Anda di halaman 1dari 23

MATA KULIAH

PENDIDIKAN PANCASILA

Letkol laut (S) Ceppi Hilmansyah SE.,S.Sos.,M.AB

HAKIKAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT BAGI MAHASISWA


KEPERAWATAN

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4

Alma Risa Fitriana 11161003 Lutfiana 11161022

Bena Amadeea Pallebo 11161008 Reza Pradana Saputra 11161032

Hilda Nur Fitria 11161018 Tria Ayu Ningtyas 11161042

Indah Tri Setyowati 11161019

S1 Keperawatan Tingkat 1 Angkatan IX


STIKes PERTAMINA BINA MEDIKA
JL.Bintaro Raya No.10,Tanah Kusir-Kebayoran Lama Utara –Jakarta Selatan
No Telphone: (021) 7234122,7207184, Fax:(021) 7234126
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat serta karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi satu tugas yaitu dalam mata kuliah Pancasila. Selain itu, pembuatan
makalah ini juga dimaksudkan untuk dapat menambahkan informasi serta wawasan
kepada pembaca.

Dalam menyusun tugas ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada


pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini :

1. Bapak Letkol laut (S) Ceppi Hilmansyah SE.,S.Sos.,M.AB selaku dosen mata
kuliah Pancasila.
2. Orang tua yang telah memberikan doa restu dan dukungan sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah ini.
3. Semua sumber yang membantu melengkapi makalah.

Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh
karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah.

Jakarta, 1 Mei 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................................ ii
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................. 2
1.4 Sistematika Penulisan.......................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................................................... 3
LANDASAN TEORI ................................................................................................................................ 3
2.1 PENGERTIAN PANCASILA ........................................................................................................... 3
2.2 PENGERTIAN FILSAFAT .............................................................................................................. 3
2.3 PENGERTIAN HAKIKAT ............................................................................................................... 4
2.4 PENGERTIAN KEPERAWATAN .................................................................................................... 5
BAB III ...................................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 7
3.1 Filsafat Pancasila ...................................................................................................................... 7
3.2 Hakikat Sila-Sila Pancasila ......................................................................................................... 8
3.3 Filsafat Dalam Keperawatan ................................................................................................... 10
3.4 Analisa Hakikat Sila-Sila Pancasila bagi Mahasiswa Keperawatan .......................................... 15
BAB IV .................................................................................................................................................... 19
PENUTUP ........................................................................................................................................... 19
4.1 KESIMPULAN ........................................................................................................................... 19
4.2 SARAN...................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara resmi
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No.7
bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945.1

Sebagai falsafah negara, tentu Pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila


memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT bagi segenap bangsa
Indonesia di masa-masa selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam
memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam kehidupan
berbangsa, serta sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia
sehari-hari. Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus
Pancasila itu ialah, Mr. Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno.
Dapat dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari
guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah karena secara intrinsik
dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila
berarti dia menentang toleransi.

Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang harus diketahui oleh
seluruh warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan
menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan
proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga
baik golongan muda maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa dan negara Indonesia.

1
Prof.Dr.Kaelan,M.S, Pendidikan Pancasila (Yogyakarta:2008), hlm. 10.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pancasila?
2. Apa pengertian filsafat?
3. Apa pengertian hakikat?
4. Apa pengertian keperawatan?
5. Apa yang dimaksud dengan filsafat Pancasila?
6. Bagaimana hakikat sila Pancasila?
7. Bagaimana filsafat dalam keperawatan ?
8. Bagaimana hakikat sila Pancasila bagi mahasiswa keperawatan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian pancasila
2. Mengetahui pengertian filsafat
3. Mengetahui pengertian hakikat
4. Mengetahui pengertian keperawatan
5. Mengetahui maksud dari filsafat Pancasila
6. Mengetahui hakikat sila Pancasila
7. Mengetahui pancasila sebagai sistem filsafat dalam keperawatan
8. Mengetahui hakikat sila Pancasila bagi mahasiswa keperawatan

