Anda di halaman 1dari 58

MAKALAH

TEKNOLOGI PENGELOLAAN PENYAKIT


JAMUR DAN BAKTERI PENYEBAB PENYAKIT PADA TANAMAN

Disusun oleh :
Safira Tasya Andrianisa 134180171
Akhmad Rudy Fikri Setiyawan 134180172
Mohamad Hafidh Adityawan 134180202
Alfiandra Soni Putra 134180208
Muhammad Raihan Akbar 134180210
Hilda Kartikawati 134180218
Abil Milzam Syati 134180229
Imam Sumantri 134180230

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “YOGYAKARTA”
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit tanaman bisa disebabkan karena bakteri, jamur dan virus.
Gejala serangan jamur dan bakteri paling mudah diamati secara kasat mata
dibandingkan gejala yang ditimbulkan oleh virus. Untuk memastikan
serangan jamur dan bakteri masih bisa dilakukan secara sederhana dengan
melihat gejala serangan. Memastikan jenis serangan sangat penting untuk
menentukan langkah pengendalian yang tepat. Maka dari itu perlu adanya
pendalaman akan penyebab penyakit pada tanaman untuk mengetahui cara
menyerang dan daur hidup penyebab penyakit tersebut sehingga dapat
diketahui bagaiamana cara mengatasinya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ciri-ciri jamur?
2. Bagaimana sifat hidup jamur ?
3. Apa saja jenis-jenis jamur ?
4. Apa itu bakteri ?
5. Bagaimana sifat hidup bakteri ?
6. Apa saja ordo-ordo pada bakteri ?

C. Tujuan
1. Mengetahui tentang ciri-ciri jamur
2. Mengetahui sifar hidup jamur
3. Mengetahui jenis-jenis jamur
4. Mengetahui tentang bakteri
5. Mengetahui sifat hidup bakteri
6. Mengetahui ordo-ordo pada bakteri
BAB II
PEMBAHASAN

A. Jamur
1. Ciri-Ciri Umum Jamur
 Eukariotik. Jamur merupakan suatu organisme yang lebih maju
dibandingkan dengan Monera. Hal tersebut ditunjukkan dengan
adanya membran inti sel atau dikenal dengan sebutan organisme
eukariotik.
 Uniseluler dan multiseluler. Spesies jamur sangat banyak. Jamur
ada yang tersusun dari satu sel atau dikenal dengan uni seluler.
Namun, adapula yang tersusun atas banyak sel atau yang dikenal
dengan multiseluler. Jamur yang uniseluler sering disebut berbentuk
khamir. Sedangkan, jamur yang multiseluler berbentuk kapang atau
mold atau cendawan atau mushroom.
 Tidak memiliki klorofil untuk melakukan fotosintesis. Jamur
memperoleh makanan dari makhluk hidup yang lain.
 Umumnya tak bergerak. Ada yg berbulu cambuk.
 Berbiak secara aseksual dan seksual
 Heterotrof. Pada umumnya, jamur memiliki sifat saprofit. Artinya
memperoleh makanan dari sisa organisme yang telah mati.
 Hifa. Hanya terdapat pada jamur yang bersifat multiseluler dengan
bentuk yang memanjang menyerupai benang- benang. Hifa terdiri
dari bagian yang memiliki sekat dan yang tidak memiliki sekat.
 Septa. Merupakan bagian hifa yang memiliki sekat antarsel.
 Miselium. Bagian hifa yang bercabang–cabang dan saling
berkumpul.
 Miselium vegetatif. Merupakan bagian yang memiliki fungsi untuk
menyerap zat organik makanan.
 Miselium generatif. Merupakan bagian yang memiliki fungsi untuk
alat reproduksi yang dapat menghasilkan spora. Kesepuluh, dilapisi
zat kitin. Zat kitin melapisi dinding sel jamur.
2. Sifat Hidup Jamur
 Saprofit. Jamur saprofit memperoleh zat organik dari makhluk
hidup yang telah mati. Tipe jamur ini dapat disebut dengan jamur
dekomposer.
 Parasit. Jamur parasit memperoleh zat organik dari makhluk hidup
yang masih hidup yang menjadi inangnya. Tipe jamur ini pada
umumnya dikenal dengan jamur patogen atau penyebab penyakit.
 Mutual. Jamur mutual hidup pada inangnya. Meskipun demikian,
memiliki sifat yang menguntungkan.
3. Peran Menguntungkan dan Merugikan
Jamur (fungi) memilki peran yang menguntungkan &
merugikan. Peran menguntungkannya adalah sebagi berikut :
 Berperan sangat penting dalam siklus materi terutama siklus
karbon, yang berperan bagi kelangsungan hidup seluruh
organisme.
 Sebagai dekomposer kedua kelompok tersebut dapat menguraikan
sisa-sisa tumbuhan, bangkai hewan dan bahan-bahan organic
lainnya dan hasil penguraianya dikembalikan ke tanah sehingga
dapat menyuburkan tanah.
 Selain itu, fungi saprofit bersama dengan protozoa dan bakteri
saprofit merupakan organisme yang dapat menguraikan sampah.
 Berperan dalam industri fermentasi tersebut adalah fungi,
terutama dari kelompok ragi. Contoh hasil fermentasi adalah:
bir,roti,asam sitrat atau 2-hidroksipropan serta asam
trikasboksilat.
 Berperan dalam industri antibiotik, antibiotik ini dihasilkan oleh
fungi Penicllium notatum.
 Dapat sebagai bahan baku  sumber makanan baru yaitu protein sel
tunggal (PST).
 Sumber makanan bagi manusia, contoh: Agaricus campestris,
Volvariella volvaceae, Lentinus edodes, Pleurotes, Tuber
melanosporum, Boletus spp, Cantharellus cibaricus dan lain-lain.

Selain memiliki peran yang menguntungkan, jamur (fungi)


juga memiliki peran yang merugikan, berikut diantaranya :
 Dapat menurunkan kualitas maupun kuantitas makanan maupun
bahan-bahan lain yang penting bagi manusia.
 Fungi dapat juga menyerang bahan-bahan lain yang bernilai
ekonomi seperti kulit, kayu,  tekstil dan bahan-bahan baku
pabrik lainnya.
 Fungi juga dapat berperan sebagai agen penyebab penyakit.
Fungi pada umumnya lebih sering menyebabkan penyakit pada
tumbuhan dibanding pada hewan atau  manusia.
Fungi dapat menghasilkan racun,  racun yang dihasilkan
beberapa fungi seperti seperti Amanita phalloides, A.muscaria
maupun Aspergillus flavus (menghasilkan aflatoksin) yang
sangat berbahaya bagi manusia karena dapat menyebabkan
penyakit kronis seperti kanker dan bahkan kematian.
4. Jenis-Jenis Jamur
a. Kelas Ascomycetes
Ascomycota adalah kelompok jamur yang terbesar, ada yang
hidup saprofit dan ada juga yang parasit. Ciri-ciri umum Ascomycot
a adalah sebagai berikut:
1. Tubuh ada yang uniselluler dan ada yang multiselluler.
2. Memiliki hifa yang bersekat-sekat dan berinti banyak.
3. Hidupnya ada yang parasit, saprofit, dan ada yang bersimbiosis de
ngan Lichenes.
Hifa Ascomycota umumnya tegak tegak pada miselium yang ada
dipermukaan substrat yang disebut hifa fertil, karena berperan untuk
reproduksi. Hifa fertil dapat berupa sporangiofor atau konidiofor
atau korpus dengan tujuan agar penyebaran sel reproduksi yang
dibawanya berlangsung lebih mudah. Hifa-hifa yang sudah terjalin
menjadi suatu jaringan miselium yang makin lama makin tebal akan
membentuk suatu koloniyang dapat dilihat secara kasat mata
(Gandjar, 2006).
Hifa yang berseptum dan memiliki satu inti disebut hifa
monositik, sedangkan hifa yang tidak berseptum sehingga memiliki
banyak inti disebut hifa senositik. Fungi yang hifanya tidak
berseptum baru membuat septum apabila fungi tersebut akan
membentuk suatu struktur yang akan dilepas dari tubuh utama atau
apabila fungi terpaksa membuat struktur tertentu untuk melindungi
dirinya terhadap keadaan yang kurang menguntungkan, misalnya
dengan membentuk klamidospora (Gandjar, 2006).
Dinding sel Ascomycota memberikan bentuk kepada sel dan
melindungi isi sel dari lingkungan. Meskipun kokoh, dinding sel
tetap bersifat permiabel untuk nutrien-nutrien yang dibutuhkan bagi
kehidupan fungi. Komponen penting dinding sel sebagian besar
adalah kitin (Gandjar, 2006).
Septum adalah suatu sekat yang membagi hifa menjadi
kompartemen. Meskipun demikian protoplasma sel masih saling
berhubungan karena septum tersebut memiliki lubang-lubang.
Septum pada Ascomycota mengalai suatu pembengkakan
disekeliling pori septum membentuk seperti cincin besar. Ukuran
pori septa berkisar 50-500nm yang berfungsi sebagai transfer
sitoplasma dan nutrisi antar septa, sehingga mempercepat
pertumbuhan hifa muda. Beberapa jenis Ascomycota mempunyai
Woronin body yang tersusun atas protein, berfungsi menutup pori
dan menjaga sitoplasma apabila terdapat jaringan yang rusak.
1. Anatomi Ascomycota:
a. Jamur Ascomycota “jamur kantung” ada yang uniseluler dan m
ultiseluler.
b. Ada yang bersifat parasit dan ada juga yang bersifat saprofit.
c. Hifa bersekat.
d. Berkembangbiak secara seksual dengan membentuk spora yan
g dihasilkan dalam suatu kantung (askus) yang disebut askospo
ra
e. Berkembangbiak secara aseksual dengan membentuk konidios
pora, yaitu spora yang dihasilkan secara berantai pada ujung su
atu hifa.
f. Didalam askus terdapat 8 buah spora karena 2 inti diploid mela
kukan pembelahan meiosis menghasilkan 4 inti haploid. setiap
haploid akan membelah secara mitosis sehingga setiap askus te
rdiri dari 8.
2. Klasifikasi dan Taksonomi Ascomycota:
Menurut Largent (1977), salah satu cara untuk mengetahui
genus atau jenis jamur mikroskopis yaitu dengan mengamati
karakter-karakter utama yang dimilikinya. Karakter utama yang
dimiliki jamur adalah makromorfologi dan mikromorfologi.
Karakter mikromorfologi meliputi bentuk hifa, ukuran hifa,
bentuk spora, ukuran spora, warna spora, bentuk sistidum dan
ukuran sistidum.
3. Reproduksi Ascomycetes:
a. Perkembangbiakan secara vegetatif (aseksual)
Perkembangbiakan secara vegetatif (aseksual) dengan
membelah diri, membentuk tunas, fragmentasi, dan
membentuk konidia. Pada Ascomycetes multiseluler
berlangsung dengan membentuk Konida atau Konidiospora
yang merupakan spora vegetatif. Konidia terbentuk pada ujung
hifa yang tegak, bersekat dan berjumlah empat butir. Pada
Ascomycetes uniseluler berlangsung dengan cara membentuk
tunas (blastospora). Pada waktu masih muda, tunas menempel
pada sel induk dan setelah dewasa, tunas melepaskan diri dari
sel induk.
b. Perkembangbiakan secara generatif (seksual)
Perkembangbiakan secara generatif (seksual), pada
Ascomycetes uniseluler (misalnya Saccharomyces)
berlangsung dengan cara Konjugasi dan menghasilkan zigot
diploid (2n). Zigot kemudian tumbuh menjadi askus
(berbentuk kantong panjang berisi askospora). Di dalam askus
terjadi pembelahan meiosis yang menghasilkan empat sel
askospora haploid (n) yang merupakan spora generatif. Pada
Ascomycetes multiseluler, konidiospora/askospora tumbuh
menjadi benang hifa.
Contoh Ascomycetes:
4. Erysiphe cichroracearum dan Sphaerotheca fulligena Erysiphe
cichoracearum adalah patogen tanaman yang menyebabkan
penyakit embun tepung cucurbits, termasuk melon, mentimun,
labu, dan labu. Gejala utamanya adalah bintik-bintik putih seperti
bubuk pada daun dan batang. Sphaerotheca fuliginea
menyebabkan embun tepung yang mirip cucurbits.
5. Monilinia fructigena adalah patogen tanaman yang menyebabkan
busuk buah dan cabang, Menyerang tanaman buah-buahan. Busuk
buah apel, pir, prem, persik, dan ceri.
b. Kelas Zygomycetes
Jenis cendawan Absidia, Pilobolus, Phycomyces, Mucor,
Phycomyces termasuk kedalam kelompok Zygomycetes yang
disebut sebagai “jamur rendah”, jamur ini memiliki ciri hifa tidak
bersekat (coneocytic), dan berkembang biak secara aseksual dengan
zigospora dan sebagian besar kelompok anggotanya adalah saprofit.
(Tortora et al, 2001).
Zygomycetes merupakan salah satu kelas dalam mushroom
yang memiliki hifa tidak bersekat dan juga memliki banyak inti yang
biasanya disebut hifa senofilik. Sebagian besar pada kelas ini bersifat
saprofit dan berkembang biak secara aseksual dengan spora serta
secara seksual dengan Zigospora. Ketika sporangium pecah dan
sporangiospora menyebar serta jika terjatuh kedalam media yang
cocok, maka akan tumbuh menjadi undividu baru. Hifa senositik
akan berkonjugasi dengan hifa lain dan membentuk Zigospora
(Moore-Landecker, 1982).
1) Phytopthora infestans
Pada Phytophthora infestans memiliki ciri-ciri yaitu
miselliumnya yang tidak bersekat–sekat. Warna misellium
putih, jika tua mungkin agak coklat kekuning–kuningan;
kebanyakan sporangium berwarna kehitam – hitaman.
Hifanya berkembang sempurna. Phytopthora memiliki
sporangium yang berbentuk bulat telur. Phytophthora
infestans memproduksi spora aseksual yang disebut
sporangia (Istiarini, 2009).
Sedangkan gambar morfologi jamur Phytophthora infestans
dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Menurut Anaf (2009), klasifikasi cendawan Phytopthora


