Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH

EJAAN
BAHASA
INDONESIA
Ejaan Bahasa Indonesia
A.Pengertian ejaan
Ejaan ialah sebuah aturan yang didalamnya menggambarkan adanya aturan tanda baca ejaan
cenderung menekankan pada tata suara dalam bahasa. Lazimnya, ejaan mempunyai tiga aspek, yakni
aspek fonologis, morfologi, dan sintaksis.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan, ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan
bunyi-bunyi (kata, kalimat) di dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda-tanda baca.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dinyatakan, ejaan adalah cara atau aturan menuliskan kata-kata
dengan huruf. Misalnya kata “huruf” dahulu adalah “hoeroef”. Kata itu telah diatur dengan ejaan yang
sesuai dan sekarang yang dipergunakan adalah “huruf”.
1.Prinsip-prinsip Penulisan Ejaan Bahasa Indonesia
Menurut wikipedia prisip-prinsip penulisan ejaan bahasa indonesia ada 2 yaitu berikut ini:
2.Prinsip morfologis merupakan dua kaidah yang mengkhususkan penulisan sebuah fonem yang
memiliki posisi tertentu dalam morfem atau kata jadian yang dibagi menjadi Dua kaidah berikut:
Fonem /ɲ/ di muka fonem /c/ atau /j/ ditulis n, bukan ny.
Fonem /w/ dan /y/ yang menjadi bagian diftong ditulis u dan i.
.
3.Prinsip historis/tradisional 
berlaku bagi beberapa kata serapan, antara lain:
-.Grafem yang melambangkan konsonan bersuara dipakai untuk konsonan tak bersuara pada akhir suku
kat a. Penggunaan ini digunakan untuk fonem /p/, dan d untuk /t/ serta penulisan g untuk /k/ dan j
untuk /c/. berbeda dengan Grafem i di muka vokal mencerminkan lafal bervarian /i/ atau /y/.
-.Penggambaran bunyi /f/ dipakai baik pada huruf v mau pun v.
-.Bunyi Hamzah atau bahasa Arab dituliskan menggunakan tanda petik tunggal walaupun tanda petik
juga d apat digunakn untuk kata yang lain, misalnya penulisan Jum’at.
-.Huruf e digunakan untuk menggambarkan /ə/ di antara konsonan serapan lama, misalnya pengucapan
Inggeris dan Sastera.
-.Nama diri orang-orang terdahulu diperbolehkan menggunakan Ejaan Soewandi bahkan Ejaan Van
Ophuijsen, misalnya Soekarno dan Soeharto.
-.Nama diri orang asing dan nama tempat asing dipertahankan keasliannya, misalnya Michael dan New
York.
 
.
B.Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia
Sampai saat ini dalam bahasa Indonesia telah dikenal tiga nama ejaan yang pernah berlaku. Ketiga ejaan yang pernah
ada dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
 
1.Ejaan Van Ophuysen
Ejaan ini ditetapkan pada tahun 1901 yaitu ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Van Ophuijsen merancang ejaan
itu yang dibantu oleh Engku NawawiGelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
2.Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, ejaan Van Ophuijsen mengalami beberapa perubahan.Keinginan untuk
menyempurnakan ejaan Van Ophuijsen terdengar dalam Kongres Bahasa Indonesia I, tahun 1938 di Solo.
KemudianPada tanggal 19 Maret 1947, Mr. Soewandi yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Pengadjaran,
Pendidikan, dan Kebudajaan Republik Indonesia melalui sebuahPutusan Menteri Pengadjaran Pendidikan dan
Kebudajaan, 15 April 1947, tentang perubahan ejaan baru.meresmikan ejaan baru yang dikenal dengan nama Ejaan
Republik, yang menggantikan ejaan sebelumnya.
Pada Kongres II Bahasa Indonesia tahun 1954 di Medan, Prof. Dr. Prijono mengajukan Pra-saran Dasar-Dasar
Ejaan Bahasa Indonesia dengan Huruf Latin. Isi dasar-dasar tersebut adalah perlunya penyempurnaan kembali Ejaan
Republik yang sedang dipakai saat itu. Namun, hasil penyempurnaan Ejaan Republik ini gagal diresmikan karena
terbentur biaya yang besar untuk perombakan mesin tik yang telah ada di Indonesia.
.
 
3.Ejaan Melindo (Melayu Indonesia)
Usaha penyempurnaan ejaan terus dilakukan, termasuk bekerja sama dengan Malaysia dengan rumpun
bahasa Melayunya pada Desember 1959. Dari kerjasama ini, terbentuklah Ejaan Melindo yang
diharapkan pemakaiannya berlaku di kedua negara paling lambat bulan Januari 1962. Namun,
perkembangan hubungan politik yang kurang baik antar dua negara pada saat itu, ejaan ini kembali
gagal diberlakukan.
Pada awal Mei 1966 Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) yang sekarang menjadi Pusat Bahasa
kembali menyusun Ejaan Baru Bahasa Indonesia. Namun, hasil perubahan ini juga tetap banyak
mendapat pertentangan dari berbagai pihak sehingga gagal kembali.
 
