Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam laporan kuliah lapangan Botani
Cryptogamae ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana keanekaragaman fungi, lichen, lumut dan tumbuhan paku di
sekitar kampus Universitas Galuh?

B. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuannya yaitu sebagai berikut.
1. Mengetahui keanekaragaman fungi, lichen, lumut dan tumbuhan paku di
sekitar kampus Universitas Galuh.
2. Mengamati keanekaragaman fungi, lichen, lumut dan tumbuhan paku di
sekitar kampus Universitas Galuh.
3. Mengidentifikasi keanekaragaman fungi, lichen, lumut dan tumbuhan paku
di sekitar kampus Universitas Galuh.
4. Mendeskripsikan keanekaragaman fungi, lichen, lumut dan tumbuhan
paku di sekitar kampus Universitas Galuh.

C. Waktu dan Tempat


1. Waktu Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan pada hari minggu tanggal 07 januari 2018, dari
pukul 10.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB.
2. Tempat Pengamatan
Kegiatan pengamatan ini dilakukan disekitar kampus Universitas Galuh.

D. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan pada pengamatan ini yaitu sebagai berikut.
 Lup
 Alat tulis
 Alat dokumentasi
2. Bahan
Pada pengamatan ini kami tidak menggunakan bahan tetapi langsung
melakukan observasi terhadap objek yang kami temukan di sekitar kampus
Universitas Galuh.

E. Metode Pengamatan
Metode pengamatan yang kami gunakan yaitu metode sensus terhadap setiap
spesimen fungi, lichen dan tumbuhan paku yang terdapat di sekitar kampus
Universitas Galuh sesuai dengan habitatnya.

1
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Fungi
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk
dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel
banyak).
Jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan,
struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya. Bagian tubuh yang
vegetative terdiri atas benang-benang halus yang dinamakan hifa. Hifa
membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-
jalinan semu menjadi tubuh buah.
Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa
mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan
kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa
yang tidak bersepta atau hifa senositik. Struktur hifa senositik dihasilkan oleh
pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan
sitoplasma.
Hifa pada jamur yang bersifat parasit biasanya mengalami modifikasi
menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap makanan dari substrat.
Haustoria dapat menembus jaringan substrat. Semua jenis jamur bersifat
heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur tidak
memangsa dan mencernakan makanan. Untuk memperoleh makanan, jamur
menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya,
kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen.
Oleh karena jamur merupakan konsumen, maka jamur bergantung pada
substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia
lainnya. Semua zat itu diperoleh dari ingkungannya. Sebagai makhluk
heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.
Parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya,
sedangkan di luar inangnya tidak dapat hidup, misalnya Pneumonia carinii
(khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS). Parasit fakultatif
adalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi
bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.
Saprofit merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik
yang mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah
mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit
mengeluar-kan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk
mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga
mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap bahan
bahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya.

2
Jamur benang yang berukuran kecil dan biasanya bersifat uniseluler
dapat diamati dengan mikroskop. Mikroskop merupakan alat bantu yang
memungkinkan kita dapat mengamati obyek yang berukuran sangat kecil. Hal
ini membantu memecahkan persoalan manusia tentang organisme yang
berukuran kecil.
Jamur pada umumnya dibagi menjadi 3 yaitu :
 Ascomycetae
 Basidiomycota
 Phycomyceae
Reproduksi Fungi
1. Seksual
Reproduksi seksual fungi dilakukan dengan isogamy, anisogami dan
oogami atau mungkin dengan kopulasi dua gametangium.
Reproduksi ini terjadi dua fase yaitu plasmogami dan kariogami.
2. Aseksual
Reproduksi aseksual dilakukan dengan spora, bisa dengan bermacam-
macam spora kembara yang mempunyai bulu cambuk.

