Anggota Kelompok 1 :
A. MEMBANGUN KONTEKS TEKS AKADEMIK
Teks akademik atau teks ilmiah dapat berwujud dalam berbagai jenis misalnya
Akan tetapi, selama ini pula belum terdapat bukti-bukti empiris yang diajukan untuk memberikan penjelasan
yang memadai secara linguistik tentang pengertian sederhana, padat, objektif, dan logis itu. Akibatnya, ciri-
ciri tersebut biasanya hanya dipahami secara naluri tanpa didasarkan pada data atau teori tertentu.
Perbedaan antara teks akademik dan teks nonakademik tidak dilihat sebagai
Perbedaanantara
perbedaan antarahitamteksdan
akademik dan teks tersebut
putih. Perbedaan nonakademik
dilihat tidak dilihat sebagai
dari kecenderungan
perbedaan
ciri-ciri yangantara hitamoleh
dikandung dan teks
putih.tersebut.
PerbedaanTekstersebut
akademikdilihat dari kecenderungan
diasosiasikan dengan
ciri-ciri yang dikandung oleh teks tersebut. Teks akademik diasosiasikan
teks tulis, dan teks nonakademik diasosiasikan dengan teks lisan. Teks tulis bukan dengan
teksyang
teks tulis,dimediakan
dan teks nonakademik diasosiasikan
dengan tulisan. dengan
Sebaliknya, teksteks lisan.
lisan Teksteks
bukan tulis yang
bukan
teks yangsecara
dituturkan dimediakan dengan contoh,
lisan. Sebagai tulisan. Sebaliknya,
teks berita yangteks didengarkan
lisan bukan teks yang
di radio
dituturkan
adalah secara
teks tulis yang lisan. Sebagai secara
dimediakan contoh,lisan,
teks dan
berita yang drama
naskah didengarkan di radio
dalam bentuk
adalah
dialog teks teks
adalah tulis lisan
yangyang
dimediakan secara
dimediakan lisan,tulisan.
dengan dan naskah drama dalam bentuk
dialog adalah teks lisan yang dimediakan dengan tulisan.
C. KEGIATAN 3 MEMBANGUN TEKS AKADEMI SECARA
BERSAMA-SAMA
1. Menggali Dan Mengevaluasi Lebih Jauh Ciri-ciri Teks Akademi
Kesederhanaan teks akademik terlihat dari struktur kalimat yang sederhana melalui penggunaan kalimat
simpleks.
Kalimat simpleks adalah kalimat yang hanya mengandung
satu aksi atau peristiwa
b) Teks akademik padat informasi
pada teks akademik dapat dijelaskan dari dua sisi. Pertama, informasi
dipadatkan melalui kalimat simpleks. Kedua, informasi dipadatkan melalui
nominalisasi.
Ditemukan bahwa dalam realisasi leksis pada teks-teks akademik yang dicontohkan nominalisasi
digunakan untuk memadatkan informasi. Sebagai upaya pembendaan, nominalisasi ditempuh dengan
mengubah leksis nonbenda (antara lain verba, adjektiva, adverbia, konjungsi) menjadi leksis benda
(nomina). Nominalisasi pada teks 17 akademik ditujukan untuk mengungkapkan pengetahuan dengan
lebih ringkas dan padat (Martin, 1991). Oleh karena itu, nominalisasi menjadi ciri yang sangat penting
pada teks akademik
e) Teks akademik banyak manfaat metafora gramatika melalui ungkapan inkongruen
Metafora gramatika adalah pergeseran dari satu jenis leksis ke jenis leksis lain atau dari tataran
gramatika yang lebih tinggi ke tataran gramatika yang lebih rendah. Metafora gramatika terjadi pada
ungkapan yang inkongruen, sebagai kebalikan dari ungkapan yang kongruen (Halliday, 1985a:321;
Martin, 1992:6-7, 406-417). Realisasi secara kongruen adalah realisasi yang sewajar-wajarnya sesuai
dengan realitas, misalnya benda direalisasikan sebagai nomina, proses direalisasikan sebagai verba,
kondisi direalisasikan sebagai adjektiva, dan sirkumtansi direalisasikan sebagai adverbia. Sebaliknya,
pada realisasi secara inkongruen, proses tidak diungkapkan dengan verba tetapi dengan nomina,
kondisi tidak diungkapkan dengan adjektiva tetapi dengan nomina, dan sebagainya.