Pemakaian Huruf dan Penulisan Kata

a. Abjad
b. Vokal
c. Konsonan
d. Diftong
e. Gabungan huruf konsonan
f. Pemenggalan
g. Nama diri (tidak dijelaskan dibawah)
Ejaan Bahasa Indonesia menggunakan 26 huruf di dalam abjadnya dari A sampai Z. Beber-
apa di antaranya merupakan usaha memajukan ejaan bahasa Indonesia sehingga dapat
mengikuti perkembangan kosa katanya.
A. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam bahasa Indonesia terdiri dari huruf berikut :
Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama
A a N en
B be O o
C ce P pe
D de Q ki
E e R er
F ef S es
G ge T te
H ha U u
I I V ve
J je W we
K ka X ex
L el Y ye
M em Z zet
 
B. Huruf Vokal
Huruf vokal adalah huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, I, o,
dan u.
C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, h, j, k,
m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
D. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au dan oi. Misalnya : pandai,
saudara dan amboi.
E. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng,
ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan. Misalnya : khusus, ngilu, nyata dan
syarat.
 
F. Pemenggalan Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut :
Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya : ma-in, sa-at Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di-
antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan. Misalnya : ba-pak, ba-
rang, su-lit. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan antara
kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan. Misalnya : man-di, som-
bong, swas-ta Jika ditengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan antar
huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya : in-stru-men, ul-tra, bang-krut.
2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta par-
tikel yang biasanyaa ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
Misalnya : makan-an, me- rasa-kan, mem-bantu.
3. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan un-
sur lain, pemenggalan dapat dilakuakan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu
sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c dan 1d di atas. Misalnya :
foto-grafi, fo-to-gr-afi,
kilo-meter,ki-lo-me-ter
pasca-panen,pas-ca-pa-nen
2. Penulisan Huruf
-Penulisan Kata
-Huruf kapital
-Huruf miring
A. Huruf Kapital atau Huruf Besar
-Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Contoh : Saya membaca buku.
-Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Contoh : Adik bertanya, “ Kenapa kita
pulang ?”
-Huruf kapital dipakai sebagi huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan
dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Contoh : Tuhan merahmati hamba- Nya.
-Huruf kapital dipakai sebagai huruf nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang di ikuti
nama orang. Contoh : Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Nabi Sulaiman, Dia baru saja diangkat
menjadi Sultan.
-Huruf kapital dipakai sebagai huruf nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang. Contoh : Pres-
iden Soekarno, Wakil Presiden Adam Malik.
-Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama sebagi nama orang. Contoh : Muhammad Maulana Rizki,
Syarifah Masitoh
-Huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Contoh :
bangsa Indonesia, suku Melayu, bahasa Arab.
-Huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya dan peristiwa sejarah.
Contoh : tahun Masehi, bulan Januari, hari Selasa, hari Lebaran, Proklamasi Kemerdekaan.
-Huruf kapital sebagai huruf pertama nama khas dalam Geografi. Contoh ; Peta Sumatra, Danau Toba,
Sungai Musi.
-Huruf kapital sebagai huruf pertama nama badan resmi, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan
serta nama dokumen resmi Contoh: Majelis Permusyawaratan Rakyat, Departemen Luar Negeri, Un-
dang – Undang Dasar Republik Indonesia.
-Huruf Kapital dipakai sebagai Huruf pertama nama semua kata didalam nama buku,majalah,surat
kabar , kecuali kata partikel , seperti di,ke,dari,untuk,dan,yang untuk,yang tidak terletak pada posisi
awal. Contoh: Dari Gajah Mada ke Jalan Gatot Subroto, Gaul, Analisa
-Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam singkatan nama gelar,pangkat, dan sapaan. Contoh:
a.di depan nama : – Dr. Doktor Prof. Profesor b.di belakang nama: -M.A. Master of Arts
-Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti
bapak,ibu,saudara,kakak,adik dan paman yang dipakai sebagai ganti sapaan. Contoh : Apakah Ibu jadi
ke Belawan besok?
B. Huruf Miring
Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,majalah,dan surat kabar yang dikutip
dalam karangan. Contoh : Majalah Bahasa dan Kesusastraan
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,bagian kata atau
kelompok kata. Contoh: Huruf pertama kata abad ialah ia., Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing , kecuali
yang sudah disesuaikan ejaannya. Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak
miring diberi garis dibawahnya.
Contoh: Weltarschauung diterjemahkan menjadi “ pandangan hidup”.
Penulisan kata
Berikut adalah ringkasan pedoman umum penulisan kata.
1.Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: Ibu percaya bahwa engkau tahu.
2.Kata turunan (lihat pula penjabaran di bagian Kata turunan)
-Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar. Contoh: bergeletar, dikelola [1].
-Jika kata dasar berbentuk gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang lang-
sung mengikuti atau mendahuluinya. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas.
Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi
-Jika kata dasar berbentuk gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan dit-
ulis serangkai. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas.
Contoh: menggarisbawahi, dilipatgandakan.
-Jika salah satu unsur gabungan hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai. Con-
toh: adipati, mancanegara.
-Jika kata dasar huruf awalnya adalah huruf kapital, diselipkan tanda hubung. Contoh: non-Indonesia.
3.Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung, baik yang berarti tunggal (lumba-lumba,
kupu-kupu), jamak (anak-anak, buku-buku), maupun yang berbentuk berubah beraturan (sayur-mayur, ramah-tamah).
4.Gabungan kata atau kata majemuk
-Gabungan kata, termasuk istilah khusus, ditulis terpisah. Contoh: duta besar, orang tua, ibu kota, sepak bola.
-Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis den-
gan tanda hubung untuk menegaskan pertalian. Contoh: alat pandang-dengar, anak-istri saya.
-Beberapa gabungan kata yang sudah lazim dapat ditulis serangkai. Lihat bagian Gabungan kata yang ditulis
serangkai.
5.Kata ganti (kau-, ku-, -ku, -mu, -nya) ditulis serangkai. Contoh: kumiliki, kauambil, bukumu, miliknya.
6.Kata depan atau preposisi (di [1], ke, dari) ditulis terpisah, kecuali yang sudah lazim
seperti kepada, daripada, keluar, kemari, dll. Contoh: di dalam, ke tengah, dari Surabaya.
7.Artikel si dan sang ditulis terpisah. Contoh: Sang harimau marah kepada si kancil.
8.Partikel
-Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai. Contoh: bacalah, siapakah, apatah.
-Partikel -pun ditulis terpisah, kecuali yang lazim dianggap padu seperti adapun, bagaimanapun, dll. Contoh:
apa pun, satu kali pun.
-Partikel per- yang berarti "mulai", "demi", dan "tiap" ditulis terpisah. Contoh: per 1 April, per helai.