1.4 Sistematika Penulisan


Makalah ini terdiri dari empat bab, yaitu :
1. BAB I : Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, dan
sistematika penulisan.
2. BAB II : Landasan Teori
Berisi tentang pengertian Pancasila, filsafat, hakikat dan keperawatan.
3. BAB III : Pembahasan
Berisi tentang filsafat Pancasila, hakikat sila Pancasila, filsafat dalam
keperawatan, dan hakikat sila Pancasila dalam profesi keperawatan.
4. BAB IV : Penutup
Berisi tentang kesimpulan dan saran.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 PENGERTIAN PANCASILA


Pancasila secara etimologis berasal dari bahasa sanskerta, yaitu : Panca
yang artinya lima, dan Syila yang artinya batu, sendi, atau dasar. Pengertian tersebut
dalam bahasa Indonesia terutama bahasa jawa diartikan sebagai ‘susila’ sehingga
memiliki hubungan dengan moralitas. Oleh karena itu secara etimologis kata
Pancasila berasal dari istilah Panca Syila yang memiliki makna leksikal berbatu sendi
lima atau secara harfiah dasar yang memiliki lima unsur. Adapun istilah Panca Syila
bermakna 5 aturan tingkah laku yang penting.2

Pancasila merupakan faktor utama dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, maka


mekanisme penyelenggaraan negara Indonesia haruslah didasarkan dan diukur
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila itu sendiri. Dalam arti pancasila
menjadi dasar seluruh Peraturan Perundang-undangan yang mengurus segala segi
kehidupan didalam negara Indonesia. Dengan demikian, pancasila merupakan
sumber dari segala sumber hukum, merupakan pedoman yang tertinggi dan kaidah
dasar Hukum Nasional.3

2.2 PENGERTIAN FILSAFAT


Filsafat adalah satu bidang ilmu yang senantiasa ada dan menyertai
kehidupan manusia. Dengan lain perkataan selama manusia hidup, maka
sebenarnya ia tidak dapat mengelak dari filsafat, atau dalam kehidupan manusia
senantiasa berfilsafat. Jika seseorang hanya berpandangan bahwa materi
merupakan sumber kebenaran dalam kehidupan, maka orang tersebut bersifat
materialisme. Jika seseorang berpandangan bahwa kenikmatan adalah merupakan
nilai terpenting dan tertinggi dalam kehidupan, maka orang tersebut berpandangan
filsafat hendonisme, demikian juga jika seseorang berpandangan bahwa kehidupan

2
Kaelan, Pendidikan Pancasila (Yogyakarta:2008), hlm. 21.
3
Isnawan Dwi Parwanto, Pendidikan Falsafah Kemanusiaan Indonesia (Yogyakarta:2007), hlm. 2.

3
kenegaraan atau kemasyarakatan dan kehidupan agama, maka orang tersebut
berfilsafah sekulerisme, dan masih banyak pandangan filsafat lainnya. Secara
etiomologis istilah “filsafat” berasal dari bahasa Yunani “philein” yang artinya “cinta”
dan “sophos” yang artinya “hikmah” atau “kebijaksanaan” atau “wisdom” (Nasution,
1973). Jadi secara harfiah istilah filsafat adalah mengandung makna cinta dan
kebijaksanaan.4

Berikut beberapa pengertian filsafat menurut menurut para ahli :

1. Cicero (106 – 43 SM ) Filsafat adalah seni kehidupan sebagai ibu dari semua
seni.

2. Aristoteles (384 – 322 SM) Filsafat adalah memiliki kewajiban untuk menyelidiki
sebab dan asas segala benda.

3. Plato (427 – 347 SM) Filsafat itu adalah tidaklah lain dari pengetahuan tentang
segala yang ada.

Pengertian filsafat menurut beberapa tokoh di Indonesia :

1. Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya
yang mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut hakekat.

2. Prof. Dr. Ismaun, M.Pd.: Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia
dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis sistematis,
fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan
kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.

3. Prof. Mr.Mumahamd Yamin : Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga


manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya
kesungguhan.5

2.3 PENGERTIAN HAKIKAT


Kata hakikat (Haqiqat) merupakan kata benda yang berasal dari bahasa Arab
yaitu dari kata “Al-Haqq”, dalam bahasa indonesia menjadi kata pokok yaitu kata
4
Kaelan dan Achmad Zubaidi, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi, ( Yogyakarta: Paradigma,
2010), hal.7.
5
Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2005).

