Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Berbicara mengenai karangan, baik yang berupa karangan
pendek maupun panjang, maka harus diawali oleh beberapa hal
yang ada di sekitar masalah karangan tersebut. Pertama, tentang
topik yang menjadi karangan. Kedua, masalah struktur atau
pengorganisasian karangan. Kemudian menyusul pengisian struktur
karangan seperti bab, anak bab, dan paragraf. Selanjutnya muncul
masalah bahasa, seperti penggunaan kata, kelompok kata, frase,
dan klausa serta beberapa hal yang berkaitan dengan pembentukan
dan penyusunan kalimat.
Paragraf didefinisikan secara bermacam-macam, mulai dari
yang sederhana hingga yang cukup rumit dan terperinci. Pertama,
perlu disebutkan bahwa paragraf sesungguhnya merupakan sebuah
karangan mini. Dikatakan sebagai karangan mini karena
sesungguhnya segala sesuatu yang lazim terdapat di dalam
karangan atau tulisan, sesuai dengan prinsip dan tata kerja karangmengarang dan tulis-menulis, terdapat pula dalam sebuah paragraf.
Maka dapat dimengerti kalau di dunia perguruan tinggi, misalnya
saja, tugas untuk mengarang atau menulis ilmiah itu sering hanya
dibatasi dalam satu paragraf.
Atau setidaknya, hitungan panjang-pendeknya karangan itu
dihitung sesuai dengan banyak atau jumlah paragraf. Pemahaman
di depan dapat pula diperluas, sehingga menjadi seperti berikut ini:
paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa
kalimat. Kalimat-kalimat di dalam paragraf itu harus disusun secara
runtut dan sistematis, sehingga dapat dijelaskan hubungan antara

kalimat yang satu dan kalimat lainnya dalam paragraf itu. Satu hal
lagi yang harus dicatat di dalam sebuah paragraf, yakni bahwa
paragraf itu harus satu kesatuan yang padu dan utuh. Kemampuan
seseorang dalam menyusun paragraf adalah sangat penting, karena
tanpa kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi
seseorang mewujudkan sebuah karangan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.
2.
3.
4.
5.

Apa
Apa
Apa
Apa
Apa

pengertian paragraf?
saja jenis paragraf karangan?
saja macam-macam pengembangan paragraf?
syarat-syarat pembentukan paragraf?
isi pendahuluan dari suatu makalah?

1.3 TUJUAN
Tujuan kami membuat dan menyusun makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Serta
untuk mempelajari lebih dalam tentang paragraf. Agar dapat
mengetahui pengertian paragraf, jenis paragraf, macam-macam
dan syarat-syarat pengembangan paragraf.
1.4 MANFAAT
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa untuk menulis
paragraf yang baik dan benar.
2. Sebagai pegangan materi bagi mahasiswa untuk
mendapatkan pelajaran tentang paragraf.
3. Sebagai pengetahuan tentang penulisan paragraf yang baik
dan benar.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PARAGRAF
1. Pengertian Paragraf
Paragraf disebut juga aliniea. Kata paragraf di serap dari
bahasa Inggris paragraph, sedangkan kata aliniea dari bahasaa
Belanda dari kata a linea yang berarti mulai dari garis baru.
Kata inggris paragraph terbentuk dari kata Yunani para- yang
berarti sebelum, dan grafein menulis atau menggores.
Paragraf (aliniea) adalah serangkaian kalimat yang saling
bertalian untuk membentuk sebuah gagasan (ide) dan paragraf
merupakan bagian karangan tulis yang membentuk satu
kesatuan pikiran/ide/gagasan.
Adapun kesatuan pikiran/ide/gagasan yang dilisankan
disebut paratone.ide pokok harus dikemas dalam sebuah
kalimat, yakni kalimat topic atau kalimat utama. Dari kalimat
topic/utama itulah kalimat-kalimat penjelas di tuliskan atau
dilisankan terperinci.
Paragraf yang baik memiliki satu kalimat utama yang berisi
tentang pokok pikiran paragraf atau gagasan dan beberapa
kalimat penjelas yang merupakan uraian yang menjelaskan
pokok pikiran.
Panjang paragraf tidak dibatasi, bergantung pada cara
pengembangannya dan ketentusan uraian yang berhubungan
dengan gagasan pokok. Paragraf yang terlalu pendek (misalnya
2-3 kalimat) biasanya kurang dikembangkan; sebaliknya yang
terlalu panjang dapat menjemukan bahkan kemungkinan
mengandung kalimat yang terlepas dari gagasan pokoknya.
2. Unsur-unsur Paragraf

