
ini agak sulit carinya bang, kak.
DAFTAR PUSTAKA

Adi. 2013. Vegetasi Gulma. http://arekpekalongan.blogspot.com/2013/10/vegetasigulma.


Diakses pada 12-5-2014

Barus, Emanuel. 2003. Pengendalian Gulma Perkebunan. Kanisius. Yogyakarta.

Moenandir, J. 1993. Ilmu Gulma Dalam Sistem Pertanian. PT Grafindo Persada. Jakarta.

Tjitrosoedirdjo, S., H. Utomo. dan J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan Gulma di


Perkebunan. PT Gramedia. Jakarta.
LAMPIRAN

Verbascum thapus
Cyperus rotundus

Cynodon doctylon
Imperata cylindrical

Circium vulgare

Anda mungkin juga menyukai