Oleh :
PENDAHULUAN
Pancasila adalah dasar negara yang secara tidak langsung menggambarkan
kepribadian bangsa Indonesia itu sendiri dalam menjalankan pemerintahan,
mensejahterakan rakyatnya dan memajukan negaranya. Menurut Laurensius
Airlam (2018) menyatakan bahwa nilai pancasila telah mengubah karakter bangsa
menjadi lebih baik dengan suatu tujuan yang jelas, terarah, dan terstruktur juga
sangat relevan diterapkan di Indonesia. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan
bahwa nilai-nilai pancasila yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat
indonesia sangat sesuai dengan sudut pandang dan kondisi di Indonesia.
Dari sekian banyak generasi, generasi yang harus banyak ditanamkan nilai
pancasilanya adalah generasi milenial dan juga generasi setelahnya, karena
generasi itu ada beriringan dengan berkembangnya IPTEK. Banyak ahli juga
menyatakan bahwasanya generasi milenial ini lebih mementingkan kehidupan
sosial medianya dari pada menanamkan nilai pancasila dalam kehidupan sehari-
harinya Sifat individunya juga menjadi-jadi atau kurang bersosialisasi terhadap
lingkungan sekitar juga. Saat ini IPTEK mulai berkembang pesat di Indonesia,
seiring zamannya yang mulai masuk revolusi industri 4.0. pengembangan IPTEK
tidak terlepas dengan nilai-nilai budaya dan agama, dimana itu dapat menurunkan
moral bangsa. Budaya-budaya luar mulai masuk dan menyebarluas di
masyarakatnya. Sehingga berbagai macam pengaruh mulai dari internal maupun
eksternal masuk ke dalam diri bangsa Indonesia. Dengan adanya Pancasila
sebagai ideologi diharap mampu memperteguh sikap dan sifat masyarakat dalam
menerima hal-hal diluar batas norma yang ada di Indonesia (M. Taufik, 2018).
2
Pada zaman ini, nilai-nilai pancasila seakan-akan hilang dari karakter anak
bangsa. Khususnya generasi muda yang cenderung lebih kebarat-baratan karena
arus globalisasi. Generasi muda sekarang cenderung meniru pola pikir idealis dan
radikalis. Generasi muda sekarang menganggap hal yang biasa di negara lain,
biasa pula di Indonesia yang terkadang hal tersebut bahkan dianggap tabu di
Indonesia. Seperti pembullyan, berpakaian minim atau terbuka, bahkan hingga hal
yang serius seperti narkoba, minum minuman beralkohol, cara menyikapi orang
yang lebih tua seperti bersikap pada sesama.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagi berikut: Untuk
mengetahui penerapan nilai-nilai pancasila pada generasi milenial,mengetahui
faktor-faktor pendukung dan penghambat masyarakat dalam menerapkan nilai-
nilai pancasila. Serta mengetahui langkah-langkah yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah ini. Dengan adanya permasalah tersebut, penulis
mendapatkan suatu rumusan masalah mengenai (1) Bagaimana nilai pancasila bisa
tertanam pada generasi milenial di era yang serba modern ini? Serta (2) Upaya-
upaya untuk meningkatkan kesadaran diri bahwasanya ideologi Negara kita
adalah Pancasila. Rumusan tersebut akan dibahas secara mendalam dalam bab
selanjutnya.
METODE PENELITIAN
Metode yang penulis gunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah
penelitian kualitatif kepustakaan (Library Research) yaitu melakukan penelusuran
terhadap buku-buku, dokumen-dokumen, sumber internet serta referensi lainnya
yang relevan dengan masalah yang penulis bahas dalam penelitian ini. Dibaca dari
sumber-sumber, dikutip materi-materi yang penting dan akan kami carilaku
disimpulkan, dan disusun menjadi sebuah tulisan.
Adapun metode penulisan, yang penulis gunakan dalam menyusun
penlitian ini adalah metode penelitian deskriptif, yaitu penulis mencoba
mendeskripsikan masalah yang dibahas dari hasil penelitian dalam tulisan ini.
3
PEMBAHASAN
A. BAGAIMANA NILAI PANCASILA BISA TERTANAM PADA GENERASI
MILENIAL DI ERA MODERN
Nilai Pancasila merupakan nilai dasar bagi bangsa Indonesia menjalankan
kehidupan bernegara dan berbangsa dalam segala aspek (Nurgiansah, 2021a).
