Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR II

ACARA PRAKTIKUM KE : IV
KEANEKARAGAMAN JAMUR

Nama : Zanuba Khusnalmuna


NIM : 24020122120009
Kelompok :1
Hari, tanggal : Selasa, 21 Maret 2023
Asisten : Bella Sungkawa Zanuar R.

LABORATORIUM BIOLOGI DASAR


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beberapa jenis jamur ada yang bersifat parasit pada inangnya, dan ada pula yang
bersifat mutualisme atau saling menguntungkan. Jamur makroskopis mencakup
banyak jamur yang berukuran besar. Sebagian besar hidup terrestrial. Sedangkan
jamur mikroskopis merupakan jamur yang berukuran sangat kecil sehingga untuk
melihat struktur jamur ini secara jelas hanya dapat dilakukan dengan alat bantu berupa
mikroskop.

Salah satu media yang umum digunakan sebagai tempat tumbuh jamur
adalah batang kayu. Jamur yang tumbuh pada batang kayu memiliki kemampuan
dalam menguraikan substansi kayu. Jamur kayu dibagi ke dalam 2 kelompok sesuai
dengan kemampuannya dalam mengurai substansi kayu, yaitu white rot fungi
(mampu menguraikan lignin, selulosa dan hemiselulosa) dan brown rot fungi
(mampu menguraikan selulosa dan hemiselulosa). Ciri-ciri tersebut
mengidentifikasikan jamur memenuhi karakteristik makhluk hidup. Jamur pada
umumnya terdiri atas banyak sel yang disebut hifa namun beberapa diantaranya
berupa sel tunggal yang disebut yeast. Jamur memiliki banyak manfaat mulai
sebagai bahan pangan sampai
sebagai agen dalam suatu proses biokonversi. Salah satu spesies dari golongan
Ascomycota yang memiliki banyak manfaat adalah Neuspora sp. Neurospora sp
merupakan salah satu jamur berfilamen yang memiliki kemampuan untuk
mensintesis dan mensekresi enzim yang terlibat dalam hidrolisis selulosa serta
berbagai enzim untuk mendegradasi hemiselulosa. Kerja enzim ini dapat
dipengaruhi oleh kondisi proses seperti, pH, temperatur, dan konsentrasi substrat.
Selain itu, Neurospora sp juga secara simultan dapat mengkonversi heksosa, gula
pentosa, polimer selulosa, dan residu agroindustri menjadi bioetanol.

1.2. Tujuan
Mahasiswa dapat membedakan berbagai jenis jamur yang terdapat di sekitar
berdasarkan morfologinya .
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karakteristik Jamur
Jamur atau fungi, secara umum terdapat 4 karakteristik utama, yaitu: fungi
merupakan organisme eukariotik yang mempunyai inti dan mitokondria, fungi adalah
organisme heterotrof, yaitu bergantung pada organisme lain untuk memperoleh nutrisi,
fungi merupakan organisme multiseluler, kecuali khamir yang merupakan organisme
uniseluler, dan fungi tidak dapat bergerak atau berpindah sendiri. Jamur bersifat
heterotrofik, yaitu organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga tidak dapat
membuat makanan sendiri melalui fotosintesis seperti tanaman. Untuk hidup, jamur
memerlukan zat organik yang berasal dari tumbuhan, hewan, serangga, dan lain-lain.
Kemudian dengan menggunakan enzim zat organik diubah dan dicerna menjadi zat
anorganik yang kemudian diserap oleh jamur sebagai makanannya. Sifat inilah yang
menyebabkan kerusakan pada benda dan makanan sehingga menimbulkan kerugian.
Dengan cara yang sama pula jamur dapat masuk ke dalam tubuh manusia dan hewan
sehingga dapat menimbulkan penyakit (Charisma, 2019).

Gambar 2.1 Karakteristik Jamur

(Fajar, 2020)

2.2. Struktur Jamur


Fungi merupakan organisme eukaryotik multiseluler seperti tanaman dan hewan.
Tidak seperti tanaman dan hewan, fungi terdiri atas filamen yang disebut hifa. Selain
organisme yang berfilamen, sel fungi juga sering mempunyai nukleus (inti) sel lebih
dari satu. Unit dasar dari jamur adalah mikroskopik hifa yang berbentuk benang, yang
sebetulnya sebuah tabung yang memiliki dinding kuat yang menutupi sitoplasma dan
nuklei. Pada jamur tingkat tinggi, hifa dibagi menjadi sel-sel oleh dinding-dinding
pemisah yang disebut septa. Pori atau lobang kecil di setiap septa memungkinkan
terjadinya interaksi antara sitoplasma dalam sel-sel tetangga. Hifa bertumbuh dengan
perpanjangan bagian ujung yang tipis dan berbentuk plastik, berbeda dengan bagian
hifa dewasa yang kuat, dan memiliki dinding yang cukup tebal. Sebagaimana hifa
bertumbuh, maka terjadi percabangan lateral dekat pada bagian ujungnya. Cabang-
cabang ini juga memanjang dan menghasilkan cabang-cabang yang lain, suatu proses
yang menghasilkan suatu pola pertumbuhan radial (Pinaria & Assa, 2022).

