Anda di halaman 1dari 7

PAPER PROBLEM KEBANGSAAN

MELEMAHNYA HUBUNGAN KEBANGSAAN MENJADI PENYEBAB BERBAGAI


KONFLIK YANG TERJADI DI PAPUA

(PERSPEKTIF NILAI-NILAI FUNDAMENTAL DALAM PANCASILA)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Matakuliah Pancasila

Dengan Dosen Pengampu : Dr. Mohamad Anas, M. Phil

DISUSUN OLEH :

ALIVIA SALSABILA ROUDHOTUL JANNAH

195120401111042

PRODI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Nilai-nilai yang kokoh diibaratkan sebuah fondasi di dalam bangunan untuk sebuah
negara. Negara yang memiliki fondasi ini akan mampu mewujudkan tujuaannya, atau lebih
gampang dalam mencapai kejayaan. Nilai-nilai yang digunakan sebagai fondasi digali dari nilai
kebudayaan bangsanya sendiri. Hingga akhirnya para pendiri atau para pejuang bangsa memilih
menyepakati Pancasila sebagai fondasi yang cocok untuk Indonesia. Pancasila yang sudah
disepakati memiliki peran yang penting, seperti yang telah termaktub dalam pembukaan UUD
RI 1945 alinea IV. Namun, dari masa pengesahan pancasila hingga sekarang, kita belum
merasakan bahwa tujuan dari pancasila untuk bernegara belum terwujud. Terutama pada sisi
keadilan dan kemakmuran.

Dari tidak terwujudnya pancasila sebagai tujuan untuk bernegara inilah yang
menyebabkan hubungan kebangsaan kita semakin melemah. Dan dengan ini muncul berbagai
konflik seperti yang tengah terjadi di Papua. Konflik di Papua dimulai pada tahun 1961 di mana
Belanda memliki keinginan untuk membentuk negara Papua Barat dan terlepas dari Indonesia.
Namun langkah ini dilawan oleh Presiden Soekarno sehingga Belanda menyerahkan kembali
Papua dengan syarat rakyat Papua diberi kesempatan untuk melakukan referendum. Lewat
referendum tersebut pada tahun 1969, rakyat Papua tetap memilih menjadi bagian dari
Indonesia. Namun, dewasa ini beberapa oknum rakyat di Papua memintauntuk melepaskan diri
dari indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa penjelasan tentang nilai-nilai fundamental dalam pancasila, serta penjelasan


mengenai konflik yang terjadi di Papua?
2. Bagaimana korelasi pandangan nilai-nilai fundamental dalam pancasila terhadap
konflik Papua yang disebabkan melemahnya hubungan kebangsaan?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui penjelasan tentang nilai-nilai fundamental dalam pancasila, serta


penjelasan mengenai konflik yang terjadi di Papua
2. Untuk mengetahui korelasi pandangan nilai-nilai fundamental dalam pancasila
terhadap konflik Papua yang disebabkan melemahnya hubungan kebangsaan
BAB II

PEMBAHASAN

.2.1 Nilai-nilai fundamental dalam pancasila dan konflik di Papua

a. Nilai-nilai fundamental dalam pancasila

Nilai-nilai di dalam pancasila dikemukakan dan dirumuskan saat para pendiri bangsa
sedang mencari dasar dari negara yang akan dibentuk. Pertanyaan tentang dasar negara
yang diajukan oleh RadjimanWediodiningrat ditafsirkan oleh peserta rapat, terutama
Soekarno sebagai “philosophische grondslog” yaitu yang terdiri dari fundamen, filsafat,
pikiran-pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di
atasnya didirikan bangunan indonesia merdeka. Pancasila dijadikan sebagai dasar negara
karena nilai-nilai yang terkadungun di dalamnya diyakini fitrah, yang tidak mungkin
dilepaskan dari bangsa Indonesia.

Di dalam Buku Ajar Pendidikan Pancasila, Mahfud MD menyatakan bahwa sejak


dahulu kala nenek moyang bangsa Indonesia percaya dan beriman kepada Tuhan serta
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, serta sealu diikatoleh rasa saling menolong
dan sikap gotong royong. Bangsa indonesia selalu memilih untuk bermusyawarah untuk
menjalin kehidupa yang harmonis dan menegakkan keadilan berdasarkan seluruh warga
masyarakat.

