Anda di halaman 1dari 15

Materi Kajian B.

Indonesia

A. Pengertian Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia juga menjadi
bahasa persatuan Bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia diresmikan sebagai bahasa nasional setelah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia, 18 Agustus 1945.
Ketetapannya dituangkan dalam Undang - Undang Dasar (UUD) 1945 pasal 36, yang
menyatakan bahwa “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”.
(Source.https://www.kompas.com)

Bahasa Indonesia merupakan bentuk komunikasi tutur kata bangsa indonesia melalui lisan
yang mana bahasa ini berfungsi sebagai pemersatu bangsa indonesia itu sendiri.
(Pendapat)

B. Sejarah Singkat Bahasa Indonesia

Bahasa indonesia bermula dari sejarah sumpah pemuda. Di mana saat itu pada tanggal 28
Oktober 1928 sekelompok pemuda mengadakan suatu rapat yang menghasilkan tiga ikrar
bangsa yang kita kenal saat ini dengan sebutan sumpah pemuda. Adapun bunyi sumpah
pemuda tersebut sebagai berikut, bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Berbangsa
yang satu, bangsa Indonesia. Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Ikrar ketiga inilah yang menggambarkan tekad pemuda indonesia kala itu yang ingin sekali
menjadikan bahasa indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa atau dialek untuk
mempermudah semua suku bangsa yang ada di indonesia ini dapat berkomunikasi satu sama
lain.

Bahasa Indonesia sendiri berasal dari bahasa melayu yang mana kala itu dipergunakan
sebagai bahasa perhubungan. Seiring berjalannya waktu bahasa indonesia mulai digunakan di
daerah Nusantara. Lama-lama bahasa melayu ini pun mulai menyerap kosa kata dari bahasa
lain seperti, Seperti bahasa Sangsekerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa
Eropa. Dari hal inilah mulai munculnya variasi dan dialek dari bahasa melayu tersebut hingga
terlahirlah bahasa Indonesia.

Demi mendorong rasa persaudaraan dan persatuan Indonesia hal inilah yang menjadikan
inspirasi bagi para pemuda untuk berkumpul dan rapat membentuk tiga ikrar yang mana di
dalamnya berisi tentang bahasa indonesia sebagai bahasa persatuan.
(Sumber.https://www.kompas.com)

