Anda di halaman 1dari 4

Fungi atau jamur adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal,

eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi seksual atau aseksual. Dalam
dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara mendapatkan
makanannya berbeda dengan organisme eukariotik lainnya yaitu melalui absorpsi
( Gandjar. 1999 ).
Sebagian besar tubuh fungi terdiri dari atas benang – benang yang disebut hifa, yang saling
berhubungan menjalin semacam jala yaitu miselium. Miselium dapat dibedakan atas
miselium vegetative yang berfungsi meresap menyerap nutrient dari lingkungan , dan
miselium fertile yang berfungsi dalam reproduksi ( Gandjar. 1999 ).
Fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah mempunyai cirri khas yaitu berupa benang
tunggal atau bercabang – cabang yang disebut hifa. Fungi dibedakan menjadi dua golongan
yaitu kapang dan khamir. Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai
miselium, sedangkan khamir merupakan fungi bersel tunggal da tidak berfilamen. Fungi
merupakan organisme menyerupai tanaman , tetapi mempunyai beberapa perbedaan yaitu :
· Tidak mempunyai kolorofil
· Mempunyai dinding sel dengan komposisi berbeda
· Berkembang biak dengan spora
· Tidak mempunyai batang , cabang, akas dan daun
· Tidak mempunyai system vesicular seperti pada tanaman
· Bersifat multiseluler tidak mempunyai pembagian fungi masing - masing bagian
seperti pada tanaman.
Fungi ada yang bersifat parasit dan ada pula yang bersifat saprofit. Parasit apabila dalam
memenuhi kebutuhan makanannya dengan mengambil dari benda hidup yang
ditumpanginya, sedangkan bersifat saprofit apabila memperoleh makanan dari benda mati
dan tidak merugikan benda itu sendiri. Fungi dapat mensintesis protein dengan mengambil
sumber karbon dari karbohidrat (misalnya glukosa,sukrosa,atau maltose ), sumber nitrogen
dari bahan organic atau anorganik, dan mineral dari substratnya. Ada juga beberapa fungi
yang dapat mensintesis vitamin – vitamin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan biakan
sendiri, tetapi ada juga yang tidak dapat mensintesis sendiri sehingga harus mendapatkan
dari substrat, misalkan tiamin dan biotin ( Dwidjoseputro,2005 ).
Baik jamur yang bersahaja maupun jamur yang tingkat tinggi tubuhnya mempunyai ciri yang
khas, yaitu berupa benang tunggal bercabang – cabang yang disebut miselium, atau berupa
kumpulan benang – benang yang padat menjadi satu. Hanya golongan ragi
( sacharomycetes ) itu tubuhnya berupa sel – sel tunggal ciri kedua adalah jamur tidak
mempunyai klorofil, sehingga hidupnya terpaksa heterotrof. Sifat ini menguatkan pendapat,
bahwa jamur itu merupakan kelanjutan bakteri di dalam evolusi ( Waluyo,2005 ).
Golongan jamur mencakup lebih daripada 55.000 spesies, jumlah ini jauh melebihi jumlah
spesies bakteri. Tentang klasifikasinya belum ada ketentuan pendapat yang menyeluruh
diantara para sarjana taksonomi. Bakteri dan jamur merupakan golongan tumbuh –
tumbuhan yang tubuhnya tidak mempunyai diferensiasi, oleh karena itu disebut tumbuhan
talus ( thallophyta ), lengkapnya thallophyta yang tidak berklorofil. Ganggang adalah
thallophyta yang berklorofil ( Waluyo,2005 ).
Jamur berbiak secara vegetative dan generative dengan berbagai macam spora. Macam
spora yang terjadi dengan tiada perkawinan adalah :
a. Spora biasanya yang terjadi karena protoplasma dalam suatu sel tertentu
berkelompok – kelompok kecil, masing – masing mempunyai membran serta inti sendiri. Sel
tempat terjadinya spora ini disebut sporangium, dan sporanya disebut sporangiospora.
b. Konidiospora yaitu spora yang terjadi karena ujung suatu hifa berbelah – belah seperti
tasbih. Didalam hal ini tidak ada sporangium, tiap spora disebut konidiospora atau konidia
saja, sedang tangkai pembawa konidia disebut konidiosfor.
c. Pada beberapa spesies, bagian – bagian miselium dapat membesar serta berdinding
tebal, bagian itu merupakan alat membesar serta berdinding tebal, bagian itu merupakan
alat pembiak yang disebut klamidiospora ( spora yang berkulit tebal )
d. Jika bagian – bagian miselium itu tidak menjadi lebih besar daripada aslinya, maka
bagian – bagian itu disebut artospora ( serupa batu bata ), oidiospora atau oidia ( serupa
telur ) saja ( Waluyo,2005 ).
Kebanyakan spesies jamur dapat membiak secara vegetative maupun secara generatife.
Pembiakan secara generative atau seksual dilakukan dengan isogamete atau dengan
heterogamete ( arisogamet ). Pada beberapa spesies perbedaan morfologi antara jenis sel
kelamin itu belum nampak sehingga semuanya kita sebut isogamete, kadang – kadang kita
beri tanda pengenal + dan - , untuk membedakan jenisnya ( Waluyo,2005 ).
Pada beberapa spesies lain tampak adanya perbedaan mengenai besar kecilnya gamet –
gamet, sehingga untuk itu ada penyebutan mikrogamet ( sel kelamin jantan ) dan
makrogamet ( sel kelamin betina ). Di dalam keadaan yang serba optimum, maka jamur
membiak dengan cepat sekali. Hanya kekeringanlah merupakan factor pembatas bagi
pertumbuhannya ( Waluyo,2005 ).
Fungi dapat ditemukan pada arena substrat, baik dilingkungan darat , perairan, maupun
udara. Tidaklah sulit menemukan fungi di alam, karena bagian vegetativnya yang umumnya
berupa miselium berwarna putih mudah terlihat pada substrat yang membusuk ( kayu lapuk,
buah – buahan yang terlalu masak, makanan yang membusuk ). Konidianya atau tubuh
buahnya dapat mempunyai aneka warna ( merah , hitam , jingga, kuning, krem, putih, abu –
abu , coklat, kebiru – biruan, dan sebagainya ) pada daun , batang, kertas, tekstil, kulit dan
lain – lain. Tubuh buah fungi lebih mencolok karena langsung dapat dilihat dengan mata
kasat, sedangkan miselium vegetative yang menyerap makanan hanya dapat dilihat dengan
menggunakan mikrosokop ( Waluyo,2005 ).
Spora kapang berproduksi secara aseksual dengan menghasilkan arthokonidia,
blastokonidia, klamisdospora, konidia, sporangiospora, dan secara seksual dengan
menghasilkan akospora, basidiospora dan zigospora.
Rizhoid adalah bentuk hifa vegetative mirip akar dari tumbuhan yang dapat bercabang –
cabang seperti jari – jari pada tangan, tetapi dapat juga berbentuk sangat sederhana, yaitu
hanya seperti jari tunggal. Perhatikan letak dari rhizoid pada hifa, apakah langsung
berhadapan dengan sporangiosfor atau terdapat pada stolon ( Waluyo,2005 ).