Akibat pancasila menjadi sebagai dasar negara, maka pancasila pula menjadi cita
hukum nasional. Seperti di dalam Buku Ajar Pendidikan Pancasila yang disampaikan
oleh Notonagoro, bahwa pancasila merupakan cita hukum karena kedudukannya sebagai
pokok kaidah fundamental negara. hal ini berarti bahwa hukum yang ada dan berlaku
harus memuat nilai-nilai Ketuhanan Yang Mhas Esa, nilai-nilai kemanusiaan yang adil
dan beradab, nilai-nilai persatuan bangsa Indonesia, nilai-nilai demokrasi, serta nilai-
nilai keadilan sosial. Dengan katalain, bahwa tidak boleh adanya hukum yang
menympang atau tidak sesuai dari nilai-nilai di atas.

b. Konflik Papua

Menurut pandangan internasional, wilayah Papua Barat sudah berintegrasi secara


sah dalam bangsa Indonesia sejak 1969, setlah terjadi referendum. Namun sampai saat
ini, wilayah tersebut masih sering bergejolak. Pembangunan-pembanguna yang telah
diusahakan oleh negara belum mampu mengikis kekerasan dan berbagai konflik.
Berbagai seperatisme yang terwujud dalam berbagai organisasi dan gerakan-gerakan
masyarakat Papua tampak semakin menguat.
Propinsi Papua dihuni oleh sekitar 220 kelompok etnis, yang berbeda bahasa, dan
bentuk wilayah persebaran secara ekologis, geografis, dan historis berbeda-beda pula.
Keadaan ekologis geografis ini menyebabkan tiap-tiap kelompok etnis memiliki batas-
batasnya masinh-masing. Yang secara ekologis, linguistik, dan etnografis sangat
berpengaruh terhadap tatanan sosial, politik, dan ekonomi masyarakatnya.

Seperti berdasarkan penelitian LIPI, konflik di Papua disebabkan oleh adanya


perbedaan mendasar di antara pihak-pihak yang berkonflik. Dan juga Mukesh Kapila
mengatakan, konflik yang bernuansa kekerasan ini terjadi karena adanya perbedaan
mulai dari pemahaman, kepentingan, dan ideologi antar aktor. Sampai saat ini Propinsi
Papua masih dilabeli sebagai daerah konflik yang tercatat sebagai daerah konflik
bernuansa kekerasan terlama di Indonesia.

Ada pula empat sumber konflik papua yang diungkapkan dalam buku Papua Road
Map, Negotiating the Past, Improving the Present, and Securing the Future,Tim Peneliti
dari LIPI (2008). Yakni: (1) Marjinalisasi dan diskriminasi yang dirasakan oleh orang
asli Papua sebagai akibat pembangunan ekonomi, kebijakan budaya dan migrasi massal
di Papua sejak 1970 hingga hari ini. (2) kegagalan pembangunan; (3) kontradiksi
pemahaman sejarah integrasi dan konstruksi identitas politik di antara Papua dan Jakarta:
kaum nasionalis Indonesia yang berpendirian bahwa NKRI adalah prinsip dan format
politik yang final versus nasionalis Papua yang berpendirian bahwa integrasi Papua ke
dalam Indonesia tidak legitimate karena “bangsa dan negara Papua telah terbentuk dan
berdiri sejak 1 Desember 1961” dan oleh karena itu menuntut pengembalian “kedaulatan
dan kemerdekaan” Papua; dan (4) sejarah panjang kekerasan politik di Papua, terutama
yang dilakukan oleh aktor negara terhadap warga negara Indonesia di Papua.

2.2 Korelasi pandangan nilai-nilai fundamental terhadap konflik Papua yang

disebabkan melemahnya hubungan kebangsaan

Seperti yang telah disebukan di atas, bahwa sumber konflik papua tidak hanya

perosalaan pembangunan, namun problem mendasar yang tengah dihadapi sebenarnya adalah

semakin melemahnya hubungan kebangsaan, yang menjadi sebuah landasan bagi legitimasi

negara di mata masyarakat Papua. Legimitasi dimaknai sebagai pengakuan dan penerimaan

warga atas kekuasaan negara untuk mengatur warganya. Legitimasi ini unsur yang dinamis, di

mana naik turunnya sangat ditentukan oleh bagaimana relasi di antara intitusi nefara dengan

masyarakat maupun antara sesama warga masyarakat.


Melemahnya hubungan kebangsaan, atau rapuhnya legimitasi ini menunjukkan bahwa

nilai-nilai fundamental pancasila belum terwujud sampai saat ini, terutama dalam nilai-nilai

pancasila persatuan dan keadilan sosial. Di dalam nilai persatuan, semangat mempertahankan

bangsa ini dipertegas dalam perubahan UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan di

bawahnya. Bagi Indonesia, NKRI lahir sebagai jawaban atas upaya perlawanan pemerintah

Indonesia melawan pemerintah Belanda yang berusaha untuk memcah belah Indonesia menjadi

32 negara bagian dalam sistem negara federal, yang saat itu dikenal dengan negara RIS.

NKRI bukanlah hanya sebuah konsep ilmiah di bidang kenegaraan, namun juga sebagai

bagian penting dari perjuangan menegakkan indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan

berdaulat tanpa terpecah belah. Mempertahankan NKRI sama dengan mempertahankan

kedaulatan Indonesia itu sendiri, selai intu juga sebagai perwujudan dalam sila ketiga pancasila,

yaitu persatuan indonesia. Maka dari itu, dengan terwujudnya nilai dari sila ketiga yaitu

persatuan indonesia, diharapkan hubungan kebangsaan ikut serta menguat.