f) Teks Akademik Banyak Memanfaatkan Istilah Teknis
Pada prinsipnya istilah teknis merupakan penamaan kepada sesuatu dengan menggunakan nomina
yang antara lain dibangun melalui proses nominalisasi. Terkait dengan bidang ilmu tempat istilah teknis
digunakan, perlu digarisbawahi bahwa istilah yang sama mungkin mengandung makna yang berbeda
apabila istilah itu digunakan pada bidang ilmu yang berbeda. Sebagai contoh, apabila istilah morfologi
digunakan di bidang linguistik, istilah tersebut mengandung makna “ilmu yang berkenaan dengan
pembentukan kata”, tetapi apabila istilah yang sama digunakan di bidang biologi/pertanian/fisika, istilah
itu mengandung makna “struktur, susunan, komposisi, atau tata letak”,
g) Teks Akademik Bersifat Taksonomik dan Abstrak
Pada dasarnya taksonomi adalah pemetaan pokok persoalan melalui klasifikasi terhadap
sesuatu. Taksonomi menjadi salah satu ciri teks akademik (Halliday, 22 1993b:73-74). Oleh Wignell,
Martin, dan Eggins (1993:136-165), masalah taksonomi pada teks akademik dibahas dalam konteks
bahwa perpindahan dari pemaparan peristiwa duniawi dengan bahasa sehari-hari menuju penyusunan
ilmiah yang sistematis dengan bahasa yang lebih teknis adalah perpindahan dari deskripsi menuju
klasifikasi.
Pokok persoalan dapat diungkapkan melalui taksonomi dan abstraksi. Sebagai ilustrasi, dapat
dinyatakan sebagai berikut. Pengalaman nyata (misalnya tentang tanaman karet dan penyakit yang
menyerangnya, pada sebuah teks di bidang biologi) diorganisasikan sebagai benda secara taksonomik
dengan menggunakan istilah teknis.
h) Teks Akademik Banyak Memanfaatkan Sistem Pengacuan Esfora
Sebagai pengacuan di dalam KN, pengacuan esfora dimanfaatkan pada teks akademik untuk
menunjukkan prinsip generalitas, bahwa benda yang disebut di dalam kelompok nomina tersebut bukan
benda yang mengacu kepada penyebutan sebelumnya (Martin, 1992: 138).
hubungan [antara komitmen organisasi dan partisipasi penganggaran]
Dapat digarisbawahi bahwa pengacuan hanya ditujukan kepada substansi yang berada di dalam
kelompok nomina yang dimaksud. Sebagian besar partisipan yang ditemukan pada teks-teks tersebut
adalah partisipan benda umum, bukan partisipan benda manusia. Selain itu, sejalan dengan pendapat
Martin pada paragraf di atas, benda yang disebut sesudahnya bukan selalu merupakan benda yang
disebut sebelumnya, terutama dalam pengacuan yang berjenis esfora. Kenyataan tersebut menunjukkan
makna bahwa benda-benda yang dimaksud pada teks-teks tersebut adalah benda-benda yang memenuhi
konsep generalitas, yaitu benda-benda yang sudah diabstrakkan untuk menyatakan generalisasi, bukan
benda-benda yang secara eksperiensial berada di sekitar manusia
i) Teks Akademik Banyak Memanfaatkan Proses Relasional Identifikatif dan Proses Relasional
Atributif
Proses Relasional
Proses relasional identifikatif dan proses proses relasional atributif merupakan alat yang baik
relasional atributif. Proses relasional identifikatif untuk membuat deskripsi dengan menampilkan sifat,
merupakan alat yang baik untuk membuat ciri, atau keadaan benda yang dideskripsikan tersebut
definisi atau identifikasi terhadap sesuatu
j) Teks Akademik Bersifat Monologis dengan Banyak Mendayagunakan Kalimat Indikatif-
Deklaratif
Sifat monologis mengandung arti bahwa teks tersebut memberikan informasi kepada pembaca
dalam satu arah dimana teks akademik mendayagunakan kalimat Indikatif-Deklaratif yang berfungsi
sebagai Proposisi-Memberi, berbeda dengan kalimat Indikatif Interogatif yang berfungsi sebagai
Proposisi-Meminta atau kalimat Imperatif yang berfungsi sebagai Proposal-Meminta.
Pada teks akademik penulis memberikan informasi, yang berkenaan dengan pokok persoalan yang
dibahas di dalam teks. Apabila sebuah teks banyak mengandung kalimat imperatif dan kalimat
Indikatif-Interogatif, Akibatnya, pencipta teks seolah-olah melakukan percakapan dengan penerima
teks.
