Anda di halaman 1dari 4

A.

Pengertian Alinea

Alinea adalah kesatuan pikiran yaitu suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat
(Dr. Gorys Keraf, Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa), menurut guru besar bahasa
Indonesia Universitas Indonesia, Gorys Keraf, alinea merupakan himpunan dari kalimat-kalimat
yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Dalam alinea itu gagasan
tadi menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan, yang maksudnya untuk menampilkan pokok pikiran
tadi secara jelas. Maka dari itu alinea dapat tersusun dari satu kalimat atau lebih, asalkan kalimat-
kalimat yang dirangkai tersebut berfungsi sebagai penjelas dan bukan mengemukakan gagasan baru.

Dengen adanya alinea, pembaca mendapat efek yang bisa membedakan di mana suatu
tema/gagasan/ide mulai dan berakhir. Sebab itu, pembentukan alinea mempunya sekurangnya dua
tujuan :

1. Memudahkan pemahaman dengan membagi suatu tema dengan tema lainnya. Setiap
alinea hanya boleh mengandung satu tema/gagasan/ide. Jika ada dua atau lebih tema,
maka harus dipecah ke dalam alinea tersendiri sebanyak tema tersebut.
2. Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal, untuk
memungkinkan pembaca berhenti lebih lama daripada perhentian di akhir kalimat.
Dengan perhentian ini, konsentrasi terhadap tema alinea yang dibaca akan lebih
mendalam.

Maka dari itu, dalam alinea, diperlukan perhatian terhadap susunan dan kesatuan suatu pokok
pikiran/ide/gagasan. Kalimat-kalimat dalam alinea harus bersambung secara baik dan bersama-
sama membentuk suatu bagian yang berpautan.

B. Jenis Paragraf

Paragraf dapat digolongkan menjadi beberapa jenis. Sedikitnya ada empat dasar untuk membuat
penggolongan paragraf, yaitu berdasarkan letak kalimat utama, sifat, pengembangan, dan fungsi.

1. Berdasarkan letak kalimat utama

Pada umumnya, paragraf mengandung kalimat utama, yaitu kalimat yang berisi pokok pikiran
suatu paragraf. Letak kalimat utama tersebut tidak tentu. Berdasarkan kalimat utama, paragraf
digolongkan menjadi :

a) Paragraf deduktif paragraf yang kalimat utamanya terletak pada awal paragraf dan
tidak harus pada kalimat pertama. Sebab, banyak kalimat pertama sebuah paragraf
berupa kalimat transisi dan kalimat utamanya berada dalam posisi kalimat kedua.
Contoh :

Ali merupakan seorang artis yang multi talenta. Selain menjadi aktor dalam film, Ali juga
sering mondar-mandir di sinetron salah satu stasiun swasta. Bakat keartisannya kini
mulai merambah dunia tarik suara. Selain menyanyi solo, Ali juga berbakat dalam
menyanyi duet dan menjadi vokalis band. Kini Ali mulai mencoba dunia model.
Keterangan: Kalimat utama terletak di awal paragraf.
b) Paragraf induktif paragraf yang diawali dengan menyebutkan masalah-masalah khusus
untuk memperoleh suatu kesimpulan umum yang mencakup seluruh peristiwa khusus
sebelumnya. Dengan demikian, dalam paragraf induktif, ide pokok atau kalimat
utamanya di akhir paragraf.
Contoh:
Banyak petani didesa yg mengeluh akibat hama-penyaki yg menyerang padi
mengakibatkan hasil panen tidak maksimal. Hama-penyakit yg sering menyerang padi
dan harus diwaspadai adalah wereng coklat, wereng hijau, blas, dan, penggerek batang.
Hama-hama penyakit semacam itu merupakan bukti bahwa pada panen-panen terakhir
ini para petani tidak selalu untung.

c) Paragraf deduktif-induktif paragraf yang didahului dengan mengungkapkan kalimat


utama di awal dan akhir paragraf. Paragraf ini mengikuti pola deduksi-induksi dengan
memaparkan kalimat utama dan diselingi kalimat penjelas, lalu ditarik simpulan pada
akhir paragraf yang juga merupakan kalimat pendukung kalimat utamanya. Dengan kata
lain paragraf ini memiliki dua kalimat utama.
Contoh :
Media sosial saat ini semakin menjadi primadona bagi kalangan pecinta publikasi.
Hampir setiap detik media sosial menjadi kebutuhan sebagian besar masyarakat
Indonesia yang gemar online di depan komputer. Hal ini dimanfaatkan sebagian orang
untuk berinteraksi dengan kawan lama atau kawan baru mereka. Kecanggihan inilah
yang mengakibatkan media sosial digandrungi oleh masyarakat Indonesia.
2. Berdasarkan sifat dan tujuan
a) Deskripsi paragraf yang berusaha untuk menyampaikan suatu objek atau kejadian
yang sedemikian rupa, sehingga objek tersebut seolah-olah terjadi di depan mata sang
pembaca.
Contoh :