C. Ejaan Bahasa Indonesia


a. Pengertian Ejaan Bahasa Indonesia
Ejaan Bahasa Indonesia adalah ejaan bahasa Indonesia yang pernah berlaku sejak tahun
2015 hingga 2022 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. (Sumber.
Wikipedia)
Pada dasarnya Ejaan Bahasa Indonesia ( EBI ) merupakan aturan – aturan dalam
menggunakan ejaan bahasa, pengaplikasian ejaan pada tulisan ( pendapat )
b. Perbedaan EYD dengan EBI
Tidak banyak perbedaan Ejaan Bahasa Indonesia dengan Ejaan yang Disempurnakan. EBI
hanya menambahkan aturan untuk huruf vokal diftong dan penggunaan huruf tebal. Pada
EYD, huruf diftong hanya tiga yaitu ai, au, oi, sedangkan pada EBI, huruf diftong ditambah satu
yaitu ei (misalnya pada kata geiser dan survei). Untuk penggunaan huruf tebal, dalam EYD,
fungsi huruf tebal ada tiga, yaitu menuliskan judul buku, bab, dan semacamnya,
mengkhususkan huruf, serta menulis lema atau sublema dalam kamus. Dalam EBI, fungsi
ketiga dihapus. (Sumber. Wikipedia)
c. Fungsi Ejaan
Menurut Siti Mutmainah dalam buku Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (2019),
ejaan harus diterapkan dalam penulisan bahasa. Ejaan memiliki sejumlah fungsi penting,
yaitu:
1) Landasan pembakuan tata bahasa
Penggunaan ejaan dalam penulisan bahasa akan membuat tata bahasa yang digunakan
semakin baku.
2) Landasan pembakuan kosa kata serta istilah
Tidak hanya membuat tata bahasa semakin baku, ejaan juga membuat pemilihan kosa
kata dan istilah menjadi lebih baku.
3) Penyaring masuknya unsur bahasa lain ke bahasa Indonesia
Ejaan juga memiliki fungsi penting sebagai penyaring bahasa lain ke bahasa Indonesia.
Sehingga dalam penulisannya tidak akan menghilangkan makna aslinya.
4) Membantu pemahaman pembaca dalam mencerna informasi
Penggunaan ejaan akan membuat penulisan bahasa lebih teratur. Hal ini membuat
pembaca semakin mudah dalam memahami informasi yang disampaikan secara tertulis.
(Sumber.https://kompas.com)
d. Penulisan Ejaan
Berikut merupakan tata cara penulisan ejaan :
• Penulisan huruf abjad
Dalam ejaan bahasa Indonesia, huruf abjad terdiri atas huruf A, B, C, D, E, F, G, H, I, J,
K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Y, Z. Huruf abjad ini bisa ditulis dalam bentuk
huruf kapital maupun tidak, tergantung pada pemakaian dan tujuan penggunaannya.
• Penulisan huruf vokal
Dalam ejaan bahasa Indonesia, huruf vokal terdiri atas huruf a, i, u, e, o. Sama seperti
huruf abjad, huruf vokal juga bisa ditulis dalam huruf kapital atau tidak.
• Penulisan huruf konsonan
Dalam ejaan bahasa Indonesia, huruf konsonan adalah huruf yang tidak termasuk
huruf vokal, yakni b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z. Penulisan kapital
atau tidaknya juga bergantung pada pemakaian dan tujuan penggunaannya.
• Penulisan huruf diftong
Dalam ejaan bahasa Indonesia, huruf diftong merupakan dua vokal yang diucapkan
bersamaan. Huruf diftong terdiri atas ai, au, oi. Contoh katanya ialah ‘santai’, ‘pulau’,
‘survei’, dan ‘kalian’.
• Penulisan gabungan huruf konsonan
Dalam ejaan bahasa Indonesia, penulisan gabungan huruf konsonan berarti dua huruf
konsonan dijadikan satu, seperti kh, ny, sy, ng. Contoh katanya ‘ikhtisar’, ‘nyata’,
‘syarat’, dan ‘ngarai’.
• Penulisan pemenggalan kata
Dalam ejaan bahasa Indonesia, pemenggalan kata sering dilakukan jika:
1. Ada huruf vokal yang berurutan dan terletak di tengah kata. Pemenggalan
dilakukan di antara kedua huruf vokalnya. Contoh kata ‘aula’ jika dipenggal
menjadi ‘au-la’.
2. Ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan di antara dua huruf
vokal, yang terletak di tengah kata. Pemenggalan dilakukan sebelum huruf
konsonan. Contohnya kata ‘ba-pak’, dan ‘mu-ta-khir’.
3. Ada dua huruf konsonan yang berurutan yang terletak di tengah kata.
Pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan. Contohnya ‘man-di’,
dan ‘makh-luk’.
4. Ada tiga huruf konsonan atau lebih yang terletak di tengah kata. Pemenggalan
kata dilakukan di antara huruf konsonan pertama dan kedua. Contohnya ‘in-
stru-men’.( Sumber.https://kompas.com)
e. Pengaplikasian EBI Pada Tulisan
1. Huruf kapital
Penggunaan huruf kapital bisa dari huruf vokal ataupun huruf konsonan. Berikut beberapa
contoh pemakaiannya:
• Huruf kapital dipakai di awal kalimat. Contohnya: ‘Aku lapar.’
• Huruf kapital dipakai di awal petikan langsung. Contohnya: ‘Jinnie berkata, “Besok
aku tidak masuk sekolah” kepadaku.’
• Huruf kapital dipakai di huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan serta Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contohnya: ‘Allah’, ‘Yang Mahakuasa’, ‘Islam’, ‘Alkitab’, dan lainnya.
• Huruf kapital dipakai di huruf pertama gelar kehormatan, keturunan dan
keagamaan. Contohnya ‘Sultan Hasanuddin’, ‘Haji Agus Salim’.
• Huruf kapital dipakai di huruf pertama unsur nama jabatan atau pangkat.
Contohnya ‘Presiden Jokowi’.
• Huruf kapital dipakai di huruf pertama unsur nama orang. Contohnya ‘Ed
Sheeran’.
• Huruf kapital dipakai di huruf pertama nama bangsa, suku dan bahasa.
Contohnya: ‘bahasa Indonesia’, ‘Bangsa Indonesia’.
• Huruf kapital dipakai di huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya dan
peristiwa sejarah. Contohnya: ‘tahun Masehi’, ‘bulan Juni’, ‘hari Natal’.
• Huruf kapital di pakai di huruf pertama nama geografi. Contohnya ‘Asia Tenggara’.
2. Huruf miring
Berikut beberapa contoh pemakaiannya
• Huruf miring digunakan untuk menulis nama buku, majalah, dan surat kabar yang
dikutip dalam tulisan. Contohnya ‘majalah bahasa'
• Huruf miring digunakan untuk menegaskan kata. Contohnya ‘huruf pertama kata
aku adalah a'
• Huruf miring digunakan dalam penulisan istilah ilmiah. Contohnya ‘politic devide
et impera'
(Sumber.https://kompas.com)
D. Tanda Baca
a. Pengertian Tanda Baca
Tanda baca (atau pungtuasi) adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara)
atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan
organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat di sewaktu pembacaan.
(Sumber.id.m.wikipedia.org)
Tanda baca merupakan tanda yang dipakai dalam sistem ejaan, contohnya seperti titik,
koma, titik dua. (Sumber.zenius.net)
b. Fungsi Tanda Baca
Adapun fungsi dari tanda baca Ejaan Bahasa Indonesia sebagai berikut :
• Mengatur adanya jeda ketika kita membaca suatu kalimat.
• Mengatur intonasi dalam pembacaan suatu kalimat.
• Memberikan penegasan kalimat. Contohnya seperti kalimat tanya, kalimat perintah
dan lain sebagainya.
• Untuk menggambarkan struktur kata atau kalimat yang ada dalam sebuah tulisan.
• Untuk menunjukkan tata kata yang ada di dalam sebuah tulisan.

