PENDIDIKAN PANCASILA
Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
1. Bapak Letkol laut (S) Ceppi Hilmansyah SE.,S.Sos.,M.AB selaku dosen mata
kuliah Pancasila.
2. Orang tua yang telah memberikan doa restu dan dukungan sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah ini.
3. Semua sumber yang membantu melengkapi makalah.
Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh
karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang harus diketahui oleh
seluruh warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan
menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan
proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga
baik golongan muda maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa dan negara Indonesia.
1
Prof.Dr.Kaelan,M.S, Pendidikan Pancasila (Yogyakarta:2008), hlm. 10.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pancasila?
2. Apa pengertian filsafat?
3. Apa pengertian hakikat?
4. Apa pengertian keperawatan?
5. Apa yang dimaksud dengan filsafat Pancasila?
6. Bagaimana hakikat sila Pancasila?
7. Bagaimana filsafat dalam keperawatan ?
8. Bagaimana hakikat sila Pancasila bagi mahasiswa keperawatan?
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2
Kaelan, Pendidikan Pancasila (Yogyakarta:2008), hlm. 21.
3
Isnawan Dwi Parwanto, Pendidikan Falsafah Kemanusiaan Indonesia (Yogyakarta:2007), hlm. 2.
3
kenegaraan atau kemasyarakatan dan kehidupan agama, maka orang tersebut
berfilsafah sekulerisme, dan masih banyak pandangan filsafat lainnya. Secara
etiomologis istilah “filsafat” berasal dari bahasa Yunani “philein” yang artinya “cinta”
dan “sophos” yang artinya “hikmah” atau “kebijaksanaan” atau “wisdom” (Nasution,
1973). Jadi secara harfiah istilah filsafat adalah mengandung makna cinta dan
kebijaksanaan.4
1. Cicero (106 – 43 SM ) Filsafat adalah seni kehidupan sebagai ibu dari semua
seni.
2. Aristoteles (384 – 322 SM) Filsafat adalah memiliki kewajiban untuk menyelidiki
sebab dan asas segala benda.
3. Plato (427 – 347 SM) Filsafat itu adalah tidaklah lain dari pengetahuan tentang
segala yang ada.
1. Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya
yang mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut hakekat.
2. Prof. Dr. Ismaun, M.Pd.: Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia
dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis sistematis,
fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan
kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.
4
“hak“ yang berarti milik (kepunyaan), kebenaran, atau yang benar-benar ada. Secara
etimologis berarti terang, yakin, dan sebenarnya. Dalam filsafat, hakikat diartikan inti
dari sesuatu, yang meskipun sifat-sifat yang melekat padanya dapat berubah-ubah,
namun inti tersebut tetap lestari. Contoh, dalam Filsafat Yunani terdapat nama
Thales, yang memiliki pokok pikiran bahwa hakikat segala sesuatu adalah air. Air
yang cair itu adalah pangkal, pokok, dan inti segalanya. Semua hal meskipun
mempunyai sifat dan bentuk yang beraneka ragam, namun intinya adalah satu yaitu
air. Segala sesuatu berasal dari air dan akan kembali pada air.
6
http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-perawat-definisi-peran.html
5
penyembuhan (meninggal dengan damai), hingga individu dapat merawat
kesehatannya sendiri apabila memiliki kekuatan, kemauan dan pengetahuan.7
7
https://carapedia.com/pengertian_definisi_keperawatan_info2346.html
6
BAB III
PEMBAHASAN
7
3.2 Hakikat Sila-Sila Pancasila
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, Dialah Allah, pencipta segala yang ada
termasuk semua mahluk di bumi. Yang Maha Esa berarti yang Maha tunggal, tiada
sekutu, Esa dalam zat-Nya, Esa dalam sifat-Nya, Esa dalam Perbuatan-Nya, artinya
bahwa zat Tuhan tidak terdiri dari zat-zat yang banyak lalu menjadi satu, bahwa sifat
Tuhan adalah sempurna, bahwa perbuatan Tuhan tidak dapat disamai oleh
siapapun. Jadi ke-Tuhanan yang maha Esa, mengandung pengertian dan keyakinan
adanya Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam semesta, beserta isinya. Keyakinan
adanya Tuhan yang maha Esa itu bukanlah suatu dogma atau kepercayaan yang
tidak dapat dibuktikan kebenarannya melalui akal pikiran, melainkan suatu
kepercayaan yang berakar pada pengetahuan yang benar yang dapat diuji atau
dibuktikan melalui kaidah-kaidah logika. Jadi, dalam Negara Indonesia tidak ada dan
tidak boleh ada yang meniadakan Tuhan Yang Maha Esa (ethisme). 8
b. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu mahluk berbudi yang
mempunyai potensi pikir, rasa, karsa, dan cipta karena potensi inilah manusia
menduduki martabat yang tinggi dengan akal budinya manusia menjadi
berkebudayaan, dengan budi nuraninya manusia meyadari nilai-nilai dan norma-
norma. Adil mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas
norma-norma yang obyektif tidak subyektif apalagi sewenang-wenang. Beradab
berasal dari kata adab, yang berarti budaya. Mengandung arti bahwa sikap hidup,
keputusan dan tindakan selalu berdasarkan nilai budaya, terutama norma sosial dan
kesusilaan. Adab mengandung pengertian tata kesopanan kesusilaan atau moral.