infestans adalah sebagai berikut:
Kingdom : Stramenopiles
Divisio : Eumycota
Kelas : Oomycetes
Ordo : Peronosporales
Famili : Phytiaceae
Genus : Phytopthora
Species : Phytopthora infestans
Gelaja awalnya tampak berupa bercak-bercak hijau kelabu
pada permukaan bawah daun, kemudian berubah menjadi coklat
tua. Semula serangannya hanya terjadi pada daun-daun bawah,
lambat laun merambat ke atas dan menjarah daun- daun yang
lebih muda. Bila udara kering, jaringan yang sakit menjadi
mengkerut, melengkung, dan memutar. Jika udara lembab,
akibatnya akan semakin parah, jaringan daun akan segera
membusuk dan tanaman mati (Trubus, 2004).
Hal ini dapat dilihat pada gambar tentang daun kentang
yang terinfeksi Phytophthora infestans.

Daun yang terserang penyakit Phytophthora infestans


memiliki ciri-ciri bercak nekrotik pada tepi dan ujungnya. Jika
suhu tidak terlalu rendah dan kelembaban cukup tinggi,
bercak-bercak tadi akan meluas dengan cepat dan mematikan
seluruh daun. Bahkan kalau cuaca sedemikian berlangsung
lama, seluruh bagian tanaman di atas akan mati. Dalam cuaca
yang kering jumlah bercak terbatas, segera mengering dan
tidak meluas. Umumnya gejala baru tampak bila tanaman
berumur lebih dari satu bulan, meskipun kadang-kadang sudah
terlihat pada tanaman yang berumur 3 minggu (Anaf, 2009).
Gejala penyakit yang disebabkan oleh jamur
Phytophthora infestans cepat sekali menjalar ke seluruh areal
kentang dan membuat tanaman tersebut mati terlebih lagi bila
musim hujan tiba. Percikan air akan mengantar spora jamur
Phytophthora infestans untuk menyebar pada umbi kentang,
sehingga menyebabkan umbi kentang terinfeksi jamur
Phytophthora infestans dan kulit umbi menjadi melekuk dan
agak berair. Bila umbi dibelah, daging umbi berwarna cokelat
dan busuk (Trubus, 2004).
Gejala penyakit pada kentang yang disebabkan oleh
jamur Phytopthora infestans dapat dilihan pada gambar
berikut:

Sedangkan menurut pendapat Anaf (2009), jamur ini


dapat menyerang umbi jika keadaan baik bagi pertumbuhannya
pada umbi terjadi bercak yang agak mengendap, berwarna
cokelat atau hitam ungu, yang masuk sampai 3-6 mm ke dalam
umbi. Bagian yang terserang ini tidak menjadi lunak. Bagian
yang busuk kering tadi dapat terbatas sebagai bercak-bercak
kecil, tetapi juga dapat meliputi suatu bagian yang luas pada
satu umbi. Gejala ini dapat tampak pada waktu umbi digali,
tetapi sering tampak jelas setelah umbi disimpan.
Pada umumnya, Phytophthora infestans ini
berkembangbiak secara aseksual. Cara ini dilakukan tanpa
penggabungan sel kelamin betina dan sel kelamin jantan, tetapi
dengan pembentukan spora yaitu zoospora yang terdiri dari masa
protoplasma yang mempunyai bulu – bulu halus yang bisa
bergetar dan disebut cilia, tetapi dapat juga berkembangbiak
secara seksual dengan oospora, yaitu penggabugan dari gamet
betina besar dan pasif dengan gamet jantan kecil tapi aktif
(Istiarini, 2009).
Gambar Dibawah ini merupakan daur hidup dari jamur
Phytophthora infestans pada tanaman kentang adalah sebagai
berikut

Daur hidup dimulai saat sporangium terbawa oleh angin.


Jika jatuh pada setetes air pada tanaman yang rentan, sporangium
akan mengeluarkan spora kembara (zoospora), yang seterusnya
membentuk pembuluh kecambah yang mengadakan infeksi. Ini
terjadi ketika berada dalam kondisi basah dan dingin yang
disebut dengan perkecambahan tidak langsung. Spora ini akan
berenang sampai menemukan tempat inangnya. Ketika keadaan
lebih panas, P. infestan akan menginfeksi tanaman dengan
perkecambahan langsung, yaitu germ tube yang terbentuk dari
sporangium akan menembus jaringan inang yang akan
membiarkan parasit tersebut untuk memperoleh nutrient dari
tubuh inangnya. (Istiarini, 2009).
2) Penyakit busuk lunak (soft rot) pada pepaya
Penyakit busuk lunak menyerang umbi-umbian, buah-
buahan, dan sayuran pada tanaman, baik di lapangan maupun
di penyimpanan. Berbagai tanaman inang yang dapat terserang
antara lain: Allium, Ananas, Brassica, Cucumis, Cucurbita,
Fragaria, Lycopersicon, Phaseolus, Pisum, Solanum, dan lain
sebagainya. Namun dalam uraian ini hanya dibahas yang
menyerang pepaya sebagai contoh, dan biasanya merupakan
penyakit pascapanen, yakni menyerang di penyimpanan atau
saat transportasi, dan jarang di lapangan. Penyakit terjadi
disebabkan adanya kelembaban yang tinggi dalam kotak
penyimpanan dan terjadinya luka akibat gesekan atau
transportasi.
Gejala awal yang nampak dari serangan penyakit busuk
lunak pada buah adalah berupa busuk basah dan lunak bila
disentuh yang kemudian menyebabkan daging buahnya
hancur. Daging buah akan terlihat diselimuti massa miselium
jamur berupa rambut keluar yang ujungnya terlihat bintik
bintik warna hitam yang merupakan massa sporangium hitam.
Setelah itu bagian yang busuk akan dikolonisasi khamir dan
bakteri dan mengeluarkan bauh masam. Gejala penyakit pada
buah pepaya diperlihatkan pada gambar
Penyakit busuk lunak umumnya disebabkan oleh jamur
Rhizopus stolonifer (syn.: Rhizopus nigricans Ehrenb.), namun
R. arrhizus A. Fischer (syn. R. oryzae Went & Geerlings) telah
pula dilaporkan menjadi penyebab penyakit di Pakistan dan
India. Kedua jenis jamur tersebut punya kemampuan tumbuh
yang cepat, membentuk koloni menyerupai kapas berwarna
putih pada awalnya yang kemudian menjadi warna gelap
kelabu kehitaman tergantung dari jumlah sporulasinya. Hifa
mengeluarkan enzym pectinolytic yang berfungsi untuk
menghancurkan lamella tengah (middle lamellae) dari jaringan
yang diinfeksi dan menyebabkan busuk lunak kebasahan.
Jamur kurang mempunyai enzym cutinase sehingga untuk
masuk jaringan hanya melalui luka. Kedua jamur tersebut
sangat umum didapatkan di dalam tanah, kompos, dan bahan
tanaman busuk lainnya. Spores Rhizopus berifat tular udara
(airborne) dan dapat ditemukan di kebun dan tempat
pengepakan buah dan sayuran.
Jamur patogen ini apabila ditumbuhkan pada medium
PDA akan terlihat berupa massa koloni yang berwarna putih
keabu-abuan dan menyebar ke seluruh arah. Dari pengamatan
mikroskopis terlihat adanya hifa, sporangiofor, sporangium.
Hifa berwarna hialin dan berukuran 140-518 x 28 - 42 μm
yang daripadanya akan terbentuk rhizoid tebal menempel pada
permukaan substrat dan menjadi ciri khas dari jamur ini. Di
atas rhizoid akan terbentuk sporangiofora berukuran 770 -
2380 x 17 - 28 μm yang berujung dengan columella berukuran
42 - 56 x 28 - 56 μm dan padanya terbentuk sporangium
berukuran 84 -105 x 77 x 105 μm
Terjadinya serangan di lapangan diduga karena adanya
luka-luka yang disebabkan oleh alat-alat pertanian maupun
serangga. Jamur Rhizopus sebenarnya merupakan saprofit di
alam yang dapat menjadi parasit lunak.
Serangan di penyimpanan dimungkinkan akibat adanya
kelembaban yang tinggi sehingga memacu perkembangan
patogen untuk tumbuh yang terbawa dari lapangan. Apabila
pertukaran udara kurang baik dapat pula membantu terjadinya
serangan. Suhu minimum untuk pertumbuhan jamur sekitar
6°C, optimal 23-26°C, dan maksimal 33°C. Kelembaban relatif
untuk tumbuh baik dan mengadakan infeksi berkisar sekitar
75-85 persen.
Reproduksi seksual terjadi apabila terjadi kontak antara
dua strain jantan (+) dan betina (-) yang berhadapan kemudian
mengeluarkan hormon untuk membentuk progametangium;
disini akan terjadi migrasi inti sel kemudian terbentuklah septa
yang akan memisahkan dengan strain induknya.
Sel terminalnya tidak sama disebut iso gametangium
sehingga mirip dengan pendukung bagi progametangium.
Penyatuan gametangium akan segera terjadi diikuti dengan
plasmogami dan karyogami, maka terbentuklah zygote.
Kemudian dindingnya menebal berwarna gelap maka disebut
sebagai zygospora
Hal yang penting untuk dilakukan dalam pengendalian
adalah sanitasi di tempat pengepakan. Buah busukhendaknya
dibuang dan dihancurkan.
Terjadinya pelukaan buah waktu panen hendaknya
diminimalkan demikian pula pada saat transportasi ke
konsumen. Perlakuan panas (heat treatment) untuk karantina
nampaknya cukup efektif dalam membunuh miselium
Rhizopus namun tidak mampu membnuhu semua spora.
Fungisida dapat digunakan untuk pengendalian
preventive di lapangan dalam rangka mengurangi inokulum.
Secara tak langsung fungisida dapat mengurangi luka akibat
jamur lain yang dengan itu biasanya digunakan sebagai jalan
masuknya Rhizopus pada buah (pepaya).

