Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jamur adalah makhluk hidup yang akrab dengan kehidupan kita sehari-hari.
Jamur atau fungi bervariasi dalam ukuran, dari ragi yang uniseluler sampai jamur
multiseluler, seperti jamur payung dan jamur kuping yang tumbuh di kayu. Pada
umumnya, jamur memiliki 3 karakteristik utama, yaitu eukariotik, menggunakan
spora sebagai alat perkembangbiakannya, dan heterotrof. Sebagai tambahan,
jamur membutuhkan tempat yang lembab dan hangat agar dapat tumbuh. Oleh
karena itu, jamur banyak ditemukan di makanan yang lembab, di dasar kulit
batang pohon, di dasar lantai hutan, serta di lantai kamar mandi yang lembab.
Oleh karena bersifat heterotrof, secara ekologi jamur sangat penting karena
berperan sebagai pengurai dan ikut andil dalam daur nutrisi yang ada di tanah
(Subahari, 2008).
Pada umumnya bahan-bahan yang berasal dari alam mudah untuk ditumbuhi
jamur atau cendawan, misalnya pada buah-buahan. Jamur atau cendawan tersebut
biasanya akan mengakibatkan rusaknya bahan-bahan tersebut. Jika bahan-bahan
tersebut digunakan (dikonsumsi) oleh makhluk hidup dalam hal ini manusia,
biasanya bersifat patogen dan akan mengganggu fungsi tubuh makhluk hidup.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bentuk secara
makroskopis dan mikroskopis jamur.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Mikroba


Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang berukuran sangat kecil
yaitu dalam skala micrometer atau micron (μ) atau sepersejuta meter dan tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang. Dalam percakapan sehari-hari atau untuk
kepentingan praktis mikroorganisme sering disebut sebagai mikroba atau kuman.
Untuk mempelajarinya diperlukan cara tertentu yaitu observasi mikroskopik dan
biakan atau pure culture. Termasuk dalam golongan mikroba adalah bakteri
(eubactera, archaebacteria), fungi (yeasts, molds), protozoa, microscopic algae
dan virus serta beberapa macam cacing (helmints). Semua mikroba adalah sel
kecuali virus. Teori tentang sel menyebutkan bahwa makhluk hidup dapat berupa
organisme sel tunggal atau organisme yang tersusun atas berbagai sel (multisel).
Sel merupakan unit kompleks dari suatu sistem kehidupan. Semua makhluk hidup
yang ada berasal dari replikasi atau transformasi dari sel yang ada sebelumnya.
Sel adalah struktur yang dibatasi suatu membran, bermetabolisme secara aktif dan
mengandung materi hereditas (Yuwono, 2012).
Mikroba merupakan organisme yang berukuran kecil (mikro), dapat
melakukan aktifitas untuk hidup, dapat tergolong dalam prokaryot seperti bakteri
dan virus, dan eukariot seperti alga, protozoa. Mikroba sangat berperan dalam
kehidupan. Mikroba terdiri dari bakteri, jamur, dan virus. Secara umum, tiap
mikroba mempunyai morfologi dan struktur anatomi yang berbeda (Waluyo,
2004).
Mikroba yang hidup di alam terdapat sebagai populasi campuran dari
berbagai jenis mikrobia yang berbeda. Prinsip dari isolasi mikrobia adalah
memisahkan satu jenis mikrobia dengan mikrobia lain dari lingkungannya di alam
dan ditumbuhkan di medium buatan. Pertumbuhan mikrobia dapat dilakukan
dalam medium padat, karena dalam medium padat sel-sel mikrobia akan
membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya (Sutedjo, 1991).
Mikroba dapat diperoleh dari lingkungan air, tanah, udara, suubstrat yang
berupa bahan pangan, tanaman dan hewan. Jenis mikroorganismenya dapat
berupa bakteri, khamir, kapang dan sebagainya. Populasi dari mikroba yang ada di
lingkungan ini sangatlah beraneka ragam sehinga dalam mengisolasi diperlukan
beberapa tahap penanaman sehingga berhasil diperoleh koloni yang tunggal.
Koloni yang tunggal ini kemudian yang akan diperbanyak untuk suatu tujuan
penelitian misalnya untuk mengisolasi DNA mikroba yang dapat mendeteksi
mikroba yang telah resisten terhadap suatu antibiotik. Atau untuk mengetahui
mikroba yang dipakai untuk bioremediasi holokarbon (Fardiaz, 1992).
Peranan utama mikroba adalah sebagai (pengurai) bahan-bahan organik.
Selain merugikan, mikroba juga mempunyai banyak keuntungan bagi manusia.
Mikroba tidak perlu tempat yang besar, mudah ditumbuhkan dalam media buatan,
dan tingkat pembiakannya relatif cepat. Oleh karena itu, setiap mikroba memiliki
peran dalam kehidupan (Darkuni, 2001).