4
“hak“ yang berarti milik (kepunyaan), kebenaran, atau yang benar-benar ada. Secara
etimologis berarti terang, yakin, dan sebenarnya. Dalam filsafat, hakikat diartikan inti
dari sesuatu, yang meskipun sifat-sifat yang melekat padanya dapat berubah-ubah,
namun inti tersebut tetap lestari. Contoh, dalam Filsafat Yunani terdapat nama
Thales, yang memiliki pokok pikiran bahwa hakikat segala sesuatu adalah air. Air
yang cair itu adalah pangkal, pokok, dan inti segalanya. Semua hal meskipun
mempunyai sifat dan bentuk yang beraneka ragam, namun intinya adalah satu yaitu
air. Segala sesuatu berasal dari air dan akan kembali pada air.

Dapat disimpulkan bahwa Hakikat adalah kalimat atau ungkapan yang


digunakan untuk menunjukkan makna yang yang sebenarnya atau makna yang
paling dasar dari sesuatu seperti benda, kondisi atau pemikiran, Akan tetapi ada
beberapa yang menjadi ungkapan yang sudah sering digunakan dalam kondisi
tertentu, sehingga menjadi semacam konvensi, hakikat seperti disebut sebagai
hakikat secara adat kebiasaan.

2.4 PENGERTIAN KEPERAWATAN


Hasil Lokakarya Keperawatan Nasional tahun 1983 (dalam Praptianingsih,
2006) mengartikan keperawatan sebagai suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif,
ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik yang sakit maupun sehat
yang mencakup seluruh siklus hidup manusia.6

Berikut ini adalah pengertian dan definisi keperawatan:


1. AMERICAN NURSES ASSOCIATION
Keperawatan adalah diagnosis dan terapi respon manusia terhadap masalah -
masalah kesehatan yang sifatnya aktual atau potensial
2. INTERNATIONAL COUNCIL OF NURSES
Keperawatan adalah fungsi yang unik membantu individu yang sakit atau
sehat, dengan penampilan kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan atau

6
http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-perawat-definisi-peran.html

5
penyembuhan (meninggal dengan damai), hingga individu dapat merawat
kesehatannya sendiri apabila memiliki kekuatan, kemauan dan pengetahuan.7

7
https://carapedia.com/pengertian_definisi_keperawatan_info2346.html

6
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Filsafat Pancasila


Seperti yang sudah dijelaskan di awal bahwa pancasila adalah filsafat negara
Republik Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 .Sebagai filsafat,pancasila memiliki karateristik sistem filsafat
sendiri yang berbeda dengan filsafat lainnya diantaranya Sila-sila pancasila
merupakan satu kesatuan system yang bulat dan utuh karena jika sila-sila pancasila
ini tidak bulat dan utuh maka itu bukan pancasila.
Selain sebagai falsafah negara pancasila juga merupakan karunia terbesar
dari Allah Swt karena Pancasila sebagai pedoman atau pandangan hidup bagi
bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari ,berdasarkan sila sila yang ada pada
pancasila seperti pada sila yang pertama yang memilki makna bahwa manusia harus
saling menghargai,menghormati antar umat beragama karena manusia memiliki hak
beragama menurut kepercayaannya masing-masing dan pada sila ketiga yang
memilki makna persatuan dan kesatuan maksudnya adalah manusia harus memilki
sifat saling tolong-menolong dalam hidup bermasyarakat karena manusia adalah
mahkluk sosial dimana mereka saling berkaitan ,berhubungan ,berkerja sama satu
sama lain. Ada juga yang berpendapat filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang
menyelidiki segala sesuatu untuk mendapatkan kebenaran yang hakiki.
Filsafat pancasila juga harus mampu dalam menjadi pemersatu berbagai ilmu
yang dikembangkan di indonesia pancasila pada hakikatnya membahas tentang
manfaat suatu pengetahuan mengenai pancasila karena nila-nilai yang terkandung
dalam pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuaan yang utuh.Jadi,filsafat
pancasila ada kaitannya dengan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
indonesia karena sama-sama menjadikan manusia agar mematuhi sila-sila yang ada
pada pancasila dari mulai sila pertama sampai silai kelima dan memilki tujuan
tertentu untuk pembangunan dan kemajuan Negara indonesia.