Gambar 2.2 Reproduksi Jamur

(Ruswanti, 2021)

2.3. Klasifikasi Jamur


Seiring dengan perkembangan teknologi, proses identifikasi jamur juga semakin
berkembang sehingga anggota dari kingdom jamur ini telah semakin bertambah
jumlah yang teridentifikasi. Pada awalnya fungi dibagi dalam 4 divisi yaitu:
Zygimycota, Ascomycota, Basideomycota, Deuteromycota. Namun dengan
perkembangan sistem klasifikasi yang baru membagi fungi menjadi enam divisi yaitu
Divisi: Chytridiomycota, Zygomycota, Glomeromycta, Ascomycota, Basidiomycota
dan Deuteromycota. Pengelompokan jamur ini didasarkan pada adanya perbedaan cara
perkembangbiakan seksualnya. Jamur juga terbagi dalam dua golongan berdasarkan
ukuran yaitu mikrofungi dan makrofungi. Mikrofungi merupakan jamur yang
strukturnya hanya dapat dilihat dengan mikroskop, sedangkan makrofungi yaitu jamur
yang membentuk tubuh buah. Makrofungi terbagi lagi dalam dua golongan yaitu
jamur-jamur yang dapat dimakan atau disebut Edible mushroom; contoh Pleurotus
ostreatus (jamur tiram), Auricularia auricular (jamur kuping), dan lain-lain, dan
jamur-jamur beracun; contoh Amanita palloides, Rusula emetika, dan lain-lain
(Sopandi & Wardah, 2020).

Gambar 2.3 Klasifikasi Jamur


(Ruswanti, 2021)

2.3.1. Zygomycota
Zygomycota dicirikan oleh hifa yang tidak bersekat dan mampu
membentuk struktur dorman bersifat sementara yang biasa disebut dengan
zigospora. Zigospora memiliki dinding tebal yang dihasilkan selama
reproduksi seksual, komponen utama yang dimiliki oleh dinding sel yaitu
chitosan dan kitin serta jumlah kromosonya haploid. Divisi zygomycota
merupakan parasit saprofit atau haustoria atau non-haustoria pada hewan dan
tumbuhan. Salah satu contoh spesies dari kelompok Zygomycota adalah
Rhizopus nigricans yang melakukan perkembangbiakan melalui hifa yang
tidak bersekat dan berkonjugasi dengan hifa lain. Rhizopus nigricans memiliki
sporangiofor. Ketika sporangium pecah, maka spora bersel satu akan tersebar
dan apabila spora tersebut jatuh pada media yang cocok, spora akan
berkecambah dan tumbuh menjadi individu baru. Zygomycota terdiri atas dua
kelas yaitu Trichomycetes dan Zygomycetes (Firdhausi dkk., 2018).

Gambar 2.3.1 Zygomycota


(Suryani & Cahyanto, 2022)

2.3.2. Ascomycota
Ascomycota berasal dari kata Yunani yaitu askos (botol kulit, tas atau
kandung kemih) dan mykes (fungi), sehingga ascomycota adalah fungi kantung
(sac fungi). Ascomycota termasuk ke dalam kelompok fungi dengan jumlah
yang sangat besar, sekitar 65.000 spesies fungi termasuk fungi kantung (sac
fungi) dan kurang lebih sekitar 32.000 spesies fungi kantung telah
teridentifikasi. Kebanyakan ascomycota dikenali dari tubuh buah atau ascocarp,
yaitu struktur yang mengelilingi Asci. Ascomycota terdiri atas lima kelas
diantaranya yaitu Hemiascomycetes, Hymenoascomycetes, Laculoascomycetes,
Archiascomycetes dan Plectomycetes. Karakteristik khas dari kelompok ini
mempunyai sesi intim dalam badan buah ataupun askokarpus( ascocarp) yang
menyamai wujud semacam mangkok. Pada mayoritas Ascomycota, penciptaan
spora intim di dalam askus memiliki 4- 8 askospora. Divisi ini mempunyai 2
stadium pertumbuhan, antara lain stadium askus ataupun aseksual serta stadium
konidium ataupun intim. Ascomycota bereproduksi secara aseksual dengan
menciptakan spora yang sangat banyak, diucap dengan konidium( konidium,
jamak conidia). Konidium yang dihasilkan ialah secara eksternal di ujung hifa
terspesialisasi yang diucap konidiofor. Kala sel- sel matang, ujung ascus
terbuka serta ascospora ditembakkan ke hawa. Himenium bisa dibedakan dari
bagian lain dari ascocarp dengan letaknya di permukaan atas ataupun luar serta
oleh warna ataupun tekstur yang berbeda. Semacam pada morel, himenium
yang memiliki spora merupakan susunan yang kusut, rumit, ataupun diadu yang
umumnya bercorak teduh( Suryani & Cahyanto, 2022).