Penggunaan tanda baca ini disesuaikan dengan maksud apa yang ingin disampaikan oleh
sang penulis. (Sumber.zenius.net)

c. Penggunaan Tanda Baca


Berikut ini adalah macam – macam tanda baca beserta penggunaannya :
1) Tanda Baca Titik (.)
• Tanda baca titik ini biasanya digunakan pada akhir kalimat pernyataan. Secara
umum elo pasti udah tahu kan kalau kalimat berita diakhiri dengan tanda baca ini
(titik).
Misalnya: Justin Bieber akan konser di Jakarta.
• Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
Misalnya:
1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Daftar Wawancara
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
• Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Misalnya:
02.30.20 jam (2 jam, 30 menit, 20 detik)
• Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul
tulisan dan tempat terbit.
Misalnya:
Ervina Maharani. (2014). Panduan Sukses Menulis Penelitian Tindakan Kelas Yang
Simpel Cepat dan Memikat. Yogyakarta: Penerbit Parasmu.
• Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Penduduk desa itu lebih dari 1.000.000 orang.
2) Tanda Baca Koma (,)
• Tanda koma digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau
pembilangan. Misalnya:
Apel, mangga, jambu, dan rambutan merupakan buah kesukaanku.
• Tanda koma digunakan sebelum kata penghubung. Contohnya seperti tetapi,
melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Aku ingin membeli tiket konser BTS, tetapi uangku belum cukup.
• Tanda koma digunakan untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk
kalimatnya.
Misalnya:
Kalau ada dia, aku tidak akan datang.
• Tanda koma digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan
itu, dan meskipun demikian.
Misalnya:
Dini siswa yang rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia berhasil mendapatkan
beasiswa di universitas negeri.
• Tanda koma digunakan sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
10,5 m
25,3 kg
Rp600,50
3) Tanda Baca Seru (!)
• Tanda seru ini digunakan untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang
berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ke tidak
percayaan, atau emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah indahnya pulau Bali!
Mari kita dukung Gerakan Bebas Sampah di desa kita!
Datanglah ke sekolah tepat waktu!
Merdeka!
4) Tanda Baca Tanya (?)
• Digunakan pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan kamu akan pulang ke Bali?
• Digunakan di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang masih
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Bu Juliana lahir pada tahun 1943 (?).
Di Indonesia terdapat lebih dari 100 (?) suku bangsa.
5) Tanda Baca Titik Dua (:)
• Digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau
sebuah penjelasan.
Misalnya, pasangan suami istri yang baru pindah itu membutuhkan: kursi, meja,
dan lemari.
• Digunakan sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua : Nicolas
Sekretaris : Paramita
Bendahara : Ajeng
• Digunakan dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.
Misalnya:
Ibu : “Bawa bekal ini, Nak!”
Bani: “Baik, Bu.”
Ibu : “Jangan lupa, jaga tempat bekalnya!”
6) Tanda Baca Titik Koma (;)
• Tanda titik koma ini bisa dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang lain di dalam
kalimat majemuk.
Misalnya:
Hari sudah malam; adik-adikku masih menonton televisi.
Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis memasak; Kakak memperbaiki
motor.
• Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam
kalimat yang sudah menggunakan tanda koma.
Misalnya: Kakak membeli buku, pensil, dan tinta; baju, rok, dan kaus; pisang,
anggur, dan melon.
7) Tanda Baca Hubung (-)
• Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh
pergantian baris.
Misalnya:
Aku sudah ter-
Biasa sendiri.
• Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.
Misalnya:
Anak-anak
Bersenang-senang
8) Tanda Baca Petik (“...”)
• Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
“Merdeka atau mati!” seru Bung Tomo dalam pidatonya.
• Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel,
naskah, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Marilah kita menyanyikan lagu “Indonesia Raya”!
9) Tanda Baca Petik Tunggal (‘...’)
• Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan
lain.
Misalnya:
Tanya dia, “Kamu dengar bunyi ‘tok-tok’ tadi?”
• Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan
kata atau ungkapan.
Misalnya:
Tergugat ‘yang digugat’
10) Tanda Baca Kurung ((...))
• Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Sila baru saja memperpanjang surat izin mengemudi (SIM).
• Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di
dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan.
Misalnya:
Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus) Transjakarta.
11) Tanda Baca Pisah (—)
• Tanda pisah bisa digunakan untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai— diperjuangkan oleh bangsa
itu sendiri.
• Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti
‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
Misalnya:
Tahun 2020—2022
12) Tanda Baca Elipsis (...)
• Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau
kutipan ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Penyebab kegagalan … akan diteliti lebih lanjut.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bahasa negara ialah …. …,
lain lubuk lain ikannya.