Jadi, kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan
manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan
dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya baik terhadap diri pribadi, sesama
manusia maupun terhadap alam dan hewan.9
c. Persatuan Indonesia
8
http://astiariani14.blogspot.co.id/2015/05/makalah-hakikat-sila-sila-pancasila.html
9
ibid
8
Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh tidak terpecah belah
persatuan bermacam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan. Indonesia
mengandung dua makna yaitu makna geografis dan makna bangsa dalam arti politis.
Jadi, persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia. Bangsa yang mendiami wilayah Indonesia bersatu karena didorong untuk
mencapai kehidupan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat,
persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa
Indonesia bertujuan memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.10
9
empat sila yang mendahuluinya, merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam
bernegara, yang perwujudannya ialah tata masyarakat sdil-makmur berdasarkan
Pancasila.
Pohon ilmu dari keperawatan adalah ilmu keperawatan itu sendiri. Pendidikan
keperawatan sebagai pendidikan profesi harus dikembangkan sesuai dengan
kaidah-kaidah ilmu dan profesi keperawatan, yang harus memiliki landasan
akademik dan landasan profesional yang kokoh dan mantap. Pengembangan
pendidikan keperawatan bertolak dari pengertian dasar tentang ilmu keperawatan
seperti yang dirumuskan oleh Konsorsium Ilmu Kesehatan (1991) yaitu : “ Ilmu
keperawatan mencakup ilmu-ilmu dasar seperti ilmu alam, ilmu social, ilmu perilaku,
ilmu biomedik, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu dasar keperawatan, ilmu
keperawatan komunitas dan ilmu keperawatan klinik, yang aplikasinya menggunakan
pendekatan dan metode penyelesaian masalah secara ilmiah, ditujukan untuk
mempertahankan, menopang, memelihara dan meningkatkan integritas seluruh
kebutuhan dasar manusia “.
10
a. Ontologi Keilmuan Keperawatan
Dua aspek penting dari ontology keilmuan dalam keperawatan yaitu (1) prinsip
penafsiran tentang realitas dan (2) batas – batas telaahan. Prinsip penafsiran
tentang realitas keilmuan keperawatan antara lain mencakup beberapa pernyataan
sepertirealitas adalah gejala fisik yang berwujud sebagai fakta data.Realitas yang
kita ketahui hanya merupakan perkiraan dari kenyataan yang sebenarnya. Realitas
itu diungkapkan sebagaimana adanya (das Sein) tanpa terikat oleh nilai – nilai
tertentu di luar kenyataan tersebut. Dalam menafsirkan realitas, keilmuan
keperawatan mempunya beberapa anggapan dasar (asumsi, premis) yakni
uniformitas, relative tetap, dan memiliki pola kejadian yang baku.Uniformitas ialah
bahwa setiap wujud kehidupan manusia mempunyai keseerupaan dengan wujud
lainnya dilihat dari kriteria tertentu seperti kuantitas, kualitas, atau modus. Relative
tetap artinya bahwa dalam jangka waktu tertentu setiap wujud memiliki bentuk yang
tetap misalnya ketegangan(tension), kecemasan, depresi, kesedihan, penolakan
(denial ), dan coping , sebelum berubah bentuk menjadi wujud lain misalnya : stress,
gembira, penerimaan. Setiap kejadian mempunyai pola baku yang tetap dan tidak
bersifat kebetulan misalnya kandungan air dan elektrolit berhubungan dengan
energy tubuh, oksigen berkaitan dengan keadaan sesak nafas dan kematian
jaringan. Batas – batas telaahan kegiatan keilmuan secara umum adalah wilayah
empiric, dalam arti daerah yang dapat ditangkap oleh pancaindera manusia. Dunia
keilmuan dibagi dua golongan yaitu (1) pengetahuan ilmiah dan (2) sarana
pengetahuan ilmiah. Sarana pengetahuan ilmiah adalah alat yang membantu
kegiatan dalam memperoleh dan menyusun pengetahuan ilmiah, misalnya : bahasa,
logika, matematika, statistika, dan metode penelitian.