2.2. Pengertian Jamur


Jamur adalah sekelompok mikroorganisme yang digabungkan dalam takson
kingdom fungi, berdasarkan sistem Whittaker. Kingdom fungi mempunyai ciri
yang khas yaitu bersifat heterotrof yang mengabsorbsikan nutrient dan memiliki
kitin pada dinding selnya. Jamur dapat bersifat saprotrof dengan mendapatkan
nutrisi dari organisme hidup, atau dengan bersimbisos mutualisme dengan satu
organisme. Produksi kitin, sejenis polisakarida adalah synapomorphy (sifat yang
serupa) antara fungi, choanoflagellata dan hewan. Hal ini menjadi bukti bahwa
secara evolusioner, fungi lebih dekat ke hewan dibandingkan tumbuhan. Kingdom
fungi dapat dibagi menjadi empat filum, yaitu Chyhydiomycota, Zygomycota,
Ascomycota dan Basidiomycota. Masing-masing filum ini memiliki anggota baik
uniseluler maupun multiseluler (Purves, 2003).
Jamur atau cendawan adalah organisme yang mampu mengubah makhluk
hidup dan benda mati menjadi sesuatu yang menguntungkan atau merugikan.
Jamur memiliki potensi bahaya bagi kesehatan manusia atua hewan. Organisme
ini dapat menghasilkan berbagai jenis toksin yang di sebut mitoksin, tergantung
jenis jamur. Jadi jamur juga dapat menyebabkan alergi dan infeksi, juga
menyebakan tingkat dekomposisi makanan (Handayani, dkk., 2006).
Jamur merupakan jasad eukariot, yang berbentuk benang atau sel tunggal,
multiseluler atau uniseluler. Sel-sel jamur tidak berklorofil, dinding sel tersusun
dari khitin, dan belum ada diferensiasi jaringan. Jamur bersifat
khemoorganoheterotrof karena memperoleh energi dari oksidasi senyawa organik.
Jamur memerlukan oksigen untuk hidupnya (bersifat aerobik) (Sumarsih,2003).
Jamur adalah organisme bersel tunggal atau bersel banyak yang dinding selnya
mengandung kitin, bersifat eukariotik, dan tidak berklorofil. Jamur multiseluler
terbentuk dari rangkaian sel yang membentuk benang hifa bersekat ataupun tidak
bersekat yang akan saling sambung menyambung membentuk miselium (Kawuri,
dkk., 2016). Secara umum, jamur dibagi menjadi tiga kelas yaitu divisi
Zygomycota merupakan jamur dengan hifa bersekat, divisi Ascomycota
merupakan jamur dengan hifa tidak bersekat dan askuspora terdiri dari 8 spora,
serta divisi Basidiomycota yang umumnya berukuran makroskopis, memiliki
tudung (basidiokarp) dan tubuh buah (Hastono, 2003).
Jamur hidup secara heterotrof yaitu secara saprofit, parasit atau simbiosis pada
makhluk hidup lain atau pada inang tertentu untuk memperoleh nutrisi. Pada
keadaan tertentu, sifat jamur dapat berubah menjadi patogen dan menyebabkan
penyakit. Hal tersebut menyebabkan harusnya manusia berhati-hati dalam
menjaga kesehatan termasuk juga memilih makanan yang sehat dan terhindar dari
jamur. Berbagai jenis makanan yang sudah ditumbuhi jamur umumnya akan
busuk dan namun tidak basah (berlendir). Apabila jamur dibiarkan berkembang
biak, maka jamur akan membentuk koloni yang dapat dilihat secara makroskopik
serta merusak host atau inangnya (Syamsuri, dkk., 2007)
Sebagian besar tubuh fungi terdiri atas benang-benang yang disebut hifa yang
saling berhubungan berjalin semacam jala, yaitu miselium. Miselum dapat
dibedakan atas miselium vegetativ yang berfungsi nenyerap nutrien dari
lingkungan dan miselium fertil yang berfungsi dalam reproduksi (Campbell,
2004).
Menurut Waluyo (2007) Fungi merupakan organisme eukariotik yang
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Mempunyai spora
2. Memproduksi spora
3. Tidak mempunyai klorofil sehingga tidak berfotosintesis
4. Dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual
5. Tubuh berfilamen dan dinding sel mengandung kitin, glukan, selulosa dan
manan