Gambar 2.3.2 Ascomycota

(Suryani & Cahyanto, 2022)

2.3.3. Basidiomycota
Asal nama Basidiomycota berasal dari basidium yang memiliki, arti kata
‘landasan’. Basidiomycota memiliki tubuh buah berupa basidiokarp
multiseluler dengan hifa bersekat dan lubang melintang. Hifa vegetatifnya
melekat pada tempat hidupnya berupa substrat sebagai saprofit. Terdapat pula
beberapa kelompok penting yang hidup simbiosis membentuk ektomikoriza,
dengan substrat yaitu makhluk hidup, batang pohon mati, serasah daun, kayu
dan tanah. Basiodiomycota mempunyai badan buah( basidiokarp) yang besar
sehingga gampang buat diamati. Wujud jamur ini terdapat yang semacam
payung, telinga, serta separuh bundaran. Badan buah Basidiomycota terdiri atas
cadar( pileus), bilah( lamella), serta tangkai( stipe). Pada dikala pernikahan ini,
hifa yang berbeda tipe tersebut bersatu serta bilik selnya sirna. Akibat dari
hancurnya bilik sel ini, plasma sel hendak bercampur ataupun diucap pula
plasmogami. Pada dikala pencampuran plasma sel, inti juga bersatu serta
tumbuh jadi hifa dikariotik yang diploid. Hifa dikariotik ini nantinya hendak
hadapi meiosis serta jadi inti yang haploid( Khosi’ in, 2021).

Gambar 2.3.3 Basidiomyucota

(Suryani & Cahyanto, 2022)

2.3.4. Deutromycota
Sebagian besar fungi kelompok Deuteromycota terdiri dari 15.000 spesies
dan merupakan bentuk konidia (anamorf) dari Ascomycota, meskipun beberapa
memiliki afinitas dengan Basidiomycota. Spesies dari Deuteromycota termasuk
dalam Ascomycota atau Basidiomycota setelah fase reproduksi seksual secara
teleomorf ditemukan. Deuteromycota bukan merupakan unit monofiletik,
melainkan fungi yang tidak memiliki fase reproduksi seksual. Fungi ini hanya
memiliki proses reproduksi aseksual saja. Deuteromycota merupakan kelompok
jamur sementara yang tidak kawin. Deuteromycota terdiri dari jamur yang fase
seksualnya belum teridentifikasi atau jamur yang telah kehilangan fase seksual.
Bahkan anamorf dari divisi lain terutama Ascomycota dan beberapa
Basidiomycota. Salah satu jamur yang tergolong kedalam Deuteromycota
adalah jamur endofit. Jamur endofit yang terisolasi dari tumbuhan mangrove
didominasi oleh  Deuteromycota (Suciatmih,2015).
Gambar 2.3.4 Deutromycota

(Urbach, 2019)