.
Singkatan dan akronim.
Pedoman umum untuk penulisan singkatan dan akronim:
1.Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf atau lebih.
-Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
-Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan/organisasi, serta nama
dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
-Singkatan umum yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Namun, singkatan
umum yang terdiri hanya dari dua huruf diberi tanda titik setelah masing-masing huruf.
-Lambang kimia, singkatan satuan ukur, takaran, timbangan, dan mata uang asing tidak diikuti
tanda titik.
2.Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku kata, ataupun huruf dan suku
kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
-Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan
huruf kapital.
-Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret
kata ditulis dengan huruf awal kapital.
-Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kecil.
ANGKA DAN BILANGAN
Pedoman umum penulisan tanggal dan angka
1.Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Ditulis dengan angka Arab atau Romawi.
2.Angka dipakai untuk menyatakan ukuran panjang, berat, luas, isi; satuan waktu; nilai uang; dan kuantitas.
3.Angka dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
4.Angka dipakai untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
5.Penulisan lambang bilangan dengan huruf secara umum dipisahkan antar tiap bagian dan awalan "per-" (untuk peca-
han) digunakan menyatu dengan bagian yang langsung mengikutinya.
6.Lambang bilangan tingkat dituliskan dengan tiga cara: angka Romawi, tanda hubung antara "ke-" dan angka, atau di-
rangkai jika angka dinyatakan dengan kata.
7.Lambang bilangan yang mendapat akhiran "-an" ditulis dengan tanda hubung antara angka dan "-an" atau dirangkai
jika angka dinyatakan dengan kata.
8.Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah.
9.Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja agar mudah dibaca.
10.Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus, kecuali dalam dokumen resmi seperti akta dan kui-
tansi. Jika dituliskan sekaligus, penulisan harus tepat.
11.Awalan "ke-" tidak dipisah pada bilangan yang menyatakan jumlah dan pada bilangan ordinal. Misalnya: Keempat
anak tersebut sedang bersenang-senang. Juga pada kata yang menunjukkan urutan, misalnya Ia adalah anak kesatu,
Orang itu menempati urutan kedua di antara para pengunjung
PEMAKAIAN TANDA BACA
• Tanda Titik (.)
• Tanda Tanya (?)
• Tanda Seru (!)
• Tanda Koma (,)
• Titik Dua (: )
• Tanda Titik Koma (;)
• Tanda Hubung (-)
• Pisah (—)
• Tanda Petik (‘…’)
• Tanda Kutip (“…”)
• Tanda Garis Miring (/)
Thank you
“Malu bertanya sesat di jalan. Sekarang kita lagi di gedung, bukan di jalan.
Jadi jangan bertanya, karena tidak akan tersesat.”
“Orang jahat terlahir dari orang baik yang
banyak ditanya saat presentasi.”

Anda mungkin juga menyukai