2.3. Klasifikasi Jamur


Pada fungi ada dua istilah, yaitu kapang (mold) yang merupakan fungi yang
berfilamen dan multiseluler, dan khamir (yeast) yaitu bentuk fungi berupa sel
tunggal dengan pembelahan sel melalui pertunasan (Pratiwi, 2008).
a. Kapang
Fungi multiseluler atau kapang mempunyai miselia atau fillamen dan
pertumbuhannya dalam bahan makanan mudah sekali dilihat, yakni
seperti kapas (Waluyo, 2007).
Kapang dapat dibedakan menjadi dua kelompok
berdasarkan struktur hifa, yaitu hifa tidak bersekat atau nonseptat dan
hifa bersekat atau septat yang membagi hifa dalam mangan-mangan,
dimana setiap mangan mempunyai inti satu atau lebih (Campbell, 2004).
Secara lamiah kapang berkembang biak dengan berbagai cara, baik
aseksual dengan pembelahan, penguncupan atau pembentukkan spora
dapat pula secara seksual dengan pembelahan nukleus dari kedua
induknya (Waluyo, 2007).
Kapang atau jamur termasuk golongan Emycetes atau fungi sejati
yang terdiri atas empat klasis yaitu Phycomycetes,Ascomycetes,
Basidiocetes, dan Deuremycetes (Fungi interfecti). Identifikasi kapang
atau jamur apat dilakukan berdasarkan atas sifat – sifat morfologisnya.
Berdasarkan atas pengamatan secara mikroskopik, maka kapang atau
jamur dapat ditentukan sampai genusnya atau kadang dapat ditentukan
sampai spesiesnya (Djide, 2008).
Kapang merupakan jamur berfilamen dan multinukleat yang tersusun
oleh hifa. Hifa merupakan struktur tabung bercabang yang berdiameter 2-
10 µm yang biasanya dibagi-bagi menjadi semacam unit sel oleh dinding
yang melintang yang disebut septa. Kumpulan dari hifa disebut miselium.
Bagian dari miselium menjangkarkan kapang dan menyerap hara yang
dikenal dengan miselium vegetative yang tersusun oleh hifa vegetative;
bagian spora reproduktif, yaitu miselium aerial yang tersusun oleh hifa
aerial (Subandi, 2010).
b. Khamir
Khamir termasuk cendawan, tetapi berbeda dengan kapang karena
bentuknya yang terutama uniseluler. Reproduksi vegetatif terjadi dengan
cara pertunasan. Sebagian sel tunggal khamir tumbuh dan berkembang
biak lebih cepat dibanding kapang yang tubuh dengan pembentukkan
filamen. Sel khamir mempunyai ukuran yang bervariasi yaitu dengan
panjang 1-5 mm sampai 20-50 mm, dan lebar 1-10 mm. bentuk khamir
bermacam-macam, yaitu bulat, oval, silinder, ogival yaitu bulat panjang
dengan salah satu ujung runcing, segitiga melengkung, berbentuk batat,
bentuk apikal atau lemon, membentuk psedomiselium dan sebagianya
(Waluyo, 2007).
Khamir tumbuh baik pada keadaan aerob, tetapi untuk jenis
fermentative dapat tumbuh dalam kedaan anaerob, walaupun dengan cara
yang lambat. Secara umum gula merupakan sumber energy yang paling
baik, untuk khamir dan hanya untuk jenis khamir oksidatif dapat