2.4. Reproduksi Jamur


Pembiakan secara seksual memerlukan dua jenis jamur yang cocok, artinya dapat
kawin. Untuk kecocokan ini kita berikan istilah kompatibel. Dua jenis yang
kompatibel kita tandai dengan (+) dan (-) atau dengan A dan a, atau dengan lain
kode.Proses perkawinan antara 2 jenis yang kompatibel pada hakekatnya terdiri atas
persatuan antara dua protoplast yang kemudian diikuti persatuan intinya persatuan
antara protoplast disebut plasmogami, sedang persatuan antara inti di sebut karyogami.
Perkembangan secara seksual yaitu melalui peleburan inti sel dari dua sel induk,
sedangkan perkembangbiakan secara aseksual yaitu melalui proses pembelahan. Jamur
yang menghasilkan spora seksual dan aseksual disebut telemorphs, sedangkan jamur
yang menghasilkan spora aseksual saja disebut anamorphs. Reproduksi aseksual
berlangsung ketika kondisi-kondisi lingkungan sudah mencukupi untuk melakukan
pertumbuhan. Kebanyakan jamur adalah haploid pada bagian terbesar siklus hidupnya.
Sporaspora haploid terbentuk dalam sporangium itu. Ketika sporangium pecah, spora
diangkut oleh aliran udara, air atau hewan menuju tempat-tempat yang jauh maupun
dekat, dimana terdapat substrat yang sesuai bagi pertumbuhan misellium baru (Harti,
2015).
III. METODE
3.1. Alat
3.1.1 Cawan Petri berisi Media
3.1.2 Jarum tanam / ose
3.1.3 Bunsen
3.1.4 Gelas Benda
3.1.5 Kaca Penutup
3.1.6 Pipet Tetes
3.1.7 Mikroskop
3.1.8 Alat tulis
3.1.9 Handphone
3.2. Bahan
3.2.1 Sampel Daun Kelengkeng
3.2.2 Sampel Biji Berat
3.2.3 Sampel Udara disekitar
3.2.4 Larutan Mounting Laktofenol
3.2.5 Buku Penuntun Praktikum
3.2.6 PPT materi
3.3. Cara Kerja
3.3.1 Cawan petri berisi media dan koloni jamur disiapkan.
3.3.2 Gelas benda dibersihkan, kemudian diteteskan satu tetes laktofenol di bagian
tengah gelas benda.
3.3.3 Jamur yang tumbuh pada media di ambil sedikit dengan jarum tanam/ose,
diletakkan secara hati-hati di dalam tetesan larutan laktofenol,
uraikan hati-hati.
3.3.4 Preparat di tutup menggunakan gelas penutup.
3.3.5 Diamati di bawah mikroskop.
IV. HASIL PENGAMATAN
No Asal Sampel Ciri-Ciri Koloni Gambar Keterangan
Jamur Mikroskopis
1 Biji Beras Ciri makroskopis: 1. Hifa
(Aspergillus sp.)
Koloni berwarna hijau 2. Spora
kekuningan dengan 3. Stipes
bentuk bulat, tepi koloni 4. Vesikel
warna putih dengan 5. Metuale
tekstur granular. 6. Phialide
7. Conidia
Ciri mikroskopis: (Dok.Pribadi, 2023)
Hifa bersekat
(Ascomycota), vesikula
berbentuk bulat, konidia
berbentuk bulat,
konidiafor muncul dari
sel kaki dan beberapa
spesies memiliki celluce
(sel yang sangat kecil.
2 Daun kelengkeng Ciri makroskopis: 1. Hifa
(Aspergillus sp.)
koloni berbentuk bulat 2. Spora
dengan warna hijau 3. Stipes
kekuningan, tepian 4. Vesikel
berwarna putih, tekstur 5. Metuale
koloni granual. 6. Phialide
7. Conidia
Ciri mikroskopis:
merupakan jenis jamur (Dok. Pribadi, 2023)
dengan hifa bersekat
(Ascomycota), vesikula
berbentuk bulat, konidia
berbentuk bulat, konidifor
muncul dari sel kaki,
beberapa spesies
memiliki celluce (sel
yang sangat kecil).
3 Udara Ciri makroskopis: 1. Hifa
(Aspergillus
Koloni berbentuk bulat 2. Spora
fumigalus)
dengan warna hijau 3. Stipes
kekuningan. Tepian 4. Vesikel
berwarna putih, tekstur 5. Metuale
koloni granual. 6. Phialide
7. Conidia
Ciri mikroskopis:
merupakan jenis jamur
dengan hifa bersekat (Dok. Pribadi, 2023)
(Ascomycota), vesikula
berbentuk bulat, konidia
berbentuk bulat.
Konidiafor muncul dari
sel kaki, beberapa spesies
memiliki celluce (sel
yang sangat kecil),
merupakan bakteri
patogen).
V. PEMBAHASAN
Praktikum Biologi Dasar II acara IV yang berjudul “Keanekaragaman Jamur” telah
dilaksanakkan pada Selasa, 21 Maret 2023 pukul 10.30-13.00 WIB, secara luring di
Laboratorium Biologi Dasar. Tujuan praktikum yaitu mahasiswa dapat membedakan
berbagai jenis jamur yang terdapat di sekitar berdasarkan morfologinya. Alat yang digunakan
yaitu, cawan petri berisi media, jarum tanam / ose, bunsen, gelas benda, kaca penutup, pipet
tetes, mikroskop, alat tulis, handphone. Bahan yang digunakan yaitu, sampel daun
kelengkeng, sampel biji beras, sampel udara disekitar, larutan mounting laktofenol, buku
Penuntun Praktikum (PP), dan PPT materi. Cara kerja pada praktikum kali ini yaitu, cawan
petri berisi media dan koloni jamur disiapkan, gelas benda dibersihkan, kemudian diteteskan
satu tetes laktofenol di bagian tengah gelas benda, jamur yang tumbuh pada media di ambil
sedikit dengan jarum tanam/ose, diletakkan secara hati-hati di dalam tetesan larutan
laktofenol,
uraikan hati-hati, preparat di tutup menggunakan gelas penutup, dan diamati di bawah
mikroskop.
Jamur adalah organisme heterotrof, eukariotik, berupa filament (bening), menghasilkan
spora, bercabang, memiliki dinding sel yang mengandung kitin, selulosa, dan tidak
mempunyai klorofil. Hal ini sesuai dengan Norfajrina dkk., (2021) bahwa jamur adalah salah
satu kingdom dalam sistem klasifikasi makhluk hidup. Jamur merupakan makhluk hidup
heterotrof atau menjadi dekomposer di lingkungan. Jamur memiliki tingkat keanekaragaman
yang tinggi, tetapi tidak semuanya telah terindentifikasi. Masih banyaknya jumlah spesies
jamur yang belum teridentifikasi disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu tertentu
dengan kondisi dan kemampuan hidupnya yang terbatas.