11
misalnya bahwa perawat memandang masalah kliennya berfokus pada tidak atau
kurang adekuatnya pemenuhan kebutuhan – kebutuhan yang terkait dengan
kesehatan potensial maupun kesehatan aktual. Obyek material adalah substansi dari
obyek forma, misalnya apabila obyek formanya klien dengan masalah gangguan
pernafasan, maka obyek materianya adalah saluran pernafasan, oksigen,
karbondioksida, dan sebagainya. Pertanyaan yang sering muncul ialah perbedaan
obyek forma dan obyek materia antara pengetahuan ilmiah keperawatan,
kedokteran, dan kesehatan masyarakat. Walaupun diakui batas – batasnya, namun
dalam praktik seringkali sulit dibedakan yang disebabkan komponen aksiologi yang
tumpang tindih dan bertautan erat antara tujuan pengasuhan (caretive) dengan
tujuan pengobatan ( curative ) dan pencegahan ( preventive). Inilah tolok ukur
pertama untuk menilai keberadaan dan kemandirian disiplin pengetahuan
keperawatan ilmiah dari pengetahuan ilmiah lainnya (misalnya ilmu kedokteran dan
ilmu kesehatan masyarakat). Dengan perkataan lain, objek forma dan objek materia
yang jelas dan tegas dari pengetahuan keperawatan akan merupakan ciri – ciri yang
spesifik dari disiplin keilmuan keperawatan.
Epistemologi keilmuan keperawatan secara lebih rinci dapat dilihat dari aspek
– aspek sifat, proses, dan fungsi pengetahuan keperawatan ilmiah yang telah
diperoleh dan tersusun secara rasional, logis, dan sistematis. Ketiga aspek di atas
bersifat saling berhubungan, kait mengkait dengan arti dimulai dari sifat, namun
sebaliknya bahwa proses (pengetahuan keilmuan) ditentukan oleh sifat
(pengetahuan keilmuan) dan bahwa fungsi (pengetahuan keilmuan) turut
menentukan bagaimana proses perolehan dan penyusunan pengetahuan keilmuan
itu dilakukan. Masyarakat ilmiah keperawatan seyogyanya lebih terorganisis dengan
mengharapkan untuk memperoleh dan menyusun pengetahuan keilmuan yang
memiliki sifat – sifat bahwa pengetahuan keilmuan yang (biasanya) dihasilkan secara
individual itu adalah untuk dan milik umum (public knowledge). Untuk ini diperlukan
komunikasi ilmiah, yang artinya bahwa pengetahuan keilmuan yang diperolehnya
wajib dikomunikasikan kepada masyarakat ilmuwan lewat publikasi ilmiah. Jadi
apabila ilmuwan yang menyimpan penemuannya dikantung baju atau di
12
perpustakaan pribadinya, belum bisa dikategorikan sebagai pengetahuan keilmuan.
Masyarakat ilmiah keperawatan juga tidak boleh terlalu bersifat skeptic dan eksklusif,
yang hanya melihat kebenaran ilmiah dari sudut pandang pribadi atau profesinya
saja, sebab pada dasarnya pengetahuan keilmuan memiliki akar dan metode ilmiah
yang sama. Hal inilah yang merupakan salah satu kelemahan umum yang sering
terjadi pada setiap kelompok ilmuwan dan profesi, namun perlu diupayakan untuk
diredusir dan dihilangkan. Pengetahuan keilmuan itu haruslah bersifat obyektif,
dalam arti bahwa setiap orang yang mempelajari obyek yang sama dengan cara
yang sama akan sampai kepada kesimpulan yang sama pula. Pengetahuan
keilmuan yang disusun merupakan abstraksi yag mereduksikan realitas menjadi
konsep, dengan tingkat generalisasi yang tinggi. Mekanisme yang memproses
pengetahuan keilmuan tersebut adalah metode ilmiah yang mengandung tiga
bagian, yaitu :
- proses kebenaran
- proses penyusunan.
13
konsep yang diajukan oleh disiplin keilmuan “baru” seperti pengetahuan
keperawatan ilmiah yang mulai tumbuh untuk berkembang. Memang, seringkali
terdapat beberapa macam teori atau pendekatan yang diajukan, dan hal itu adalah
wajar – wajar saja, malah menggembirakan sebab suatu fokus permasalahan
terkadang tidak dapat diselesaikan oleh hanya satu pendekatan saja. Yang penting
adalah kita harus bisa membedakan gradasi, efisiensi, dan efektivitas berbagai
pendekatan yang diajukan. Keperawatan lahir sejak naluriah keperawatan lahir
bersamaan dengan penciptaan manusia. Orang-orang pada zaman dahulu hidup
dalam keadaan primitive. Namun demikian mereka sudah mampu sedikit
pengetahuan dan kecakapan dalam merawat atau mengobati. Pekerjaan "merawat"
dikerjakan berdasarkan naluri (instink) naluri binatang "mother instinct" (naluri
keibuan) yang merupakan suatu naluri dalam yang bersendi pada pemeliharaan
jenis (melindungi anak, merawat orang lemah). Perkembangan keperawatan
dipengaruhi dengan semakin maju peradaban manusia maka semakin berkembang
keperawatan. Diawali oleh seorang Florence Nightingale yang mengamati fenomena
bahwa pasien yang dirawat dengan keadaan lingkungan yang bersih ternyata lebih
cepat sembuh dibanding pasien yang dirawat dalam kondisi lingkungan yang kotor.