Menurut pendapat Hadi Rianto (2016) Pancasila yang merupakan ideologi negara
merupakan perwujudan nilai-nilai kebudayaan dan kebiasaan masyarakat
Indonesia secara menyeluruh, oleh sebab itu nilai pancasila ini harus senantiasa
diamalkan atau diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari setiap masyarakat. Dan
selain untuk penanaman karakter yang baik bagi setiap individu, penerapan nilai
pancasila ini pun sebagai upaya pelestarian nilai kebangsaan dan penanaman rasa
bela kebangsaan juga cinta tanah air.
Ada tiga tataran nilai dalam ideologi Pancasila yaitu nilai dasar, nilai
instrumental, dan nilai praksis (Agus, 2016). Ketiga nilai tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
1. Nilai dasar, suatu nilai yang bersifat abstrak dan tetap, yang terlepas dari
pengaruh perubahan waktu. Nilai dasar merupakan prinsip, yang bersifat abstrak
dan umum, tidak terikat waktu dan tempat. Nilai dasar Pancasila tumbuh baik dari
sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah yang sudah
menyengsarakan rakyat Indonesia, disamping cita-cita bangsa yang ditindas
penjajah.
2. Nilai instrumental, nilai yang bersifat kontekstual. Nilai instrumental
merupakan penjabaran dari nilai Pancasila, yang merupakan arah kinerja untuk
kurun waktu tertentu dan kondisi tertentu. Nilai instrumental dapat disesuaikan
dengan tuntutan zaman. Namun nilai instrumen harus mengacu pada nilai dasar
yang dijabarkan. Dari kandungan nilainya, nilai isntrumental merupakan
kebijaksanaan, strategi, organisasi, sistem, rencana, program, bahkan proyek-
proyek yang menindaklanjuti nilai dasar tersebut. Lembaga negara yang
berwenang menyusun nilai instrumental adalah MPR, Presiden, dan DPR.
4
Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesia dan ideologi negara yang
diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia, sehingga dasar
pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan serta bagian pertahanan bangsa dan
negara. Nilai Pancasila dasarnya adalah nilai-nilai filsafat yang mendasar yang
dijadikan aturan dan dasar dari norma-norma yang berlaku dalam Indonesia. Hal
tersebut berarti bahwa semua peraturan yang ada dan berlaku di Indonesia harus
bersumber Pancasila. Pancasila yang berisi seperangkat nilai-nilai dasar ideal,
merupakan komitmen kebangsaan, identitas bangsa dan menjadi dasar
pembangunan karakter keindonesiaan. Mendasarkan pada perspektif teori
fungsionalisme struktural, sebuah negara bangsa yang majemuk seperti Indonesia
membutuhkan nilai bersama yang dapat dijadikan nilai pengikat integrasi
(integrative value), titik temu (common denominator), jati diri bangsa (national
identity) dan sekaligus nilai yang dianggap baik untuk diwujudkan (ideal value)
(Kariyadi & Suprapto, 2017).
Begitu juga dengan perilaku dari generasi milenial terhadap nilai-nilai pancasila.
Di era yang serba maju atau teknologi ini masih banyak individu yang salah
dalam menyikapi nilai pancasila jika dilihat dari perilakunya. Masih banyak
tindakan-tindakan menyimpang yang seolah mengapus nilai pancasila yang ada.
Dilihat dari sila pertama “Ketuhanan yang Maha Esa” Saat ini masih
banyak sekali masyarakat dari warga negaranya yang kurang dalam menjalankan
kewajiban beragamanya. Jika dicontohkan saat adzan berkumandang, bukannya
mereka yang sedang berkumpul untuk segera pergi ke masjid tetapi mereka tetap
melanjutkan pembahasannya tanpa memperdulikan seruan adzan tersebut.
Pada sila kedua “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradap”. Ketika kumpul
bersama di suatu tempat, cenderung memperlihatkan sikap individual. Masing-
masing orang hanya terfokus pada ponselnya, tidak perduli pada orang lain dan
lingkungan sekitar.
masih banyak yang kurang menghargai pendapat orang lain, ketika dalam sebuah
diskusi karena menurutnya hanya pendapatnya yang benar dan menolak pendapat
orang lain , krang berpartisipasi saaat ada rapat organisasi,dan memaksa pilihan
orang lain saat dalam pemilihan umum.
Pada sila kelima yaitu “Keadilan Sosial Bagi seluruh Rakyat Indonesia”.
Banyak sikap yang dari nilai pancasila kelima ini yang tidak di terapkan. Seperti
contoh pilih-pilih dalam pertemanan, pilih kasih dalam pergaulan dan lainnya.