5.1. Rhizopus sp.

Rhizopus sp. adalah jamur yang tergolong dalam filum Zygomycetes, ordo
Mucorales dan genus Rhizopus. Kelompok jamur ini memiliki hifa yang tidak bersekat-
sekat. Rhizopus sp. dapat membentuk struktur dorman bersifat sementara yang disebut
zigospora. Hal ini sesuai dengan Rosyidah & Bahtiar (2021) bahwa Zygomycota
merupakan kelompok jamur yang membentuk spora istirahat berdinding tebal yang
disebut zigospora. Rhizopus merupakan jamur dengan genus saprofit pada tumbuhan dan
parasit yang terspesialisasikan pada hewan. Jamur ini sering digunakan dalam pembuatan
tempe, yaitu seperti pada jenis Rhizopus oligosporus. Jamur ini mampu memproduksi
asam lemak omega-3 rantai Panjang khususnya linoleat, selain itu Rhizopus mampu
menghasilkan asam linoleate pada proses fermentasi.
Rhizopus sp. memiliki bentuk makroskopis koloni berwarna putih keabuan dengan
tekstur koloni menyerupai kapas. Secara mikroskopis memiliki sporangium berbentuk

oval, hifa tidak bersekat, memiliki rhizoid dan stolon. Hal ini sesuai dengan Farisa (2019)

bahwa Rhizopus sp. membentuk koloni berwarna abu-abu kecoklatan yang pucat dan

merupakan kapang utama dalam fermentasi tempe. Suhu minimum untuk tumbuh adalah

12 ℃, suhu optimumnya 30-35 ℃dan suhu maksimumnya 42 ℃. Sporangiofor tunggal

atau dalam kelompok dengan dinding halus atau agak sedikit kasar, dengan panjang lebih

dari 1000 µm dan diameter 10-18 µm.

Rhizopus sp. terdiri atas bagian tubuh berupa sporangium, sporangiospore, kolumela,

apofisis, sporangiofora, noda, stolon, dan rhizoid. Hal ini sesuai dengan Yulyanti (2014)

bahwa struktur morfologi jamur ini tersusun atas dua bagian yaitu miselium dan spora.

Miselium merupakan kumpulan dari hifa. Hifa kapang biasanya berupa serabut-serabut

halus seperti kapas yang dapat tumbuh di bawah atau di atas permukaan medium.

Pertumbuhan hifa berasal dari spora yang telah melakukan germinasi membentuk tuba

germ yang akan tumbuh terus membentuk miselium.

Rhizopus sp. adalah jamur yang tergolong Zygomycota multiseluler yang

bereproduksi secara aseksual dengan cara fragmentasi (pemutusan) hifa. Potongan hifa

dari hasil fragmentasi akan tumbuh menjadi jamur baru. Pada tahapan ini akan

melibatkan spora aseksual yang dapat berupa spongiospora dan konidiospora. Hal ini

sesuai dengan Yulyanti (2014) bahwa spora Rhizopus sebagai unit reproduksi sangat

membantu jamur dalam siklus hidupnya dan mampu bertahan hidup dalam keadaan yang

tidak menguntungkan. Spora melakukan penyebaran yang merupakan masa dormansi.

Spora kapang menemukan kondisi yang sesuai, kemudian melakukan germinasi untuk

menjadi thalus baru.

Biasanya jamur ini ditemukan pada roti yang sudah kadaluarsa, kacang tanah yang

sudah lama, dan makanan-makanan yang sudah membusuk. Hal ini sesuai dengan

Hidayatullah (2018) bahwa jamur ini didalam makanan berperan melakukan proses

fermentasi atau proses pembusukan pada makanan. Rhizopus sp sering ditemukan pada
tanah,buah yang busuk dan tanaman. Habitat Rhizopus sp. yaitu di tempat lembab, hidup

sebagai saprofit pada organisme mati misalnya pada bahan makanan seperti kedelai, roti,

buah-buahan (anggur, stroberi dan tomat).

Rhizopus sp. memiliki manfaat yang banyak bagi kehidupan makhluk hidup sehari-

hari. Jamur  Rhizopus merupakan jamur yang sering digunakan dalam  pembuatan tempe.

Hal ini sesuai dengan Aryanta (2020) bahwa Jamur Rhizopus aman dikonsumsi karena

tidak menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat. Jamur Rhizopus

mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi trigliserida dan asam amino.

