FUNGI
Disusun oleh :
1. Rika Saputri. (203010001)
2. Jhoel Ramsa Alek S Sihaloho. (203010023)
3. Prima Dona Lingga. (203010049)
4. Esra Yosua Tampubolon. (203010037)
5. Bagas Arya Tamtama. (203010071)
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SIMALUNGUN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Mengetahui serta memahami definisi dari fungi.
b. Mengetahui struktur dan klasifikasi fungi.
c. Mengetahui siklus pertumbuhan dan reproduksi fungi.
d. Mengetahui peranan fungi bagi mahkluk hidup.
BAB II
PEMBAHASAN
Jamur multiseluler
Keterangan gambar:
Hijau → hifa/benang
Kuning → spongarium
Biru → spora
B. Dinding Sel
Sebagian besar dinding sel fungi mengandung khitin, yang merupakan
polimer glukosa derivatif dari N-acetylglucosamine. Khitin tersusun pada
dinding sel dalam bentuk ikatan mikrofibrillar yang dapat memperkuat dan
mempertebal dinding sel. Beberapa polisakarida lainnya, seperti manann,
galaktosan, maupun selulosa dapat menggantikan khitin pada dinding sel fungi.
Selain khitin, penyusun dinding sel fungi juga terdiri dari 80-90% polisakarida,
protein, lemak, polifosfat, dan ion anorganik yang dapat mempererat ikatan
antar matriks pada dinding sel (Madigan et al., 2012) .
Dinding sel fungi berfungsi untuk melindungi protoplasma dan organel-
organel dari lingkungan eksternal. Struktur dinding sel tersebut dapat
memberikan bentuk, kekuatan seluler dan sifat interaktif membran plasma.
Selain khitin, dinding sel fungi juga tersusun oleh fosfolipid bilayer yang
mengandung protein globular. Lapisan tersebut berfungsi sebagai tempat
masuknya nutrisi, tempat keluarnya senyawa metabolit sel, dan sebagai
penghalang selektif pada proses translokasi. Komponen lain yang menyusun
dinding sel fungi adalah antigenik glikoprotein dan aglutinan, senyawa melanins
berwarna coklat berfungsi sebagai pigmen hitam. Pigmen tersebut bersifat
resisten terhadap enzim lisis, memberikan kekuatan mekanik dan melindungi sel
dari sinar UV, radiasi matahari dan pengeringan) (Kavanagh, 2011).
Gambar 6. Struktur dinding sel Fungi dan tabel perbedaan komponen dinding
sel pada setiap kelas Fungi (Anonim, 2013).
C. Nukleus
Nukleus atau inti sel fungi bersifat haploid, memiliki ukuran 1-3 mm, di
dalamnya terdapat 3 – 40 kromosom. Membrannya terus berkembang selama
pembelahan Nuclear associated organelles (NAOs). Terkait dengan selubung
inti, berfungsi sebagai pusat-pusat pengorganisasian mikrotubula selama mitosis
dan meiosis. Nucleus pada fungi juga mempengaruhi kerja kutub benang
spindel dan sentriol.
A. Chytridiomycota
Sel berflagela pada minimal satu siklus hidupnya, bisa memiliki satu atau
lebih flagela. Dinding sel mengandung kitin dan β-1,3-1,6-glukan; glikogen
sebagai bentuk cadangan karbohidrat. Reproduksi seksual sering menghasilkan
satu zigot yang sporangium; saprofit atau parasit.
B. Zygomycota
Talus biasanya filamentus dan nonseptat, tanpa silia, reproduksi seksual
menghasilkan zigospora berdinding tebal yang berornamen.
C. Ascomycota
Reproduksi seksual meiosis dengan nukleus diploid dalam askus,
berkembang menjadi askospora, sebagian besar juga mengalami reproduksi
aseksual dengan pembentukan konidiospora dengan hifa aerial khusus disebut
konidiopora. Banyak yang memproduksi aski dengan tubuh buah kompleks
disebut askokarp. Termasuk saprofit, parasit, sebagian mutualisme dengan
mikroba fototropik membentuk liken. Dinding sel terbuat dari kitin.
Gambar 11. Struktur sel Ascomycotina (Anonim, 2013).