Adapun sikap gotong royong yang mulai pudar, banyak yang melanggar lalu
lintas, buang sampah sembarangan dan masih banyak lagi. Dari kelima sila yang
sudah di jelaskan diatas, dapat terlihat jelas bahwasanya masih banyak perilaku
masyarakat khususnya generasi milenial yang kurang menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Maka dari itu diperlukan cara serta upaya untuk
menanamkan nilai pancasila di zaman yang serba teknologi dan modern.
Seiring perkembangan IPTEK yang kian maju dan modern yang masuk ke
Indonesia mengakibatkan lunturnya nilai nasionalisme dan patriotisme khususnya
kalangan muda zaman millenial ini. Jiwa-jiwa nilai Pancasila pun luntur yang
akan menyebabkan hal buruk bagi bangsa dan negara. Maka dari itu, pendidikan
Pancasila harus diinternalisasaikan ke dalam mata kuliah perguruan tinggi, guna
memperdalam pengetahuan mahasiswa mengenai makna Pancasila. Tapi tidak
7
hanya untuk perguruan tinggi saja, untuk jenjang sekolah pun juga harus
ditetapkan.
Pada era globalisasi saat ini, informasi sangat mudah di akses. Apapun
berita atau informasi terbaru yang ingin kita ketahui dapat kita ketahui dalam
hitungan detik dan beberapa sentuhan pada gawai kita. Pada saat pencarian
informasi tersebut, akan ada informasi-informasi baru yang muncul dan
menggugah rasa penasaran kita. Sehingga kita mendalami dan mencari tahu lebih
lagi dan lagi. Lalu tanpa kita sadari kita menerapkan apa yang telah kita cari itu
dalam kehidupan sehari-hari. Yang tanpa disadari, kita telah menerapkan hal yang
salah atau bertentangan dengan nilai pancasila. Ini yang perlu diberi perhatian
lebih khususnya bagi calon pendidik masa depan. Sikap dan kebiasaan negara lain
yang diakses oleh generasi muda ini secara tidak langsung menstimulus generasi
untuk melakukan kebiasaan tersebut. Dan akhirnya kebiasaan orang asing ini
dianggap biasa oleh generasi muda. Hal ini juga membuat generasi muda
melupakan dan meninggalkan nilai pancasila yang sudah dipupuk oleh pendidik
sebelumnya. Generasi muda memegang peranan penting dalam pembentukan dan
pembangunan suatu bangsa (Nurgiansah, 2021).
Nilai-nilai luhur Pancasila dari dulu hingga sekarang tidak pernah berubah,
tetapi penerapan nilai-nilai Pancasila sudah mulai luntur, yang diakibatkan
9
kemajuan IPTEK dan arus globalisasi. Apabila salah satu nilai Pancasila
diterapkan, maka nilai sila-sila yang lain akan terlaksana juga karena antar sila
satu dengan yang lain memiliki kaitan yang kuat sehingga berfungsi sebagai filter
untuk menyaring pengaruh buruk dari luar agar tidak masuk kedalam kehidupan
sehari-hari, khususnya generasi bangsa yang hidup di zaman millenial.
KESIMPULAN
Pancasila sebagai dasar negara mengandung makna bahwa nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila menjadi dasar atau pedoman masyarakat Indonesia.
Nilai Pancasila dasarnya adalah nilai-nilai filsafat yang mendasar yang dijadikan
aturan dan dasar dari norma-norma yang berlaku dalam Indonesia. Sebagai
generasi penerus bangsa yang hidup di era millenial tentunya harus menerapkan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, agar apa yang kita lakukan
sejalan dan sesuai dengan norma yang berlaku. Dan kita tidak sampai salah arah.
Pancasila yang merupakan buah penggalian dari perumusan dari apa yang pernah
ada akan mandul jika tidak di interelasikan dalam kehidupan. Maka dari itu
pancasila diharapkan benar menjadi watak dan pola ytang kontras mencerminkan
cirri pribadi. Pancasila diharapkan menjadi cita-cita normative yangv memasuki
tulang dan daging putra-putri bangsa. (Karim, 2004: 36).
DAFTAR PUSTAKA
Mukhtadi & Komala R.M. (2018). Membangun Kesadaran Bela Negara Bagi
Generasi Milenial dalam Sistem Pertahanan Negara. In Manajemen Pertahanan,
4(2), 67
M. Taufik, dkk. (2018). Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. (S. Hayat,
Ed.). Malang: Baskara Media.