5.2. Aspergillus sp.


Aspergillus adalah jamur yang tergolon dalam kelompok jamur konidial,
yaitu jamur dalam keadaan aseksual. Aspergillus merupakan kelompok organisme
eukariota yang ditemukan melimpah di alam. Hal ini sesuai dengan Mizana dkk.,
2016 bahwa Aspergillus sp merupakan kelompok mikroorganisme eukariot, saat ini
diakui sebagai salah satu diantara beberapa makhluk hidup yang memiliki daerah
penyebaran paling luas serta berlimpah di alam, selain itu jenis kapang ini juga
merupakan kontaminan umum pada berbagai substrat di daerah tropis maupun
subtropis. Oleh karena itu, kemungkinan besar banyak jenis Aspergillus juga dapat
hidup pada roti tawar. Jamur Aspergillus sp dapat menghasilkan beberapa
mikotoksin.
Aspergillus sp memiliki ciri-ciri berupa mikroskopis memiliki hifa bersekat,
vesikula berbentuk bulat, konidia berbentuk bulat, konidiofor muncul dari sel kaki,
dan beberapa spesies memiliki celluce (sel yang sangat kecil). Hal ini sesuai
dengan Putra dkk., (2020) bahwa Aspergillus niger memiliki ciri spora berwarna
putih kehitaman dan intensitas warnanya bertambah pada biakan yang semakin tua.
Bentuk permukaan koloninya timbul dengan tekstur yang halus pada medium PDA.
A. niger memiliki ciri mikroskopis vesikel yang berbentuk bulat dengan diameter
yang berkisar antara 17,52 sampai 23,4 µm. Pada permukaan vesikelnya terdapat
sterigma kemudian fialid, dimana konidianya terdapat. Konidianya berbentuk bulat
dengan kisaran diameter antara 3,5 sampai 4,5 µm. Konidioforanya panjang dan
berbentuk silinder serta tidak berwarna (hialin).
Aspergillus sp memiliki bagian tubuh berupa vesikula, konidiofor, metule
dan phialide, dan konidia. Vesikula adalah pembesaran konidiofor yang menunjang
conidia. Konidiofor merupakan suatu struktur tegak lurus yang muncul dari sel
kaki dan pada ujungnya menghasilkan vesikel. Metule dan phialide berperan
sebagai ornamentasi reproduksi. Konidia merupakan penghasil spora untuk
reproduksi. Hal ini sesuai dengan Nyongesa dkk., (2015) bahwa Untuk
mengidentifikasi spesies Aspergillus secara mikroskopis karakteristiknya meliputi
bentuk dari kepala konidia, bentuk vesikel dan diameter, ukuran konidia, tekstur
serta warna. Hasil isolasi menunjuk-kan karakteristik yang berbeda-beda. Hasil
pengamatan ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Nyongesa et al.
(2015) bahwa morfologi secara makroskopik yang dapat diamati dari spesies
Aspergillus sp. yaitu tekstur dari koloni dan pigmentasinya, warna dibalik koloni,
formasi sklerotia yang terdiri dari exudate drops, radial furrow dan growing zone.
Aspergillus sp. bereproduksi secara aseksual melalui fragmentasi dan secara
seksual dengan membentuk aksospora. Hal ini sesuai dengan Payon (2019) bahwa
Jamur berkembangbiak dengan membentuk spora kecil yang dapat dengan mudah
tumbuh di udara. Kepala konidia atau tubuh menghasilkan spora. Aspergillus
berkembang biak dengan pembentukan hifa atau tunas dan menghasilkan
konidiofora pembentuk spora yang mana sporanya tersebar bebas diudara terbuka.
Aspergillus membutuhkan suhu yang hangat, kelembaban, dan material organik
untuk berkembang biak. Aspergillus sp. memiliki spora bersel satu dan terdapat
sebuah struktur mirip dengan pundi atau kantung yang disebut askus.
5.3. Saccharomyces sp.
Saccharomyces sp. Adalah sel khamir, yeast, ataupun ragi. Saccharomyces
sp. tercantum dalam divisi Ascomycota. Saccharomyces ialah mikroorganisme
uniseluler serta tidak memiliki tubuh buah namun mempunyai tunas. Perihal ini
cocok dengan komentar Rijal dkk.( 2019) yang melaporkan kalau Saccharomyces
cereviceae ialah jamur yang tercantum dalam famili Saccharomycetales genus
Saccharomyces. Kustyawati dkk.( 2013) melaporkan kalau Saccharomyces
cerevisiae ialah yeast penghasil enzim ekstrakulikuler.
Secara makroskopis, Saccharomyces sp. koloni berupa cembung mirip
tetesan air, koloni bercorak putih, sebagaimana disebutkan oleh Puspita dkk.( 2020)
kalau koloni yeast diisyarati dengan warna putih. Secara mikroskopis,
Saccharomyces sp. berupa bundar lonjong, inti terletak ditengah, serta uniseluler.
Perihal ini cocok dengan komentar Rijal dkk.( 2019) yang melaporkan kalau wujud
sel khamir bulat, memanjang semacam benang serta menciptakan psedomiselium.
Reproduksi Saccharomyces sp. ialah dengan tunas multilateral serta spora.
Perihal ini cocok dengan komentar Puspita dkk.( 2020) yang melaporkan kalau yeast
mempunyai wujud yang khas, ialah mempunyai tunas selaku wujud regenerasinya
serta berbeda dengan kuman yang membelah diri. Guna utama tunas merupakan
selaku tempat terbentuknya mayoritas perkembangan pada tanaman( tumbuh biak).
Habitat natural Saccharomyces ialah ada pada permukaan buah serta tape.
Perihal ini selaras dengan komentar Puspita dkk.( 2020) yang melaporkan kalau
Saccharomyces cerevisiae bisa ditemui di alam leluasa paling utama di tanah serta
memegang kedudukan berarti dalam hidrolisis selulosa pada tanah. Tidak hanya itu,
Saccharomyces pula bisa ditemui pada buah- buahan, salah satunya ditemui pada
nira kelapa.
Saccharomyces sp. berfungsi dalam proses fermentasi pembuatan roti, tape,
minuman semacam anggur, serta bir. Contoh S. cereviseae, S. bayanus, S.
pastorianus. Perihal ini bersumber pada Puspita dkk.( 2020) yang melaporkan kalau
Saccharomyces cerevisiae sangat universal digunakan dalam industri santapan paling
utama dalam pembuatan roti serta penciptaan minuman beralkohol. Saccharomyces
sp. pada pembuatan roti berfungsi selaku penghasil gas yang hendak meningkatkan
adonan supaya wujud roti jadi mengembang serta berpori- pori, sebaliknya
Saccharomyces sp. pada pembuatan minuman beralkohol hendak mengganti glukosa
jadi etanol, CO, serta sedikit bahan- bahan aromatik yang menguap pada hasil akhir.
Bersumber pada Susandi dkk.,( 2018), khamir sudah dimanfaatkan buat membuat
bermacam tipe santapan serta minuman fementasi beralkohol semacam wine, bir,
tuak, serta tapai. Khamir dalam proses fermentasi santapan serta minuman berfungsi