c. Kelas Basidiomycetes
Ada dua golongan cendawan yang termasuk golongan
Basidiomycetes yaitu golongan yang menguntung dan golongan
merugikan. Rhizophus oryzae (jamur tempe) adalah golongan yang
menguntungkan, selanjutnya ada jamur Saccharromyces cerevisiae
yakni jamur yang mengubah pati menjadi gula lalu mengubahnya
lagi menjadi alkohol dan juga jamur Vulavria volvaceae (jamur
merang). Sedangkan golongan yang merugikan misalnya
Phytophthora infestans, Helminthosporium oryzae,
Diplodianatalensis dan masih banyak lagi. Adapun jenis penyakit
yang disebabkan oleh golongan Basiodiomycetes adalah sebagai
berikut :
1) Penyakit Karat
 Taksonomi
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Pucciniomycetes
Ordo : Pucciniales
Genus : Hemileia
Spesies : Hemileia vasatrix
 Cendawan Penyebab : Penyakit karat atau cendawan karat
disebabkan oleh Hemileia vastatrix. Cendawan karat ini
obligat parasit yang tanaman kopi dan jenis paku-pakuan.
 Morfologi Jamur Hemileia vastatrix
Hemileia vastratrix termasuk dalam filum
Basidomycetes. Basidimycotina mempunyai bentuk
uniseluler dan multiseluler serta dapat bereproduksi secara
generatif dan vegetatif. Cara perkembangbiakan generatif
dengan menggunakan spora seksual, yaitu basidiospora
atau sporofida. Cendawan ini memiliki spora dengan inti
haploid sederhana. Spora berkecambah menjadi hifa, yang
mengandung inti haploid. Hifa dapat menghasilkan spora
haploid lagi atau bersatu dengan hifa lain membentuk
jalinan hifa yang kompleks. Zigot dihasilkan dari dua hifa
yang intinya bersatu. Zigot membelah secara meiosis.
Dalam perkembangbiakannya, spermatia (sel sperma)
membuahi hifa khusus penerima (reseptif) pada
spermogonia dan menghasilkan urediospora. Urediospora
hialin, semula bulat tetapi segera memanjang dan
bentuknya mirip juring buah jeruk. Urediospora yang
matang isinya berwarna jingga, sedang dindingnya tetap
tidak berwarna. Sisi luar yang cembung mempunyai duri –
duri, sedang sisi lainnya tetap halus (hemi leios = setengah
licin). Uredospora berukuran 26 – 40 x 20 – 30 µm.
Urediospora berkecambah dengan membentuk basidium,
yang akhirnya menghasilkan basidiospora.
 Daur Hidup : Daur hidup Hemileia dimulai dengan
perkecambahan uredospora melalui pori-pori
benih di spora . Hemileia vastratrix terutama menyerang
daun dan jarang ditemukan pada batang dan buah
muda. Appressoria diproduksi, yang pada gilirannya
menghasilkan vesikel, dari mana masuk ke dalam rongga
substomatal diperoleh. Dalam 24-48 jam, infeksi
selesai. Setelah infeksi berhasil, bilah daun dijajah dan
sporulasi akan terjadi melalui stomata. Satu lesi
menghasilkan 4-6 tanaman spora selama periode 3-5 bulan
melepaskan 300-400.000 spora.
 Gejala Serangan : Cendawan ini umumnya menyerang
tanaman kopi. Disebut penyakit karat karena spora dari
cendawan ini berwarna merah seperti besi yang berkarat.
Warna daun yang diserang menjadi merah karat.
Menimbulkan bercak-bercak dibagian bawah daun yang
mulanya berwarna kuning muda, kemudian berubah
menjadi kuning orange. Bercak ini ukuran besarnya
berubah-ubah. Seluruh permukaan daun tertutupi oleh
bercak-bercak ini. Jika dilihat dari atas, daun tampak
seperti bercak minyak. Lama-kelamaan daun akan gugur
sebelum waktunya, bahkan ranting dan cabang akan kering
dan mati.
 Tindakan Pengendalian : pada area pertanaman sebaiknya
pemberian pohon pelindung yang cukup dan pemangkasan
pada musim kemarau tidak terlalu banyak, walaupun
mungkin buah menjadi sedikit tetapi tanaman dapat tahan
terhadap penyakit. Menanam jenis yang resisten. Apabila
tanaman telah terserang sebaiknya dibongkar dan dibakar
guna mencegah menular ketanaman yang lain. Disemprot
fungisida bila perlu.
2) Cendawan Hitam Pada Jagung
 Taksonomi
Kingdom : Fungi
Subkingdom : Dikarya
Filum : Basidiomycota
Subfilum : Ustilaginomycotina
Kelas : Ustilaginomycetes
Ordo : Ustilaginales
Genus : Ustilago
Spesies : Ustilago maydis
 Cendawan Penyebab : Ustilago maydis
 Morfologi Jamur Ustilago maydis
Ustilago maydis adalah cendawan penyebab penyakit
gosong bengkak pada tanaman jagung (Zea mays L.).
Cendawan ini merupakan dimorfik, artinya dalam siklus
hidupnya dapat terjadi dua bentuk, yaitu membentuk sel
khamir dan membentuk misellium. Ustilago
maydis tumbuh dalam bentuk sel khamir haploid selama
fase saprofit, namun berubah menjadi miselium bersel
haploid pada fase menginvasi atau menginfeksi inang.
 Daur hidup : Jamur dapat bertahan sebagai safrofit dan
dalam bentuk teleospora pada sisa-sisa tanaman sakit, pada
pupuk organik atau dalam tanah. Spora tersebut
mempunyai ketahanan yang sangat tinggi sehingga dapat
bertahan bertahun-tahun. Pada keadaan yang cocok
teliospora berkecambah, membentuk sporodium yang
dipencarkan oleh angin atau air. Jamur dapat
mengandalkan infeksi dengan langsung melalui epidermis
atau melalui mulut kulit, pada semua jaringan moristem
yang terdapat pada bagian-bagian tanaman diatas tanah. 
 Gejala Serangan : Cendawan ini biasanya membentuk
spora berwarna hitam dalam basidia yang berbentuk gada.
Cendawan ini menyerang tanaman padi dan jagung. Bagian
yang diserang pada jagung adalah pada bagian tongkolnya.
Tongkol yang diserang keliahatan membengkak. Mula-
mula cendawan berwarna keputihan sebab masih tertutup
membran, lalu berubah warna menjadi ungu muda
kemudian hitam. Penyakit ini belum mendatangkan
kerugian yang cukup besar di Indonesia, akan tetapi di
Amerika Serikat sangat menurunkan produksi.
 Tindakan Pengendalian : sebelum biji sebaiknya
didisinfeksi dulu misalnya dengan larutan sublinat.
Menanam hendaknya memilih varietas yang resisten. Jarak
tanaman jagung jangan terlalu rapat. Tanaman jagung yang
terlalu subur biasanya rentan terserang penyakit ini karena
memiliki kelembaban yang tinggi. Tanaman yang sakit
segera dibakar dan jangan diberikan kepada ternak dan
jangan digunakan dalam pembuatan kompos. Penerapan
rotasi tanaman atau tidak menanam dengan satu jenis
tanaman secara terus menerus pada satu tempat sangat
berpengaruh.
3) Jamur Upas
 Taksonomi
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Stereales
Famili : Corticiaceae
Genus : Upasia
Spesies : Upasia salmonicolor
 Cendawan Penyebab : Corticium salmonicolor
 Morfologi dan Daur Hidup Corticium salmonicolor
Morfologi pertumbuhan patogen pada tanaman
mengalami 4 stadia, yakni stadium membenang, stadium
membintil, stadium kortisium, dan stadium nekator.
Stadium membenang merupakan perkembangan awal
patogen yakni pada permukaan ranting atau cabang
tanaman terlihat benang-benang halus. Perkembangan
selanjutnya pada permukaan ranting atau cabang tanaman
terlihat adanya bintil-bintil putih. Lapisan miselium yang
tipis berwarna merah jambu merupakan ciri stadium
kortisium. Perkembangan selanjutnya adalah stadium
nekator, yaitu terbentuk bintil merah pada kayu yang
umumnya telah mati karena serangan cendawan ini. Bintil-
bintil tersebut merupakan tubuh buah cendawan.
Kelembaban dan kurangnya cahaya yang mengenai bagian
tanaman mendorong perkembangan cendawan ini.
 Gejala Serangan : Jamur upas sering disebut juga penyakit
merah jambu atau penyakit merah muda. Cendawan ini
menyerang tanaman jeruk, karet, mangga, kopi dan coklat.
Serangan cendawan ini umumnya terjadi pada musim
hujan dan pada kondisi udara yang lembab. Penyakit ini
bisa juga disebabkan kekurangan sinar matahari atau
kondisi pertanaman yang rimbun. Cendawan menyerang
pada ranting, batang atau cabang. Gejala yang nampak
seperti terdapat miselium yang seperti sarang laba-laba
yang mengkilap dan berubah menjadi warna merah jambu.
Jika tanaman sudah terserang daunnya akan berwarna
cokelat, layu, rontok dan lama kelamaan akan mati.
 Tindakan Pengendalian : Jika tingkat infeksi masih ringan
tempat serangan cendawan digosok sampai hilang dengan
memastikan kotoran bekas cendawan tidak mengenai
bagian tanaman yang sehat. Bagian luka yang digosok tadi
diolesi dengan fungsida seperti meni, cat atau ter
carbolineum. Apabila serangan sudah sangat parah bagian
yang masih sehat jauh dari batas bagian yang sakit dan
sehat. Tujuannya agar spora tidak berhamburan. Sebelum
dilakukan pemotongan bagian yang sakit terlebih dahulu
diolesi dengan fungisida, demikian juga dengan bekas
potong, sementara cabang yang sakit yang telah dipotong
harus segera dibakar habis. Jika tanaman terlalu lembab
dilakukan pemangkasan pqda tanaman pokok dan
pelindung. Tanaman pelindung juga baiknya diperiksa
tujuannya agar tidak terserang jamur upas.
d. Kelas Deuteromycetes
Jamur ini disebut jamur tidak sempurna (fungi imperfecti) karena
perkembangbiakkan generatifnya belum diketahui. Contoh klasik
ialah Monilia sitophila, jamur ini masuk Deuteromycotina. Tetapi
setelah ditemukan alat pembiakan generetif oleh Dodge (1927) dan
Dwijosoeputro (1961), jamur ini dikelompokkan ke dalam
Ascomycotina dan namanya diganti menjadi Neurospora sitophila.
Ciri-cirinya:
 Tubuh terdiri dari hifa bersekat
 Dinding sel tersusun atas zat kitin
 Hidup parasit atau saprofit
 Reproduksi aseksual dengan konidium (jamak: konidia),
sedangkan reproduksi seksual belum diketahui sehingga jamur ini
disebut jamur tidak sempurna (fungi imperfect)
Contoh jamur dari kelas deuteromycota yang dapat
mengakibatkan penyakit pada tanaman adalah :
 Oidium heveae