Karakteristik fungi jamur adalah sebagai berikut ;


1. Kandungan air
Pada umumnya jamur benang lebih tahan terhadap kekeringan dibanding khamir atau
bakteri. Namun demikian, batasan ( pendekatan ) kandungan air totol pada makanan yang
baik untuk pertumbuhan jamur dapat diestimasikan, dan dikatakan bahwa kandungan air
dibawah 14 – 15 % pada biji – bijian atau makanan kering dapat mencegah atau
memperlambat pertumbuhan jamur.
2. Suhu
Kebanyakan jamur termasuk dalam kelompok mesofilik, yaitu dapat tumbuh pada suhu
normal. Suhu optimum untuk kebanyakan jamur sekitar 25O C – 30O C, namun beberapa
tumbuh baik pada suhu 25O C – 37O C atau lebih, misalnya pada spesies Aspergilis.s.p
3. Kebutuhan oksigen dan derajat keasaman
Jamur benang biasanya bersifat aerob, yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya.
Kebanyakan jamur dapat tumbuh pada interval PH yang luas ( PH 2.0 – 8.5 ), walaupun
pada umumnya jamur lebih suka pada konidia asam.
4. Kebutuhan makanan ( Nutrisi )
Jamur pada umumnya mampu menggunakan bermacam – macam makanan dari yang
sederhana sampai yang kompleks. Kebanyakan jamur memiliki bermacam – macam enzim
hidrolit, yaitu amylase, pektinose, proteinose, dan lipase.

Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari meskipun tidak sebaik tumbuhan
lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu tertentu, pada kondisi
tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas. Sebagai contoh, jamur banyak
muncul pada musim hujan di kayu-kayu lapuk, serasah, maupun tumpukan jerami. namun,
jamur ini segera mati setelah musim kemarau tiba. Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, manusia telah mampu membudidayakan jamur dalam medium
buatan, misalnya jamur merang, jamur tiram, dan jamur kuping.
Jamur merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof,
tipe sel sel eukarotik. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari
benang-benang yang disebut hifa, hifa dapat membentuk anyaman bercabang-cabang yang
disebut miselium. Reproduksi jamur, ada yang dengan cara vegetatif ada pula dengan cara
generatif.
Selain memiliki berbagai macam cara untuk berkembangbiak, jamur juga terdiri dari aneka
macam jenis baik yang bermanfaat maupun yang berbahaya/beracun. Saat ini sebagian
besar jamur yang dibudidayakan masyarakat adalah jamur yang bermanfaat, khususnya
jamur konsumsi yang bisa dimakan atau dimanfaatkan sebagai obat.
 Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau
saprofit. Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang
hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat
tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman
dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau
pada liken. Jamur berhabitat pada bermacammacam lingkungan dan berasosiasi dengan
banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di
air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit
atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes. 

DAFTAR PUSTAKA

 Entjang. Indan.2003. Mikrobiologi & Parasitologi. PT.Citra Aditya bakti. Bandung.


 Gould. Dinah.2003. Mikrobiologi Terapan Untuk Perawat. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
 Melnick. Jawetz. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
 Dwidjoseputro,D.2005.Dasar – Dasar Mikrobiologi.Jakarta : Djambatan.
 Gandjar,Indrawati.1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta : Yayasan
Obor Indonesia.

 Waluyo, Lud.2005.Mikrobiologi Umum.Malang : UMM Press.

Anda mungkin juga menyukai