Hal ini membuahkan kesimpulan bahwa perawatan lingkungan berperan dalam
keberhasilan perawatan pasien yang kemudian mejadi paradigma keperawatan
berdasar lingkungan. Semenjak itu banyak pemikiran baru yang didasari berbagai
tehnik untuk mendapatan kebenaran baik dengan cara Revelasi (pengalaman
pribadi), otoritas dari seorang yang ahli, intusisi ( diluar kesadaran), common sense
(pengalaman tidak sengaja), dan penggunaan metode ilmiah dengan penelitian-
peneltian dalam bidang keperawatan. Sehingga muncullah paradigma lain
diantaranya:
14
6. King (1971) : Proses transaksi perawat-klien
11
https://www.academia.edu/11613521/Pandangan_Ilmu_Filsafat_Sebagai_Filosofi_Ilmu_Keperawatan_Berda
sarkan_Rumpun_Ilmu_Sosial
15
terkandung dalam Pancasila harus diamalkan oleh mahasiswa, baik dalam
kehidupannya di lingkungan kampus saat berinteraksi dengan warga kampus,
maupun di lingkungan luar kampus. Karena Pancasila berkaitan erat dalam
mengatur setiap unsur kehidupan, yang dimana terdapat dalam ke-lima silanya.
Berikut penjabarannya:
16
Dalam kehidupan di lingkungan kampus, bersikap sopan dan menjunjung tinggi
moral merupakan hal yang wajib dilakukan oleh mahasiswa terhadap sesama teman
maupun warga kampus lainnya seperti misalnya dosen. Saling menyapa dan
mengucapkan salam adalah salah satu contohnya. Bergaul dengan teman,
bercanda-canda dengan tidak menyinggung perasaannya apalagi berkata kasar.
Saling membantu jika ada teman yang kesusahan dengan hati yang ikhlas dan tanpa
pamrih.
17
e. Sila kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila ini menegaskan bahwa setiap manusia berhak mendapatkan keadilan
mengenai segala unsur kehidupannya. Sebenarnya sila ini berkaitan dengan sila
kedua dan ketiga, dimana dalam lingkungan pergaulan mahasiswa, tidak boleh
membeda-bedakan perlakuan karena perbedaan latar belakang. Dalam bergaul,
boleh memilih-milih teman mana yang baik dan membawa dampak positif bagi
dirinya tetapi jangan sampai menunjukkan sikap yang pilih kasih. Contohnya saat
pembagian kelompok, tidak harus selalu dengan kelompok yang sama. Mahasiswa
yang pandai tidak boleh egois dengan hanya mau bergaul dengan yang pandai juga,
dan bersikap acuh terhadap temannya yang kurang pandai. Sikap seperti itu akan
membawa dampak negatif bagi temannya, bisa saja membuat ia merasa rendah diri
dan tidak termotivasi, merasa dikucilkan dan tidak mendapat keadilan yang
seharusnya ia dapatkan.
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Pancasila yang terdiri atas lima sila merupakan suatu sistem filsafat. Yang
dimaksud dengan sistem itu sendiri adalah suatu kesatuan dari bagian-bagian yang
saling berhubungan, bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan terjadi
dalam suatu lingkungan yang kompleks.
4.2 SARAN
Dari uraian di atas, diketahui bahwa filsafat Pancasila berperan sangat
penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan di dalam dunia
keperawatan, terutama bagi mahasiswa. Maka dari itu, hendaknya kita mengetahui,
memahami, dan mengamalkan sila-sila Pancasila yang hakikatnya sangat berkaitan
erat dengan segala unsur kehidupan supaya dapat lebih memperkuat Persatuan dan
Kesatuan Bangsa dan Negara Indonesia.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-perawat-definisi-peran.html
https://carapedia.com/pengertian_definisi_keperawatan_info2346.html
http://aivonijufiratsel.blogspot.co.id/2015/12/makalah-pancasila.html
https://www.academia.edu/11613521/Pandangan_Ilmu_Filsafat_Sebagai_Filosofi_Il
mu_Keperawatan_Berdasarkan_Rumpun_Ilmu_Sosial