Aku tidak lagi berada di kamarku, tetapi di suatu ruangan bersama-sama dengan
sekelompok orang yang sama sekali belum pernah kulihat sebelumnya. Bau asap
tembakau memenuhi ruangan itu, tapi tak seorang pun yang kelihatan peduli. Kami
semua duduk di kursi yang diatur membentuk sebuah lingkaran, mirip dengan ruangan
diskusi. Semua tampak duduk tenang, semua kelihatan sedang menulis, dan tidak
seorang pun yang kelihatan peduli pada orang lain di ruangan itu.

b) Narasi Sebuah paragraf atau karangan yang menceritakan kisah dalam runtutan waktu
tertentu, paragraf ini berguna untuk menandai topik baru, atau mengembangkan lebih
lanjut topik sebelumnya dan menambahkan peristiwa penting agar lebih rinci.
Contoh :

Pergilah Ariel ke pasar menggunakan sepeda bututnya, sesampainya di pasar dibelilah


kebutuhan-kebutuhan hidupnya bersama sang ayah yang sakit-sakitan. Setelah semua
barang terbeli ia kembali mengayuh sepeda tuanya menuju rumahnya yang hanya
berupa gubuk di pinggir sungai.

Contoh diatas menceritakan peristiwa Ariel yang pergi ke pasar untuk membeli
belanjaan kemudian pulang. Tiga peristiwa ini beruntut sehingga terbentuk kronologi.

c) Eksposisi paragraf atau karangan yang mempunyai tujuan untuk memberikan


informasi, sehingga hal tersebut dapat memperluas pengetahuan pembaca. Paragraf
eksposisi menjawab pertanyaan tentang apa, mengapa, kapan, dan bagaimana. Isinya
bersifat netral dan tidak memaksakan sikap penulis kepada pembaca.
Contoh :

Bekam atau hijamah ialah sebuah teknik pengobatan yang dilakukan dengan jalan
membuang darah kotor (racun yang berbahaya) dari dalam tubuh lewat permukaan
kulit. menurut pemahaman umum, sebenarnya ia berfungsi untuk membuang darah
yang telah rusak atau teroksidasi karena tingginya oksidan dalam tubuh.

d) Persuasi paragraf atau kalimat yang bertujuan untuk mengajak atau memerintahkan
pembaca untuk melakukan sesuatu. Biasanya ada perkataan persuasif seperti ayo, mari,
dan imbuhan -lah, juga kalimatnya diakhiri tanda baca seru (!).

Contoh :

Sampah sudah berserakan di mana mana. Bahkan kini sampah sampah tersebut
telah menggunung dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Banyak orang yang tidak
mempedulikan sampah sampah tersebut, padahal sampah dapat menjadi sarangnya
berbagai macam penyakit berbahaya karena sampah adalah tempat ideal bagi bakteri
dan virus untuk berkembang. Akibatnya, manusia manusia akan terkena dampaknya,
yaitu terjangkit penyakit yang berasal dari bakteri dan virus yang menyebar melalui
udara atau bersentuhan secara langsung. Oleh karena itu, marilah kita membersihkan
sampah sampah tersebut, agar lingkungan kita menjadi bersih dan terbebas dari
sampah, sehingga kita tidak terjangkit penyakit.

C. Syarat Paragraf
Dalam menyusun paragraf, hal-hal berikut perlu diperhatikan :
a) Ketepatan pemilihan kata
Pemilihan kata haruslah sesuai dengan situasi dan kondisi pemakaiannya. Pemakaian
kata dia, misalnya tidak tepat digunakan untuk orang yang usianya lebih tua. Kata yang
tepat dan benar seharusnya adalah kata beliau. Demikian pula dengan menonton, kata
ini tidak tepat bila digunakan dalam paragraf yang menyatakan maksud melihat orang
sakit. Dalam konteks ini, kata yang seharusnya digunakan adalah mengunjungi,
menjenguk, atau menengok. Maka dari itu, perlu penguasaan perbendaharaan kata,
terutama kata-kata yang bersinonim. Dengan banyaknya menguasai kata bersinonim,
semakin mudah untuk menggunakan kata-kata yang tepat.
b) Kelogisan
Hubungan kalimat yang satu dengan lainnya harus didasarkan pada kelogisan. Sebuah
paragraf tidak dapat dikatakan logis jika pada kalimat awal membahas masalah bencana
alam, tetapi kalimat keduanya membahas hal lain.
c) Kekompakkan hubungan antar kalimat
Kekompakkan paragraf menekankan pada jalinan antara satu kalimat dengan kalimat
yang lain. Berdasarkan tujuannya, paragraf dapat dibedakan sebagai berikut,
Paragraf pembuka biasanya memiliki sifat ringkas, menarik, dan bertugas
menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan.
Paragraf penghubung berisi inti masalah yang hendak disampaikan kepada
pembaca. Secara fisik, paragraf ini lebih panjang daripada alinea pembuka.
Paragraf penutup berisi simpulan (untuk argumentasi) atau penegasan
kembali (untuk eksposisi) mengenai hal-hal yang dianggap penting untuk
mengakhiri suatu sajakan.

Anda mungkin juga menyukai