Penyakit gugur daun Oidium merupakan penyakit


utama pada tanaman karet, penyakit ini disebut juga penyakit
embun tepung, menyebabkan kerugian di perkebunan karet
baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman
telah menghasilkan (TM). Selain tanaman belum dan telah
menghasilkan, jamur ini juga menyerang tanaman di
persemaian, pembibitan, dan kebun entres. Serangan berat
terjadi bila keadaan cuaca kering diselang-selingi oleh hujan
yang singkat di malam hari atau kabut  dipagi hari pada waktu
tanaman membentuk daun muda (awal musim hujan). Patogen
penyebab penyakit ini adalah  jamur Oidium heveae.
Patogen  O. heveae terutama menyerang daun-daun
muda yang berwarna coklat. Daun yang terserang terlihat
berwarna hitam, lemas mengeriput, dan berlendir. Di bawah
permukaan daun terdapat bercak putih seperti tepung halus
yang terdiri dari atas benang hifa dan  spora jamur. Massa
tepung jamur tersebut dapat juga menutupi permukaan atas
daun. Pada serangan lanjut bagian ujung daun mati, daun
melengkung dan akhirnya  gugur sehingga  tinggal tangkainya
saja dan tangkai ini akhirnya  gugur juga. Di permukaan tanah
dari tanaman yang terserang banyak dijumpai helaian daun
yang jatuh.
Pada daun yang lebih tua, gejala serangan ditandai
adanya bercak kekuningan atau coklat, kemudian berkembang
membentuk  bintik-bintik nekrotik yang dapat mengurangi
efisiensi fotosintesis. Pada daun tua ini juga terdapat tepung
halus berwarna putih dipermukaan, namun daun-daun tersebut
tidak banyak yang gugur hanya beberapa saja. Embun tepung
termasuk penyakit yang merugikan karena mengakibatkan
daun-daun yang masih muda berguguran, akibatnya
pertumbuhan tanaman terhambat dan produktifitas menurun,
sehingga produksi latek juga menurun.  Selain itu jamur ini
dapat juga menyerang bunga, sehingga produksi biji sedikit.
Penyakit ini mengakibatkan gugurnya daun muda yang
baru terbentuk sesudah masa gugur daun alami. Akibatnya
pertumbuhan tanaman terhambat, produksi lateks menurun dan
biji yang dihasilkan sedikit. Kebun yang sering mendapat
serangan berat   adalah kebun yang terletak pada ketinggian di
atas 200 meter dari permukaan laut.
Penyakit embun tepung disebabkan oleh jamur Oidium
heveae. Jamur ini mempunyai benang-benang hifa berwarna
putih menghasilkan spora tidak berwarna. Spora mudah
diterbangkan oleh angin atau embun, dan mudah tercuci oleh
air hujan dari permukaan daun sehingga penyakit ini hanya
timbul pada awal musim hujan. Spora jamur ini disebarkan
oleh angin dan embun.

 Fusarium oxysporium

Fusarium oxysporum merupakan patogen penyebab


penyakit layu fusarium pada tanaman tomat maupun kentang.
Jamur ini dapat bertahan lama dalam tanah dengan bentuk
klamidiospora. Jamur melakukan infeksi pada akar terutama
melalui luka-luka atau melalui luka pada akar. Penyakit layu
dapat berkembang pada suhu tanah 21-33˚C, dengan suhu
optimumnya adalah 28˚C. Seperti kebanyakan Fusarium,
penyebab penyakit ini hidup pada pH tanah yang luas
variasinya. Penyakit akan berkembang lebih berat bila tanah
mengandung banyak nitrogen tapi miskin kalium (Semangun,
1996).

Klasifikasi Jamur Fusarium oxysporum


Superkingdom: Eukaryota
Kingdom: Fungi
Filum: Ascomycota
Kelas: Sordariomycetes
Ordo: Hypocreales
Genus: Fusarium

Taksonomi dari jamur Fusarium oxysporum hanya terdiri


dari nama ilmiah dan nama lainnya atau nama spesiesnya
seperti :
 Fusarium oxysporum f. sp. sp. melongenae melongenae (nama
ilmiah),
 Fusarium oxysporum f. melongenae melongenae (nama lain).
 Fusarium oxysporum f. sp. Vanila (nama ilmiah),
 Vanilla root rot (nama lain).
Morfologi Jamur Fusarium oxysporum
Jamur Fusarium oxysporum memiliki struktur yang terdiri dari
mikronidia dan makronidia. Permukaan koloninya berwarna ungu
dan tepinya bergerigi serta memiliki permukaan yang kasar
berserabut dan bergelombang. Di alam, jamur ini membentuk
konidium. Konidiofor bercabang-cabang dan makrokonidium
berbentuk sabit, bertangkai kecil dan seringkali berpasangan.
Miselium terutama terdapat di dalam sel khusus di dalam
pembuluh, juga membentuk miselium yang terdapat diantara sel-
sel, yaitu di dalam kulit dan di jaringan parenkim didekat
terjadinya infeksi. Fusarium oxysporum adalah fungi aseksual
yang menghasilkan 3 spora yaitu :
1.      Makrokonidia
Makrokonidia berbentuk panjang melengkung, dikedua ujung
sempit seperti bulan sabit,terdiri dari 3-5 sel dan biasanya di
temukan di permukaan.
2.      Mikrokonidia
Mikrokonidia adalah spora dengan 1 atau 2 sel yang dihasilkan
Fusarium pada semua kondisi dan dapat menginfeksi tanaman.
Mikrokonidia memiliki bentuk yang bulat sampai oval, uniseluler
dan tidak berwarna.
3.      Klamidiospora
Klamidiospora adalah spora dengan sel selain diatas, dan pada
waktu dorman dapat menginfeksi tanaman, sporanya dapat
tumbuh di air
Ciri Tanaman Terserang Jamur Fusarium oxysporum
Gejala awal yang terlihat akibat serangan pathogen ini yaitu
memucatnya tulang-tulang daun terutama daun-daun atas
kemudian diikuti dengan menggulungnya daun yang lebih tua
selanjutnya tangkai daun akan merunduk dan akhirnya tanaman
menjadi layu secara keseluruhan. Jika tanaman sakit dipotong
maka dekat pangkal batang akan terlihat suatu cincin dari berkas
pembuluh (Semangun, 1996).
Jamur ini menyerang pada setiap tingkat umur. Menginfeksi
tanaman melalui luka-luka yang terjadi pada akar, kemudian
berkembang di berkas pembuluh sehingga terganggunya
pengangkutan air dan zat-zat hara (Cahyono, 1998 dalam Henuk
2008).

B. Bakteri
1. Sifat Hidup Bakteri
A. Morfologi Bakteri
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk tubuh atau
bentuk fisik. Sedangkan morfologi bakteri adalah ilmu yang
mempelajari tentang bagian-bagian bakteri atau bentuk tubuhnya.
Berdasarkan bentuknya, bakteri dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
1. Kokus (Coccus) adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti
bola dan mempunyai beberapa variasi sebagai berikut:
a. Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
b. Diplococcus, jka berganda dua-dua
c. Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk
bujur sangkar
d. Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
e. Staphylococcus, jika bergerombol
f. Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai

Gambar 2. Bakteri bentuk kokus.


(http://en.wikipedia.org/wiki/Coccus)
2. Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk
batang atau silinder, dan mempunyai variasi sebagai berikut:
a. Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua.
b. Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai.
Gambar 3. Bakteri basil (http://www.botanicchoice.com/).
3. Spiral (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung
dan mempunyai variasi sebagai berikut:
a. Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah
lingkaran (bentuk koma).
b. Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran.
c. Spirochete, jika lengkung membentuk struktur yang
fleksibel.

Gambar 4. Bakteri Spiral (http://www.wisegeek.org/what-is-


spirillum.html)
Bentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan, medium, dan usia. Walaupun secara morfologi
berbeda-beda, bakteri tetap merupakan sel tunggal yang dapat
hidup mandiri bahkan saat terpisah dari koloninya.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Bakteri)
Sedangkan dari strukturnya, bakteri terdiri dari beberapa struktur,
yaitu:
1. Inti atau nukleus
Dengan pewarnaan Feulgen, inti dapat dilihat dengan mikroskop
cahaya biasa. Badan inti tidak mempunyai dinding atau membran.
Di dalamnya terdapat DNA fibril. DNA benang ini disebut
kromosom dengan panjang lebih kurang 1 mm.
2. Sitoplasma
Tidak mempunyai mitokondria / kloroplas / mikrotubulus.
Menyimpan cadangan makanan dalam bentuk granula sitoplasma
yang bekerja menjadi sumber nitrogen, sulfur, fosfat anorganik dan
granula metakromatik.
3. Membran sel :
Terdiri dari fosfolipid dan protein. Tidak mengandung sterol,
kecuali genus Mycoplasma. Terdapat mesosom, enzim – enzim dan
molekul – molekul yang berfungsi pada biosintesa DNA,
polimerase dinding sel dan lipid membran untuk fungsi biosintetik
4. Dinding sel
Terdiri dari lapisan peptidoglikan / mukopeptida. Berperan untuk
menjaga tekanan osmotik, menjaga agar sel tidak pecah, memegang
peranan dalam pembelahan sel, biosintesa sendiri untuk
membentuk dinding sel, merupakan determinan dari antigen
permukaan kuman. Pada kuman gram negatif terdapat
lipopolisakarida yang bersifat toksik.
5. Kapsul
Sintesa polimer ekstrasel. Lebih tahan terhadap efek fagositosis.
6. Flagel
Berbentuk seperti benang. Terdiri dari protein dengan diameter 12
– 30 nm. Merupakan alat pergerakan. Proteinnya disebut flagelin.
7. Pili/fimbrae
Meruakan rambut pendek dan keras. Dimiliki oleh beberapa
kuman gram negatif.
8. Endospora
Paling sering dibentuk oleh bakteri batang gram positif.
Merupakan bakteri dalam bentuk istirahat. Sangat resisten terhadap
panas, kekeringan dan zat kimiawi. Spora tersiri dari core, dinding
spora, korteks, coat dan ekspoporium.