Seperti halnya bahasa pada umumnya yang memiliki


hierarki dan unsur-unsur lahiriah (kalimat, frasa, kata, dan lainlain) dan nonlahiriah (makna atau maksud), paragraf juga
memiliki unsure-unsur itu.
Unsur lahiriah paragraf juga berupa kalimat, frasa, kata,
dan lain-lain; sedangkan unsure nonlahiriah paragraf berupa
makna atau maksud penulis yang di kandung didalm
keseluruhan jiwa paragraf itu. Secara lahiriah, khususnya
paragraf nonnaratif, lazimnya paragraf tersusun dari : (1) kalimat
topic atau kalimat utama; (2) kalimat pengembang atau kalimat
penjelas; (3) kalimat penegas; (4) kata transisi.
3. Struktur Paragraf
Paragraf non-naratif, seperti juga paragraf-paragraf dalam
karya ilmiah, dapat disusun dengan kemungkinan-kemungkinan
berikut. (1) srtuktur 1, 2, 4, 3; (2) struktur 1, 2, 3; (3) struktur 1,
2; (4) struktur 2, 1; (5) struktur 2, 4, 1; (6) struktur 1, 4, 2, 3; (7)
struktur 2, 3, 4, 1. Jadi, kalimat topic/kaliamt utama paragraf
hanya dimungkinkan muncul di depan sendiri, atau sebaliknya di
bagian belakang sendiri.
4. Jenis- jenis Paragraf menurut sifat isinya.
1) Paragraf Deskriptif
Paragraf jenis ini di sebut juga paragraf lukisan, yakni
melukiskan atau menggambarkan apa saja yang di lihat di
depan mata penulisnya. Jadi, paragraf deskriptif ini bersifat
loyal terhadap tata ruang atau tata letak objek yang di
tuliskan itu. Penyajiannya dapat berurutan dari atas ke bawah
atau sebaliknya, dari depan ke belakang atau sebaliknya. Dari
pagi ke petang atau sebaliknya, dari siang kemalam atau
sebaliknya.

2) Paragraf ekspositoris
Paragraf ini juga di sebut paragraf paparan. Tujuannya
adalah untuk menampilkan atau memaparkan sosok objek
tertentu yang hendak di tuliskan. Penyajiannya tertuju pada
satu unsur dari objek itu saja, dan teknik
penmgembangannya dapat mengguanakn analisis kronologis
maupun analisis keruangan.
3) Paragraf Argumentatif
Paragraf ini sering disebut juga paragraf persuasif.
Tujuannya adalah untuk membujuk dan meyakinkan pembaca
tentang arti penting dari objek tertentu yang di jelaskan
dalam paragraf itu.
4) Paragraf Naratif
Paragraf naratif berkaitan sangat erat dengan penceritaan
atau pendongengan dari sesuatu. Paragraf naratif banyak di
temukan didalam cerita-cerita pendek, novel, hikayat, dan
lain-lain. Tujuan yang lebih utama adalah untuk menghibur
para pembaca, kadangkala bahkan untuk membawa para
pembaca berpetualangan bersama, membawa mereka
terbang ke awang-awang, karena demikian terpesona yang
dinarasikan itu.
5. Jenis-jenis paragraf berdasarkan kalimat topiknya.
1) Paragraf deduksi (kalimat topic pada awal paragraf)
Kalimat topic pada awal paragraf pada umumnya berisi
pikiran utama yang bersifat umum. Kalimat selanjutnya berisi
pikiran utama yang bersifat khusus di sebut kalimat penjelas.
Isi kalimat ini berupa: penjelas, uraian, analisis, contohcontoh, keterangan, atau rincian kaliamt topic.
2) Paragraf induksi (kalimat topic pada akhir paragraf)
Paragraf diakhiri kalimat topic dan di awali dengan kalimat
penjelas. artinya paragraf ini menyajikan kasus khusus,