B. Lichenes
Lichenes dikenal dengan lumut kerak karena bentuknya menyerupai
kerak yang menempel di pohon-pohon, tebing, ataupun bebatuan. Lumut
kerak sebenarnya bukan golongan lumut, tetapi merupakan simbiosis antara
Algae (biasanya dari Cyanophyceae atau Chlorophyceae) dan golongan
Jamur (biasanya Acomycetes atau Basidiomycetes).
Jamur pada Lichenes berfungsi untuk megokohkan tubuhnya dan
menghisap air ataupun zat-zat makanan, sedangkan algaenya berfungsi untuk
melakukan fotosintesis. Karena itu, sismbiosis antara kedua jenis tumbuhan
ini bersifat simbiosis mutualisme.
Lichens tidak memerlukan syarat-syarat hidup yang tinggi, dan tahan
kekurangan air dalam jangka waktu lama. Karena panas yang terik, Lichens
yang hidup pada batu-batu dapat menjadi kering, tetapi tidak mati, dan jika
kemudian turun hujan, Lichens dapat hidup kembali.
Lichens mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
 Merupakan simbiosis antara jamur dengan algae.
 Merupakan tumbuhan epifit.
 Kebanyakan tumbuh di permukaan. Biasanya pada batang pohon, kayu
membusuk, bebatuan di atas tanah.
 Merupakan tumbuhan pioner karena dapat tumbuh di tempat yang
tumbuhan lain tidak dapat hidup, yaitu bebatuan.
 Bentuk tubuhnya berupa talus tipis yang tersusun atas miselium dan hifa.
 Melekat pada bebatuan dengan menggunakan rhizoid.

3
 Reproduksi secara seksual dan aseksual
Klasifikasi lichens sebagai berikut :
1) Berdasarkan jamur yang bersimbiosis : Ascomycetes, Basidiomycetes)
2) Berdasarka tipe pembentukan tubuh buahnya : (Ascocarpium,
Basidiocarpium)
3) Berdasarkan tipe thallusnya, ada 3 macam :
 Crustose : Lichenes yang memiliki thallus yang berukuran kecil, datar,
tipis dan selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon atau di tanah.
Jenis ini susah untuk mencabutnya tanpa merusak substratnya. Contoh :
Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau Pleopsidium.
Lichen Crustose yang tumbuh terbenam di dalam batu hanya bagian
tubuh buahnya yang berada di permukaan disebut endolitik, dan yang
tumbuh terbenam pada jaringan tumbuhan disebut endoploidik atau
endoploidal. Lichen yang longgar dan bertepung yang tidak memiliki
struktur berlapis, disebut leprose.
 Foliose : memiliki struktur seperti daun yang tersusun oleh lobus-
lobus. Lichen ini relatif lebih longgar melekat pada substratnya.
Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut
berputar. Bagian permukaan atas dan bawah berbeda. Lichenes ini
melekat pada batu, ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi
sebagai alat untuk mengabsorbsi makanan.
Contoh : Xantoria, Physcia, Peltigera, Parmelia, dll.
 Fructicose : thalusnya berupa semak dan memiliki banyak cabang
dengan bentuk seperti pita. Thalus tumbuh tegak atau menggantung
pada batu daun-daunan atau cabang pohon. Contoh: Usnea, Ramalina,
dan Cladonia.
Jika Lichenes sebagai sebuah takson pada tingkat Divisio (ada ahli yang
mengelompokannya pada tingkat classis dari divisio Eumycophyta) maka
Lichenes dapat dibagi ke dalam dua kelas:
1) Basidiolichenes (Hyminolichenes)
Meliputi lichens yang komponen jamurnya berasal dari classis
Basidiomycetes. Kebanyakan mempunyai talus yang berbentuk lembaran.
Pada waktu membentuk tubuh buah, pada sisi bawah membentuk lapisan
hymenium yang mengandung basidia. Contoh : Cora pavonia dan Rocella
tinctoria
2) Ascolichenes
Meliputi lichens yang komponen jamurnya berasal dari classis
Ascomycetae. Meliputi lima ordo yaitu : Calciales, Graphidales,
Cyanophilales, Lecanorales, Celoplacales
Untuk reproduksinya, lichens bisa bereproduksi dengan cara:
a. Aseksual
 Fragmentasi

4
 Soredia, yaitu kelompok sel ganggang yang diselubungi oleh hifa
jamur, terdapat pada permukaan tubuh lichens.
b. Seksual
Jamur membentuk askokarp dan basidiokarp yang di dalamnya ada spora.
Jika spora bertemu dengan ganggang, maka akan membentuk lumut kerak
yang baru.

C. Lumut (Bryophyta)
Lumut memiliki Merupakan tumbuhan atracheophyta (tidak memiliki
pembuluh angkut) dan peralihan antara kormophyta dan thallophyte. Habitat
lumut di tempat yang teduh dan lembab. Lumut mengalami pergiliran
keturunan (metagenesis) dan bersifat multiseluler dan fotoautotrof. Lumut
dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Lumut daun (Musci atau Bryopsida)
Lumut daun atau disebut dengan nama lumut sejati atau musci merupakan
tumbuhan yang tidak berpembuluh dan tumbuhan berspora yang masuk
kedalam superdivisi tumbuhan lumut “Bryophyta”. Selain itu, tumbuhan
ini juga merupakan tumbuhan yang mempunyai bagian akar, batang dan
daun berukuran relatif kecil juga. Lumut daun memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
• Fase dominan merupakan fase gametofit.
• Akar belum berupa akar, masih rhizoid.
• Reproduksi vegetatif dengan spora, reproduksi generatif arkegonium
menghasilkan ovum dan anteridium menghasilkan sperm.
• Bentuk tubuh berukuran relatif kecil baik berupa batang, daun dan akar.
2. Lumut Hati (Hepaticopsida)
Ciri-ciri lumut hati :
• Menempel di bebatuan tanah yang lembap
• Bentuk berupa hati yang berlekuk
• Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar,batang,dan daun
3. Lumut tanduk (Anthocerotopsida)
Anggota tumbuhan tidak berpembuluh dan tumbuhan berspora yang
termasuk dalam superdivisi tumbuhan lumut atau Bryophyta.
Tumbuhan ini biasa hidup melekat di atas tanah dengan
perantara rizoidnya. Lumut tanduk mempunyai talus yang sederhana dan
hanya memiliki satu kloroplas pada tiap selnya. Pada bagian bawah talus
terdapat stoma dengan dua sel penutup. Lumut tanduk sering dijumpai
hidup di tepi danau, sungai atau di sepanjang selokan.
Anthocerotopsida tidak berbeda jauh dengan lumut hati. Perbedaannya
adalah sporofitnya yang membentuk kapsul memanjang dengan hamparan
gametofit seperti karpet yang lebar. Lumut tanduk berdasarkan asam

5
nukleatnya memiliki kekerabatan hubungan yang dekat dengan tumbuhan
berpembuluh (trakeofita/tumbuhan vaskuler).
Reproduksi lumut yaitu sebagai berikut.
1. Seksual
Reproduksi seksual lumut yaitu dengan oogami.
2. Aseksual
Reproduksi aseksual dilakukan dengan spora yang dibentuk oleh sporofit.

D. Tumbuhan Paku
1. Pengertian Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku disebut juga Pteridophyta. Tumbuhan paku merupakan
tumbuhan dengan tingkatan lebih tinggi dari lumut karena memiliki akar,
daun, dan batang sejati. Selain itu, meskipun habitat utama tumbuhan paku
pada tempat yang lembab (higrofit), namun tumbuhan paku juga dapat hidup
diberbagai tempat seperti di air (hidrofit), permukaan batu, tanah, serta dapat
juga menempel (epifit) pada pohon.
2. Ciri-ciri tumbuhan paku
Berikut ini beberapa ciri-ciri tumbuhan paku, diantaranya meliputi:
 Organisme multiseluler dan eukariotik
 Sudah memiliki akar, daun dan batang sejati, sehingga disebut kormophyta
berspora.
Akar tumbuhan paku berbentuk serabut dengan kaliptra pada ujungnya.
Jaringan akarnya terdiri dari epidermis, korteks, dan silinder pusat.
3. Klasifikasi
Tumbuhan paku (Pteridophyta) dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelas
apabila ditinjau dari morfologi tubuh, diantaranya yaitu:
a. Psilophyta (paku kurba/paku telanjang)
Tumbuhan paku kelas ini belum memiliki daun dan akar, namun
batangnya sudah memiliki berkas pengangkut, bercabang-cabang dengan
sporangium diujungnya. Sporofil mengandung satu jenis spora, dikenal
dengan istilah homospora. Contohnya, Rhynia Major dan Psylotum sp
b. Equisetophyta/ Sphenophyta
Tumbuhan paku kelas ini memeiliki batang yang mirip dengan ekor kuda,
memiliki daun mirip kawat, dan daunnya tersusun dalam satu lingkaran.
Tumbuhan paku kelas ini dikenal juga dengan sebutan paku ekor kuda.
Contohnya, Equisetum debile.
c. Lycophyta (paku kawat/paku rambat)
Kelas Lycophyta, tumbuhan paku berdaun kecil, tersusun spiral, batang
seperti kawat, sporangium terkumpul dalam strobilus dan muncul pada
ujung ketiak.
Contohnya, Lycopodium sp (paku rane), Lycopodium clavatum (paku
kawat), Selaginella sp.

6
d. Filicinae/Pterophyta (paku sejati)
Tumbuhan paku kelas ini sudah lebih tinggi tingkatannya dibanding kelas
sebelumnya. Kelas Pterophyta sudah memiliki akar, batang, dan daun
sejati. Daun tumbuhan ini berukuran besar sehingga disebut megafil.
Batangnya dapat tumbuh di atas maupun di bawah tanah. Karakteristik
klas kelas ini ialah daun mudanya menggulung (circinnatus) dan terdapat
sorus di bagian permukaan bawah daun.
Contohnya, Asplenium nidus (paku sarang burung), Salvinia natans (paku
sampan), Adiantum farleyense (ekor merak), dan lainnya.
Berdasarkan jenis sporanya, tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu:
a. Paku Homospora
Tumbuhan paku homospora menghasilkan spora dengan ukuran yang
sama dan tidak dapat dibedakan antara spora jantan dan spora betina.
Tumbuhan jenis ini dikenal juga dengan sebutan paku isospora.
Contohnya, Lycopodium sp (paku kawat).
b. Paku Heterospora
Tumbuhan paku jenis ini menghasilkan spora yang berbeda ukuran
sehingga disebut an-isospora. Spora jantan disebut mikrospora karena
berukuran kecil, sedangkan spora betina berukuran lebih besar sehingga
disebut makrospora. Contohnya, Selaginella sp (paku rane).
c. Paku Peralihan
Paku peralihan merupakan tumbuhan paku dengan jenis kelamin yang
berbeda, namun ukuran sporanya sama. Contohnya, Equisetum debile
(paku ekor kuda).
Reproduksi tumbuhan paku yaitu sebagai berikut.
1. Reproduksi vegetatif
Reproduksi secara vegetatif juga dapat dilakukan dengan rizom. Rizom
akan tumbuh menjalar dan membentuk tunas-tunas tumbuhan paku yang
berkoloni (bergerombol).
2. Reproduksi generatif
Reproduksi generatif terjadi melalui fertilisasi ovum oleh spermatozoid
berflagel yang menghasilkan zigot. Zigot tersebut akan tumbuh menjadi
sporofit. Dalam siklus hidupnya, tumbuhan paku mengalami pergiliran
keturunan (metagenesis) antara generasi gametofit yang berkromosom
haploid (n) dan generasi sporofit yang berkromosom diploid (2n). Generasi
sporofit hidup lebih dominan atau memiliki masa hidup yang lebih lama
dibanding generasi gametofit

7
BAB III
PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan Fungi


1. Jamur papan atau jamur kayu (Ganoderma applanatum)

a. Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Badiomycetes
Ordo : Himenomycetales
Famili : Polyporaceae
Genus : Ganoderma
Spesies : Ganoderma applanatum
b. Morfologi
Ganoderma applanatum memiliki tubuh buah berupa kipas. Himenofora
merupakan buluh–buluh (pori) yang dilihat dari luar berupa lubang.
Lubang sisi dalam lubang–lubang itu dilapisi himenium. Sebagian hidup
sebagai saprofit. Tubuh buah berbentuk setengah lingkaran, banyak
terdapat pada kayu–kayu yang telah lapuk. Ganoderma applanatum
termasuk dalam ordo hymenomycetales.
2. Jamur kuping (Auricularia auricula)

a. Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Badiomycetes
Ordo : Auriculariales
Family : Auricularaceae
Genus : Auricularia

8
Spesies : Auricularia auricula
b. Morfologi
Jamur kuping memiliki buah berwarna coklat tua kemerahan dan
berbentuk dengan daun telinga manusia, bertekstur kenyal dan tumbuh
dialam dibatang pohon mati yang lembab dan basa. Jamur ini juga
merupakan salah satu kelompok jelly fungi dan mempunyai tekstur jelly
yang unik. Jamur ini dapat tumbuh secara alami, melakat pada poho yang
masih hidup maupun yang sudah mati, daerah tropis dan sub tropis.
Tubuh jamur kuping ini terdiri dari tudung, yang berwarna hitam.
Sebagian besar jamur kuping tidak mempunyai tangkai, tudungnya
langsung melekat pada subtrat dan tubuh buahnya sperti gelatin, pada
permukaan bawah tudung terdapat pori – pori yang berisi basidiospora.

B. Hasil Pengamatan Lichen


1. Parmelia sp

a. Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Plantae
Divisi : Lichenes
Class : Ascolichenes
Ordo : Lecanorales
Family : Parmeliaceae
Genus : Parmelia
Spesies : Parmelia sp
b. Morfologi
Bentuk seperti lembaran dan tipis, berdiameter kurang lebih 4 cm, tepi
bergerigi berwarn putih, menempel pada epidermis batang pohon,
termasuk tipe foliase. Thallusnya berbentuk lembaran dan mudah
dipisahkan dari substratnya. Lichen ini melekat pada batu-batu,
membentuk bercak pada batu, ranting dengan rhizenes. Rhizenes berfungsi
sebagai alat untuk mengabsorbsi makanan. Permukaan bawah melekat
pada substrat dan permukaan atas merupakan tempat fotosintesis.
Parmelia sp termasuk ke dalam class Ascolichenes.

9
2. Graphis scipta

a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Lichenes
Kelas : Ascolichenes
Ordo : Graphidales
Family : Graphidaceae
Genus : Graphis
Species : Graphis scipta
b. Morfologi
Berdiameter kurang lebih 6 cm, memiliki warna hijau keputihan, melekat
erat pada subtratnya. Termasuk kedalam tipe crustose.

C. Hasil Pengamatan Lumut


1. Lumut Hati

a. Klasifikasi Ilmiah
Regnum : Plantae
Division : Hepaticophyta
Kelas : Hepaticosida
Ordo : Hepaticoceales
Family : Hepaticoceae
Genus : Hepaticopsida
Spesies : Hepaticopsida sp
b. Morfologi
Banyak ditemukan menempel di bebatuan, tanah, atau dinding tua yang
lembap. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati dan banyak

10
lekukan. Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar, batang, dan
daun.
2. Lumut Daun

a. Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Plantae
Division : Bryophyta
Kelas : Bryopsida
Ordo : Bryopceales
Family : Bryopceae
Genus : Bryopsida
Spesies : Bryopsida sp
b. Morfologi
Bentuk daun lumut daun berupa lembaran yang tersusun spiral, berwarna
hijau muda, Lumut memiliki bentuk tubuh yang relatif kecil baik pada
bagian akar, batang dan daun. Lumut ini tidak melekat pada substratnya
melainkan pada nagian akar yang melakat pada tempat tumbuhnya.

D. Hasil Pengamatan Tumbuhan Paku


1. Blechnum sp

a. Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Plantae
Divisio : Pteridophyta
Classis : Filicinae
Ordo : Superficiales
Family : Polypodiceae
Genus : Blechnum

11
Spesies : Blechnum sp
b. Morfologi
Daunnya memanjang dan menyirip, Pada tangkai daun terdapat bulu-bulu
daun, Pada daunnya terdapat tulang daun dan urat-urat daun, Memiliki
rizhoid yang lebat, Pada rizhoidnya terdapat bulu-bulu putih, Sorus terapat
pada bagian bawah daun disepanjang tepi secara rapi.
2. Davallia denticulata

a. Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Plantae
Divisi : Pterydophyta
Clasis : Filicinae
Ordo : Davalliales
Family : Polypodiceae
Genus : Davallia
Spesies : Davallia denticulate
b. Morfologi
Termasuk jenis paku yang umumnya menumpang pada tumbuhan lain.
Meskipun demikian tidak berarti tumbuhnya hanya menumpang saja. Paku
ini dapat pula tumbuh pada tanah-tanah cadas, karang atau batu-batu.
Biasanya banyak dijumpai tumbuh pada batang jenis palem. Tumbuh
bersama-sama dengan paku cecerenean, paku sarang burung atau jenis-
jenis paku lainnya.
3. Nephrolepis biserrata

12
a. Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas : Pteridopsida
Sub Kelas : Polypoditae
Ordo : Polypodiales
Famili : Dryopterydaceae
Genus : Nephrolepis
Spesies : Nephrolepis biserrata
b. Morfologi
Tangkai daunnya bersisik lembut, sisik-sisik tersebut berwarna coklat,
panjang daunnya dapat mencapai 2 m bila tumbuh di tempat yang cocok.
Bentuk daun subur lebih besar dari daun mandul, pada daun subur
bentunya lancip dengan dasar yang berkuping. Sporanya terletak dipinggir
daun. Jenis ini mudah dibedakan dengan jenis paku lain karena letak
sporanya yang tidak merata.
4. Drymoglossum piloselloides (Paku sisik naga, picisan)

a. Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Drymoglossum
Spesies : Drymoglossum piloselloides
b. Morfologi
Daun yang satu dengan yang lainnya tumbuh dengan jarak yang pendek.
Daun bertangkai pendek, tebal berdaging, berbentuk jorong atau jorong
memanjang, ujung tumpul atau membundar, pangkal runcing, tepi rata,
permukaan daun tua gundul dan berambut jarang pada permukaan
bawah, berwarna hijau sampai kecoklatan. Daunnya ada yang mandul
dan ada yang membawa spora. Daun fertil bertangkai pendek atau duduk,
oval memanjang, panjang 1-5 cm, lebar 1-2 cm. Ukuran daun yang
berbentuk bulat sampai jorong hampir sama dengan uang logam picisan

13
sehingga tanaman ini dinamakan picisan. Sisik naga merupakan tumbuh-
tumbuhan epifit kecil dengan akar rimpang tipis, merayap jauh. Rimpang
merayap panjang, diameter sekitar 1 mm, daun bantalan 1,5-4 terpisah,
bersisik padat di seluruh: skala kecil, lonjong bulat telur, tak beraturan
bergigi, sampai dengan 1 mm panjang dan lebarnya, pucat coklat tua di
bagian tengah, di tepi. Stipe sangat pendek, yang beberapa milimeter
panjang. Daun dimorfik.
5. Pteris longifolia

a. Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Filicopsida
Ordo : Polypodiales
Familia : Pteridaceae
Genus : Pteris
Spesies : Pteris longifolia
b. Morfologi
Tumbuhan ini memiliki akar, batang, dan daun sejati serta tidak memiliki
biji. Batang dapat berupa batang dalam tanah atau batang di atas tanah.
Daun umumnya berukuran besar dibandingkan dengan subdivisi lainnya
yang berwarna hijau karena memiliki klorofil yang berfungsi sebagai
fotosintesis, dan memiliki tulang daun bercabang yang dibedakan menjadi
megafil yaitu sistem percabangan pembuluh dan mikrofil yaitu daun yang
tumbuh dari batang yang mengandung untaian tunggal jaringan
pengangkut. Daun mudanya memiliki ciri khas yaitu tumbuh menggulung
(circinnatus). Batang daun sudah memiliki berkas pengangkut.
Mempunyai akar & spora sebagai alat perkembangbiakan pada tumbuhan
paku yang menempel pada daun.

14
6. Paku Tanduk Rusa (Platycerium bifurcatum)

a. Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Plantae
Divisi : Pterydophyta
Classis : Filicinae
Ordo : Superficiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : plathycerium
Spesies : Platycerium bifurcatum
b. Morfologi
Epiit sejati, dengan akar melekat di batang pohon lain atau bebatuan.
Memiliki 2 tipe daun, yang pertama merupkan daun tropofil (daun yang
digunakan untuk asimilasi atau fotosintesis) dan tipe yang kedua daun
menjuntai sebagai sporofil (penghasil spora). Spora terdapat pada
sporangia yang terlindung oleh sori yang tumbuh menggerombol di sisi
bawah daun dan berwarna coklat.
Daun–daun yang fertil biasanya bergantung, bercabang – cabang
menggarpu (percabangan dikotom). Daun bulat berbentuk ginjal atau bulat
telur.
Platycerum bifurcatum masuk dalam genus Platycerium karena memiliki
kesamaan ciri dengan genus ini, yaitu :
o Sporangiumnya terletak pada bagian bawah sisi daun yang fertile. Daun
dalam cekungan pada rimpangan dan pada bagian bawahnya tebal
berdaging.
o Daun yang fertil biasanya bergantungan, bercabang–cabang menggarpu,
dan urat–urat saling berdekatan. Sorus bentuknya bermacam–macam
(letak sorus pada sisi bagian bawah daun, terdapatpula urat-urat yang
berbentuk garis memanjang). Sporangia tersebar rata seluas sisi daun
fertil.
Platycerium bifurcatum masuk dalam familia Polypodiaceae karna
memiliki kesamaan ciri dengan familia ini, yaitu :

15
o Memiliki urat daun yang bebas dan saling berdekatan dan Sporangium
terkumpul menjadi sorus yang bentuknya bermacam–macam.
Selain itu, Platycerium bifurcatum juga masuk dalam ordo superficiales
karena memiliki kesamaan ciri dengan ordo ini yaitu Sporangiumnya
terletak pada bagian permukaan bawah sporofil.
Platycerium bifurcatum memiliki percabangan daun yang dikotom,
tumbuhan paku ini berupa terna dengan rimpangan yang mendatar atau
bangkit ujungnya. Berdasarkan ciri itu, Platycerium bifurfatum masuk
dalam anak kelas Leptosporangiatae.
Platycerium bifurcatum masuk dalam classis filicinae, dengan kesamaan
cirinya yaitu :
- Sorus terletak pada bagian permukaan daun (atas,bawah)
- Memiliki daun yang ukurannya lebih besar
- Memiliki bnyak tulang- tulang daun
- Sporangium tersusun dalm bentuk sorus di permukaan daun.
7. Suplir (Adiantum cuneatum)

a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Pteridophyta
Class : Filicopsida
Subclass : Polypoditae
Ordo : Polypodiales
Family : Pteridaceae
Genus : Adiantum
Species : Adiantum cuneatum
b. Morfologi
Suplir memiliki penampilan yang khas, yang membuatnya mudah
dibedakan dari jenis paku-pakuan lain. Daunnya tidak berbentuk
memanjang, tetapi cenderung membulat. Spora terlindungi oleh
sporangium yang dilindungi oleh indusium. Kumpulan indusia (sorus)
berada di sisi bawah daun pada bagian tepi yang agak terlindung oleh
lipatan daun. Tangkai entalnya khas karena berwarna hitam dan
mengkilap, kadang-kadang bersisik halus ketika dewasa. Sebagaimana
paku-pakuan lain, daun tumbuh dari rimpang dalam bentuk melingkar ke
dalam (bahasa Jawa: mlungker) seperti tangkai biola (disebut circinate

16
vernation) dan perlahan-lahan membuka. Akarnya serabut dan tumbuh
dari rimpang.
8. Dryopteris filixmas

a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Devisio : Pteridophyta
Class : Filicopsida
Ordo : Polypodiales
Family : Dryopteridaceae
Genus : Dryopteris
Spesies : Dryopteris filixmas
b. Morfologi
Akarnya berbentuk serabut bercabang – cabang dikotom berwarna coklat
Batangnya berupa rimpang yang tegak panjang dan ramping,
permukaannya halus dan berwarna coklat, batangnya tidak bercabang
Daun dari Dryopteris adalah bentuk delta dengan tepi bersirip-sirip
(pinna), daunnya sporofil yakni terdapat spora di bagian ventral. Ujungnya
meruncing, tepi bercangap, ukuran daun terdiri dari 2 ukuran yaitu satu
lebih besar dan yang satu lebih kecil (anisofil). Warna daun Hijau
kecoklatan, tekstur daun berbentuk helaian, permukaan ventral daun
ditutupi spora, bagian dorsalnya halus. Termasuk daun majemuk menyirip,
daun dimorfisme yakni dalam 1 tangkai ada daun tropofil dan sporofil, di
bagian ventral sporofil dan dorsal tropofil.
9. Drynaria sparsisora

17
a. Klasifikasi
Kingdom :Plantae
Divisi :Pteridophyta
Kelas :Pteridopsida
Ordo :Polypodiales
Famili :Polypodiaceae
Genus :Drynaria
Spesies :Drynaria sparsisora
b. Morfologi
Memiliki 2 macam daun yaitu daun fertil (Menghasilkan spora) dan daun
steril (menangkap serasah sebagai sumber makanan). Sori adalah
kumpulan dari sorus. Batang memanjat atau menjalar. Akar tunggang,
berbentuk silindris dan berwarna coklat.