Catatan:
Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat buah).
13) Tanda Baca Kurung Siku ([...])
• Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah
asli yang ditulis orang lain.
Misalnya:
Para nelayan men[d]engar bunyi gemericik.
Penggunaan bahasa dalam tugas akhir tentu harus sesuai [dengan] kaidah bahasa
Indonesia.
• Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas
yang terdapat dalam tanda kurung.
Misalnya: Persamaan kedua metode tersebut (perbedaannya dibicarakan di
dalam Bab II [lihat halaman 30─32]) perlu dipaparkan sekarang.
14) Tanda Baca Apostrof (`)
• Tanda penyingkat dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun dalam konteks tertentu.
Misalnya:
Mereka sudah pulang, ‘kan? (‘kan = bukan)
Surya ‘lah tiba. (‘lah = telah)
7-2-’11 (’11 = 2011)
15) Tanda Baca Garis Miring (/)
• Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
Nomor: 9/PK/III/2021
Jalan Batu III/12
Tahun ajaran 2020/2021
(sumber.zenius.net)
E. Kata dan Makna Kata.
a) Pengertian
Makna kata dalam bahasa Indonesia adalah arti yang terkandung serta tersimpul dari sebuah
kata tersebut. (Sumber.Liputan6.com)
b) Jenis-jenis Makna Kata
Berikut jenis-jenis makna kata beserta contohnya :
a) Makna Leksikal
Istilah leksikal berasal dari kata leksikon yang artinya kamus. Makna leksikal
diartikan sebagai makna yang terdapat di dalam kamus atau mengikuti tulisan
kamus. Contohnya: A. Doa artinya permohonan (harapan, permintaan, pujian).
B. Kursi artinya tempat duduk berkaki empat dan bersandaran.
b) Makna Gramatikal
Makna gramatikal merupakan makna kata yang timbul karena proses tata Bahasa
Indonesia atau gramatika. Misalnya, proses afiksasi, reduplikasi, atau komposisi.
Contohnya:
A. Kata lapang artinya luas atau lebar. Saat kata lapang diletakkan pada kalimat
“Saya harus berlapang dada dalam menghadapi masalah”, makna gramatikal kata
lapang berubah menjadi bersabar.
c) Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna yang mengandung nilai emosi tertentu. Sehingga,
makna tersebut menjadi kiasan yang bisa berisi nilai, sikap sosial, atau perspektif
tertentu. Contohnya:
A. Mereka berusaha berebut kursi pemilu. Kata kursi bukan berarti alas duduk
berkaki empat, namun kursi adalah kiasan dari jabatan.
d) Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna yang mengandung arti atau pengertian yang
sebenarnya. Makna ini mengacu pada kamus atau literator lain. Biasanya, makna
denotatif diterapkan dalam bahasa ilmiah. Contohnya:
A. Bunga itu sudah tumbuh di taman. Kata bunga mengandung arti sebenarnya,
yakni bagian tumbuhan yang akan menjadi buah dan memiliki kelopak.
e) Makna Asosiatif
Makna asosiatif mencakup keseluruhan hubungan makna dengan nalar diluar
bahasa. Ia berhubungan dengan masyarakat pemakai bahasa, pribadi memakai
bahasa, perasaan pemakai bahasa, nilai-nilai masyarakat pemakai bahasa dan
perkembangan kata sesuai kehendak pemakai bahasa. Makna asosiatif dibagi
menjadi beberapa macam, seperti makna kolokatif, makna reflektif, makna
stilistik, makna afektif, dan makna interpretatif. Berikut ini penjelasannya:
o Makna Kolokatif
Makna kolokatif lebih berhubungan dengan penempatan makna dalam
frase sebuah bahasa. Kata kaya dan miskin terbatas pada kelompok
farase. Makna kolokatif adalah makna kata yang ditentukan oleh
penggunaannya dalam kalimat. Kata yang bermakna kolokatif memiliki
makna yang sebenarnya.
o Makna Reflektif
Makna reflektif adalah makna yang mengandung satu makna konseptual
dengan konseptual yang lain, dan cenderung kepada sesuatu yang
bersifat sacral, suci atau tabu terlarang, kurang sopan, atau haram serta
diperoleh berdasarkan pengalaman pribadi atau pengalaman sejarah.
o Makna Stilistika
Makna stilistika adalah makna kata yang digunakan berdasarkan keadaan
atau situasi dan lingkungan masyarakat pemakai bahasa itu. Sedangkan
bahasa itu sendiri merupakan salah satu ciri pembeda utama dari mahluk
lain didunia ini. Mengenai bahasa secara tidak langsung akan berbicara
mempelajari kosa kata yang terdapat dalam bahasa yang digunakan pada
waktu komunikasi itu.
o Makna Afektif
Makna kata ini biasanya dipakai oleh pembicara berdasarkan perasaan
yang digunakan dalam berbahasa.
o Makna Interpretatif
Makna interpretatif adalah makna yang berhubungan dengan penafsiran