mendegradasi substrat buat membentuk struktur, tekstur dan aroma yang bisa
menaikkan nilai gizi.
5.4. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus)
Pleurotus ostreatus diucap selaku jamur tiram serta tercantum
Basidiomycota sebab sudah mempunyai tubuh buah. Perihal ini cocok dengan
statment Kosasih dkk.,( 2022), yang melaporkan kalau jamur tiram( Pleurotus
ostreatus) merupakan jamur pangan dari kelompok Basidiomycota serta tercantum
kelas Homobasidiomycetes dengan identitas universal badan buah bercorak putih
sampai krem serta tudungnya berupa separuh bundaran mirip cangkang tiram
dengan bagian tengah agak cekung. Jamur tiram masih satu saudara dengan
Pleurotus eryngii serta kerap diketahui dengan istilah King Oyster Mushroom.
Karakteristik makroskopis Pleurotus ostreatus merupakan mempunyai
cadar( pileus), mempunyai tangkai serta lamela, koloni bercorak putih semacam
kapas yang penuhi media. Sebaliknya karakteristik mikroskopisnya ialah hifa
bercorak krem bersekat( hifa septa) dengan percabangannya. Perihal ini cocok
dengan statment Kosasih dkk.,( 2022), yang melaporkan kalau karakteristik
makroskopis Pleurotus ostreatus tatau ubuh buah jamur tiram mempunyai tangkai
yang berkembang menyamping( bahasa Latin: pleurotus) serta wujudnya semacam
tiram( ostreatus), sehingga jamur tiram memiliki nama binomial Pleurotus
ostreatus. Bagian cadar dari jamur tersebut berganti warna dari gelap, abu- abu,
coklat, sampai putih, dengan permukaan yang nyaris licin, diameter 5–20
centimeter yang bertepi cadar lembut sedikit berlekuk. Karimawati( 2017), ciri
tumbuhnya miselium jamur tiram dengan terdapatnya kumpulan bercorak putih
seragam serta sedikit lebih rimbun. Bagi Swandi et angkatan laut(AL).( 2018), ciri
mikroskopis jamur tiram( Pleurotus sp.) ada septa pada hifa yang berkembang pada
media PDA. Nampak hifa yang berkembang mempunyai sekat( septa). Jamur yang
mempunyai hifa merupakan identitas jamur multiseluler.
Reproduksi Pleurotus ostreatus secara aseksual dengan memakai
konidiospora secara intim dengan memakai basidiospora. Perihal ini cocok dengan
statment Swadaya( 2014), yang melaporkan kalau jamur tiram tercantum divisi
Basidiomycota, itu sebab dalam reproduksi generatifnya dia menciptakan
basidiospora. Sebaliknya reproduksi vegetatifnya membentuk konidiospora.
Habitat dari Pleurotus ostreatus merupakan di dasar tumbuhan, di dasar
tumbuhan berkayu serta di semak- semak. Perihal ini cocok dengan statment
Iqraini( 2016), yang melaporkan kalau pada kehidupan alaminya jamur tiram putih(
P. ostreatus) berkembang di hutan serta umumnya berkembang tumbuh di kayu-
kayu lapuk. Ada pula medium tanam yang digunakan semacam media berkembang
jamur tiram putih( P. ostreatus) di habitat aslinya merupakan limbah kardus serta
ampas tebu.
Kedudukan Pleurotus ostreatus ialah dibudidayakan serta disantap sebab
mempunyai isi gizi yang besar. Perihal ini cocok dengan statment Puspitasari et
angkatan laut(AL).( 2014), yang melaporkan kalau jamur tiram mempunyai rasa
yang lezat serta pula penuh isi nutrisi, besar protein, serta rendah lemak. Jamur
tiram memiliki isi vit, asam amino, serta mineral yang besar.
5.5. Jamur merang (Volvariella volvacea)
Jamur merang ialah kalangan jamur yang masuk kedalam
kelompok Basidiomycota perihal ini disebabkan jamur ini mempunyai
dimensi yang makroskopis serta tipe hifanya tercantum hifa yang
bersekat. Perihal ini cocok dengan komentar Riduwan dkk.( 2013)
bahwa jamu merang terkategori selaku jamur pangan ataupun jamur
yang bisa diolah serta disantap oleh manusia, jamur ini ialah jamur
yang terkategori kedalam kelas Basidiomycota.
Karakteristik- ciri dari jamur merang sendiri merupakan badan
berupa basidiocarp dengan susunan gelatin diatasnya, hifa bercorak
putih bersekat, percabangan hifa menggarpu, serta arah
pertumbuhannya sirkuler. Perihal ini cocok dengan komentar Suryani
dkk.( 2020) bahwa V. volvacea diucap selaku jamur merang, jamur
padi ataupun jamur Tiongkok. Jamur ini banyak dibudidayakan. Badan
buahnya basidiocarp yang memiliki gelatin, serta terdapat yang
bermanfaat buat santapan. Basidiospora dibangun di dalam basidium
serta dikeluarkan saat sebelum tua.
Bagian- bagian badan jamur merang terdiri atas pileus,
hymenium, annulus, sterm, volva serta miselia. Perihal ini cocok
dengan pendaoat Suryani dkk.( 2020) kalau jamur merang tersusun atas
sebagian bagian ialah pileus, hymenium, annulus, sterm, volva serta
miselia. Jamur merang bisa berkembang maksimal pada rentan
temperatur 25- 40 derajat celcius dengan perkembangan maksimum
pada temperatur 37 derajat celcius.
Jamur merang berkembangbiak secara vegetatif ataupun
generatif dengan memakai spora. Jamur ini banyak dibudidayakan
selaku bahan santapan serta obat- obatan. Perihal ini cocok dengan
komentar Suryani dkk.( 2020) kalau V. volvacea dapat berkembang
pada temperatur 25- 40°C, serta perkembangan maksimum pada
temperature 37°C, perkembang biakan jamur memakai sporangium
serta pemanfaatan jamur ini ialah kerap dibudidayakan buat keperluan
bahan pangan serta obat- obatan.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan praktikum “Keanekaragaman Jamur”, dapat
disimpulkan bahwa jamur atau fungi merupakan organisme tidak berklorifil
dan bersifat hererotrof.. Dalam mengidentifikasi jamur dapat dilihat dari
struktur morfolonginya. Jamur tergolong menjadi 4 kelompok, yaitu
Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan Deutromycota. Pada jamur
terdapat struktur mikroskopis dan struktur makrokopis. Ciri makroskopis dapat
dilihat langsung dengan mata, sedangkan ciri mikroskopis hanya dapat dilihat
dengan bantuan mikroskop.
DAFTAR PUSTAKA
Addiniyah, N. R. (2019). Tingkat toksisitas Bacillus thuringiensis koleksi Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit
(B2P2VRP) Salatiga dan Isolat Surabaya terhadap berbagai stadium
larva Aedes aegypti. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya.