Selain nilai persatuan, tidak terwujudnya nilai keadilan sosial juga menjadi penyebab

melemahnya hubungan kebangsaan. Padahal secara keseluruhan, pasal-pasal dalam UUD 1945

menekankan keadilan dalam segala aspek kehidupan. Termasuk aspek pemerintah terhadap

masyarakatnya, dalam bidang pembangunan. Agar tidak terjadi kesenjangan sosial yang

menimbulkan konflik seperti konflik papua saat ini, yang merasa bahwa pemerintah indonesia

mengabaikannya.

Pun implementasi nilai-nilai fundamental pancasila dalam kehidupan berbangsa sudah

tertuang dalam berbagai bidang. Yang mana di kasus ini termasuk daam bidang sosial budaya.

Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan dalam bidang sosial budaya tertuang dalam

pasal 29, pasal 31, dan pasal 32. Berdasarkan penjabaran pokok pemikiran tersebut, maka

implementasi Pancasila dalam pembuatan kebiajakan dalam bidang sosial budaya mengandung

pengertian bahwa nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang harus sesuai dengan nilai-nilai yang

dimiliki bangsa Indonesia.


BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Kasus-kasus yang terjadi di Papua saat ini disebabkan banyak faktor,tertuama karena

melemahnya hubungan kebangsaan. Namun, selain itu, faktor yang menyebabkan konflik di

Papua adalah tidak meratanya sistem pembangunan oeh pemerintah. Hal-hal ini bisa terjadi

karena nilai-nilai fundamental Pancasila dalam bidang persatuan dan keadilan sosial belum

terwujud. Bahkan konflik Papua ini dilabeli sebagai Konflik dengan nuansa kekerasan terlama di

Indonesia.

Selain itu, implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari terutama

dalam bidang persatuan dan keamanan turut andil dalam terbentuknya konflik ini. Dengan

lemahnya persatuan dan pertahanan keamanan, maka dapat terjadi timbulnya konflik ini. Karena

dengan tidak teruwujudnya persatuan, maka hubungan kebangsaanpun juga melemah.

3.3 Saran

Dengan menyadari pentingnya hubungan kebangsaan yang dibangun di atas nilai-nilai

pancasila dan keseteraan sebagai sesama warga bangsa, kita perlu melakukan perbaikan relasi.

Setidaknya empat ranah relasi. Yaitu, yang pertama relasi antar pemerintah pusat dengan

pemerintah daerahse-Papua. Pada ranah ini,relasi dikuatkan dengan konsistensi antara kebijakan

pusat dengan kebutuhan daerah yang disertai komitmen, kerja nyata, dan pernyataan-

pernyaataan konstruktif dari kedua belah pihak. Kedua, relasi antara pemerintah lain dengan

pemerintah daerah se-Papua. Relasi ini terwuju dengan kerja sama antarpemerintah daerah.

Ketiga, relasi antara pemerintah baik pusat maupun daerah dengan masyarakat Papua. Dan

keempat, di mana ranah terpenting yang menentukan kesatuan bangsa.yaitu relasi antar

masyarakat, dengan menciptakan kerukunan, toleransi, solidaritas sosial, sertia kepedulian satu

sama lain.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anas, Muhamad, dkk. 2019. Buku Ajar Pendidikan Pancasila. Malang: Pusat Mata

Kuliah Pengembangan Kepribadian Universitas Brawijaya.

2. Arie Ruhyanto. 2016. Problem Papua dan Rapuhnya Relasi Kebangsaan di

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160906163356-21-156465/problem-papua-

dan-rapuhnya-relasi-kebangsaan.

3. Elisabeth, Adriana, Cahyo Pamungkas, Muridan S. Widjojo, Rucianawati, Sinnal Blegur,

2004. Agenda dan Potensi Damai di Papua. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI).

4. Kapila, Mukesh. 2012. Conducting ConflictAssessments: Guidance Notes. Depar tment

for International Development (DFID).

5. Notonagoro. Pancasila Dasar Falsafah Negara. Jakarta: Pantjuran Tujuh, 1974.

6. Pattipi, J. 1993. Etnografi Irian Jaya: Panduan SosialBudaya (Buku Satu). Irian Jaya:

Kelompok Peneliti Etnografi.

7. Taum, Yoseph Yapi. 2015. Kekerasan dan Konflik di Papua: Akar Masalah dan Strategi

Mengatasinya. Jurnal Penelitian. 19(1): 1-13.

8. Tim, CNN Indonesia. 2019. Gejolak Papua dan Bola Liar Referendum Di Era Jokowi di

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190903142831-32-427140/gejolak-papua-

dan-bola-liar-referendum-di-era-jokowi.

9. Tim, CNN Indonesia. 2019. Gejolak Papua dan Bola Liar Referendum Di Era Jokowi di

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190903142831-32-427140/gejolak-papua-

dan-bola-liar-referendum-di-era-jokowi.

Anda mungkin juga menyukai