7
3.2 Hakikat Sila-Sila Pancasila
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, Dialah Allah, pencipta segala yang ada
termasuk semua mahluk di bumi. Yang Maha Esa berarti yang Maha tunggal, tiada
sekutu, Esa dalam zat-Nya, Esa dalam sifat-Nya, Esa dalam Perbuatan-Nya, artinya
bahwa zat Tuhan tidak terdiri dari zat-zat yang banyak lalu menjadi satu, bahwa sifat
Tuhan adalah sempurna, bahwa perbuatan Tuhan tidak dapat disamai oleh
siapapun. Jadi ke-Tuhanan yang maha Esa, mengandung pengertian dan keyakinan
adanya Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam semesta, beserta isinya. Keyakinan
adanya Tuhan yang maha Esa itu bukanlah suatu dogma atau kepercayaan yang
tidak dapat dibuktikan kebenarannya melalui akal pikiran, melainkan suatu
kepercayaan yang berakar pada pengetahuan yang benar yang dapat diuji atau
dibuktikan melalui kaidah-kaidah logika. Jadi, dalam Negara Indonesia tidak ada dan
tidak boleh ada yang meniadakan Tuhan Yang Maha Esa (ethisme). 8
b. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu mahluk berbudi yang
mempunyai potensi pikir, rasa, karsa, dan cipta karena potensi inilah manusia
menduduki martabat yang tinggi dengan akal budinya manusia menjadi
berkebudayaan, dengan budi nuraninya manusia meyadari nilai-nilai dan norma-
norma. Adil mengandung arti bahwa suatu keputusan dan tindakan didasarkan atas
norma-norma yang obyektif tidak subyektif apalagi sewenang-wenang. Beradab
berasal dari kata adab, yang berarti budaya. Mengandung arti bahwa sikap hidup,
keputusan dan tindakan selalu berdasarkan nilai budaya, terutama norma sosial dan
kesusilaan. Adab mengandung pengertian tata kesopanan kesusilaan atau moral.
Jadi, kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan
manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan
dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya baik terhadap diri pribadi, sesama
manusia maupun terhadap alam dan hewan.9
c. Persatuan Indonesia

8
http://astiariani14.blogspot.co.id/2015/05/makalah-hakikat-sila-sila-pancasila.html
9
ibid

8
Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh tidak terpecah belah
persatuan bermacam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan. Indonesia
mengandung dua makna yaitu makna geografis dan makna bangsa dalam arti politis.
Jadi, persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia. Bangsa yang mendiami wilayah Indonesia bersatu karena didorong untuk
mencapai kehidupan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat,
persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa
Indonesia bertujuan memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.10

d. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan
Kerakyatan berasal dari kata rakyat, yang berarti sekelompok manusia dalam
suatu wilayah tertentu, kerakyatan dalam hubungan dengan sila ke empat bahwa
“kekuasaan yang tertinggi berada ditangan rakyat”. Hikmat kebijaksanaan berarti
penggunaan pikiran atau yang sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan
dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat, dan dilaksanakan dengan sadar, jujur,
dan bertanggung jawab. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian
Indonesia untuk merumuskan dan memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak
rakyat hingga mencapai keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat atau
mufakat. Perwakilan adalah suatu sistem dalam arti tata cara (prosedural)
mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam kehidupan bernegara
melalui badan-badan perwakilan. Jadi, rakyat dalam menjalankan kekuasaannya
melalui sistem perwakilan dan keputusan-keputusannya diambil dengan jalan
musyawarah yang dipimpin oleh pikiran yang sehat serta penuh tanggung jawab.

e. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Sila ke lima berarti bahwa setiap orang Indonesia mendapat perlakuan yang
adil dalam bidang hukum, politik, social, ekonomi dan kebudayaan. Jadi, setiap
warga Indonesia mendapat perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, sosial,
ekonomi dan kebudayaan sesuai dengan UUD 1945 makna keadilan sosial
mencakup pula pengertian adil dan makmur. Sila Keadilan sosial adalah tujuan dari
10
http://astiariani14.blogspot.co.id/2015/05/makalah-hakikat-sila-sila-pancasila.html

9
empat sila yang mendahuluinya, merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam
bernegara, yang perwujudannya ialah tata masyarakat sdil-makmur berdasarkan
Pancasila.