Penggunaan bentuk pasif dimaksudkan untuk menghilangkan pelaku manusia, sehingga unsur
kalimat yang berperan sebagai subjek dijadikan pokok persoalan yang dibicarakan di dalam teks tersebut.
Dengan menganggap pelaku itu tidak penting, subjek atau pokok pembicaraan yang bukan pelaku
dianggap lebih penting, dan karenanya ditemakan. Pokok persoalan tersebut ditempatkan sebagai tema
pada kalimat-kalimat yang ada; dan penggunaan bentuk pasif dimaksudkan sebagai strategi pemetaan
tema tersebut (Martin, 1993a:193-194).
Pada konteks ini, pelaku yang dihilangkan tersebut adalah pelaku yang melakukan perbuatan fisik
atau nonfisik seperti,
pelaku dapat berupa aktor (untuk proses material), pengindera (untuk proses mental), pewicara (untuk
proses verbal), dan pemerilaku (untuk proses perilaku).
Contoh:
1.17) Isolat C. cassiicola yang diketahui paling virulen (dari?) hasil pengujian sebelumnya
(Suwarto et al.1996) digunakan sebagai inokulum. (Teks Biologi, Hartana & Sinaga, 2004)
l) Teks Akademik Seharusnya tidak Mengandung Kalimat Minor ( kalimat yang tidak lengkap )
Kalimat minor berkekurangan salah satu dari unsur pengisi subjek atau finit/predikator. Akibatnya,
kalimat tersebut dapat dianalisis dari sudut pandang leksikogramatika, serta tidak dapat dianalisis
menurut jenis dan fungsinya. Keberadaan kalimat minor pada teks akademik tidak saja menyebabkan
tidak diidentifikasinya unsur-unsur leksikogramatika secara ideasional dan interpersonal, tetapi juga
menyebabkan terhentinya arus informasi secara tekstual.
Genre makro digunakan untuk menamai teks secara Subgenre yang dimaksud adalah genre mikro.
keseluruhan, yang di dalamnya masih terkandung Teks genre makro tidak dapat tersusun tanpa
genre-genre lain sebagai subgenre. adanya genre mikro. Teks genre mikro yang
terdapat dalam genre makro seperti teks deskripsi,
laporan, prosedur, eksplanasi, eksposisi, dan diskusi. Sementara itu, dilansir dari Fatimah Djajasudarma
dalam Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian (1993), teks dapat berwujud ujaran,
paragraf, atau wacana.
Teks genre makro dalam bentuk ragam tulis, dapat berupa ulasan buku, proposal, laporan, dan artikel
ilmiah.
1. Ulasan Buku
1. Ulasan Buku
Ulasan buku dalam teks akademik sedikit berbeda karena tidak ditujukan
Ulasan buku dalam teks akademik sedikit berbeda karena tidak ditujukan
sebagai kritik. Ulasan buku penting dalam teks akademik karena mempermudah
sebagai kritik. Ulasan buku penting dalam teks akademik karena mempermudah
kita mencari buku bahan ajar atau buku referensi. Keduanya dapat kita membantu
kita mencari buku bahan ajar atau buku referensi. Keduanya dapat kita membantu
dalam menyusun kajian pustaka dalam proposal penelitian, laporan penelitian, atau
dalam menyusun kajian pustaka dalam proposal penelitian, laporan penelitian, atau
artikal ilmiah.
artikal ilmiah.
2. Proposal
2. Proposal
Proposal merupakan tulisan yang berisi rancangan penelitian atau
Proposal merupakan tulisan yang berisi rancangan penelitian atau
rancangan kegiatan.Proposal dapat berupa proposal penelitian atau proposal
rancangan kegiatan.Proposal dapat berupa proposal penelitian atau proposal
kegiatan. Proposal penelitianmemiliki struktur teks pendahuluan, landasan teori
kegiatan. Proposal penelitianmemiliki struktur teks pendahuluan, landasan teori
dan tinjauan pustaka, metodologipenelitian. Adapun proposal kegiatan memiliki
dan tinjauan pustaka, metodologipenelitian. Adapun proposal kegiatan memiliki
struktur teks pendahuluan, tata laksana, kegiatan dan penutup.
struktur teks pendahuluan, tata laksana, kegiatan dan penutup.