contoh, penjelasan, keterangan, atau analisis lebih dahulu,


barulah ditutup dengan kalimat topic. Dengan demikian
penalaran ini menggunakan penalaran induktif.
3) Paragraf kombinasi (kalimat topic pada awal dan akhir
paragraf)
Kalimat topic dalam sebuah paragraf pada hakikatnya
hanya satu. Penempatan kalimat topic yang kedua berfungsi
untuk menegaskan kembali pikirkan utama paragraf tersebut.
Namun demikian, penempatan kalimat topic pada awal dan
akhir paragraf berpengaruh pada penalaran. Kaliamat topic
pada awal paragraf menimbulkan sifat deduktif, pada akhir
menjadikan paragraf bersifat induktif, pada awal dan akhir
menyebabkan paragraf besrsifat deduktif-induktif.
4) Paragraf penuh
Paragraf penuh maksudnya paragraf penuh dengan
kalimat topic, seluruh kalimat yang membangun paragraf
sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus
menjadi kalimat topic. Paragraf ini sering di jumpai dalam
uraian-uraian yang bersifat s=deskritif dan naratif terutama
dalam karangan fiksi.
6. Jenis Paragraf berdasarkan posisi dan fungsinya.
a) Paragraf Pembuka
Fungsi atau tujuan pokok dari paragraf pembuka adalah
untuk membuka dan mengantarkan pembaca agar dapat
memasuki paragraf-paragraf pengembang yang akan
dihadirkan kemudian. Sebagai pengantar, paragraf pembuka
harus benar-benar menarik, kadangkala diawali dengan
sebuah sitiran dari pendapat tokoh, atau mungkin juga dari
seorang filsuf. Maksudnya adalah untuk memikat dan
memusatkan perhatian dari para pembacanya. Berikut ini

beberapa tips untuk menarik pembaca dalam paragraf


pembuka.
1. Menyampaikan berita hangat.
2. Menyampaikan anekdot.
3. Memberikan latar belakang dengan suasana yang pas.
4. Memberikan contoh konkret berkenaan dengan pokok
pembicaraan.
5. Mengawali karangan dengan suatu pernyataan yang
tegas.
6. Menyentak pembaca dengan petanyaan tajam.
7. Mengungkapkan isu misteri yang belum terungkap.
8. Mengungkapkan peristiwa luar biasa.
b) Paragraf Pengembang
Paragraf pengembang atau paragraf sesungguhnya
berisi inti atau esensi pokok beserta seluruh jabarannya dari
sebuah karya tulis itu sendiri. Paragraf ini mengembangkan
ide pokok pembicaraan yang sudah dirancang. Paragraf ini
mengemukakan inti persoalan yang hendak dikemukakan di
dalam sebuah karangan.
Jumlah paragraf pengembang tidak ada batasan.
Banyak sedikitnya paragraf tidak dapat digunakan sebagai
parameter baik atau tidaknya paragraf pengembang dari
sebuah karya ilmiah. Yang menjadi ukuran atau pembatas
adalah ketuntasan pengungkapan pikiran/gagasan karangan
secara keseluruhan atau dengan kata lain, ketuntasan dari
pemaparan atau penguraian tema karangan dan kalimat tesis
yang ada dalam karangan atau tulisan itu.
c) Paragraf Penutup
Paragraf penutup bertugas mengakhiri sebuah tulisan
atau karangan. Semua karangan pasti diakhiri dengan
paragraf penutup untuk menjamin bahwa permasalahan yang
dipampangkan pada awal paragraf karangan itu terjawab

secara jelas tegas dan tuntas di dalam paragraf pengembang,


dan disimpulkan atau ditegaskan kembali di dalam paragraf
penutup.
Jadi, isi paragraf penutup dalam sebuah karangan ilmiah
juga bertugas untuk meninggalkan bahan-bahan perenungan
yang bisa disajikan di dalam bentuk kalimat tanya reflektif
atau retoris untuk meninggalkan bekas-bekas akhir yang tidak
mudah dilupakan dan menuntut pemikiran lanjutan. Berikut
ini beberapa tips untuk membuat kesan kuat tentang paragraf
penutup.
1. Menegaskan kembali ide pokok karangan dengan
menggunakan kata-kata yang berbeda.
2. Meringkas atau merangkum hal-hal penting yang telah
disampaikan dalam karangan.
3. Memberikan kesimpulan, saran, dan/atau proyeksi ke
depan.
4. Memberikan pertanyaan reflektif dan/atau pertanyaan
retoris yang tidak menuntut jawaban.

6. Pengembangan Paragraf
Paragraf harus diuraikan dan dikembangkan oleh para
penulis atau pengarang dengan variatif. Sebuah karangan ilmiah
bisa mengambil salah satu model pengembangan atau bisa pula
mengombinasikan beberapa model sekaligus.
a. Pengembangan Alamiah
Pengembangan paragraf yang berciri alamiah
didasarkan pada fakta spasial dan kronologi. Jadi,
pengembangan itu harus setia pada urutan tempat, yakni dari
titik tertentu menuju titik yang tertentu pula dalam sebuah

dimensi deskripsi. Adapun yang dimaksud dengan setia pada


urutan waktu adalah bahwa pengembangan itu harus bermula
dari titik waktu tertentu dan berkembang terus sampai pada
titik waktu yang selanjutnya. Deskripsi objek tertentu,
deskripsi data, dongeng, atau narasi yang lainnya,
mengadopsi model pengembangan alamiah yang demikian
ini.
b. Pengembangan Deduksi-Induksi
Pengembangan paragraf dengan model deduksi dimulai
dari sesuatu gagasan yang sifatnya umum dan diikuti dengan
perincian-perincian yang sifatnya khusus dan terperinci.
Sebaliknya yang dimaksud dengan pengembangan paragraf
dalam model induksi adalah pengembangan yang dimulai dari
hal-hal yang sifatnya khusus, mendetail, terperinci, menuju ke
hal-hal yang sifatnya umum. Jadi, model-model
pengembangan paragraf yang disebutkan terakhir ini sejalan
dengan alur berpikir yang pernah disampaikan pada bab-bab
terdahulu, yakni berpikir dalam kerangka deduktif, induktif,
maupun abduktif.
c. Pengembangan Analogi
Pengembangan paragraf secara analogis lazimnya
dimulai dari sesuatu yang sifatnya umum, sesuatu yang
banyak dikenal oleh publik, sesuatu yang banyak dipahami
kebenarannya oleh orang dengan sesuatu yang masih baru,
sesuatu yang belum banyak dipahami oleh publik. Dengan
cara analogi yang demikian itu diharapkan orang akan
menjadi lebih mudah dalam memahami dan menangkap
maksud dari sesuatu yang hendak disampaikan dalam
paragraf itu. Jadi, tujuan dari analogi itu sesungguhnya adalah

10

untuk memudahkan pemahaman pembaca, sehingga sesuatu


yang masih kabur, masih samar-samar, bahkan mungkin
sesuatu yang sangat sulit, bisa menjadi lebih mudah
ditangkap dan gampang diapahami.
d. Pengembangan Klasifikasi
Paragraf yang dikembangkan dengan mengikuti prinsip
klasifikasi juga akan dapat memudahkan pembaca dalam
memahami isinya. Dengan cara klasifikasi itu, maka tipe-tipe
yang sifatnya khusus atau spesifik akan dapat ditemukan.
Sesuatu yang sifatnya kolosal, sangat besar, sangat umum
akan bisa sangat sulit untuk dapat dipahami oleh pembaca
jika tidak ditipekan atau diklasifikasikan terlebih dahulu.
Paragraf yang dikembangkan dengan cara yang demikian ini
akan sangat memudahkan pembaca karena kelas-kelasnya
jelas, tipe-tipenya juga sangat jelas. Pengkelasan atau
penipean itu dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara,
mungkin berdasarkan kesamaan karakternya, kesamaan
bentuknya, kesamaan cirri dan sifatnya, dan selanjutnya.
e. Pengembangan Komparatif dan Kontrastif
Sebuah paragraf dalam karangan ilmiah juga dapat
dikembangkan dengan cara diperbandingkan dimensi-dimensi
kesamaannya. Kesamaan itu bisa cirinya, karakternya,
tujuannya, bentuknya, dan seterusnya. Pembandingan yang
dilakukan dengan cara mencermati dimensi-dimensi
kesamaannya untuk mengembangkan paragraf yang
demikian ini dapat disebut dengan model pengembangan
komparatif. Sebaliknya, perbandingan yang dilakukan dengan

11

cara mencermati dimensi-dimensi perbedaannya dapat


disebut dengan perbandingan kontrastif.
f. Pengembangan Sebab-Akibat
Sebuah paragraf dapat dikembangkan dengan model
sebab-akibat atau sebaliknya akibat-sebab. Pengembangan
paragraf dengan cara demikian ini juga lazim disebut sebagai
pengembangan yang sifatnya rasional. Dikatakan sebagai
pengembangan yang sifatnya rasional karena lazimnya orang
berpikir berawal dari sebab-sebab dan bermuara pada akibatakibat. Atau sebaliknya dapat juga pengembangan itu
berangkat dari akibat-akibat terlebih dahulu, kemudian
beranjak masuk pada sebab-sebabnya.
g. Pengembangan Klimaks-Antiklimaks
Paragraf dapat dikembangkan pula dari puncak-puncak
peristiwa yang sifatnya kecil-kecil dan beranjak terus maju ke
dalam puncak peristiwa yang paling besar atau paling
optimal, kemudian berhenti di puncak yang paling optimal
tersebut. Akan tetapi, ada pula paragraf yang
pengembangannya masih diteruskan ke dalam tahapan
penyelesaian yang selanjutnya, yakni antiklimaks.
Kebanyakan narasi atau cerita serta dongeng-dongeng
pengantar tidur menerapkan model pengembangan paragraf
yang demikian ini.
7. Syarat-Syarat Pembentukan Paragraf
Untuk mengorganisasikan gagasan ke dalam paragrafparagraf harus memperhatikan beberapa persyaratan. Adapun
persyaratan untuk menyusun sebuah paragraf yang baik dan
efektif meliputi:
a. Kesatuan

12

Suatu paragraf harus menjelaskan suatu maksud atau


tema tertentu. Semua kalimat yang dikembangkan dalam
paragraf harus berpusat pada tema tersebut. Tidak boleh ada
kalimat yang menyimpang. Penyimpangan akan mempersulit
pemahaman pembaca. Penyimpangan tersebut dapat
berbentuk. Pertama, pemasukan sebuah sisispan atau
interupsi yang jelas dalam urutan-urutan gagasan yang ada.
Kedua, sebuah penyimpangan secara gradual dari tema yang
harus dibina oleh paragraf itu, yaitu setiap kalimat berikutnya
semakin menyimpang dari tujuan utamanya.

b. Kepaduan/Kohesi
Satu paragraf bukanlah merupakan kumpulan kalimat
yang masing-masing berdiri sendiri. Sebaliknya sebuah
paragraf hendaknya dibangun oleh kalimat-kalimat yang
masing-masing mempunyai hubungan timbal balik. Pembaca
dengan mudah memahami dan mengikuti jalan pikiran penulis
tanpa hambatan karena adanya loncatan pikiran yang
membingungkan. Urutan pikiran yang teratur akan
memperlihatkan adanya kepaduan. Jadi kepaduan atau kohesi
dititikberatkan pada hubungan antara kalimat dengan
kalimat. Unsur kebahasaan yang dapat dimanfaatkan dalam
menciptakan kepaduan paragraf antara lain: repetisi atau
pengulangan kata kunci, kata ganti, dan kata transisi atau
ungkapan penghubung.
Kepaduan sebuah paragraf dapat diamankan dengan
mengulang kata-kata kunci, yaitu kata-kata yang dianggap
penting dalam sebuah paragraf. Kata kunci ini mula-mula

13

muncul dalam kalimat pertama diulang dalam kalimat-kalimat


berikutnya.
Kata ganti merupakan gejala yang universal dalam
berbahasa. Sebuah kata yang mengacu kepada manusia,
benda atau hal tidak akan dipergunakan secara berulangulang dalam sebuah konteks yang sama.Untuk menghindari
segi-segi negatif dari adanya pengulangan, maka setiap
bahasa di suinia memiliki sebuah alat yang dinamakan kata
ganti.
Sering terjadi bahwa hubungan antara gagasangagasan agak sulit dirumuskan. Oleh sebab itu, diperlukan
kata transisi sebagai penghubung satu gagasandengan
gagasan lainnya atau antara satu kalimat dengan kalimat
yang lain. Kata atau frase transisi yang biasanya digunakan
untuk menyatakan hubungan antarkalimat dalam:
1.) Hubungan yang menyatakan tambahan kepada sesuatu
yang telah disebut sebelumnya. Bentuk transisinya antara
lain: tambahan, selanjutnya, di samping itu, juga, lagi pula,
berikutnya, kedua, ketiga, akhirnya, dan demikian juga.
2.) Hubungan yang menyatakan pertentangan dengan
sesuatu yang telah disebut sebelumnya, biasanya
digunakan?: tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun
demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, dan
meskipun.
3.) Hubungan yang menyatakan perbandingan,
menggunakan: lain halnya, seperti, dalam hal yang sama,
sebagaimana, dan dalam hal yang demikian.
4.) Hubungan yang menyatakan akibat atau hasil, dengan
kata transisi: sebab itu, oleh sebab itu, karena itu, jadi,
maka dam akibatnya.

14

5.) Hubungan yang menyatakan tujuan, dengan kata


penghubung: untuk maksud itu, untuk maksud tersebut,
dan supaya.
6.) Hubungan yang menyatakan singkatan, menggunakan
kata penghubung, pendeknya, ringkasnya, secara singkat,
pada umumnya, seperti sudah dikatakan, yakni, yaitu, dan
sesungguhnya.
7.) Hubungan yang menyatakan waktu, misalnya: sementara
itu, sesudah itu, beberapa saat kemudian, dan kemudian.
8.) Hubungan yang menyatakan tempat, digunakan: di sisi, di
sana, di seberang, berdekatan dengan, dan berdampingan
dengan.
B. PENDAHULUAN
1. Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara
sejumlah tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat
penting dalam kegiatan penelitian. Tanpa perumusan masalah,
suatu kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia dan bahkan tidak
akan membuahkan hasil apa-apa.
Rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang
akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data bentukbentuk rumusan masalah penelitian ini berdasarkan penelitian
menurut tingkat eksplanasi.
Bentuk masalah dapat dikelompokkan kedalam 3 bentuk:
1. Rumusan Masalah Deskriptif
Adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan
pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik
hanya pada satu variabel atau lebih.

15

2. Rumusan Masalah Komparatif


Adalah rumusan masalah penelitian yang
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada
dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang
berbeda.
3. Rumusan Masalah Asosiatif
Adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat
menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perumusan
masalah yaitu:
a) Dirumuskan secara jelas
b) Menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan
alternaatif tindakan yang akan dilakukan
c) Dapat diuji secara empiris
d) Menggandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan
keadaan yang diinginkan
e) Disusun dalam bahasa yang jelas dan singkat
f) Jelas cangkupannya
g) Memungkinkan untuk dijawab dengan mempergunakan
metode atau teknik tertentu.
Fungsi rumusan masalah:
1. Sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi
diadakan atau dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab
kegiatan penelitian itu menjadi ada dan dapat dilakukan.
2. Sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu
penelitian.
3. Sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus
dikumpulkan oleh peneliti, serta jenis data apa yang tidak
perlu dan harus disisihkan oleh peneliti.
4. Memudahkan peneliti untuk menentukan siapa yang akan
menjadi populasi dan sampel penelitian.

16

2. Latar Belakang
Latar Belakang masalah adalah informasi yang tersusun
sistematis berkenaan dengan fenomena dan masalah
problematik yang menarik untuk di teliti. Latar belakang
dimaksudkan untuk menjelaskan alasan mengapa masalah
dalam penelitian ingin diteliti, pentingnya permasalahan dan
pendekatan yang digunakan untukan untuk menyelesaikan
masalah tersebut baik dari sisi teoritis dan praktis.
Latar belakang penelitian berisi :
a) Alasan rasional dan esensial yang membuat peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian berdasarkan fakta-fakta, data,
referensi dan temuan penelitian sebelumnya.
b) Gejala-gejala kesenjangan yang terdapat dilapangan sebagai
dasar pemikiran untuk memunculkan permasalahan dan
bagaimana penelitian mengisi ketimpangan yang ada berkaitan
dengan topik yang diteliti.
c) Kompleksitas masalah jika masalah itu dibiarkan dan akan
menimbulkan dampak yang menyulitkan, menghambat,
mengganggu bahkan mengancam.
d) Pendekatan untuk mengatasi masalah dari sisi kebijakan dan
teoritis
e) Penjelasan singkat tentang kedudukan atau posisi masalah yang
diteliti dalam ruang lingkup bidang studi yang ditekuni peneliti.
Berikut ini adalah langkah-langkah membuat latar belakang
makalah:
1. Tetapkan tujuan.
1 Membuat gambaran cara pencapaian tujuan tersebut.

17

1 Memberikan solusi. Penting sekali untuk memberikan jalan


keluar dari tema makalah yang sedang dibuat.
1 Memberi harapan. Jangan lupa untuk memberi kepastian
bahwa selalu ada hasil yang terbaik ketika sesuatu telah
dicoba.
3. Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka (Literature Review) merupakan salah satu
bab yang hampir selalu ditemukan dalam proposal penelitian
dan laporan penelitian, termasuk skripsi, tesis, dan disertasi.
Tinjauan pustaka tidak sekedar meninjau pustaka pada bagian
permukaan saja, melainkan jauh 'masuk ke dalam'. Hal itu
diperlukan agar kita bisa melihat lebih banyak, bisa melakukan
evaluasi dan sintesis dari isi pustaka yang kita gunakan.
Tinjauan pustaka berfungsi sebagai peninjauan kembali
( review) pustaka (laporan penelitian, dan sebagainya) tentang
masalah yang berkaitantidak selalu harus tepat identik dengan
bidang permasalahan yang dihadapitetapi termasuk pula yang
seiring dan berkaitan.
Fungsi Tinjauan Pustaka
a) Untuk menunjukkan adanya celah-celah kosong (gap) dalam
literatur yang perlu diisi melalui penelitian .
b) Untuk mencegah agar tidak terjadi pengulangan yang tidak
perlu dalam penelitian.
c) Untuk mengetahui dari mana kita bisa mulai.
d) Untuk meningkatkan pemahaman kita tentang topik yang
sedang kita geluti.
e) Untuk memberikan landasan teori terhadap penelitian kita
f) Untuk mengidentifikasi teknik dan metode yang relevan
dengan topik penelitian kita.

18

4. Landasan Teori
Landasan teori sangat penting dalam sebuah penelitian
terutama dalam penulisan skripsi peneliti tidak bisa
mengembangkan masalah yang mungkin di temui di tempat
penelitian jika tidak memiliki acuan dasar teori yang
mendukungnya.
Cara yang paling mudah dan tepat untuk belajar membuat sebuah landasan
teori adalah dengan membaca sebanyak mungkin tentang karya-karya sejarah dan
budaya yang sudah ditulis. Membuat landasan teori/kerangka penelitian pada
dasarnya adalah menunjukkan sistimatika berfikir ketika akan memulai sebuah
penelitian dengan menggunakan konsep-konsep yang selama ini berkembang
dalam ilmu pengetahuan sosial dan humaniora.
Dalam mengemukakan landasan teori, yang perlu diperhatikan adalah hal-hal sebagai
berikut:
a. Menentukan tema sejarah atau budaya apa, sejarah politik, sejarah ekonomi,
sejarah sosial, sejarah intelektual, budaya lokal, kesenian, upacara keagamaan
dan lain-lain.
b. Menentukan ilmu bantu yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian, seperti
sosiologi, antropologi, ilmu politik, ekonomi, dan sebagainya, sesuai dengan
tema dan topic penelitian. Ilmu-ilmu bantu kemudian menjadi pendekatan
penelitian.
c. Menjelaskan konsep-konsep diperlukan untuk menjelaskan permasalahan
penelitian. Konsep yang dipakai harus dipahami.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti dalam menyusun
kerangka/ landasan teori, antara lain:
a. Kerangka teori sebaiknya menggunakan acuan yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti dan acuan-acuan yang berupa hasil penelitian
terdahulu (bisa disajikan di Bab II atau dibuat sub-bab tersendiri).

19

b. Cara penulisan dari subbab ke subbab yang lain harus tetap mempunyai
keterkaitan yang jelas dengan memperhatikan aturan penulisan pustaka.
c. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik, studi pustaka harus memenuhi
prinsip kemutakhiran dan keterkaitannya dengan permasalahan yang ada.
Apabila menggunakan literatur dengan beberapa edisi, maka yang digunakan
adalah buku dengan edisi terbaru, jika referensi tidak terbit lagi, referensi
tersebut adalah terbitan terakhir. Dan bagi yang menggunakan Jurnal sebagai
referensi pembatasan tahun terbitan tidak berlaku
d. Semakin banyak sumber bacaan, maka kualitas penelitian yang akan dilakukan
semakin baik, terutama sumber bacaan yang terdiri dari teks book atau sumber
lain. Pedoman kerangka teori di atas berlaku untuk semua jenis penelitian
f. Teori bukan merupakan pendapat pribadi (kecuali pendapat tersebut sudah
ditulis di BUKU)
g. Pada akhir kerangka teori bagi penelitian korelasional disajikan model teori,
model konsep (apabila diperlukan) dan model hipotesis pada subbab tersendiri,
sedangkan penelitian studi kasus cukup menyusun Model teori dan beri
keterangan. Model teori dimaksud merupakan kerangka pemikiran penulis
dalam penelitian yang sedang dilakukan. Kerangka itu dapat berupa kerangka
dari ahli yang sudah ada, maupun kerangka yang berdasarkan teori-teori
pendukung yang ada. Dari kerangka teori yang sudah disajikan dalam sebuah
skema, harus dijabarkan jika dianggap perlu memberikan batasan-batasan,
maka asumsi-asumsi harus dicantumkan.
5. Hipotesis
Tidak semua jenis penelitian mempunyai hipotesis. Hipotesis merupakan
dugaan sementara yang selanjutnya diuji kebenarannya sesuai dengan model dan
analisis yang cocok. Hipotesis penelitian dirumuskan atas dasar kerangka pikir
yang merupakan jawaban sementara tas masalah yang dirumuskan. Hipo artinya
bawah, tesis artinya pendapat. Jadi hypotesis berarti pendapat yang kebenaranya

20

masih dangkal dan perlu diuji, patokan duga, atau dalil sementara, yang
kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Hipotesis adalah
kesimpulan teoritis yang masih harus dibuktikan kebenarannya melalui analisis
terhadap bukti-bukti empiris. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian,
maka hypotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak.
Sebuah hipotesis atau dugaan sementara yang baik hendaknya
mengandung beberapa hal. Hal-hal tersebut diantaranya :
a) Hipotesis harus mempunyai daya penjelas
b) Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara
variabel-variabel-variabel
c) Hipotesis harus dapat diuji
d) Hipotesis hendaknya konsistesis dengan pengetahuan yang sudah ada
e) Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana dan seringkas mungkin.
Menurut tingkat eksplanasi hipotesis yang akan diuji, maka rumusan hipotesis
dapat dikelompokan menjadi tiga macam, yaitu:

Hipotesis deskriptif. Yaitu Hipotesis yang menggambarkan spesifik ciri-ciri suatu


tentang nilai suatu variabel mandiri, tidak membuat perbandingan atau hubungan.

Hipotesis komparatif (Perbedaan). Yaitu Pernyataan yang menunjukan dugaan


nilai dengan membuat perbandingan dalam satu variabel atau lebih pada sampel
yang berbeda.

Hipotesis Asosiatif (hubungan). Suatu pernyataan yang menunjukan dugaan


tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.

21

Anda mungkin juga menyukai