3.3 Filsafat Dalam Keperawatan .

Pohon ilmu dari keperawatan adalah ilmu keperawatan itu sendiri. Pendidikan
keperawatan sebagai pendidikan profesi harus dikembangkan sesuai dengan
kaidah-kaidah ilmu dan profesi keperawatan, yang harus memiliki landasan
akademik dan landasan profesional yang kokoh dan mantap. Pengembangan
pendidikan keperawatan bertolak dari pengertian dasar tentang ilmu keperawatan
seperti yang dirumuskan oleh Konsorsium Ilmu Kesehatan (1991) yaitu : “ Ilmu
keperawatan mencakup ilmu-ilmu dasar seperti ilmu alam, ilmu social, ilmu perilaku,
ilmu biomedik, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu dasar keperawatan, ilmu
keperawatan komunitas dan ilmu keperawatan klinik, yang aplikasinya menggunakan
pendekatan dan metode penyelesaian masalah secara ilmiah, ditujukan untuk
mempertahankan, menopang, memelihara dan meningkatkan integritas seluruh
kebutuhan dasar manusia “.

Wawasan ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu yang mempelajari bentuk


dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, melalui pengkajian
mendasar, serta mempelajari berbagai bentuk upaya untuk mencapai kebutuhan
dasar tersebut melalui pemanfaatan semua sumber yang ada. Bidang garapan dan
fenomena yang menjadi objek studi keperawatan adalah penyimpangan dan tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosio-spiritual), mulai dari tingkat
individu tang utuh (mencakup seluruh siklus kehidupan), sampai pada tingkat
masyarakat, yang juga tercermin pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada
tingkat system organ fungsional sampai sub seluler atau molekuler. Dari uraian
diatas dapat dijelaskan bahwa hakikat dari ilmu keperawatan adalah mempelajari
tentang respon manusia terhadap sehat dan sakit yang difokuskan pada kepedulian
perawat terhadap tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pasien atau disebut dengan
care. Hal ini berbeda dengan hakikat kedokteran adalah pengobatan atau disebut
cure.

10
a. Ontologi Keilmuan Keperawatan

Dua aspek penting dari ontology keilmuan dalam keperawatan yaitu (1) prinsip
penafsiran tentang realitas dan (2) batas – batas telaahan. Prinsip penafsiran
tentang realitas keilmuan keperawatan antara lain mencakup beberapa pernyataan
sepertirealitas adalah gejala fisik yang berwujud sebagai fakta data.Realitas yang
kita ketahui hanya merupakan perkiraan dari kenyataan yang sebenarnya. Realitas
itu diungkapkan sebagaimana adanya (das Sein) tanpa terikat oleh nilai – nilai
tertentu di luar kenyataan tersebut. Dalam menafsirkan realitas, keilmuan
keperawatan mempunya beberapa anggapan dasar (asumsi, premis) yakni
uniformitas, relative tetap, dan memiliki pola kejadian yang baku.Uniformitas ialah
bahwa setiap wujud kehidupan manusia mempunyai keseerupaan dengan wujud
lainnya dilihat dari kriteria tertentu seperti kuantitas, kualitas, atau modus. Relative
tetap artinya bahwa dalam jangka waktu tertentu setiap wujud memiliki bentuk yang
tetap misalnya ketegangan(tension), kecemasan, depresi, kesedihan, penolakan
(denial ), dan coping , sebelum berubah bentuk menjadi wujud lain misalnya : stress,
gembira, penerimaan. Setiap kejadian mempunyai pola baku yang tetap dan tidak
bersifat kebetulan misalnya kandungan air dan elektrolit berhubungan dengan
energy tubuh, oksigen berkaitan dengan keadaan sesak nafas dan kematian
jaringan. Batas – batas telaahan kegiatan keilmuan secara umum adalah wilayah
empiric, dalam arti daerah yang dapat ditangkap oleh pancaindera manusia. Dunia
keilmuan dibagi dua golongan yaitu (1) pengetahuan ilmiah dan (2) sarana
pengetahuan ilmiah. Sarana pengetahuan ilmiah adalah alat yang membantu
kegiatan dalam memperoleh dan menyusun pengetahuan ilmiah, misalnya : bahasa,
logika, matematika, statistika, dan metode penelitian.