3. Laporan laporan kegiatan
3. Laporan
Menurut Yusuf Tapehe dalam Statistika dan Rancangan
Menurut Yusuf Tapehe dalam Statistika dan Rancangan
Percobaan (2014), percobaan adalah penyelidikan terencana untuk
Percobaan (2014), percobaan adalah penyelidikan terencana untuk
mendapatkan fakta baru atau untuk memperkuat atau menolak
mendapatkan fakta baru atau untuk memperkuat atau menolak
hasil-hasil percobaan terdahulu. laporan penelitian
hasil-hasil percobaan terdahulu.
4. Artikel Ilmiah
4. Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah dapat dikelompokkan menjadi artikel penelitian dan artikel konseptual. Artikel
Artikel ilmiah dapat dikelompokkan menjadi artikel penelitian dan artikel konseptual. Artikel
penelitian adalah laporan penelitian yang disusun dalam bentuk artikel, sehingga strukturnya sama,
penelitian adalah laporan penelitian yang disusun dalam bentuk artikel, sehingga strukturnya sama,
yaitu abstrak^ pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, hasil pembahasan, simpulan.
yaitu abstrak^ pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, hasil pembahasan, simpulan.
Adapun artikel konseptual adalah artikel sebagai hasil pemikiran mengenai sesuatu secara konseptual
Adapun artikel konseptual adalah artikel sebagai hasil pemikiran mengenai sesuatu secara konseptual
dengan struktur yang lebih fleksibel, bergantung kepada cakupan pokok persoalan dan konsep atau teori
dengan struktur yang lebih fleksibel, bergantung kepada cakupan pokok persoalan dan konsep atau teori
yang digunakan untuk membicarakan pokok persoalan.
yang digunakan untuk membicarakan pokok persoalan.
Teks Non Akademik/Karya tulis non ilmiah merupakan karangan yang menyajikan fakta pribadi
tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak
didukungfakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan(tidak
terlalu formal).
Dongeng
Cerpen
Drama
Roman
Karya tulis non ilmiah memiliki ciri-ciri dan apa
saja ciri- ciri nya ?
Teks non akademik sangatlah
penting
Untuk latihan membangun teks akademik ialha dengan membuat rangkuman. Rangkuman dapat diartikan
.
sebagai suatu inti tulisan atau pembicaraan menjadi suatu uraian yang lebih singkat dengan perbandingan
secara proporsional antara bagian yang dirangkum dengan rangkumannya. Rangkuman dapat pula
diartikan sebagai hasil merangkai atau menyatukan pokok-pokok pembicaraan atau tulisan yang terpencar
dalam bentuk pokok-pokoknya saja.
Merangkum suatu bacaan bertujuan untuk menguji kemampuan penulis pemula dalam menentukan
pokok-pokok permasalahan sebuah tulisan, kemudian menyusun kembali dalam sebuah tulisan yang lebih
ringkas. Didalam membuat suatu rangkuman, penulis bisa langsung mengemukakan isi suatu ringkasan
atau pembicaraan itu tanpa harus menggunakan kalimat penyambung
: Langkah-langkah membuat rangkuman sebagai berikut
Langkah-langkah menulis rangkuman dan ikhtisar untuk dapat menghasilkan sebuah rangkuman yang baik, yaitu:
1. Perangkum harus membaca uraian asli pengarang sampai tuntas agar memperoleh gambaran atau kesan umum dan
sudut pandang pengarang. Pembacaan hendaklah dilakukan secara saksama dan diulang sampai dua atau tiga kali
untuk dapat memahami isi bacaan secara utuh.
2. Perangkum membaca kembali bacaan yang akan dirangkum dengan membuat catatan pikiran utama atau menandai
pikiran utama setiap uraian untuk setiap bagian atau setiap paragraf
3. Dengan berpedoman hasil catatan, perangkum mulai membuat rangkuman dan menyusun kalimat-kalimat yang
bertolak dari hasil catatan dengan menggunakan bahasa perangkum sendiri. Hanya saja, apabila perangkum merasa
ada yang kurang enak. perangkum dapat membuka kembali bacaan yang akan dirangkum.
4. Perangkum perlu membaca kembali hasil rangkuman dan mengadakanperbaikan apabila dirasa ada kalimat yang
kurang koheren.
5. Perangkum perlu menulis kembali hasil rangkumannya berdasarkan hasil perbaikan dan memastikan bahwa
rangkuman yang dihasilkan lebih pendek dibanding dengan bacaan yang dirangkum.