dan tanggapan dari pembaca atau pendengar, menulis atau berbicara,
membaca atau mendengarkan.
f) Makna Referensial
Seperti yang kita tahu, kata referensi merujuk pada suatu hal yang menjadi acuan.
Karenanya, makna kata referensial berarti makna kata yang menunjukkan
referensi atau acuan suatu kata pada kondisi di kenyataan. Sebagai contoh
kalimat kalimat langsung:
A. “Tadi saya bertemu dengan Rifa,” kata Budi pada Joni.
Pada kalimat tersebut, kata “saya” mengacu pada Budi. Bandingkan dengan
kalimat langsung berikut:
B. “Saya ingin sekali bisa berjumpa dan ngobrol dengan Budi,” kata Joni.
Pada kalimat tersebut, kata “saya” mengacu pada Joni.
g) Makna Non-referensial
Berbalikan dengan makna referensial, makna kata non-referensial merupakan
kata yang tak mempunyai referensi atau acuan di kondisi nyata. Biasanya, kata-
kata ini bisa berupa artikel, partikel, dan kata hubung. Contoh kata-kata dengan
makna non-referensial yaitu ‘dan’, ‘atau’, ‘serta’, ‘karena’, ‘maka’, ‘sebab’, ‘jika’,
‘sehingga’, dan sebagainya.
h) Makna Kontekstual
Makna kata kontekstual merupakan makna dari sebuah kata yang muncul
berdasarkan suatu konteks penggunaannya dalam suatu frasa atau kalimat.
Sebagai contoh kata “kepala” pada frasa “kepala desa”. Makna kata kepala dalam
frasa tersebut akan berbeda dengan makna kata “kepala” secara leksikal. Berbeda
juga dengan makna kata “kepala” dalam frasa lain seperti “kepala kereta”, “kepala
besar”, dan sebagainya.
i) Makna Emotif
Selanjutnya, ada pula yang disebut dengan makna kata secara emotif. Secara
umum, makna emotif adalah makna dalam kata atau frasa yang berkaitan dengan
perasaan. Artinya, pemaknaan dari kata tersebut tergantung dengan emosi atau
perasaan yang dirasakan seseorang saat mengucapkan atau menuliskan kata
tersebut. Makna emotif biasa ditemukan dalam kata-kata sifat yang mewakili
perasaan, seperti senang, sedih, susah, dan sebagainya. Atau bisa juga melalui
kata kerja yang juga dapat menggambarkan emosi seseorang, seperti menangis,
tertawa, menyesal, dan sebagainya. (Sumber.Liputan6.com)
F. Diksi (Pilihan Kata)
a. Pengertian
Diksi adalah pilihan kata di dalam tulisan yang digunakan untuk menggambarkan
sebuah cerita atau memberi makna sesuai dengan keinginan penulis. Adapun
Pengertian diksi menurut para ahli sebagai berikut :
• Menurut Gorys Keraf,
pengertian diksi terbagi menjadi dua, yakni pilihan kata atau mengenai pengertian
kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan suatu gagasan, pengungkapan
yang tepat dan gaya penyampaian kata yang lebih baik dan sesuai situasi.
Pengertian diksi juga merupakan sebuah kemampuan membedakan secara tepat
nuansa-nuansa makna dari gagasan yang disampaikan. Selain itu, diksi juga bisa
berupa kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi, nilai
dari suatu rasa yang dimiliki kelompok masyarakat, pendengar, dan pembaca.
• Susilo Mansurudin
Susilo Mansurudin berpendapat pengertian diksi adalah pilihan kata. Pemakaian
atau pemilihan diksi yang tepat, benar dan cermat bisa membantu memberi nilai
pada suatu kata. Pilihan diksi yang sesuai dengan kata lain akan mencegah
terjadinya kesalahan penafsiran yang berbeda.
• Widyamartaya
Menurut Widyamartaya, pengertian diksi adalah kemampuan seseorang dalam
membedakan suatu nuansa-nuansa makna secara tepat dengan gagasan yang
disampaikan. Kemampuan seseorang membedakan makna itu sesuai dengan
situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat dan pendengar atau
pembaca.
• Enre
Enre berpendapat pengertian diksi adalah penggunaan kata yang sesuai dalam
mewakili pikiran dan perawatan yang ingin disampaikan dalam suatu pola kalimat
tertentu.
Itulah beberapa pengertian diksi menurut para ahli. Sudah jelas bukan? Setelah
mempelajari pengertian diksi, yuk kita membahas mengenai fungsi diksi.
(sumber.https://penerbitdeepublish.com/pengertian-diksi/)
b. Fungsi
Secara umum, diksi juga berfungsi memperindah suatu kalimat, seperti diksi dalam
suatu cerita, diksi yang baik untuk penyampaian cerita yang runtut, menjelaskan
tokoh-tokoh, mendeskripsikan latar dan waktu, serta lainnya. Berikut ini, beberapa
fungsi pemilihan diksi dalam penulisan karya sastra.
• Membantu pembaca memahami pesan karya sastra
Pemilihan diksi yang tepat dalam penulisan karya sastra bisa membuat orang yang