Ontology ini berbeda dengan sarana pengetahuan ilmiah, demikian pula


dengan epistemology dan aksiologinya. Kegiatan penelitian yang menyangkut
sarana pengetahuan ilmiah adalah bersifat ilmiah, sebab merupakan bagian integral
dari dunia keilmuan. Setiap disiplin keilmuan termasuk pengetahuan ilmiah memiliki
objek forma dan objek material mengenai wujud yang menjadi focus
penelaahannya, yang seharusnya berbeda dari obyek forma dan obyek material
disiplin keilmuan lainnya. Byek forma adalah cara pandang terhadap sesuatu,

11
misalnya bahwa perawat memandang masalah kliennya berfokus pada tidak atau
kurang adekuatnya pemenuhan kebutuhan – kebutuhan yang terkait dengan
kesehatan potensial maupun kesehatan aktual. Obyek material adalah substansi dari
obyek forma, misalnya apabila obyek formanya klien dengan masalah gangguan
pernafasan, maka obyek materianya adalah saluran pernafasan, oksigen,
karbondioksida, dan sebagainya. Pertanyaan yang sering muncul ialah perbedaan
obyek forma dan obyek materia antara pengetahuan ilmiah keperawatan,
kedokteran, dan kesehatan masyarakat. Walaupun diakui batas – batasnya, namun
dalam praktik seringkali sulit dibedakan yang disebabkan komponen aksiologi yang
tumpang tindih dan bertautan erat antara tujuan pengasuhan (caretive) dengan
tujuan pengobatan ( curative ) dan pencegahan ( preventive). Inilah tolok ukur
pertama untuk menilai keberadaan dan kemandirian disiplin pengetahuan
keperawatan ilmiah dari pengetahuan ilmiah lainnya (misalnya ilmu kedokteran dan
ilmu kesehatan masyarakat). Dengan perkataan lain, objek forma dan objek materia
yang jelas dan tegas dari pengetahuan keperawatan akan merupakan ciri – ciri yang
spesifik dari disiplin keilmuan keperawatan.

b.Epistemologi Keilmuan Keperawatan

Epistemologi keilmuan keperawatan secara lebih rinci dapat dilihat dari aspek
– aspek sifat, proses, dan fungsi pengetahuan keperawatan ilmiah yang telah
diperoleh dan tersusun secara rasional, logis, dan sistematis. Ketiga aspek di atas
bersifat saling berhubungan, kait mengkait dengan arti dimulai dari sifat, namun
sebaliknya bahwa proses (pengetahuan keilmuan) ditentukan oleh sifat
(pengetahuan keilmuan) dan bahwa fungsi (pengetahuan keilmuan) turut
menentukan bagaimana proses perolehan dan penyusunan pengetahuan keilmuan
itu dilakukan. Masyarakat ilmiah keperawatan seyogyanya lebih terorganisis dengan
mengharapkan untuk memperoleh dan menyusun pengetahuan keilmuan yang
memiliki sifat – sifat bahwa pengetahuan keilmuan yang (biasanya) dihasilkan secara
individual itu adalah untuk dan milik umum (public knowledge). Untuk ini diperlukan
komunikasi ilmiah, yang artinya bahwa pengetahuan keilmuan yang diperolehnya
wajib dikomunikasikan kepada masyarakat ilmuwan lewat publikasi ilmiah. Jadi
apabila ilmuwan yang menyimpan penemuannya dikantung baju atau di