Gambar 5. Struktur bakteri (http://www.google.com/imgres)

B. Karakteristik Bakteri
Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahluk
hidup lain yaitu:
1. Organisme uniselluler.
2. Prokariot (tidak memiliki membran inti sel).
3. Umumnya tidak memiliki klorofil.
4. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d
ratusan mikron umumnya memiliki ukuran rata-rata 1 s/d 5 mikron.
5. Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam.
6. Hidup bebas atau parasit
7. Yang hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air
panas, kawah atau gambut dinding selnya tidak mengandung
peptidoglikan.
8. Yang hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan dinding
selnya mengandung peptidoglikan.

C. Reproduksi Bakteri
Bakteri mengadakan pembiakan dengan dua cara, yaitu secara
aseksual dan seksual. Pembiakan secara aseksual dilakukan dengan
pembelahan, sedangkan pembiakan seksual dilakukan dengan cara
transformasi, transduksi , dan konjugasi. Namun, proses pembiakan
cara seksual berbeda dengan eukariota lainnya. Sebab, dalam
proses pembiakan tersebut tidak ada penyatuan inti sel
sebagaimana biasanya pada eukarion, yang terjadi hanya berupa
pertukaran materi genetika (rekombinasi genetik). Berikut ini
beberapa cara pembiakan bakteri dengan cara rekombinasi genetik
dan membelah diri.
1. Rekombinasi Genetik
Rekombinasi genetik adalah pemindahan secara langsung DNA di
anatara dua sel bakteri melalui proses berikut:
a. Transformasi
Transformasi adalah perpindahan materi genetik berupa DNA dari
sel bakteri yang satu ke sel bakteri yang lain. Pada proses
transformasi tersebut ADN bebas sel bakteri donor akan mengganti
sebagian dari sel bakteri penerima, tetapi tidak terjadi melalui
kontak langsung. Cara transformasi ini hanya terjadi pada beberapa
spesies saja, . Contohnya : Streptococcus pnemoniaeu,
Haemophillus, Bacillus, Neisseria, dan Pseudomonas. Diguga
transformasi ini merupakan cara bakteri menularkan sifatnya ke
bakteri lain. Misalnya pada bakteri Pneumococci yang
menyebabkan Pneumonia dan pada bakteri patogen yang semula
tidak kebal antibiotik dapat berubah menjadi kebal antibiotik
karena transformasi. Proses ini pertama kali ditemukan oleh
Frederick Grifith tahun 1982.

Gambar 6. Proses Transformasi (http://www.google.com/imgres).


b. Transduksi
Transduksi adalah pemindahan materi genetik bakteri ke bakteri
lain dengan perantaraan virus. Selama transduksi, kepingan ganda
ADN dipisahkan dari sel bakteri donor ke sel bakteri penerima oleh
bakteriofage (virus bakteri). Bila virus – virus baru sudah terbentuk
dan akhirnya menyebabkan lisis pada bakteri, bakteriofage yang
nonvirulen (menimbulakan respon lisogen) memindahkan ADN
dan bersatu dengan ADN inangnya, Virus dapat menyambungkan
materi genetiknya ke DNA bakteri dan membentuk profag. Ketika
terbentuk virus baru, di dalam DNA virus sering terbawa sepenggal
DNA bakteri yang diinfeksinya. Virus yang terbentuk memiliki dua
macam DNA yang dikenal dengan partikel transduksi (transducing
particle). Proses inilah yang dinamakan Transduksi. Cara ini
dikemukakan oleh Norton Zinder dan Jashua Lederberg pada tahun
1952.

Gambar 7. Proses Transduksi


(http://www.google.com/imgres).
c. Konjugasi
Konjugasi adalah bergabungnya dua bakteri (+ dan –) dengan
membentuk jembatan untuk pemindahan materi genetik. Artinya,
terjadi transfer ADN dari sel bakteri donor ke sel bakteri penerima
melalui ujung pilus. Ujung pilus akan melekat pada sel peneima
dan ADN dipindahkan melalui pilus tersebut. Kemampuan sel
donor memindahkan ADN dikontrol oleh faktor pemindahan
( transfer faktor = faktor F )

Gambar 8. Proses Konjugasi (http://www.google.com/imgres).


2. Pembelahan Biner
Pada pembelahan ini, sifat sel anak yang dihasilkan sama dengan
sifat sel induknya. Pembelahan binermirip mitosis pada sel
eukariot. Badanya, pembelahan biner pada sel bakteri tidak
melibatkan serabut spindle dan kromosom. Pembelahan Biner
dapat dibagi atas tiga fase, yaitu sebagai berikut:
a. Fase pertama, sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh
tegak lurus.
b. Fase kedua, tumbuhnya sekat akan diikuti oleh dinding
melintang.
c. Fase ketiga, terpisahnya kedua sel anak yang identik. Ada
bakteri yang segera berpisah dan terlepas sama sekali. Sebaliknya,
ada pula bakteri yang tetap bergandengan setelah pembelahan,
bakteri demikian merupakan bentuk koloni.
Gambar 9. Proses pembelahan biner
(http://www.google.com/imgres).
Pada keadaan normal bakteri dapat mengadakan pembelahan
setiap 20 menit sekali. Jika pembelahan berlangsung satu jam,
maka akan dihasilkan delapan anakan sel. Tetapi pembelahan
bakteri mempunyai faktor pembatas misalnya kekurangan
makanan, suhu tidak sesuai, hasil eksresi yang meracuni bakteri,
dan adanya organisme pemangsa bakteri. Jika hal ini tidak terjadi,
maka bumi akan dipenuhi bakteri.

D. Klasifikasi Bakteri
Klasifikasi bakteri yang dipakai di Eropa dan Amerika Serikat,
sekarang ini banyak mengunakan sistematik yang disusun oleh
Bergey. Edisi yang sekarang dari ”Bergey’s Manual of
Determinative Bacteriology” adalah edisi kesembilan tahun 1994.
Awal dari klasifikasi bakteri oleh D.H. Bergey mulai tahun 1923,
karena pada tahun tersebut terbitlah buku ”Manual of
Determinative Bacteriology”. Buku pedoman ini secara berangsur
– angsur diperbaiki, dan pada tahun 1947, buku tersebut diterbitkan
keenam kalinya dengan nama ”Bergey’s Manual of Determinative
Bacteriology”(Waluyo, 2005).
Berdasarkan bentuknya yang tetap, dindingnya yang kuat, dan
adanya kemampuan untuk hidup autotrof, maka bakteri
digolongkan pada Dunia Tumbuhan. Dunia tumbuhan pada garis
besarnya dibagi atas takson – takson, seperti divisi, klas, ordo,
famili (genus), spesies, varietas (Kata ”taxa” jamak dari ”taxon” ;
dan takson berarti satuan atau kelompok) tersebut seringkali juga
ada penyisipan sub kelompok, seperti sub divisi, sub klas, sub ordo,
sub famili, sub genus, sub spesies, dan sebagainya. Hal tersebut di
atas, bila kita mengacu pada dunia mahluk hidup dibagi menjadi 2
Dunia yaitu tumbuhan dan hewan(Waluyo,2005).
Saat ini yang dipakai sebagai acuan yaitu pada klasifikasi Bergey’s
tahun 1994 edisi ke-9. Kelompok bakteri secara garis besar
digolongkan menjadi 4 kategori besar, yakni :
1. Kategori Besar I
Eubacteria Gram negatif dengan dinding sel, yang terdiri
dari 16 Grup.

Gambar 10. Gram negatif (http://id.wikipedia.org/wiki/Gram-


negatif)
Bakteri gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan
zat warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan Gram sehingga
akan berwarna merah bila diamati dengan mikroskop. Disisi lain,
bakteri gram-positif akan berwarna ungu. Perbedaan keduanya
didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel yang berbeda dan
dapat dinyatakan oleh prosedur pewarnaan Gram. Prosedur ini
ditemukan pada tahun 1884 oleh ilmuwan Denmark bernama
Christian Gram dan merupakan prosedur penting dalam klasifikasi
bakteri.
Bakteri gram negatif (seperti E. coli) memiliki sistem membran
ganda di mana membran pasmanya diselimuti oleh membran luar
permeabel. Bakteri ini mempunyai dinding sel tebal berupa
peptidoglikan, yang terletak di antara membran dalam dan
membran luarnya.
Banyak spesies bakteri gram-negatif yang bersifat patogen, yang
berarti mereka berbahaya bagi organisme inang. Sifat patogen ini
umumnya berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding sel
gram-negatif, terutama lapisan lipopolisakarida (dikenal juga
dengan LPS atau endotoksin). (http://id.wikipedia.org/wiki/Gram-
negatif)
2. Kategori Besar II
Eubacteria Gram positif dengan dinding sel, yang terdiri
dari 6 Grup.

Gambar 11. Gram positif (http://id.wikipedia.org/wiki/Gram-


positif)
Gram-positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna
kristal violet sewaktu proses pewarnaan Gram sehingga akan
berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop. Disisi lain, bakteri
gram-negatif akan berwarna merah atau merah muda. Perbedaan
keduanya didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel yang
berbeda dan dapat dinyatakan oleh prosedur pewarnaan Gram.
Prosedur ini ditemukan pada tahun 1884 oleh ilmuwan Denmark
bernama Christian Gram dan merupakan prosedur penting dalam
klasifikasi bakteri. (http://id.wikipedia.org/wiki/Gram-positif)
Bakteri gram positif seperti Staphylococcus aureus (bakteri
patogen yang umum pada manusia) hanya mempunyai membran
plasma tunggal yang dikelilingi dinding sel tebal berupa
peptidoglikan. Sekitar 90 persen dari dinding sel tersebut tersusun
atas peptidoglikan sedangkan sisanya berupa molekul lain bernama
asam teikhoat. Di sisi lain, bakteri gram negatif (seperti E. coli)
memiliki sistem membran ganda di mana membran pasmanya
diselimuti oleh membran luar permeabel. Bakteri ini mempunyai
dinding sel tebal berupa peptidoglikan, yang terletak di antara
membran dalam dan membran luarnya.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Gram-positif).
Berrikut adalah karakteristik bakteri gram positif, yaitu;
1. Homogen dan tebal (20-80 nm) serta sebagian besar
tersusun dari peptidoglikan. Polisakarida lain dan asam teikoat
dapat ikut menyusun dinding sel.
2. Peptidoglikan (2-7 nm) di antara membran dam dan luar,
serta adanya membran luar (7-8 nm tebalnya) yang terdiri dari
lipid, protein, dan lipopolisakarida Bentuk sel.
3. Bulat, batang atau filamen
4. Bulat, oval, batang lurus atau melingkar seprti tand koma,
heliks atau filamen; beberapa mempunyai selubung atau kapsul
Reproduksi
5. Pembelahan biner
6. Pembelahan biner, kadang-kadang pertunasan Metabolisme
7. kemoorganoheterotrof
8. Fototrof, kemolitoautotrof, atau kemoorganoheterotrof
Motilitas
9. Kebanyakan nonmotil, bila motil tipe flagelanya adalah
petritrikus (petritrichous)
10. Motil atau nonmotil. Bentuk flagela dapat bervariasi-
polar,lopotrikus (lophtrichous), petritrikus (petritrichous). Anggota
tubuh (apendase)
11. Biasanya tidak memiliki apendase
12. Dapat memiliki pili, fimbriae, tangkai Endospora
13. Beberapa grup dapat membentuk endspora
14. Tidak dapat membentuk endospor
Bila diamati dengan mikroskop, bakteri gram positif akan
berwarna ungu. Bakteri gram positif seperti Staphylococcus aureus
(bakteri patogen yang umum pada manusia) hanya mempunyai
membran plasma tunggal yang dikelilingi dinding sel tebal berupa
peptidoglikan. Sekitar 90% dari dinding sel tersebut tersusun atas
peptidoglikan sedangkan sisanya berupa molekul lain bernama
asam teikhoat. (http://id.wikipedia.org/wiki/Gram-negatif)