Aryanta, I. W. R. (2020). Manfaat tempe untuk kesehatan. Widya Kesehatan,


2(1), 44-50.

Charisma, A. M. (2019). Buku Ajar Mikologi. Airlangga University Press.

Firdhausi, Nirmala, F., dan Arum, W. M. B. (2018). Inventarisasi Jamur


Makroskopis di Kawasan Hutan Mbeji Lereng Gunung Anjasmoro.
Jurnal Biology Science Dan Education, 7(2), 142–146.

Hidayatullah, T. (2018). Identifikasi Jamur Rhizopus Sp Dan Aspergillus Sp


Pada Pada Roti Bakar Sebelum Dan Sesudah Dibakar Yang Dijual Di
Alun-Alun Jombang (Doctoral dissertation, STIKES Insan Cendekia
Medika Jombang).

Lianah, M. P. 2021. DASAR-DASAR MIKOLOGI. Semarang: Alinea Media


Dipantara.

Mizana, D. K., Suharti, N., & Amir, A. (2016). Identifikasi pertumbuhan jamur
aspergillus sp pada roti tawar yang dijual di kota padang berdasarkan
suhu dan lama penyimpanan. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(2): 355-
360.

Norfajrina, N., Istiqamah, I., & Indriyani, S. (2021). Jenis-Jenis Jamur (Fungi)
Makroskopis Di Desa Bandar Raya Kecamatan Tamban Catur. Al
Kawnu: Science and Local Wisdom Journal, 1(1).
Nyongesa BW, Okoth, S, Ayugi V. 2015. Identification key for Aspergillus
species isolated from maize and soil of nandi cowty, Kenya. Scientific
Research Publishing. 5(5): 205-229.
Pinaria, A. G., & Assa, B. H. (2022). Jamur patogen tanaman terbawa tanah.
Media Nusa Creative (MNC Publishing).
Putra, G. W. K., Ramona, Y., & Proborini, M. W. (2020). Eksplorasi dan
identifikasi mikroba yang diisolasi dari rhizosfer tanaman stroberi
(Fragaria x ananassa Dutch.) Di Kawasan Pancasari Bedugul. Journal
of Biological Sciences, 7(2), 205-213.

Rosyidah, L. A. U., & Bahtiar, Y. (2021). Materi Jamur (Fungi) Kelas X MA


Al Azhar. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas KH. A. Wahab Hasbullah.

Sopandi, T., & Wardah. (2020). Mikologi: Dasar dan Aplikasi. Yogyakarta:
CV Andi Offset.
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 21 Mei 2023


Mengetahui,
Asisten Praktikan

(Bella Sungkawa Zanuar Riyanti) (Zanuba Khusnalmuna)


NIM. 24020120140051 NIM. 24020122120009
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai