INDONESIA
05
Modul Ke :
Program Studi :
TEKNIK SIPIL
Winaria Lubis, S.Pd., M.Pd.
081281225673
winarialubis@yahoo.co.id
A. Sejarah Singkat Ejaan Bahasa Indonesia
Ejaan adalah keseluruhan peraturan
melambangkan bunyi ujaran,
pemisahan dan penggabungan kata,
penulisan kata, huruf, dan tanda baca.
Perkembangan ejaan di Indonesia
diawali dengan ejaan Charles Adriaan
van Ophuijsen atau lebih dikenal
dengan ejaan Van Ophuijsen.
1. Ejaan Van Ophuijsen
Ejaan van Ophuijsen ditetapkan sebagai
ejaan bahasa Melayu pada 1901.
Ciri khas yang menonjol adalah
penggunaan huruf j untuk menuliskan
kata-kata jang dan sajang, penggunaan
huruf oe untuk menuliskan kata goeroe
dan kamoe, serta digunakannya tanda
diakritik dan trema pada kata ma’moer
dan do’a.
2. Ejaan Soewandi atau Republik
Setelah mengalami perkembangan
kedudukan Ejaan van Ophuijsen
tergantikan oleh Ejaan Soewandi atau
Republik ditetapkan pada 19 Maret 1947.
Ciri yang menonjol adalah penggunaan
huruf u untuk menggantikan huruf oe,
penggunaan bunyi sentak k menggatikan
tanda diakritik, dan penulisan kata depan di
dan awalan di- yang sama, yakni
dirangkaikan dengan kata yang
mengikutinya.
3. Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD)
Pada waktu pidato kenegaraan untuk
memperingati Hari Ulang Tahun
Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke
XXVII, tanggal 17 Agustus 1972
diresmikanlah pemakaian ejaan baru untuk
bahasa Indonesia oleh Presiden Republik
Indonesia. Dengan Keputusan Presiden
No. 57 tahun 1972, ejaan tersebut dikenal
dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan (EYD).
Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD,
antara lain:
1) Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari
bahasa asing diresmikan pemakaiannya.
2) Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang
ilmu pengetahuan tetap digunakan, misalnya pada
kata furqan dan xenon.
3) Awalan di- dan kata depan di dibedakan penulisannya.
Kata depan di pada contoh di rumah, di sawah,
penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara di-
pada dibeli atau dimakan ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya.
4) Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-
unsurnya. Angka dua tidak digunakan sebagai penanda
perulangan.
4. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)
Misalnya:
Dr. Doktor
M.A. Master of Arts
S.E. Sarjana Ekonomi
S.H. Sarjana Hukum
S.S. Sarjana Sastra
Prof. Profesor
Tn. Tuan
Ny. Nyonya
Sdr. Saudara
C. Pemakaian Huruf Miring
1. Dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip
dalam karangan.
2. Dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, atau
kelompok kata.
3. Dipakai untuk menuliskan kata nama-
nama ilmiah atau ungkapan bahasa asing
atau bahasa daerah, kecuali yang
disesuaikan ejaannya.
D. Penulisan Kata
1. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu
kesatuan. Contoh: Buku itu sangat tebal; Kantor
pajak penuh sesak.
2. Kata Turunan
a. Imbuhan (awalan, sisipian, akhiran) ditulis
serangkai dengan kata dasarnya. Contoh: diampuni,
diperpanjang, bergeletar, mempermainkan,
penetapan.
b. Bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan
sekaligus mendapat awalan dan akhiran, maka kata-
kata itu ditulis serangkai. Contoh: menggarisbawahi,
menyebarluaskan, dilipatgandakan
c. Unsur gabungan kata yang merupakan kombinasi
ditulis serangkai. Contoh: Pancasila, tunanetra,
infrastruktur, antarkota, mahasiswa, poligami, dll.
d. Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata
yang langsung mengikuti/mendahuluinya kalau
bentuk dasarnya berupa gabungan kata. Contoh:
bertanggung jawab, garis bawahi, dilipat dua,
bertepuk tangan, dll.
3. Bentuk Ulang (Kata Ulang)
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan
menggunakan tanda hubung. Contoh: anak-anak,
biri-biri, mondar-mandir, ramah-tamah, sayur-mayur,
dll.
4. Gabungan Kata
a. Kata majemuk ditulis terpisah. Contoh: duta besar,
orang tua, kambing hitam, rumah sakit, dll.
b. Gabungan kata termasuk istilah khusus yang mungkin
menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubung untuk
menegaskan pertalian diantara unsur-unsur yang
bersangkutan. Contoh: anak-isteri, adik-kakak, bapak-ibu,
dll.
c. Gabungan kata ditulis serangkai. Contoh: apabila,
adakalanya, matahari, daripada, bagaimana, peribahasa,
halalbihalal, dll.
E. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya; ku, mu,
dan nya ditulis serangakai dengan kata
yang mendahuluinya.
Misalnya:
- Apa yang kumiliki boleh kauambil.
- Bukuku, bukumu, dan bukunya
tersimpan di perpustakaan.
F. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya
kecuali di dalam gabungan kata yang
sudah lazim dianggap sebagai satu kata
seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
- Kain itu terletak di dalam lemari.
- Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke
depan.
- Ia datang dari Surabaya kemarin.
G. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan –tah ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
- Bacalah buku itu baik-baik.
- Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia.
2.Penggunaan partikel pun pada EYD ditulis
terpisah kecuali yang sudah lazim digunakan,
maka penulisannya ditulis serangkai,
sedangkan pada PUEBI partikel pun tetap
ditulis terpisah, kecuali mengikuti unsur kata
penghubung, maka ditulis serangkai.
Contoh penulisan partikel pun yang ditulis serangkai karena
merupakan unsur kata penghubung:
- Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada
waktunya.
- Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
- Adapun penyebab kemacetan itu belum diketahui.
- Bagaimanapun pekerjaan itu harus selesai minggu depan.
Alex dan Ahmad HP. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Kencana Predana Media Group.