menggunakan asam organik dan alkohol sebagai sumber energi (Djide,
2008).
Khamir termasuk golongan fungi atau phylum Eumycetes. Jenis
khamir sejati termasuk klas Ascomycetes dan beberapa termasuk
Basidiomycetes, sedangkan khamir yang tidak membentuk spora tegolong
dalam fungi inperfektif (Djide, 2008).
Menurut Campbell (2004) klasifikasi jamur, berdasarkan cara
reproduksi secara generative, jamur dapat dibagi menjadi 4 kelas yaitu
zygomycotina, ascomycotina, basidiomycotina, dan deuteromycotina.
1. Zygomycotina : Jamur kelompok ini namanya Zygomycotina karena
dalam reproduksi generatifnya menghasilkan zigot di dalam zigospora.
Jamur Zygomycotina mempunyai ciri – ciri yaitu dinding selnya tersusun
atas zat kitin, multiseluler, hifa tidak bersekat, mengandung inti haploid,
memiliki keturunan diploid lebih singkat, reproduksi generatife dengan
konjugasi yang menghasilkan zigospora.
2. Ascomycotina : Jamur kelompok ini namanya Ascomycotina karena dalam
reproduksi generatifnya menghasilkan askuspora. Jamur ini termasuk
kelas Ascomycotina mempunyai ciri – ciri yaitu dinding selnya tersusun
atas zat kitin, uniseluler dan multiseluler, hifa bersekat, membentuk badan
buah yang disebut askospora, memiliki keturunan diploid lebih singkat,
reproduksi vegetatifnya dengan membentuk konidiospora, reproduksi
generatifnya dengan konjugasi yang menghasilkan askospora.
3. Basidiomycotina : Jmaur kelompok ini disebut Basidiomycotina karena
dalam reproduksi generatifnya menghasilkan basidiospora. Jamur yang
termasuk kelas Basidiomycotina mempunyai ciri – ciri yaitu dinding
selnya tersusun atas zat kitin, multiseluler, hifa, bersekat, dibedakan hifa
primer ( berinti satu ) dan sekunder ( berinti dua ), mengamdung inti
haploid, memiliki keturunan diploid lebih singkat, membentuk badan
buah yang disebut basidikrop, reproduksi vegetatife dengan menghasilkan
basidiospra.
4. Deuteromycotina : Jamur kelompok ini disebut jamur imperfecti ( jamur
tidak sempurna ) atau Deuteromycotina karena belum diketahui cara
perkembangbiakan seksualnya. Jamur yang termasuk Deuteromycotina
mempunyai ciri –ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin,
multiseluler, hifa bersekat, dibedakan tipe hifa lebih singkat, dan
reproduksi vegetatifnya dengan membentuk konidiospora.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum “Pengenalan Mikroba Jamur (Fungi)” ini dilaksanakan pada hari
Senin, tanggal 09 Maret 2020 Pukul 07.30-09.10 WIB di Laboratorium
Bioteknologi, Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain jarum ose, pipet tetes,
kaca preparat, kaca penutup preparat, dan mikroskop. Sedangkan bahan yang
dibutuhkan adalah tempe, oncom, roti busuk, fermipan dan minyak emersi.

3.3. Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah :
1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk praktikum;
2. Diambil sampel jamur pada tempe, oncom, roti busuk, dan fermipan;
3. Ditempat masing-masing sampel pada kaca preparat;
4. Sampel ditutup dengan menggunakan kaca penutup preparat;
5. Ditambahkan minyak emersi di atas kaca penutup preparat;
6. Diamati sampel dengan menggunakan mikroskop;
7. Dicatat hasil pengamatan dan dibuat dalam bentuk laporan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Jamur
No. Gambar Keterangan
1.
Tempe (Rhizopus oryzae)

Kelas : Zygomycota

Perbesaran : 4 x 10 + minyak
Jamur Tempe
emersi
2.
Jamur oncom

(Neurospora sitophila)

Kelas : Ascomycota
Jamur Oncom
Perbesaran : 4 x 10
3.
Ragi (Saccharomyces cerevisiae)

Kelas : Ascomycota

Perbesaran : 4 x 10
Jamur Ragi
4.
Jamur pada roti
(Rhizopus stolonifer)

Kelas : Zygomycota
Jamur Roti Perbesaran : 4 x 10 + minyak
emersi

4.2. Pembahasan
Menurut Dwidjoseputro (1994) salah satu makhluk hidup yang banyak
terdapat dilingkungan adalah fungi atau jamur, baik jamur yang berukuran
mikroskopik maupun yang berukuran makroskopik.Fungi dalam bahasa Indonesia
disebut cendawan yang merupakan organisme tingkat rendah yang belum
mempunyai akar, batang dan daun. Tubuh terdiri dari satu sel (uniseluler) dan
bersel banyak (multiseluler). Sel berbentuk benang disebut hifa. Hifa akan
bercabang-cabang membentuk bangunan seperti anyaman yang disebut miselium.
Sel bersifat eukariotik, tidak mempunyai klorofil, sebagai parasite atau saprofit
dan hidup pada tempat lembabatau tidak menyukai adanya cahaya.
Pada praktikum kali ini, praktikan mengamati jamur yang berasal dari roti
busuk, tempe, oncom dan ragi secara makroskopis dan mikroskipois. Menurut
hasil pengamatan, jamur pada tempe termasuk ke dalam jenis jamur
Duotromycotina. Namun, hal ini bertentangan dengan literatur yang ditemukan.
Menurut Desanto (2013) Rhizopus merupakan genus dari kelas Zhygomcetes yang
memiliki kemampuan menghasilkan spora seksual Zygospora dan spora aseksual
Sporanglospora. Kemunculan spora (Sporulasi) tersebut menyebabkan tempe atau
oncom menghitam. Menurut Anonim (2014) Rhizopus sp., yang terdapat pada ragi
tempe ini mempunyai daya untuk memecah putih telur dan lemak. Oleh karena
itu, ia berperan dalam pembuatan tempe dan oncom putih. Jamur tempe
mempunyai hifa yang berguna untuk menyerap makanan dari kacang kedelai.
Dalam waktu dua sampai tiga hari, kumpulan hifa tersebut akan membungkus
kedelai yang kemudian disebut tempe. Selain pada tempe, jamur ini juga dapat
tumbuh di tempat-tempat yang lembap. Perbedaan ini dapat dikarenakan oleh
kurang telitinya praktikan dalam melakukan pengamatan pada saat praktikum.
Menrut Yuliani dkk (2007) Tempe adalah pangan produk fermentasi biji
kedelai. Jenis kapang yang memegang peranan utama dalam fermentasi biji
kedelai adalah Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzae, dan Rhizopus stolonifer.
Berdasarkan hasil pengamatan jamur pada tempe menunjukkan bagian
mikroskopik berupa sporangium dengan spora berwarna hitam, sporangiofor,
kolumela dan tidak bersekat. Hal ini menunjukkan bahwa jamur yang tumbuh
pada tempe adalah Rhizopus sp. Menurut Fardiaz (1989), Jamur Rhizopus
memiliki ciri-ciri sebagai berikut: hifanya non septet, mempunyai stolon dan
rhizoid yang warnanya gelap jika sudah tua, sporangiofor tumbuh pada noda
dimana terbentuk juga rhizoid, sporangio biasanya besar dan berwarna hitam,
kolumela agar bulat dan afofisis berbentuk seperti cangkir, membentuk hifa
negative yang melakukan penetrasi pada subsirat dan hifa fertile yang
memproduksi sporangio pada ujung sporangiofor, pertumbuhannya cepat dan
membentuk miselium seperti kapas. Hal yang memperkuat bahwa cendawan pada
tempe berupa Rhizopus yaitu Hayati (2009) yang menyatakan bahwa beberapa
Rhizopus yang berperan dalam pembuatan tempe adalah Rhizopus oligosporus
dan Rhizopus oryzae. Berdasarkan hal tersebut dapat diduga bahwa pengamatan
cendawan tempe termasuk diantara R. oligosporus dan R. oryzae. Menurut Pitt
dan Hocking (1985), hal yang membedakan Rhizopus oligosporus dan Rhizopus
oryzae yaitu panjang sporangiosfor R. oligosporus 150-400 mm lebih pendek dari
R. Oryzae yaitu lebih dari 1.500 mm, sedangkan sporangium R. Oligosporus 80-
120 mm lebih pendek dari R. oryzae. Masuk kedalam kelas Zygomycota dengan
pembesaran 4x10 + minyak emersi.
Pada praktikum, oncom yang digunakan ialah oncom yang berwarna merah.
Menurut Desanto (2013), Oncom yang kerap dijumpai ada dua jenis oncom merah
dan oncom hitam. Oncom merah didegradasi oleh kepang oncom Neurospora
sitophila sedangkan oncom hitam didegradasi oleh kapang tempe Rhizopus
Oligoporus. Nama Neoruspora Sitophila berasal dari kata neuron (sel saraf )
karena guratan-guratan pada sporanya menyerupai bentuk akson. sitos (makanan)
dan philos (menyukai). Sebelum diketahui perkembangbiakan secara seksualnya,
jamur ini masuk ke dalam kelompok Deuteromycota, tetapi setelah diketahui fase
seksualnya (teleomorph), yaitu dengan pembentukan askus, maka jamur ini masuk
kedalam golongan Ascomycota dengan pembesaran 4x10.
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum cendawan pada roti busuk,
menunjukkan bagian mikroskopik yaitu berupa Sporangium, hifa yang bersel
tunggal, hasil pengamatan ini diperkuat oleh Campbell (2004), bahwa roti busuk
merupakan cendawan yang memiliki hifa tidak bersekat (senositik), reproduksi
seksual (dengan membentuk zigospora) dan aseksual (dengan membentuk
sporangiospora). Jenis cendawan pada roti busuk yaitu Rhizopus stolonife. Jamur
kelompok ini namanya Zygomycotina dengan pembesaran 4x10 + minyak emersi,
karena dalam reproduksi generatifnya menghasilkan zigot di dalam zigospora.
Jamur Zygomycotina mempunyai ciri-ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat
kitin, multiseluler, hifa tidak bersekat, mengandung inti haploid, memiliki
keturunan diploid lebih singkat, reproduksi generatife dengan konjugasi yang
menghasilkan zigospora.
Pada saat praktikum, pengamatan pada ragi menunjukan bahwa ragi masuk
kedalam kelompok Ascomycota dengan pembesaran 4x10, praktikan mendapatkan
data dari beberapa literatur yang telah ditemukan. Saccharomyces merupakan
jamur uniseluler. Jamur ini biasa dikenal orang sebagai ragi, khamir, atau yeast.
Ragi dapat bereproduksi secara aseksual dan seksual. Menurut Bagod dan Laila
(2006), reproduksi aseksual biasa dilakukan dengan cara membentuk kuncup kecil
(budding) pada sel yang berbentuk oval. Kuncup tersebut membesar dan akhirnya
terlepas dari sel induknya. Reproduksi seksual terjadi jika suplai makanan terhenti
atau lingkungan tidak mendukung untuk melakukan reproduksi secara aseksual.
Akibatnya, terbentuk askus dan askospora. Askospora dari dua tipe yang berlainan
bertemu dan menyatu menghasilkan sel diploid. Selanjutnya, terjadi pembelahan
secara meiosis sehingga beberapa askospora (haploid) dihasilkan lagi. Askospora
haploid tersebut berfungsi secara langsung sebagai sel ragi baru. Menurut Ahmad
(2005) Saccharomyces cerevisiae merupakan khamir sejati yang secara morfologi
hanya membentuk blastospora berbentuk bulat lonjong, silindris, oval atau bulat
telur yang dipengaruhi oleh strainnya. Dapat berkembang biak dengan membelah
diri melalui budding cell. Reproduksinya dapat dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan serta jumlah nutrisi yang tersedia bagi pertumbuhan sel. Penampilan
makroskopik mempunyai koloni berbentuk bulat, warna kuning muda, permukaan
berkilau, licin, tekstur lunak dan memiliki sel bulat dengan askospora 1 sampai 8
buah. Menurut Bagod dan Laila (2006), Saccharomyces cerevisiae banyak
digunakan dalam pembuatan roti, tapai, minuman semacam anggur, dan bir.
Saccharomyces hidup sebagai saprofit pada substrat yang banyak mengandung
karbohidrat. Dengan menggunakan enzim amilase, jamur ini mampu menguraikan
glukosa menjadi alkohol dan karbon dioksida dalam proses fermentasi.
BAB V
PENUTUP

5.1. Simpulan
Mikroba merupakan organisme yang berukuran kecil (mikro), dapat
melakukan aktifitas untuk hidup, dapat tergolong dalam prokaryot seperti bakteri
dan virus, dan eukariot seperti alga, protozoa. Mikroba sangat berperan dalam
kehidupan. Mikroba terdiri dari bakteri, jamur, dan virus. Secara umum, tiap
mikroba mempunyai morfologi dan struktur anatomi yang berbeda.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada sampel berupa jamur pada
oncom, tempe, roti busuk dan ragi dengan pembesaran yang sama yaitu 4x10
dapat diketahui bahwa mikroba berupa jamur memiliki bentuk makroskopis dan
mikroskopis yang beraneka ragam. Berdasarkan mikroskopis yaitu cara
reproduksi secara generatifnya, jamur dapat dibagi menjadi 4 kelas yaitu
zygomycotina, ascomycotina, basidiomycotina, dan deuteromycotina.

5.2. Saran
Saat berada di dalam laboratorium sebaiknya sebagai praktikan harus
memperhatikan keselamatan kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Riza Z. 2005. Pemanfaatan Khamir Saccharomyces cerevisiae Untuk


Ternak. Bogor : Balai Penelitian Veteriner.
Anonim. 2014. Klasifikasi Jamur: Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan
Deuteromycota.https://www.zonasiswa.com/2014/09/klasifikasi-jamur.
Diakses pada tanggal 7 april 2019 pukul 19.06 WIB.
Bagod, Sudjadi dan S. Laila. 2006. Biologi : Sains Dalam Kehidupan. Jakarta :
Yudhistira.
Campbell, N.A., dkk. 2009. Biology Ninth Edition. San Fransisco : Pearson
Education Inc Benjamin Cummings.
Darkuni, Noviar. 2001. Mikrobiologi. Malang: UMM Press.
Desanto, Didik. 2013. Spora Oncom Merah (Neurospora sitophila) dan Oncom
Hitam (Rhizophus Oligosporus) sebagai Bentuk Dasar Eksplorasi Motif
Batik Langgam Indramayu. Visual art and design journal. Vol.1(3):224-
230.
Djide. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Farmasi. Makasar: Lephas.
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Fardiaz, Srikandi. 1989. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Handayani, Sugyo. 2006. Mikrobiologi. Jakarta : Rajawali Press.
Hastono, S. 2003. Cendawan dan Permasalahannya Terhadap Kesehatan Hewan.
Jurnal Veteriner. Vol.4(2) : 1 – 4.
Hayati, S. 2009. Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Kualitas Tempe Biji
Nangka (Artocarpus heterophyllus). Skripsi Departemen Kimia FMIPA.
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Pitt, J.I dan A.D. Hocking. 1985. Fungi and Food Spoilage. Sydney: Academic
Press.
Pratiwi, T. Sylvia, 2008, Mikrobiologi Farmasi, Erlangga, Jakarta.
Purves, Bill. 2003. Life The Science of Biology 7th Edition. New York : Sinauer
Associates Inc.
Subahari, T.S.S. 2008. Biologi. Penerbit Quadra. Surabaya.
Subandi, Aan. 2010. Metabolisme. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan Pertanian.
Depok: PT Raja Grafindo Persada.
Sumarsih, Sri. 2003. Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta : UPN.
Sutedjo. 1991. Mikrobiologi Tanah. Jakarta: Rineka Cipta.
Syamsuri, I., dkk. 2007. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.
Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.
Yuliani, Chusnul Hidayat, dan Supriyadi. 2007. Isolasi Jamur Penghasil Lipase
dari Tanah, Tempe, dan Ragi Tempe. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol.3(1) :
19-26.
Yuwono. 2012. Mikrobiologi Kedokteran. Palembang: Universitas Sriwijaya.

Anda mungkin juga menyukai