12
perpustakaan pribadinya, belum bisa dikategorikan sebagai pengetahuan keilmuan.
Masyarakat ilmiah keperawatan juga tidak boleh terlalu bersifat skeptic dan eksklusif,
yang hanya melihat kebenaran ilmiah dari sudut pandang pribadi atau profesinya
saja, sebab pada dasarnya pengetahuan keilmuan memiliki akar dan metode ilmiah
yang sama. Hal inilah yang merupakan salah satu kelemahan umum yang sering
terjadi pada setiap kelompok ilmuwan dan profesi, namun perlu diupayakan untuk
diredusir dan dihilangkan. Pengetahuan keilmuan itu haruslah bersifat obyektif,
dalam arti bahwa setiap orang yang mempelajari obyek yang sama dengan cara
yang sama akan sampai kepada kesimpulan yang sama pula. Pengetahuan
keilmuan yang disusun merupakan abstraksi yag mereduksikan realitas menjadi
konsep, dengan tingkat generalisasi yang tinggi. Mekanisme yang memproses
pengetahuan keilmuan tersebut adalah metode ilmiah yang mengandung tiga
bagian, yaitu :

- proses keabsahan (validitas)

- proses kebenaran

- proses penyusunan.

Proses keabsahan pengetahuan keilmuan menetapkan persyaratan yang


harus dipenuhi oleh suatu kegiatan agar dianggap sah secara keilmuan. Persyaratan
ini ialah : logis, analitis, dan sistematis adalah sah.

Menurut criteria ilmiah. Selanjutnya suatu pengetahuan diperlukan pula


kriteria kebenaran ilmiah, yang ditentukan melalui pengujian secara empiris, yang
sifatnya logis, analitis, dan sistematis. Pengetahuan keilmuan bidang keperawatan
yang diperoleh dan disusun sedemikian rupa memiliki fungsi yang jelas bagi dunia
keilmuan untuk mendeskripsikan, menjelaskam, memprediksikan, serta mengontrol
gejala atau fenomena bio-psiko-sosial-kultural-spiritual manusia sebagai individu,
keluarga dan kelompok dalam kaitan dengan tujuan kesehatan dan kesejahteraan
yang optimal bagi mereka.

Teori keperawatan yang dihasilkan akan bermutu tinggi apabila memiliki


keempat kriteria di atas, dan di sinilah tolok ukur kedua,dalam menilai konsep –

13
konsep yang diajukan oleh disiplin keilmuan “baru” seperti pengetahuan
keperawatan ilmiah yang mulai tumbuh untuk berkembang. Memang, seringkali
terdapat beberapa macam teori atau pendekatan yang diajukan, dan hal itu adalah
wajar – wajar saja, malah menggembirakan sebab suatu fokus permasalahan
terkadang tidak dapat diselesaikan oleh hanya satu pendekatan saja. Yang penting
adalah kita harus bisa membedakan gradasi, efisiensi, dan efektivitas berbagai
pendekatan yang diajukan. Keperawatan lahir sejak naluriah keperawatan lahir
bersamaan dengan penciptaan manusia. Orang-orang pada zaman dahulu hidup
dalam keadaan primitive. Namun demikian mereka sudah mampu sedikit
pengetahuan dan kecakapan dalam merawat atau mengobati. Pekerjaan "merawat"
dikerjakan berdasarkan naluri (instink) naluri binatang "mother instinct" (naluri
keibuan) yang merupakan suatu naluri dalam yang bersendi pada pemeliharaan
jenis (melindungi anak, merawat orang lemah). Perkembangan keperawatan
dipengaruhi dengan semakin maju peradaban manusia maka semakin berkembang
keperawatan. Diawali oleh seorang Florence Nightingale yang mengamati fenomena
bahwa pasien yang dirawat dengan keadaan lingkungan yang bersih ternyata lebih
cepat sembuh dibanding pasien yang dirawat dalam kondisi lingkungan yang kotor.
Hal ini membuahkan kesimpulan bahwa perawatan lingkungan berperan dalam
keberhasilan perawatan pasien yang kemudian mejadi paradigma keperawatan
berdasar lingkungan. Semenjak itu banyak pemikiran baru yang didasari berbagai
tehnik untuk mendapatan kebenaran baik dengan cara Revelasi (pengalaman
pribadi), otoritas dari seorang yang ahli, intusisi ( diluar kesadaran), common sense
(pengalaman tidak sengaja), dan penggunaan metode ilmiah dengan penelitian-
peneltian dalam bidang keperawatan. Sehingga muncullah paradigma lain
diantaranya:

