Anda di halaman 1dari 10

Transcript of Sejarah dan Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia

Ejaan memiliki beberapa fungsi yang sangat berguna bagi penggunaan bahasa Indonesia,
terutama dalam pembakuan tata bahasa maupun kosakata dan peristilahan. Fungsi ejaan tersebut
diantaranya:

Sebagai landasan pembakuan tata bahasa


Sebagai landasan pembakuan kosa kata dan peristilahan
Sebagai alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia.
Ejaan adalah kaidah cara menggambarkan bunyi dalam bentuk tulisan (huruf) serta penggunaan
tanda baca (KBBI: 2008).

Memiliki tiga aspek:


aspek fonologi: menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad
aspek morfologis: menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis
aspek sintaksis: menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca (Kridalaksana, 2008: 54).

Pengertian Ejaan
4. Penulisan Unsur Serapan
Bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun
dari bahasa asing.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua
golongan besar, yaitu unsur pinjaman yang sepenuhnya belum terserap ke dalam bahasa
Indonesia dan unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia.

Perbedaan
Ejaan Van Ophuisyen, Ejaan Soewandi, Ejaan Pembaharuan, Ejaan Malindo, dan Ejaan Yang
Disempurnakan
Sejarah dan Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia
Sriwijaya (ditulis dengan aksara Palawa).
Kedatangan bangsa Belanda (perubahan bahasa Melayu).
J. Pijnappel (Over Het Arabibisch-Maleisch Alphabet) tahun 1860 menyarankan agar ejaan
bahasa melayu dihapuskan.
C.A. Van Ophuisyen (Gronden der spelling van het Maleisch met Arabische karakters) tahun
1882. Menulis karangan tentang ejaan bahasa Melayu dengan huruf Arab.
Pada tahun 1901 undang-undang tentang ejaan Melayu dengan huruf Latin berdasarkan
penelitian C. A. Van Ophuisyen. Ejaan itu disebut Ejaan Van Ophuisyen.
Sejarah ejaan dimulai dari munculnya Ejaan Van Ophuisyen, Ejaan Soewandi atau Republik,
Ejaan Pembaharuan, Ejaan Malindo, kemudian menjadi Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Namun, dari kelima ejaan ini Ejaan Pembaharuan dan Ejaan Malindo tidak
diresmikan.
Sejarah dan Perkembangan Ejaan
Putri Ayundasari (C0212057)
Ribka Alexandria (C0212059)
Rizki Maulidha (C0212061)
Sarwo Edy (C0212063)
Vintia Anggraini (C0212067)
Yuanita Pradita Primantari (C0212071)

Bahasa Indonesia
Dengan kata lain ejaan adalah hal-hal yang mencakup penulisan huruf, penulisan kata, termasuk
singkatan, akronim, angka dan lambang bilangan serta penggunaan tanda baca.
Ejaan Van Ophuisyen
Pada 1896, oleh Charles Adriaan van Ophuisyen dibantu Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer
dan Moehammad Taib Sutan Ibrahim.
Ciri-ciri Ejaan Van Ophuisyen:

1. Huruf u ditulis oe.


Contohnya yaitu umum ditulis oemoem.

2. Koma hamzah k ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata.


Contohnya yaitu kakek ditulis kake’, tidak ditulis tida’.

3. Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf a mendapat akhiran i, maka di atas akhiran itu
diberi tanda trema di atas (”).
Contohnya yaitu ditanyai ditulis ditanyaϊ.

4. Huruf c yang pelafalannya keras diberi tanda koma di atas (’) diatasnya.
Contohnya cicak ditulis cic’ak.

5. Kata ulang diberi angka 2.


Contohnya yaitu ibu-ibu ditulis ibu2.
6. Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
a) Dirangkai menjadi satu, contohnya (hoeloebalang, apabila).
b) Dengan menggunakan tanda penghubung, contohnya (rumah-sakit).
c) Dipisahkan, contohnya (anak negeri).

Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa huruf tersebut
dibaca sebagai satu suku kata, bukan dipotong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat
ini. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan ini adalah sebagai berikut:

1. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.


2. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
3. Tanda diakritik, seperti koma ‘ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer,
‘akal, ta’, pa’, dinamai’.

Ejaan Soewandi
atau Republik
Pada 19 Maret 1947 disusun oleh Mr. Soewandi.
Dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan yang berlaku sebelumnya yaitu Ejaan Van
Ophuisyen juga untuk menyederhanakan sistem ejaan bahasa Indonesia.
Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian Ejaan Republik adalah sebagai
berikut.

1. Huruf oe diganti dengan u.


Contohnya yaitu goena menjadi guna.

2. Bunyi hamzah (‘) ditulis dengan k.


Contohnya yaitu Pa’ menjadi Pak.

3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2.


Contohnya yaitu daun-daun menjadi daun2.

4. Awalan di- dan kata depan di- kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya.
Contohnya yaitu ditulis (awalan) dan dimuka (kata depan).