D. Basidiomycota
Umumnya termasuk cendawan. Reproduksi seksual meliputi pembentukan
basidium dengan basidiospora haploid. Umumnya 4 spora per basidium tapi
kadang 1 – 8. Reproduksi seksual dengan fusi membentuk miselium dikariotik
menghasilkan sepasang nukleus induk tapi tidak berfungsi.
E. Glomeromycota
Filamentus, sebagian besar endomikoriza, arbuskular, tidak bersilia, bentuk
spora aseksual di luar inang, tidak bersentriol, konidia dan spora aerial.
Gambar 13. Glomus claroideum (Anonim, 2013).
F. Microsporidia
Microsporidia adalah parasit obligat intraseluler berukuran kecil yang
awalnya dianggap protozoa eukariot primitif tetapi sekarang diklasifikasikan
sebagai fungi. Tidak memiliki mitokondria, peroksisom, kinetosom, silia dan
sentriol; spora memiliki dinding dalam kitin dan dinding luar protein, produksi
tabung untuk penetrasi inang. Contoh : Enterocytozoon bieneusi dan E.
intestinalis. Fungi ini diketahui bertanggungjawab pada kasus diare pasien
penderita AIDS dan pasien pencangkokan (Verweij et al., 2007).
2. Divisi Ascomycota
Jamur Ascomycota memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Hifa bersekat dan berinti banyak.
b. Memiliki alat pembentuk spora yang disebut askus. Askus merupakan tempat
terbentuknya askospora (spora askus). Askus-askus berkumpul membentuk suatu
badan buah yang disebut askokarp.
c. Bentuk askokarp diantaranya bentuk seperti mangkok (Apotesnum), bola tanpa
ostiulum (Kleistotesium), berbentuk botol dengan leher dan punya ostiulum
(Peritesium).
d. Dinding sel mengandung glukan dan selulose, tidak mengandung kitin.
e. Ada yang bersifat parasit maupun saprofit.
3. Divisi Basidiomycota
Jamur Basidiomycota memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berukuran besar (makroskopis).
b. Hifa bersekat
c. Tubuh buah (basidioskarp) seperti payung dan beberapa berbentuk lembaran.
d. Hifa Basidiomycota memiliki sekat melintang, berinti satu (monokaiotik) atau dua
(dikariotik)
4. Divisi Deuteromycota
Jamur Deuteromycota memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Hanya ditemukan di darat.
b. Hifa bersekat dengan dinding sel dari kitin.
c. Berkembangbiak secara aseksual dengan fragmentasi atau dengan konidium
dengan membentuk konidiospora.
d. Bersifat saprofit di banyak jenis materi organik, sebagai parasit pada tanaman
tingkat tinggi dan perusak aneka tanaman hias.
6. Divisi Oomycotina
a. Oomycotina disebut juga dengan fungi telur. Istilah ini didasarkan pada cara
reproduksi seksual pada jamur air.
b. Oomycotina bersifat uniseluler dan tidak memiliki kloroplas.
c. Memiliki dinding sel terbuat dari selulosa.
d. Memiliki sel berflagellata yang terjadi pada daur hidup jamur air.
e. Sebagian besar jamur Oomycotina hidup secara bebas atau melekat pada sisa-sisa
tumbuhan di kolam, danau, atau aliran air. Namun, ada yang hidup sebagai
pengurai dan berkoloni. Walaupun begitu, ada juga yang hidup pada sisik atau
insang ikan yang terluka sebagai parasit.
Jamur Oomycotina (Anonim, 2013).
Tempe
c. Neurospora sitophila dan N. intermedia berpern dalam pembuatan oncom
Sumber https://rebanas.com/gambar/images/jamur-aspergillus-niger-fermentasi-asam-
sitrat-oryzae-wentii-kecap-gambar
f. Higroporus dan Lycoperdon perlatum berguna sebagai dekomposer.