membaca lebih mudah memahami pesan yang ingin disampaikan oleh penulis
atau pengarang melalui hasil tulisannya.
Pesan adalah setiap pemberitahuan, kata atau komunikasi, baik lisan maupun
tertulis yang dikirimkan dari satu orang ke orang lain. Pesan ini menjadi inti dari
setiap proses komunikasi yang terjalin.
• Komunikasi yang efektif
Pemilihan diksi dalam penulisan karya sastra juga bisa membantu membuat
komunikasi menjadi lebih efektif. Pemahaman yang baik dalam penggunaan atau
pemilihan diksi sangat penting, agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan
efisien.
Dalam praktik berbahasa yang sesungguhnya, diksi bisa menimbulkan gagasan
yang tepat sekaligus kesalahpahaman bagi pendengarnya. Kemudian, hal ini bisa
menimbulkan dampak yang luar biasa bagi masyarakat. Membuat komunikasi
menjadi lebih efektif;
Melambangkan ekspresi yang ada dalam gagasan secara verbal (tertulis maupun
terucap); serta
• Bentuk ekspresi
Penggunaan atau pemilihan diksi juga bisa berupa bentuk ekspresi yang ada
dalam gagasan secara tertulis maupun terucap.Penggunaan diksi yang tepat dan
selaras bisa membantu membangun imajinasi pembaca atau pendengar ketika
membaca atau mendengarkan sebuah karya sastra.
Ekspresi adalah istilah yang merujuk pada sesuatu yang memperlihatkan perasaan
seseorang. Karena, mengekspresikan perasaan tidak hanya melalui mimik wajah,
tetapi juga kata-kata dalam tulisan atau ketika berbicara.
• Hiburan
Pemilihan diksi yang tepat juga bisa berfungsi sebagai hiburan bagi pembaca
maupun pendengarnya. Hal ini berkaitan dengan setiap pesan dan ekspresi dalam
sebuah karya sastra.
Hiburan adalah segala sesuatu yang bisa berbentuk kata-kata, tempat, benda atau
perilaku yang bisa menjadi penghibur atau pelipur hati yang sedang susah atau
sedih. Pada umumnya, hiburan bisa berupa permainan video, film, musik, opera,
drama atau permainan. Tapi, sekarang hiburan juga bisa berupa tulisan karya
sastra.
(sumber.https://penerbitdeepublish.com/pengertian-diksi/)
c. Jenis-Jenis Diksi
1) Diksi Berdasarkan Makna
Jenis diksi berdasarkan maknanya masih terbagi menjadi 2 macam, meliputi
makna denotatif dan makna konotatif. Menurut Chaer (2009: 65),
perbedaan diksi berdasarkan makna denotatif dan konotatif sesuai pada
ada atau tidak adanya nilai rasa pada sebuah kata. Singkatnya, denotatif
bersifat umum dan konotatif bersifat khusus.
a) Makna Denotatif
Jenis diksi berdasarkan makna denotatif adalah diksi dengan makna
yang sebenarnya dari suatu kata atau kalimat. Dalam kata lain, makna
denotatif adalah makna objektif tanpa membawa perasaan tertentu
atau murni.
Diksi dengan makna denotatif memiliki ciri-ciri, antara lain memiliki
makna yang lugas karena sifatnya yang literal dan biasanya hasil dari
observasi dari panca indra, yakni penglihatan, penciuman,
pendengaran, perasaan atau Pengalaman fisik lainnya.
Berikut ini, beberapa contoh diksi dengan makna denotatif, meliputi:
Jerawat disebabkan oleh sebum pada wajah.
Jerapah memiliki leher yang lebih panjang dibandingkan hewan-
hewan lainnya.
Budi sangat bekerja keras untuk menggapai cita-citanya.
b) Makna Konotatif
Jenis diksi berdasarkan makna konotatif adalah diksi, kata atau
kalimat yang memiliki arti bukan sebenarnya. Makna konotatif juga
bisa diartikan sebagai makna kias yang berkaitan dengan nilai rasa.
Diksi dengan makna konotatif ini dipengaruhi oleh nilai dan norma
yang dipegang oleh masyarakat tertentu. Meski begitu, makna dari
diksi ini juga akan berubah seiring dengan perubahan nilai dan norma
di masyarakat.
Berikut ini, beberapa contoh diksi dengan makna konotatif, antara
lain:
Banyak pahlawan yang telah gugur dalam medan perang. (gugur
memiliki makna meninggal dunia).
Tasya adalah anak emas di kelas karena perilakunya yang sangat rajin.
(anak emas memiliki makna anak yang paling disayang).
Selepas lulus kuliah, Rifky memilih berprofesi sebagai kuli tinta. (kuli
tinta memiliki makna sebagai wartawan).
2) Diksi Berdasarkan Leksikal
Jenis-jenis diksi berdasarkan leksikal juga terbagi menjadi beberapa macam,
antara lain:
a) Sinonim
Sinonim merupakan dua kata atau lebih yang memiliki persamaan
makna. Penggunaan diksi sinonim bertujuan untuk membuat apa
yang dituliskan menjadi lebih sesuai dengan ekspresi yang ingin
diungkapkan.
