PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bentuk secara
makroskopis dan mikroskopis jamur.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4.1. Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Jamur
No. Gambar Keterangan
1.
Tempe (Rhizopus oryzae)
Kelas : Zygomycota
Perbesaran : 4 x 10 + minyak
Jamur Tempe
emersi
2.
Jamur oncom
(Neurospora sitophila)
Kelas : Ascomycota
Jamur Oncom
Perbesaran : 4 x 10
3.
Ragi (Saccharomyces cerevisiae)
Kelas : Ascomycota
Perbesaran : 4 x 10
Jamur Ragi
4.
Jamur pada roti
(Rhizopus stolonifer)
Kelas : Zygomycota
Jamur Roti Perbesaran : 4 x 10 + minyak
emersi
4.2. Pembahasan
Menurut Dwidjoseputro (1994) salah satu makhluk hidup yang banyak
terdapat dilingkungan adalah fungi atau jamur, baik jamur yang berukuran
mikroskopik maupun yang berukuran makroskopik.Fungi dalam bahasa Indonesia
disebut cendawan yang merupakan organisme tingkat rendah yang belum
mempunyai akar, batang dan daun. Tubuh terdiri dari satu sel (uniseluler) dan
bersel banyak (multiseluler). Sel berbentuk benang disebut hifa. Hifa akan
bercabang-cabang membentuk bangunan seperti anyaman yang disebut miselium.
Sel bersifat eukariotik, tidak mempunyai klorofil, sebagai parasite atau saprofit
dan hidup pada tempat lembabatau tidak menyukai adanya cahaya.
Pada praktikum kali ini, praktikan mengamati jamur yang berasal dari roti
busuk, tempe, oncom dan ragi secara makroskopis dan mikroskipois. Menurut
hasil pengamatan, jamur pada tempe termasuk ke dalam jenis jamur
Duotromycotina. Namun, hal ini bertentangan dengan literatur yang ditemukan.
Menurut Desanto (2013) Rhizopus merupakan genus dari kelas Zhygomcetes yang
memiliki kemampuan menghasilkan spora seksual Zygospora dan spora aseksual
Sporanglospora. Kemunculan spora (Sporulasi) tersebut menyebabkan tempe atau
oncom menghitam. Menurut Anonim (2014) Rhizopus sp., yang terdapat pada ragi
tempe ini mempunyai daya untuk memecah putih telur dan lemak. Oleh karena
itu, ia berperan dalam pembuatan tempe dan oncom putih. Jamur tempe
mempunyai hifa yang berguna untuk menyerap makanan dari kacang kedelai.
Dalam waktu dua sampai tiga hari, kumpulan hifa tersebut akan membungkus
kedelai yang kemudian disebut tempe. Selain pada tempe, jamur ini juga dapat
tumbuh di tempat-tempat yang lembap. Perbedaan ini dapat dikarenakan oleh
kurang telitinya praktikan dalam melakukan pengamatan pada saat praktikum.
Menrut Yuliani dkk (2007) Tempe adalah pangan produk fermentasi biji
kedelai. Jenis kapang yang memegang peranan utama dalam fermentasi biji
kedelai adalah Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, dan Rhizopus stolonifer.
Berdasarkan hasil pengamatan jamur pada tempe menunjukkan bagian
mikroskopik berupa sporangium dengan spora berwarna hitam, sporangiofor,
kolumela dan tidak bersekat. Hal ini menunjukkan bahwa jamur yang tumbuh
pada tempe adalah Rhizopus sp. Menurut Fardiaz (1989), Jamur Rhizopus
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: hifanya non septet, mempunyai stolon dan
rhizoid yang warnanya gelap jika sudah tua, sporangiofor tumbuh pada noda
dimana terbentuk juga rhizoid, sporangio biasanya besar dan berwarna hitam,
kolumela agar bulat dan afofisis berbentuk seperti cangkir, membentuk hifa
negative yang melakukan penetrasi pada subsirat dan hifa fertile yang
memproduksi sporangio pada ujung sporangiofor, pertumbuhannya cepat dan
membentuk miselium seperti kapas. Hal yang memperkuat bahwa cendawan pada
tempe berupa Rhizopus yaitu Hayati (2009) yang menyatakan bahwa beberapa
Rhizopus yang berperan dalam pembuatan tempe adalah Rhizopus oligosporus
dan Rhizopus oryzae. Berdasarkan hal tersebut dapat diduga bahwa pengamatan
cendawan tempe termasuk diantara R. oligosporus dan R. oryzae. Menurut Pitt
dan Hocking (1985), hal yang membedakan Rhizopus oligosporus dan Rhizopus
oryzae yaitu panjang sporangiosfor R. oligosporus 150-400 mm lebih pendek dari
R. Oryzae yaitu lebih dari 1.500 mm, sedangkan sporangium R. Oligosporus 80-
120 mm lebih pendek dari R. oryzae. Masuk kedalam kelas Zygomycota dengan
pembesaran 4x10 + minyak emersi.
Pada praktikum, oncom yang digunakan ialah oncom yang berwarna merah.
Menurut Desanto (2013), Oncom yang kerap dijumpai ada dua jenis oncom merah
dan oncom hitam. Oncom merah didegradasi oleh kepang oncom Neurospora
sitophila sedangkan oncom hitam didegradasi oleh kapang tempe Rhizopus
Oligoporus. Nama Neoruspora Sitophila berasal dari kata neuron (sel saraf )
karena guratan-guratan pada sporanya menyerupai bentuk akson. sitos (makanan)
dan philos (menyukai). Sebelum diketahui perkembangbiakan secara seksualnya,
jamur ini masuk ke dalam kelompok Deuteromycota, tetapi setelah diketahui fase
seksualnya (teleomorph), yaitu dengan pembentukan askus, maka jamur ini masuk
kedalam golongan Ascomycota dengan pembesaran 4x10.
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum cendawan pada roti busuk,
menunjukkan bagian mikroskopik yaitu berupa Sporangium, hifa yang bersel
tunggal, hasil pengamatan ini diperkuat oleh Campbell (2004), bahwa roti busuk
merupakan cendawan yang memiliki hifa tidak bersekat (senositik), reproduksi
seksual (dengan membentuk zigospora) dan aseksual (dengan membentuk
sporangiospora). Jenis cendawan pada roti busuk yaitu Rhizopus stolonife. Jamur
kelompok ini namanya Zygomycotina dengan pembesaran 4x10 + minyak emersi,
karena dalam reproduksi generatifnya menghasilkan zigot di dalam zigospora.
Jamur Zygomycotina mempunyai ciri-ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat
kitin, multiseluler, hifa tidak bersekat, mengandung inti haploid, memiliki
keturunan diploid lebih singkat, reproduksi generatife dengan konjugasi yang
menghasilkan zigospora.
Pada saat praktikum, pengamatan pada ragi menunjukan bahwa ragi masuk
kedalam kelompok Ascomycota dengan pembesaran 4x10, praktikan mendapatkan
data dari beberapa literatur yang telah ditemukan. Saccharomyces merupakan
jamur uniseluler. Jamur ini biasa dikenal orang sebagai ragi, khamir, atau yeast.
Ragi dapat bereproduksi secara aseksual dan seksual. Menurut Bagod dan Laila
(2006), reproduksi aseksual biasa dilakukan dengan cara membentuk kuncup kecil
(budding) pada sel yang berbentuk oval. Kuncup tersebut membesar dan akhirnya
terlepas dari sel induknya. Reproduksi seksual terjadi jika suplai makanan terhenti
atau lingkungan tidak mendukung untuk melakukan reproduksi secara aseksual.
Akibatnya, terbentuk askus dan askospora. Askospora dari dua tipe yang berlainan
bertemu dan menyatu menghasilkan sel diploid. Selanjutnya, terjadi pembelahan
secara meiosis sehingga beberapa askospora (haploid) dihasilkan lagi. Askospora
haploid tersebut berfungsi secara langsung sebagai sel ragi baru. Menurut Ahmad
(2005) Saccharomyces cerevisiae merupakan khamir sejati yang secara morfologi
hanya membentuk blastospora berbentuk bulat lonjong, silindris, oval atau bulat
telur yang dipengaruhi oleh strainnya. Dapat berkembang biak dengan membelah
diri melalui budding cell. Reproduksinya dapat dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan serta jumlah nutrisi yang tersedia bagi pertumbuhan sel. Penampilan
makroskopik mempunyai koloni berbentuk bulat, warna kuning muda, permukaan
berkilau, licin, tekstur lunak dan memiliki sel bulat dengan askospora 1 sampai 8
buah. Menurut Bagod dan Laila (2006), Saccharomyces cerevisiae banyak
digunakan dalam pembuatan roti, tapai, minuman semacam anggur, dan bir.
Saccharomyces hidup sebagai saprofit pada substrat yang banyak mengandung
karbohidrat. Dengan menggunakan enzim amilase, jamur ini mampu menguraikan
glukosa menjadi alkohol dan karbon dioksida dalam proses fermentasi.
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Mikroba merupakan organisme yang berukuran kecil (mikro), dapat
melakukan aktifitas untuk hidup, dapat tergolong dalam prokaryot seperti bakteri
dan virus, dan eukariot seperti alga, protozoa. Mikroba sangat berperan dalam
kehidupan. Mikroba terdiri dari bakteri, jamur, dan virus. Secara umum, tiap
mikroba mempunyai morfologi dan struktur anatomi yang berbeda.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada sampel berupa jamur pada
oncom, tempe, roti busuk dan ragi dengan pembesaran yang sama yaitu 4x10
dapat diketahui bahwa mikroba berupa jamur memiliki bentuk makroskopis dan
mikroskopis yang beraneka ragam. Berdasarkan mikroskopis yaitu cara
reproduksi secara generatifnya, jamur dapat dibagi menjadi 4 kelas yaitu
zygomycotina, ascomycotina, basidiomycotina, dan deuteromycotina.
5.2. Saran
Saat berada di dalam laboratorium sebaiknya sebagai praktikan harus
memperhatikan keselamatan kerja.
DAFTAR PUSTAKA