10. Pytirogramma trifoliata

a. Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridophyta
Ordo : Polypodeales
Famili : Pteridaceae
Genus : Polypodiaceae
Spesies : Pytirogramma trifoliata
b. Morfologi
Pada tumbuhan masih muda seluruh entalnya ditutupi oleh sejenis tepung
berwarna perak atau putih kekuning, dan pada saat ental telah dewasa,
tepung berwarna putih tersebut hanya ditemukan di bawah permukaan
daun saja.

18
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan Kuliah Lapangan Botani Cryptogamae yang


bertempat di sekitar Kampus Universitas Galuh, dapat ditarik kesimpulan bahwa
keanekaragaman tumbuhan paku lebih tinggi tingkat keanekaragamannya
dibandingkan dengan lumut, lichen dan fungi, dengan uraiannya sebagai berikut.
a. Fungi
Dari hasil pengamatan kuliah lapangan yang telah dilakukan di sekitar
kampus Universitas Galuh didapati beberapa jenis jamur yang ada di kawasan
tersebut, namun kami hanya dapat mengidentifikasi dua jenis jamur dari
golongan Basidiomycota yaitu Ganoderma applanatum (jamur papan) dan
Auricularia auricula (jamur kuping).
b. Lichen
Dari hasil pengamatan kuliah lapangan yang telah dilakukan di sekitar
kampus Universitas Galuh didapati beberapa jenis lichen yang tersebar
hampir diseluruh pepohonan yang ada di kawasan tersebut. Setelah diamati
ternyata jenis lichen yang tersebar memiliki ciri-ciri yang sama, sehingga
kami hanya dapat mengidentifikasi dua jenis lichen dari golongan
Ascolichenes yaitu Parmelia sp (tipe foliose) dan Graphis scipta (tipe
crustose).
c. Lumut
Dari hasil pengamatan kuliah lapangan yang telah dilakukan di sekitar
kampus Universitas Galuh didapati dua jenis lumut yaitu Hepaticopsida sp
(lumut hati) dan Bryopsida sp (lumut daun).
d. Tumbuhan Paku
Dari hasil pengamatan kuliah lapangan yang telah dilakukan di sekitar
kampus Universitas Galuh kami menemukan banyak jenis tumbuhan paku,
namun kami hanya dapat mengidentifikasi sepuluh jenis paku. Kebanyakan
tumbuhan paku yang kami temukan itu dari ordo Polypodiales.

19
DAFTAR PUSTAKA

Diambil dari http://www.idbiodiversitas.com/2016/06/apa-itu-tumbuhan-paku-


beserta-ciri-ciri.html pada tanggal 13 Januari 2018.
Diambil dari http://4sciencecore.blogspot.co.id/2013/12/lichenes-graphis-sp.html
pada tanggal 13 Januari 2018.
Diambil dari http://materiipa.com/ciri-ciri-tumbuhan-paku pada tanggal 14 Januari
2018.
Diambil dari https://nurhida22.wordpress.com/pytirogramma-calomelanos-l/ pada
tanggal 14 Januari 2018.
Diambil dari https://agroteknologi.web.id/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-
jamur-kuping/ pada tanggal 14 Januari 2018.
Diambil dari http://fredikurniawan.com/klasifikasi-dan-morfologi-lumut-daun-
bryopsida-sp/ pada tanggal 14 Januari 2018.
Diambil dari https://en.wikipedia.org/wiki/Parmelia_(fungus) pada tanggal 14
Januari 2018.
Diambil dari https://pujarebios.blogspot.co.id/2013/01/jamur-kayu-ganoderma-
applanatum.html pada tanggal 16 Januari 2018.
Diambil dari https://biologi-indonesia.blogspot.co.id/2014/09/penjelasan-tentang-
lichenes.html pada tanggal 14 Januari 2018.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta.
Tjitrosomo M.Sc, Prof. Dr. Ir. H. Siti Sutarmi. 2005. Botani Umum 3. Angkasa:
Bandung.

20

Anda mungkin juga menyukai