Adapun contoh penggunaan diksi berdasarkan leksikal sinonim,
seperti mampus yang mengekspresikan hal-hal kasar dan wafat yang
mengekspresikan hal-hal yang lebih halus.
b) Antonim
Antonim adalah pemilihan diksi atau kata yang memiliki makna
berlawanan atau berbeda. Adapun contoh pemilihan diksi
berdasarkan leksikal antonim, seperti naik x turun, besar x kecil, tinggi
x rendah, dan hemat x boros.
c) Homonim
Homonim merupakan pemilihan diksi yang memiliki pelafalan dan
ejaan sama, tetapi artinya berbeda satu sama lain. Adapun contoh
pemilihan diksi berdasarkan leksikal homonim, seperti kata “bulan”
yang bisa memiliki makna sebagai satelit alami di bumi sekaligus arti
waktu.
d) Homofon
Homofon adalah pemilihan diksi yang memiliki ejaan dan makna
berbeda, tetapi pelafalannya sama. Adapun contoh diksi berdasarkan
leksikal homofon, seperti “bank” dan “bang”. Kedua kata itu memiliki
arti dan ejaan yang berbeda, tetapi pelafalannya terdengar mirip.
e) Homograf
Homograf adalah kata yang memiliki lafal dan arti berbeda, tetapi
ejaannya sama. Adapun contoh pemilihan diksi berdasarkan leksikal
homograf, seperti makanan kesukaan karin adalah “tahu” goreng dan
karin tidak “tahu” kalau hari ini dia libur. Dalam hal ini, tahu memiliki
ejaan yang sama, tetapi bunyi dan maknanya berbeda.
f) Polisemi
Polisemi adalah diksi atau frasa kata yang memiliki lebih dari satu arti,
seperti bunga dan kepala. Contohnya, orang yang menabung di Bank
akan mendapatkan “bunga” setiap bulannya dan Karin adalah bunga
desa yang jadi incaran pada pria. Dalam hal ini, kata bunga memiliki
banyak makna, baik sebagai keuntungan, kecantikan atau sebuah
tanaman.
g) Hipernim
Hipernim merupakan diksi yang mewakili banyak kata lainnya atau
mencakup makna kata lainnya. Contoh pemilihan diksi berdasarkan
leksikal Hipernim, seperti kata sempurna yang bisa memiliki arti
sebagai nilai yang baik, bagus, luar biasa dan lainnya.
h) Hipernim
Hipernim merupakan diksi yang mewakili banyak kata lainnya atau
mencakup makna kata lainnya. Contoh pemilihan diksi berdasarkan
leksikal Hipernim, seperti kata sempurna yang bisa memiliki arti
sebagai nilai yang baik, bagus, luar biasa dan lainnya.
i) Hiponim
Hiponim merupakan diksi yang bisa terwakili oleh kata hipernim.
Contoh, pemilihan diksi berdasarkan leksikal hiponim, seperti ada
binatang liar di kebun binatang, yang meliputi gajah, singa, buaya,
rusa, kuda dan lainnya. Pada kalimat itu, kata binatang liar termasuk
hipernim. Sedangkan, gajah, singa, buaya dan lainnya termasuk
hiponim.
(sumber.https://penerbitdeepublish.com/pengertian-diksi/)
d. Syarat-Syarat Diksi
Menurut Gorys Keraf, beberapa syarat dalam memilih diksi, antara lain:Kemampuan
membedakan kata-kata yang memiliki ejaan sama
1) Penggunaan kata konotasi dan denotasi yang tepat.
2) Penggunaan kata sinonim atau memiliki makna sama yang tepat.
3) Kemampuan membedakan kata-kata yang memiliki ejaan sama.
4) Penggunaan kata kerja pada kata yang idiomatis.
5) Kemampuan membedakan kata khusus dan umum dalam tulisan.
6) Memperhatikan pemilihan kata yang tepat dalam tulisan.
(sumber.https://penerbitdeepublish.com/pengertian-diksi/)
e. Contoh-Contoh Diksi
Berikut ini, beberapa contoh penggunaan diksi yang tepat dalam sebuah kalimat.
1) Rendy sudah menjadi tangan kanan Andin selama 5 tahun. (tangan kanan
adalah diksi yang memiliki arti sebagai orang kepercayaan).
2) Rudy memilih menguras usaha sapi perah milik ayahnya setelah lulus SMA.
(sapi perah memiliki makna yang murni dalam kalimat ini, yakni sapi yang
memang diternakkan dan diperah susunya).
3) Alika adalah anak yang paling pandai di sekolahnya dan Naura adalah anak
yang paling pintar di kelas. (Panda dan pintar adalah dua kata dengan ejaan
berbeda tetapi memiliki kesamaan makna).
4) Intan sangat gemar pergi hedon dengan temannya hingga boros, sedangkan
siska, adiknya adalah anak yang hemat dan gemar menabung. (Boros dan
hemat adalah dua kata yang memiliki makna saling berlawanan).
5) Sebelum berangkat apel pagi, saya selalu menyempatkan diri untuk sarapan
buah apel. (Apel adalah kata yang memiliki ejaan sama, tetapi pelafalan dan
maknanya berbeda).
(sumber.https://penerbitdeepublish.com/pengertian-diksi/)
G. Kalimat Efektif
a. Pengertian
Kalimat efektif adalah kalimat yang disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku,