5. Tanda trema tidak dipakai lagi sehingga tidak ada perbedaan antar suku kata diftong.
Contohnya yaitu moelaϊ menjadi mulai.

6. Tanda aksen pada huruf e tidak dipakai lagi.


Contohnya yaitu mẻrah menjadi merah.

7. Di hadapan tj dan dj, bunyi sengau ny dituliskan sebagai n untuk mengindahkan cara tulis.
Contohnya yaitu menjdjual menjadi mendjual.

8. Ketika memotong kata-kata di ujung baris, awalan dan akhiran dianggap sebagai suku-suku
kata yang terpisah.
Contohnya yaitu be-raksi menjadi ber-aksi.
Ejaan Pembaharuan
Pada tanggal 19 Juli 1956. Konsep Ejaan pembaharuan dikenal dengan ejaan Prijono-Katoppo,
sebuah nama yang di ambil dari dua nama tokoh yang pernah mengetuai panitia ejaan itu.
Awalnya profesor Prijono (Dekan Fakultas Universitas Indonesia) yang mengetuai panitia itu,
lalu menyerahkan kepemimpinannya kepada E.Katoppo karena masa itu Profesor Prijono di
angkat menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan sehingga tidak sempat lagi
melanjutkan tugasnya sebagai ketua panitia ejaan.
Salah satu hal yang menarik dalam konsep Ejaan Pembaharuan ialah disederhanakannya huruf-
huruf yang berupa gabungan konsonan dengan huruf tunggal.

1. Gabungan konsonan dj diubah menjadi j.


Contohnya yaitu djarum menjadi jarum.

2. Gabungan konsonan tj diubah menjadi ts.


Contohnya yaitu tjatat menjadi tsatat.
3. Gabungan konsonan ng diubah menjadi ŋ.
Contohnya yaitu mengarang menjadi meŋaraŋ.

4. Gabungan konsonan nj diubah menjadi ń.


Contohnya yaitu tanjung menjadi tańuŋ.

5. Gabungan konsonan sj diubah menjadi š.


Contohnya yaitu sjah menjadi šah.

6. Gabungan vokal ai, au, dan oi, atau yang lazim disebut diftong ditulis berdasarkan
pelafalannya yaitu menjadi ay, aw, dan oy.
Contohnya yaitu rantai menjadi rantay, kalau menjadi kalaw, amboi menjadi amboy.

Ejaan Malindo
Pada 1959 disusun atas kerja sama antara Indonesia dan Malaysia.
Pihak Indonesia dipimpin oleh Slamet Muljana dan dipihak Malaysia dipimpin oleh Syed Nasir
bin Ismail yang tergabung dalam Panitia Kerja Sama Bahasa Melayu-Bahasa Indonesia.
Perumusan Ejaan Malindo diawali dengan diselenggarakannya Kongres Bahasa Indonesia kedua
di Medan Sumatra Utara tahun 1945.
Bentuk dari Ejaan Malindo diantaranya:

1. Gabungan konsonan tj diganti menjadi c.


Contonya yaitu tjantik menjadi cantik.

2. Gabungan konsonan nj diganti menjadi nc.


Contonya yaitu njanji menjadi ncanci.

3. Gabungan konsonan dj diganti menjadi j.


Contonya yaitu djari menjadi jari.

4. Gabungan konsonan ng diganti menjadi η.


Contonya yaitu menganga menjadi meηaηa.

5. Gabungan konsonan nj diganti menjadi ή.


Contohnya yaitu janji menjadi jaήi.

Ejaan Malindo dicetuskan dengan tujuan menyempurnakan ejaan yang sebelumnya, penyamaan
lambang ujaran antara kedua negara, dan pelambangan setiap bunyi ujaran untuk satu lambang.
Namun, ejaan ini gagal diresmikan pada tahun 1962 karena adanya ketegangan politik antara
Indonesia dan Malaysia sehingga ejaan ini tidak pernah diresmikan.
Ejaan Yang Disempurnakan
Diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia yaitu Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1972
sesuai dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.

Ejaan yang Disempurnakan ini merupakan penyederhanaan serta penyempurnaan dari pada
Ejaan Soewandi atau Republik yang dipakai sejak dipakai sejak bulan Maret 1947.
Ejaan Yang Disempurnakan mengatur beberapa hal :

1. Pemakaian huruf

Pemenggalan Kata

Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan dengan cara:


Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan diantara kedua huruf
vokal itu.
Contoh: meja menjadi me-ja bukan m-e-j-a.

Jika di tengah kata ada konsonan termasuk gabungan huruf konsonan, pemenggalan itu
dilakukan sebelum huruf konsonan.
Contoh: bapak menjadi ba-pak.

Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan diantara
kedua huruf itu.
Contoh : mandi menjadi man-di.

Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan, pemenggalan itu dilakukan diantara huruf
konsonan yang pertama dan kedua.
Contoh : ultra menjadi ul-tra.