E. Fisiologi Bakteri
Fisiologi adalah salah satu dari cabang-cabang biologi yang
mempelajari berlangsungnya sistem kehidupan
(http://id.wikipedia.org/wiki/Fisiologi). Bakteri memerlukan bahan-
bahan atau cara-cara untuk dapat bertahan hidup, antara lain :
1. Air
Bakteri memerlukan air dalam konsentrasi tinggi disekitarnya
karena diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan. Air
merupakan pengantar semua bahan gizi yang diperlukan sel dan
untuk membuang semua zat yang tak diperlukan ke luar sel.
2. Garam-garam organik
Bakteri memerlukan air dalam konsentrasi tinggi disekitarnya
karena diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan. Air
merupakan pengantar semua bahan gizi yang diperlukan sel dan
untuk membuang semua zat yang tak diperlukan ke luar sel.
3. Mineral
Diperlukan karbon, nitrogen, belerang, fosfat, aktivtor enzim
seperti Mg, Fe, K dan Ca
4. CO2
Diperlukan dalam proses sintesa dengan timbulnya asimilasi CO2
di dalam sel.
5. O2
Berdasarkan keperluan akan oksigen, Bakteri dibagi dalam 5
golongan :
a. Anaerob obligat: hidup tanpa oksigen, oksigen toksik
terhadap golongan bakteri ini.
b. Anaerob aerotoleran: tidak mati dengan adanya oksigen.
c. Anaerob fakultatif : mampu tumbuh baik dalam suasana
dengan atau tanpa oksigen.
d. Aerob obligat: tumbuh subur bila ada oksigen dalam jumlah
besar.
6. Temperatur
Bakteri mempunyai temperatur optimum yaitu dimana bakteri
tersebut tumbuh sebaik baiknya dan batas-batas temperatur dimana
pertumbuhan dapat terjadi.
a. Psikhrofilik: -5 sampai +300C dengan optimum 1- 200C.
b. Mesofilik: 10 – 450C dengan optimum 20 – 400C.
c. Termofilik: 25 – 800C dengan optimum 50 – 600C.
7. pH
pH mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Kebanyakan bakteri
patogen mempunyai pH optimum 7,2 – 7,6.
Selain itu, bakteri juga memiliki cara untuk bereproduksi untuk
melestarikan keturunannya. Caranya adalah sebagai berikut :
1. Pembelahan
Umumnya bakteri berkembangbiak secara amitosis dengan
membelah diri menjadi 3 bagian. Waktu diantara 2 pembelahan
tersebut disebut dengan generation time dan ini berlainan tiap jenis
bakteri, bervariasi antara 20 menit sampai 15 jam.
2. Pembentukan tunas atau cabang
Bakteri membentuk tunas, tunas akan melepaskan diri dan
membentuk bakteri baru.
3. Pembentukan filament
Sel mengeluarkan rambut panjang, filament yang tidak bercabang.
Bahan kromosom kemudian dimasukkan ke dalam filament.
Filament terputus – putus menjadi beberapa bagian. Tiap bagiam
membentuk bakteri baru, dijumpai terutama pada keadaan
abnormal (http://pelajaranilmu.blogspot.com/2012/)

F. Metabolisme Bakteri
Dalam kehidupan, mahluk hidup memerlukan energi yang
diperoleh dari proses metabolisme. Metabolisme terjadi pada
semua mahluk hidup termasuk kehidupan mikroba. Pada hewan
atau tumbuhan yang berderajat tinggi enzim yang di sediakan untuk
keperluan metabolisme reatif stabil, selama terjadi perkembangan
individu memang terjadi perubahan susunan enzim, akan tetapi
pada pergantian lingkungan perubahan itu sangat kecil.
Metabolisme merupakan serentetan reaksi kimia yang terjadi dalam
sel hidup (Bibiana W. Lay, 1992 dalam Darkuni, 2001).
Bedasarkan kebutuhan karbon Bakteri dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar, yaitu bakteri autotrof (lithotropik) dan
heterotropik (organotropik). Bakteri autotropik dapat
memanfaatkan karbondioksida sebagai sumber tunggal karbon
untuk disintesa menjadi kerangka-kerangka karbon berupa bahan
organic melalui proses metabolisme. Mereka hanya membutuhkan
air, garam-garam anorganik, dan karbondioksida untuk
pertumbuhan. Sumber energinya berasal dari cahaya maupun hasil
oksidasi dari satu atau lebih bahan anorganik. Bakteri heterotrof
tidak dapat menggunakan hanya karbondioksida sebagai sumber
karbon, tetapi juga membutuhkannya dalam bentuk bahan organik
seperti glukosa. Bagi organisme heterotropik, sejumlah unsur
organik yang berperan sebagai sumber energi dapat juga digunakan
untuk mensintesa unsur organik yang dibutuhkan oleh organisme
itu sendiri. Semua bakteri yang menyebabkan penyakit pada
manusia dan juga fungi dapat termasuk dalam kelompok ini.
(http://syamsulhuda- fst09.web.unair.ac.id/).
1. Bakteri aerob
Organisme aerobik atau aerob adalah organisme yang melakukan
metabolisme dengan bantuan oksigen. Aerob, dalam proses dikenal
sebagai respirasi sel, menggunakan oksigen untuk mengoksidasi
substrat (sebagai contoh gula dan lemak) untuk memperoleh energi.
. Misal: Nitrosococcus, Nitrosomonas dan Nitrobacter
a. Aerob obligat membutuhkan oksigen untuk melakukan
respirasi sel aerobik.
b. Aerob fakultatif dapat menggunakan oksigen tetapi dapat
juga menghasilkan energi secara anaerobik.
c. Mikroaerofil adalah organisme yang bisa menggunakan
oksigen tetapi dalam konsentrasi yang sangat kecil (mikromolar).
Organisme aerotoleran dapat hidup walaupun terdapat oksigen di
sekitarnya, tetapi mereka tetap anaerobik karena mereka tidak
menggunakan oksigen sebagai terminal electron acceptor (akseptor
elektron terminal). Contoh yang dapat diberikan adalah oksidasi
glukosa (monosakarida) dalam respirasi aerobik.
C6H12O6 + 6 O2 + 38 ADP + 38 fosfat → 6 CO2 + 6 H2O + 38 ATP
Energi yang dilepaskan pada reaksi ini sebesar 2880 kJ per mol,
yang disimpan dalam regenerasi 38 ATP dari 38 ADP per glukosa.
Angka ini 19 kali lebih besar daripada yang dihasilkan reaksi
anaerobik. Organisme eukariotik (semua kecuali bakteri) hanya
memperoleh 36 ATP yang diregenerasi dari ADP dalam proses ini.
Hal ini disebabkan terdapat membran yang harus dilewati oleh
transport aktif.

2. Bakteri anaerob
Anaerob artinya “hidup tanpa udara”. Perkembangan bakteri
anaerob ini terjadi pada tempat-tempat yang sedikit atau sama
sekali tidak mengandung oksigen. Kuman-kuman ini normalnya
ditemukan di mulut, saluran pencernaan dan vagina serta pada
kulit. Umumnya penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri
anaerob adalah gas gangren, tetanus dan botulisme. Bakteri anaerob
dapat menyebabkan infeksi jika barier (sawar) normal (seperti
kulit, gusi dan dinding usus) mengalami kerusakkan akibat
pembedahan, jejas atau penyakit. Biasanya sistem kekebalan tubuh
akan membunuh bakteri yang masuk ke dalam tubuh, tetapi
kadang-kadang bakteri tersebut mampu berkembang dan
menyebabkan infeksi. Bagian tubuh yang mengalami kerusakkan
jaringan (nekrosis) atau suplai aliran darahnya sedikit merupakan
tempat-tempat yang disenangi oleh bakteri anaerob untuk tumbuh
dan berkembang karena miskin akan oksigen. Keadaan yang
kurang mengandung oksigen dapat disebabkan karena penyakit
pembuluh darah, keadaan syok, trauma/cedera dan tindakkan
pembedahan.
Bakteri anaerob dapat menyebabkan infeksi di seluruh bagian
tubuh. Misalnya:
a. Mulut, kepala dan leher. Infeksi dapat terjadi pada saluran
akar gigi, gusi, rahang, tonsil, tenggorok, sinus-sinus dan telinga.
b. Paru. Bakteri anaerob menyebabkan pneumonia, abses
paru, infeksi pada salaput pembungkus paru (empiema) dan
pelebaran bronkhus pada paru (bronkiektasis).
c. Rongga perut. Infeksi bakteri anaerob didalam perut
membentuk abses, radang selaput rongga perut (peritonitis) dan
radang usus buntu (apendisitis).
d. Saluran kelamin wanita. Bakteri anaerob menyebabkan
abses panggul, penyakit radang panggul, peradangan dinding rahim
(endometritis) serta infeksi panggul yang diikuti keguguran atau
persalinan prematur.
e. Kulit dan jaringan lunak. Bakteri anaerob sering
menyebabkan ulkus pada penderita diabetes, gangren, infeksi yang
merusak lapisan kulit sebelah dalam dan jaringan serta luka infeksi
akibat gigitan.
f. Susunan saraf pusat. Bakteri anaerob menyebabkan
pembentukkan abses pada otak dan susunan saraf pada tulang
belakang.
g. Aliran darah. Bakteri anaerob dapat ditemukan di dalam
aliran darah penderita yang sakit (keadaan ini disebut bakteremia).
Fotosintesis bakteri, Sel mikroba prokaryotik (bakteri dan
sianobakteri/cyanobacteria) memiliki tipe metabolisme fototrof
sehingga mampu berfotosintesis. Seperti tanaman tinggi,
fotosintesis memerlukan sinar matahari (foton cahaya) dan pigmen.
Pigmen fotosintesis mikoba dibagi dalam dua kelompok: 1) pigmen
pusat reaksi berupa klorofil dan 2) pigmen asesoris umumnya
berupa karotenoid.
Tipe fotosintesis bakteri dan sianobakteri dibedakan
berdasarkan jenis senyawa yang berperan sebagai donor elektron
(hidrogen) dalam mereduksi CO2 menjadi glukosa. Energi
metabolisme fotosinsetis berasal dari sinar matahari. Organisme
fototrof menggunakan glukosa yang disintesis di dalam sel
sedangkan organisme heterotrof memerlukan glukosa yang disuplai
dari substrat tempat tumbuhnya.
1. Bakteri ungu
Rhodobacter sphaeroides atau bakteri ungu adalah salah satu
bakteri yang dapat berfotosintesis. Pigmen yang berperan
menangkap cahaya untuk fotosintesis adalah bakterioklorofil yang
berada pada membran fotosintesis. Bakteri ini memiliki sistem
membran yang terbentuk akibat invaginasi membran sitoplasma.
Rhodobacter sphaeroides diisolasi pada danau dan perairan tenang
Bakteri ini dapat hidup pada kondisi aerob maupun anaerob, dapat
melakukan fotosintesis maupun fermentasi. Bakteri ini juga dapat
melakukan fiksasi nitrogen dan karbondioksida serta sintesis
tetrapiroles, klorofil, heme, dan vitamin B12
Rhodobacter sphaeroides merupakan kelompok proteobakteria
subdivisi alfa. Kelompok ini merupakan kelompok bakteri dengan
keragaman metabolisme yang paling tinggi, sehingga dapat tumbuh
pada berbagai variasi kondisi pertumbuhan. Medium pertumbuhan
yang digunakan untuk mengkulturkan bakteri ini biasanya adalah
medium minimal Sistrom's dan cairan luria (LB). Medium minimal
Sistrom's digunakan dalam setiap keperluan pertumbuhan bakteri
ini, sedangkan cairan luria untuk persiapan isolasi DNA. Pada
medium cair maupun padat, bakteri ini ditumbuhkan pada suhu 28-
30°C selama 3-4 hari.Bakteri yang memiliki koloni berwarna ungu
ini memiliki kemampuan mendetoksifikasi sejumlah logam
sehingga banyak dimanfaatkan untuk bioremediasi. Galur ini
merupakan yang pertama kali ditemukan sebagai bakteri yang
hidup bebas dengan aktivitas quorum sensing. Pada saat kondisi
oksigen rendah, bakteri ungu menginduksi diferensiasi intraseluler
sehingga terbentuk membran intrasitoplasma. Dengan demikian
terjadi fotosintesis yang merupakan konversi energi cahaya
menjadi energi kimia. Galur ini memiliki genom yang terdiri atas
dua kromosom sirkuler yaitu kromosom I yang berukuran sekitar 3
Mbp dan kromosom II yang berukuran sekitar 0.9 Mbp, serta lima
replikon lainnya. Gen fotosintetik tersusun dalam kluster gen
fotosintetik yang membentuk superoperon yang mengodekan
biosintesis bakterioklorofil, biosintesis karoten, polipeptida L, M,
dan H yang mengikat pusat reaksi, serta kompleks pemanen
cahaya.
Struktur fotosintetik bakteri ungu terdiri dari pusat reaksi,
pemanen cahaya, sitokrom bc1, dan kompleks Adenosin
trifosfatase (ATPase). Dalam membran fotosintetik,
bakterioklorofil berasosiasi dengan protein membentuk kompleks
antara 50-300 molekul. Hanya sebagian kecil yang berfungsi
mengonversi energi cahaya menjadi Adenosin trifosfat (ATP),
yaitu pusat reaksi. Pusat reaksi ini dikelilingi oleh antena klorofil
yang berfungsi memanen cahaya dan meneruskannya ke pusat
reaksi. Pusat reaksi terdiri atas tiga polipeptida subunit L,M, dan H
yang berfungsi mengikat kompleks pusat reaksi. Kompleks pusat
reaksi terdiri dari empat buah bakterioklorofil, bakteriofeofitin,
beberapa kuinon, dan karotenoid. Sintesis ATP selama aliran
elektron fotosintesis terjadi karena adanya daya dorong proton
sebagai akibat aliran elektron dan aktivitas ATPase. Aliran elektron
yang membentuk ATP ini berbentuk sirkuler, sehingga disebut
fosforilasi siklik.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Rhodobacter_sphaeroides)
2. Bakteri hijau
Cyanobacteria, dikenal pula sebagai sianobakteri , bakteri biru-
hijau, ganggang biru-hijau (Cyanophyceae), serta ganggang biru,
adalah filum (atau divisi) bakteri autotrof fotosintetik.
Cyanobakteri adalah satu-satunya kelompok organisme yang
mampu mereduksi nitrogen dan karbon dalam kondisi dengan
oksigen (aerob) maupun tanpa oksigen (anaerob). Mereka
melakukannya dengan mengoksidasi belerang (sulfur) sebagai
pengganti oksigen. Penyematan nitrogen dilakukan dalam bentuk
heterosista, sementara penyematan karbon dilakukan dalam bentuk
sel fotosintetik, menggunakan pigmen klorofil (seperti tumbuhan
hijau) maupun fikosianin (khas kelompok bakteri ini).
Chlorobiaceae, bakteri ini di sebut juga sebagai bakteri belerang
hijau. Organisme ini menggunakan beberapa senyawa yang
mengandung belerang maupun gas hidrogen sebagai reduktan
fotosintesis. Rumus khas untuk fotosintesis bakteri belerang hijau
adalah salah satu diantara yang berikut tergantung pada reduktan
yang tersedia (CH2O mewakili karbohidrat yang disintesis) CO2 +
2H2S cahaya (CH2O) + H2O + 2S3CO2 + 2S + 5H2O cahaya 3
(CH2O) 2CO2 + Na2S2O3 + 3H2O cahaya 2(CH2O) + Na2SO4 +
H2SO4 CO2 + 2H2O cahaya (CH2) + H2O Chromaticeae Bakteri ini
di sebut juga bakteri belerang ungu yang berbeda dengan bakteri
belerang hijau terutama karena bakteri ini mengandung sejumlah
pigmen karotenoid merah dan ungu dalam selnya. Bakteri ini
menggunakan reduktan fotosintesis yang sama dengan yang
digunakan bakteri belerang hijau, sehingga bakteri belerang ungu
dapat melakukan reaksi- reaksi yang sama dengan bakteri belerang
hijau (Bryant, 2005).
1. Jenis-Jenis Bakteri
e. Ordo Pseudomonales
f. Ordo Pseudomonales
Pseudomonadales merupakan bakteri yang sel-selnya
berbentuk peluru, batang yang lurus atau bengkok, spiral kadang-
kadang bergandengan membentuk rantai. Selnya sering
mengandung pigmen fotosintetik yang berwarna hijau bergerak
dengan perantara flagel yang polar. Bakteri bangsa
pseudomonadales dan sejenis bakteri lainnya, pada umumnya dapat
ditemukan dimana-mana, dalam tanah, air, sisa-sisa pembusukan
mahluk hidup, dalam tubuh mahluk hidup, bahkan pada debu yang
ada diatmosfer dapat menjadi substratnya.
Tubuh yang kecil, kemampuan berkembang biak yang cepat
dan beranekaragam, kemampuan mempertahankan diri dalam
berbagai keadaan termasuk keadaan yang tidak menguntungkan,
menyebabkan luasnya distribusi bakteri. Didarat, laut, ngarai dan
pegunungan, didaerah tropika, maupun daerah iklim dingin
terdapat bakteri. Sehingga bakteri juga disebut kosmopolit.
Terdapat 6 kelas pada Ordo pseudomonales yaitu sebagai
berikut:
1.      Famili Thiorhodaceae
Sel dapat berupa bola, serupa telur, serupa batang pendek
atau panjang, lurus atau melengkung, atau seperti spiral.
Berwarna agak ungu kemerahan sampai merah karena
mempunyai bakterioklorofil dan karotinoida. Habitat
tempat-tempat terang dan ada sulfida. Beberapa genus dari
famili ini ialah:
·         Thiodictyon dengan 2 spesies, bentuk kokus tunggal
atau dua-dua, menghasilkan belerang.
·         Thiospirillum dengan 5 spesies, bentuk serupa spiral,
flagel pada ujung. Menghasilkan butir-butir
belerang.
2.      Famili Nitrobacteraceae
Kokus, basil atau spiral. Flagel tidak selalu ada. Gram
negatif. Merupakan pembentuk nitrit atau nitrat. Tanpa
endospora. Habitat tanah dan air tawar. Genus yang terkenal
sebagai penyusun nitrit adalah:
·         Nitrosomonas, sel-sel bulat panjang, hidup bebas.
·         Nitrosococcus, bentuk serupa bola, penghuni tanah,
hidup bebas.
·         Nitrosocystis, sel-sel berkelompok dan dipersatukan
oleh suatu selaput.
·         Nitrosogloea, sel-sel berkelompok dalam lendir.
·         Nitrosospira, sel serupa spiral, hidup bebas.

Genus yang terkenal sebagai penyusun nitrat ialah :


·         Nitrobacter, sel serupa batang-batang kecil, tidak
berkelompok.
·         Nitrocystis, basil-basil kecil yang berkelompok.
3.      Famili Methanomonadaceae
Sel serupa batang, ada yang berflagel. Gram negatif.
Autotrof. Habitat tanah dan air rawa-rawa. Genus yang
terkenal dari famili ini adalah:
·         Methanomonas; genus ini dapat mengoksidasi
metan.
·         Hydrogenomonas; genus ini dapat mengoksidasikan
hidrogen.
4.      Famili Thiobacteriaceae
Suku Thiobacteriales, bakteri-bakteri belerang,
kemoautotrof, hidup bebas coccoid untuk bakteri berbentuk
batang yang memperoleh energi dari oksidasi atau senyawa
belerang. Dalam plasmanya sering terdapat belerang bebas
dalam bentuk butir-butir atau kristal, antara lain :
-          Thiobacillus thioparus
-          Thiobacterium cristalliferum
-          Thiospora bipunctata
5.      Famili Pseudomonadaceae
Bakteri-bakteri yang heterotrof, jarang sekali autotrof
fakultatif, sel-senya seringkali bersifat oksidatif, kadang-
kadang fermentatif, contohnya :
-          Pseudomonas denitrificans, menimbulkan racun
tempe bongkrek.
-          Pseudomonas solanacearum, menimbulkan
penyakit layu pada warga suku Solanaceae dan pada kacang
tanah.
-          Pseudomonas denitrifican, mereduksi nitra          N2
-          Pseudomonas malvacearum, menimbulkan penyakit
pada kapas.
6.      Famili Spirillaceae
Suku spirillaceae meliputi bakteri-bakteri dengan tubuh
yang bengkok, berbentuk koma, samapai spiral. Dalam suku
ini antara lain termasuk :
-          Vibrio comma, penyebab penyakit muntaber.
-          Desulfovibrio desulfuricans, yang dapat mereduksi
sulfat menjadi sulfida.
-          Spirillum minus, Spirillum lipoferum.
g. Ordo Eubacteriales
Ciri-ciri dari ordo ini adalah sel-selnya berbentuk bulat atau batang
yang lurus dan terpisah-pisah. Kadang-kadang membentuk koloni
berupa rantai. Alat geraknya berupa flagel yang peritrik atau tidak
bergerak. Ordo ini meliputi berbagai famili yaitu Azetobacteraceae,
Rhizobiaceae, Enterobacteriaceae, Micrococcaceae, Neisseriaceae,
Lactobacillaceae dan Bacillaceae. family pada ordo Eubacteriales
dapat berpengaruh terhadap manusia, hewan dan tumbuhan,
enterobacteriaceae,micrococcaceae, neisseriaceae ,Lactobacillaceae
dan Bacillaceae sangat berpengaruh terhadap manusia dan hewan
tetapi tidak berpengaruh terhadap tumbuhan. Pada ordo Eubacteriale
s yang berpengaruh terhdap tanaman adalah Azetobacteracea dan
Rhizobiaceae, berikut adalah family pada ordo Eubacteriales yang
berpengaruh pada tanaman :
1. Azetobacteraceae
Ciri-cirinya adalah sel-selnya berbentuk jorong atau batang
yang mirip dengan sel-sel khamir. Dia hidup bebas di dalam
tanah dan merupakan penambat nitrogen. Contohnya,
Azetobacter chroococcum, Azetobacter indicus, dan Azetobacter
agilis. Famili Azetobacteraceae ini sangat bermanfaat bagi
kehidupan, karena bakteri Azetobacteraceae merupakan
penambat nitrogen di udara, bakteri ini menambat gas (N2) yang
ada dalam udara untuk dijadikan senyawa-senyawa yang
diperlukan oleh tanaman dengan cara bersimbiosis dengan
tumbuhan. Caranya bakteri menyediakan nitrat yang dibutuhkan
tumbuhan, dan tumbuhan menyediakan bahan makanan yang
diperlukan bakteri. Contoh bakteri pada family
Azetobacteraceae adalah Azetobacter chroococcum. yang dapat 
menambat N2 udara ada yang hidup bebas di dalam tanah