seperti unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat (subjek dan predikat);
memperhatikan ejaan yang disempurnakan; serta cara memilih kata (diksi) yang tepat
dalam kalimat.
(Sumber.https://katadata.co.id/amp/safrezi/berita/61a88a78b8c8b/contoh-syarat-
dan-ciri-ciri-kalimat-efektif-dalam-bahasa-indonesia)
b. Syarat-Syarat Kalimat Efektif
• Memiliki struktur yang sepadan
Kalimat efektif harus memiliki kesepadanan struktur, yaitu keseimbangan antara
gagasan dengan struktur yang dipakai. Nah, untuk memiliki kesepadanan struktur
yang baik, ada poin-poin yang harus dipenuhi.
• Memiliki subjek dan predikat yang jelas
Cara agar suatu kalimat dapat memiliki subjek dan predikat yang jelas adalah
dengan menghindari penggunaan kata depan sebelum penyebutan subjek.
• Tidak terdapat subjek ganda
Subjek ganda dapat membuat kalimat menjadi tidak terfokus sehingga maknanya
menjadi sulit dipahami.
• Predikat kalimat tidak didahului oleh kata ‘yang’
Pemunculan kata ‘yang’ dapat menghilangkan predikat dalam sebuah kalimat.
• Bentuknya Paralel
Kalimat efektif harus memiliki bentuk yang paralel. Artinya, kalau bentuk pertama
menggunakan kata benda, maka bentuk selanjutnya juga harus menggunakan
kata benda. Kalau bentuk pertama menggunakan kata kerja, maka bentuk
selanjutnya juga harus menggunakan kata kerja.
(Sumber.https://katadata.co.id/amp/safrezi/berita/61a88a78b8c8b/contoh-
syarat-dan-ciri-ciri-kalimat-efektif-dalam-bahasa-indonesia)
c. Ciri-Ciri Kalimat Efektif
1) Memuat Unsur Kalimat Minimal Subjek dan Predikat
Struktur kalimat efektif harus mengandung unsur kalimat, minimal subjek
dan predikat.
Contoh: Rangga belajar di kamar.
2) Hemat Kata
Kalimat efektif harus hemat kata. Artinya, dalam penyusunan kalimat
efektif, penggunaan kata, frasa, atau bentuk lain yang tidak diperlukan
harus dihindari.
▪ Hindari pengulangan subjek.
Jika subjek dalam sebuah kalimat hanya satu, penyebutannya
tidak perlu diulang.
Contoh kalimat tidak efektif (salah): Karena dia sakit, dia tidak
masuk sekolah.
Contoh kalimat efektif (benar): Karena sakit, dia tidak masuk
sekolah.
▪ Hindari sinonim kata.
Jika dalam sebuah kalimat terdapat dua kata yang memiliki arti
sama, gunakan salah satu saja.
Contoh kalimat tidak efektif (salah): Dia rajin berlatih agar supaya
menang.
Contoh kalimat efektif (benar): Dia rajin berlatih agar menang.
▪ Perhatikan bentuk kata jamak.
Jika sebuah kata sudah memiliki makna jamak, tidak perlu
ditambahkan kata yang bermakna jamak lagi.
Contoh kalimat tidak efektif (salah): Para hadirin dimohon berdiri.
Contoh kalimat efektif (benar): Hadirin dimohon berdiri.
3) Makna yang Tepat
Kalimat efektif hanya memiliki satu makna, tidak ambigu ataupun
menyimpang. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan penggunaan kata atau
diksinya.
Contoh: Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
Kalimat tersebut membuat pembaca menjadi bingung, siapa yang terkenal?
Mahasiswanya atau perguruan tingginya? Supaya efektif, kalimat ini dapat
diubah menjadi salah satu dari dua bentuk berikut, sesuai dengan makna
yang dituju:
- Mahasiswa yang terkenal itu menerima hadiah.
- Mahasiswa dari perguruan tinggi terkenal itu menerima hadiah.
4) Kelogisan Bahasa
Kalimat efektif harus memiliki kelogisan bahasa. Artinya, ide pada kalimat
efektif tersebut dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan
ejaan yang berlaku.
Contoh: Waktu dan tempat kami persilakan.
Kalimat di atas tidak efektif sebab makna yang terkandung tidak logis.
Apakah waktu dan tempat itu bisa dipersilakan? Seharusnya, kalimat
tersebut diubah menjadi “Untuk bapak/ibu A (nama) kami persilakan.”
5) Menggunakan Ejaan dan Kaidah Kebahasaan yang Baku
Penulisan kalimat efektif bahasa Indonesia mengacu pada Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) atau Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Contoh : Ibuku memperjuangkan karirnya dengan baik.
Jika mengacu pada PUEBI, kalimat tersebut termasuk kalimat tidak efektif
karena kata ‘karir’ tidak sesuai dengan ejaan yang benar. Seharusnya ditulis
dengan ‘karier.’
(sumber.https://katadata.co.id/amp/safrezi/berita/61a88a78b8c8b/conto
h-syarat-dan-ciri-ciri-kalimat-efektif-dalam-bahasa-indonesia)

Anda mungkin juga menyukai