Sumber http://www.utakatikotak.com/kongkow/detail/6037/Mengenal-Beberapa-
Contoh-Rantai-Makanan-di-Dalam-Beberapa-Ekosistem-
g. Jamur Kuping Hitam kering /Auricularia polytricha. jamur kuping berkhasiat
membantu melancarkan peredaran darah dalam tubuh. Mengurangi penyumbatan pada
pembuluh darah , dan bagus sebagai anti oksidant penangkal Radikal bebas , pencegah
timbulnya kanker
https://lordbroken.wordpress.com/2010/07/23/proses-pembuatan-keju/
i. Aspergillus oryzae untuk membuat tape
Sumber https://vita-project.blogspot.co.id/2015/11/makalah-pembuatan-tape.html
j. Aspergillus wentii untuk membuat kecap.
https://pt.slideshare.net/NSPmunawi/bioteknologi-dengan-fungi
k. Aspergillus niger untuk fermentasi asam sitrat
Sumber http://catatanregio.blogspot.co.id/2012/12/fungi-peranan-fungi-bagi-
kehidupan_1967.html
Sumber http://hortikultura.pertanian.go.id/?p=2025
Sumber http://pertanian.jombangkab.go.id/berita-dinas/tips-inova/474-serangan-
penyakit-lanas-phytopthora-nicotianae-pada-tembakau
d. Phytophthora faberi penyakit pada karet.
Sumber http://www.pusatpupukorganik.com/2017/07/cara-atasi-penyakit-kanker-garis-
tanaman-karet.html
e. Phytium sp. sebagai hama bibit tanaman yang menyebabkan penyakit rebah semai.
Sumber https://www.slideshare.net/progsus6/kelompok-8-14731252
Sumber https://mitalom.com/mengendalikan-penyakit-tanaman-anggur-page-1/
Sumber http://rosdianarusdi.blogspot.co.id/2013/06/kandungan-buah-buah-yang-
terdapat-dalam.html
Pada Manusia
a. Aspergillus nidulans, Aspergillus niger, menyebabkan penyakit pada telinga
(otomikosis).
sumber http://repository.lppm.unila.ac.id/2263/1/Lita%20Marlinda.pdf
b. Candida sp. penyebab keputihan dan sariawan pada manusia.
3.1 Kesimpulan
a. Fungi merupakan salah satu tumbuhan tingkat rendah yang tidak berklorofil, namun
memiliki potensi bisnis cukup besar. Tumbuhan ini umumnya bersifat sebagai saprofit
atau parasit untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Fungi juga merupakan organisme
eukariotik, karena sel-selnya sudah memiliki membran inti sel.
b. Struktur tubuh fungi secara morfologi dan fisiologi tersusun atas hifa, dinding sel
yang mengandung khitin, dan nukleus yang bersifat haploid. Selain itu, fungi
memiliki mitokondria yang bentuknya rata atau flat seperti krista mitokondria dan
badan golgi yang terdiri dari elemen tunggal saluran cisternal. Pada struktur sel fungi
juga memiliki ribosom, retikulum endoplasma, vakuola, badan lipid, glikogen partikel
penyimpanan, badan mikro, mikrotubulus, vesikel.
Berdasarkan divisinya, fungi dibedakan menjadi 6 macam antara lain: divisi
Zygomycota, divisi Ascomycota, divisi Basidiomycota, divisi Deuteromycota, divisi
Myxomycotina, dan divisi Oomycotina.
c. Reproduksi pada jamur terdiri atas dua yaitu reproduksi secara generative (seksual)
dan vegetative (aseksual). Pada reproduksi seksual, terjadi proses pembentukan
askospora sedangkan pada reproduksi aseksual, terjadi proses pembentukan
konidiospora.
d. Peranan fungi dalam kehidupan manusia sangat banyak, baik peran yang merugikan
maupun yang menguntungkan. Peranan fungi yang menguntungkan meliputi berbagai
jenis antara lain: sebagai bahan pangan berprotein tinggi; untuk membuat bir, roti
maupun alkohol; sebagai penghasil antibiotik; sebagai dekomposer; serta untuk
mengharumkan keju. Peranan fungi yang merugikan meliputi berbagai jenis antara
lain: menyebabkan penyakit rebah semai, penyakit daun tanaman kentang, dan
penyakit cacar daun teh; sebagai fungi beracun; juga sebagai parasit pada jagung,
gandum, dan tanaman teh.