2. Rhizobiaceae
Ciri-ciri dari famili bakteri ini adalah sel-selnya berbentuk
batang,bercabang, ada juga yang bersimbiosis dengan
Leguminosae untuk membentuk bintil-bintil pada akarnya, dan
bakteri ini dapat menambat nitrogen, bakteri Rhizobiaceae ada
yang menguntungkan dan juga merugikan pada tanaman.
Contoh yang menguntungkan bagi tanaman :
 Rhizobium leguminosarum berperan dalam siklus nitrogen
sebagai bakteri pengikat nitrogen yang hidup bersimbiosis
dengan akar tanaman kacang-kacangan dan Azetobacter
chlorococcum.
 Rhizobium japonicum berperan sebagai pengikat nitrogen yang
hidup bersimbiosis dengan akar tanaman kedelai.
 Rhizobium phaseoli berperan dalam mengikat nitrogen yang
hidup bersimbiosis dengan anggota-anggota marga Phaseolus.
Contoh yang merugikan bagi tanaman :
 Agrobacterium tumafaciens menimbulkan tumor pada
tumbuhan yaitu pembengkakan (cecidium) pada akar pohon-
pohonan.

h. Ordo Actinomycetales
Actinomycetales adalah bakteri Gram positif yang bersifat
aerob. Bakteri ini memiliki morfologi yang mirip dengan fungi yaitu
memiliki miselium. Actinomycetes awalnya dinamakan “ray
fungi”. Actinomycetes tumbuh dalam bentuk filamen miselium dan
membentuk spora. Ada dua hal penting untuk membedakan antara
fungi dengan Actinomycetes, yakni : Actinomycetes tidak
mempunyai nukleus, sehingga dimasukkan prokariotik; Bentuk
hifa Actinomycetes dengan diameter 0,5 – 1,0μm, sehingga lebih
kecil dari hifa jamur (3 –8μm diameternya) (Mutmainnah, 2013).
Bakteri dengan ordo Actinomycetales memili morfologi sebagai
berikut :
1) Dinding selnya mengandung asam muramat
2) Tidak mempunyai mitrokondria
3) Mengandung ribosom 70S (sel eukariot mempunyai ribosom 80S
dalam sitoplasmanya)
4) Mempunyai pembungkus nukleus, garis tengah selnya berkisar
dari 0,5 samapi 2,0 µm, dan dapat dimatikan atau dihambat oleh
banyak antibiotika bakteri
5) Actinomycetes dapat bersifat anaerob fakulatif (mampu tumbuh
baik jika terdapat O2 bebas atau tidak ada O2) dapat mampu
memfermentasikan karbohidrat.
Bakteri golongan Actinomycetes dapat hidup  pada beberapa tempat
yaitu:
1) Tanah, Actinomycetes merupakan komponen penting dari
populasi mikroba disebagian besar tanah. Isolat Actinomycetes
memiliki kisaran pertumbuhan dari pH 5,0-9,0 dan pH optimum
sekitar 7,0.
2) Kompos, Actinomycetes mesofilik aktif dalam kompos pada
tahap awal dekomposisi. Actinomycetes termofilik tumbuh
dengan baik pada kotoran hewan dan jerami (Dilip et al.,
2013). 
3) Habitat di wilayah laut, Actinomycetes dari sumber laut mampu
mendekomposisi alginat, selulosa, kitin, minyak dan
hidrokarbon lainnya (Sharma, 2014; Ikhimiukor and Lotanna,
2013). Actinomyctes yang termasuk genus Arthrobacter,
Brevibacterium, Corynebacterium dan Nocardia merupakan
mikroorganisme penting dalam degradasi hidrokarbon minyak
bumi di habitat perairan
Actinomycetes termasuk ordo Actinomycetales. Dimana terdiri
atas tiga famili yaitu:
1). Famili Mycobakteriaceae. Sel- sel tidak membentuk
miselium atau hanya miselium yang rudimentar. Misalnya
Mycobacterium dan Mycococcus,
2). Familia Actinomycetaceae. Tidak membentuk spora dan
motil. Misalnya Actinomyces dan Nocardia,
3). Familia Streptomycetaceae. Membentuk miselium, miselium
vegetatif tidak terbagi-bagi. Misalnya Streptomyces,
Micromonosora dan Thermoactinomyces. Pada familia
Streptomycetaceae, termasuk dalam salah satu penyebab penyakit
busuk akar pada tanaman ubi jalar. Bakteri tersebut adalah
Streptomyces ipomoea (Mutmainnah, 2013).
Actinomycetes hidup saprofit dan aktif mendekomposisi bahan
organik, sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Actinomycetes merupakan salah satu mikroorganisme yang
mampu mendegradasi selulosa. Jenis Actinomycetes tergantung
pada tipe tanah, karakteristik fisik, kadar bahan organik, dan
pH lingkungan. Actinomycetes terdiri dari 10 – 20% total
populasi mikroba dalam tanah. Jumlah Actinomycetes
meningkat dengan adanya bahan organik yang mengalami
dekomposisi. Organisme ini ditemukan (hampir semua),
dalam kompos dan sedimen (Mutmainnah, 2013).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri jamur adalah
eukariotik, uniseluler dan multiseluler, tidak memiliki klorofil, umumnya t
ak bergerak, berbiak secara aseksual dan seksual, heterotrof, hifa, septa
serta memiliki miselium. Sifat hidup yang dimiliki jamur antara lain
Saprofit. Jamur saprofit memperoleh zat organik dari makhluk hidup yang
telah mati. Tipe jamur ini dapat disebut dengan jamur dekomposer.
Parasit. Jamur parasit memperoleh zat organik dari makhluk hidup yang
masih hidup yang menjadi inangnya. Tipe jamur ini pada umumnya
dikenal dengan jamur patogen atau penyebab penyakit dan Mutual. Jamur
mutual hidup pada inangnya. Meskipun demikian, memiliki sifat yang
menguntungkan. Jenis-jenis jamur diantaranya termasuk dalam kelas
Ascomycetes, Phycomycetes, Basidiomycetes dan Deuteromycetes.
Bakteri adalah mikroorganisme yang terbagi menjadi 3 bentuk yakni
coccus, basil dan spiral. Selain itu, bakteri juga diklasifikasikan menjadi
bakteri gram positif yang memiliki warna ungu dan bakteri gram negatif
yang tak memiliki warna. Bakteri juga digolongkan dalam beberapa ordo
yakni ordo pseudomonales, eubacteriales, dan actinomycetes. Dalam
kaitannya dengan penyakit tanaman, jamur dan bakteri banyak
berpengaruh dalam merusak tanaman sehingga keberadaannya perlu untuk
di antisipasi.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.biomagz.com/2015/09/contoh-dan-klasifikasi-eubacteria-ordo.html

Campbell, N. A., Reece., andMitchel, 2003, Biologi Edisi Kelima Jilid Dua,


Erlangga, Jakarta.

Constantine J. Alexopoulos, Charles W. Mims, Meredith M. Blackwell.,


1996, IntroductoryMycology, 4th Edition, Publisher : Wiley, New York.

Dwidjoseputro, D. 1961. Dasar-dasar Mikrobiologi, Edisi IV, Djambatan


Malang.

Gandjar, I., Sjamsuridzal, W., Oetari,A., 2006, Mikologi Dasar dan Terapan,


Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Ginting, dkk. 2016. Jamur Patogen Tumbuhan. Yogyakarta: Plantaxia.

Henuk,Y. L., 2008, Komunikasi Pertanian dan Partisipasi Masyarakat Pedesaan,


NTT: Institute of Indonesia Tenggara (IITS)

Koesoemadinata, V. C., 2001, Pemanfaatan Gula Hasil Hidrolisis Hemiselulosa


Tandan Kosong Sawit untuk Produksi Etanol secara
Fermentasi, Laporan Hasil Penelitian, Jurusan Teknik Kimia FTI, ITB,
Bandung.

Mutmainnah. 2013. Isolasi Actinomycetes dari Tanah Pembuangan Limbah


Pabrik Gula Tebu (Camming) Bone Sebagai Penghasil Antibiotika Skrip
si. Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanud
din. Makassar. 62 hal.

Rahmah, A., Khairunnisa, A, Nestiyanto, Sari, Y, Kholifah, dan Nita, K. S.


2015. Big Book Biologi SMA Kelas 1, 2, & 3. Jakarta: Cmedia.

Semangun, H., 1996. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Gadjah


Mada University Press, Yogyakarta

Sinaga, suratji Meity Ir. 2003. Dasar-Dasar Imu Penyakit Tumbuhan.


Penebar  swadaya, Jakarta.

Tjitrosoepomo, G., 1989, Taksonomi Tumbuhan Schizophyta, Thallophyta,


Bryophyta, Pteridophyta, Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Tim Guru Indonesia. Rangkuman Lengkap Biologi SMA IPA Kelas 10,11, dan 12.
Jakarta: Cmedia.

Utami, S., 2009, Eubacteriale

Wahyuni, D., 2010, Mikologi Dasar, Jember University Press, Jawa Timur.

Zakrinal & S., Sinta Purnama. 2009. Jago Biologi SMA. Jakarta: Media Pusindo.

Anda mungkin juga menyukai