2. Penulisan Huruf

• Huruf Kapital atau Huruf Besar


Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat; petikan langsung; ungkapan
yang berhubungan dengan nama Tuhan; nama gelar kehormatan; unsur nama jabatan; nama
orang; nama bangsa, nama suku; tahun, bulan; nama geografi; nama negara; bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintahan; nama buku, majalah, surat
kabar, judul karanga;, singkatan nama gelar dan sapaan; kata penunjuk hubungan kekerabatan;
dan kata ganti “Anda”.

• Huruf Miring
Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, surat kabar, yang
dikutip dalam tulisan; menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok
kata; dan nama ilmiah atau ungkapan asing.
3. Penulisan Kata

• Kata Dasar
 Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

• Kata Turunan
 Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
 Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis serangkai dengan kata
yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
 Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur
gabungan kata itu ditulis serangkai.
 Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, maka ditulis serangkai.

• Bentuk Ulang
 Bentuk kata ulang ditulis hanya dengan tanda hubung (-).

• Gabungan Kata
 Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya
ditulis terpisah.
 Gabungan ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang
bersangkutan dan bisa juga ditulis serangkai.

• Kata ganti ku, mu, kau dan nya


 Ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya maupun yang mendahuluinya.

• Kata depan di, ke, dan dari


 Kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan
daripada.

• Kata si dan sang


 Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

• Partikel
 partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
 Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
 Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian
kalimat yang mendahului atau mengikutinya.

• Singkatan dan Akronim

Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, dan pangkat diikuti tanda titik (.).
Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta
nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak
diikuti tanda titik.
Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti tanda titik.
Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda
titik.

singkatan
Akronim

Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan
huruf kapital.
Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata ataupun gabungan huruf
dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

• Angka dan Lambang Bilangan

Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazimnya
digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka digunakan untuk menyatakan ukuran panjang, berat, luas, dan isi; satuan waktu; nilai
uang; dan kuantitas.
Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada
alamat.
Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.

Angka

Bilangan utuh, contonya sebelas ditulis 11.


Bilangan pecahan, contohnya setengah ditulis ½.
Lambang bilangan tingkat, contohnya ke-2.
Lambang bilangan yang mendapat akhiran –an, contohnya 20-an atau dua puluhan.
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecil
jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan.
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah
dibaca.
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam
dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf penulisannya harus tepat.

lambang bilangan
5. Pemakaian Tanda Baca
titik
koma
titik koma
titik dua
hubung
pisah
elipis
tanya
seru
kurung
kurung siku
petik ganda
petik tunggal
garis miring
penyingkat
terima kasih
• Tanda Titik

Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Tanda titik dipakai dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau bagan.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya
dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah.
Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi,
tabel, dan sebagainya.
Tanda titik tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat atau nama dan alamat
penerima surat.

• Tanda Koma

Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya
yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat, jika anak kalimat itu
mendahului induk kalimatnya.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat, jika anak kalimat
itu mengiringi induk kalimat.
Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat
pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan
tetapi.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain
yang terdapat di dalam kalimat.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Tanda koma dipakai di antara nama dan alamat; bagian-bagian alamat; tempat dan tanggal; dan
nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannyadari singkatan nama diri , keluarga, atau marga.

• Tanda Titik Koma

Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan
setara.
Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat
yang setara di dalam kalimat majemuk.

• Tanda Titik Dua

Tanda titi dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau
pemerian.
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.
Tanda titik dua dipakai diantara jilid atau nomer dan halaman; di antara bab dan ayat dalam kitab
suci; di antara judul dan anak judul suatu karangan; dan nama kota dan penerbit buku acuan
dalam karangan.

• Tanda Hubung

Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata dibelakangnya atau akhiran dengan
bagian kata didepannya pada pergantian baris.
Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tunggal.
Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan,
dan penghilangan bagian kelompok kata.
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan
huruf kapital; ke- dengan angka; angka dengan -an; singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan
atau kata; dan makna jabatan rangkap.
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

• Tanda Pisah

Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun
kalimat.
Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat
menjadi lebih jelas.
Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tunggal dengan arti ‘sampai ke’ atau ‘sampai
dengan’.

• Tanda Elipsis

Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.


Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kaliamt atau naskah ada bagian yang
dihilangkan.

• Tanda Tanya
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan
atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

• Tanda Seru

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.

• Tanda Kurung Siku

Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan
pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Tanda kurung siku mengaapit keterangan dalam kalimat penjelasan yang sudah bertanda kurung.

• Tanda Petik Ganda

Tanda petik ganda mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau
bahan tertulis lain.
Tanda petik ganda mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Tanda petik ganda mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti
khusus.
Tanda petik ganda penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang
mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian
kalimat.

• Tanda Petik Tunggal

Tanda petik tunggal mengapit petikan yang terdudun di dalam petikan lain.
Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.

• Tanda Garis Miring

Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa
satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau dan tiap.

• Tanda Penyingkat

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun

Anda mungkin juga menyukai