1. Peplau (1952) : Teori interpersonalsebagai dasar perawatan

2. Orlando (1961) : Teori komunikasi sebagai dasar perawatan

3. Johnson (1961) : Stabilitas sebagai tujuan perawatan

4. Roy (1970) : Teori adaptasi sebagai dasar perawatan

5. Rogers (1970) : konsep manusia yang unik

14
6. King (1971) : Proses transaksi perawat-klien

7. Orem (1971) : Kemandirian pasien untuk merawat dirinya sebagai tujuan


perawatan

c. .Aksiologi Keilmuan Keperawatan

Aksiologi keilmuan menyangkut nilai – nilai yang berkaitan dengan


pengetahuan ilmiah : baik internal, eksternal, maupun social. Baik nilai – nilai yang
berkaitan dengan wujud maupun kegiatan ilmiah dalam memperoleh
pengetahuannya. Lain halnya dengan landasan ontologism yang mengungkapkan
dan menyatakan realitas sebagaimana adanya (das Sein) yang dalam konteks ini
ditafsirkan sebagai bebas nilai, maka landasan aksiologis baik internal, eksternal,
maupun social adalah sarat nilai. Secara internal, misalnya disebutkan bahwa tidak
setiap wujud empirik dapat dijadikan sebagai objek penelitian, terutama yang
berkaitan dengan fitrah (hak – hak azasi) manusia. Rekayasa genetic dalam bentuk
“kloning”, telah menimbulkan masalah moral. Penelitian dalam ilmu kedokteran ini
dikontrol dengan ketat oleh nilai – nilai aksiologis yang sifatnya internal.Penelitian
keperawatan (nursing research) dan penelitian dalam keperawatan. (research in
nursing ), memang belum dikembangkan secara sungguh – sungguh, yang sama
sekali berbeda dengan pendekatan penelitian bidang kedokteran, psikologi,
sosiologi, antropologi, pendidikan, dan sebagainya, walaupun beberapa bagian dari
pengetahuan ilmiah tentang ilmu – ilmu tersebut dipinjam dan dimasukkan ke dalam
ilmu keperawatan. Nilai eksternal menyangkut nilai – nilai yng berkaitan dengan
penggunaan pengetahuan ilmiah. Seperti juga ditemukannya atom atau nuklir yang
bisa membawa berkah atau bencana bagi hidup dan kehidupan manusia. Hal ini
sangat tergantung dari manusia yang menggunakannya. Oleh karena itulah maka
kode etik merupakan suatu persyaratan mutlak bagi eksistensi praktik profesi.11

3.4 Analisa Hakikat Sila-Sila Pancasila bagi Mahasiswa Keperawatan


Pancasila tidak dapat dilepaskan dari kehidupan bangsa Indonesia kapanpun
dan dimanapun, termasuk dalam dunia mahasiswa keperawatan. Sebagai
mahasiswa, tentu harus memahami dan mengamalkan Pancasila. Sila-sila yang

11
https://www.academia.edu/11613521/Pandangan_Ilmu_Filsafat_Sebagai_Filosofi_Ilmu_Keperawatan_Berda
sarkan_Rumpun_Ilmu_Sosial

15
terkandung dalam Pancasila harus diamalkan oleh mahasiswa, baik dalam
kehidupannya di lingkungan kampus saat berinteraksi dengan warga kampus,
maupun di lingkungan luar kampus. Karena Pancasila berkaitan erat dalam
mengatur setiap unsur kehidupan, yang dimana terdapat dalam ke-lima silanya.
Berikut penjabarannya:

a. Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa


Dalam sila ini, mahasiswa sebagai manusia memiliki hak untuk memeluk
agama berdasarkan keyakinannya masing-masing. Dalam hal ini, tidak boleh ada
paksaan dan intervensi dari pihak luar mengenai keyakinannya, karena itu
merupakan urusan antara individu dengan Tuhannya. Dalam lingkungan sekitarnya
terutama dalam hal ini yaitu kampus, pasti terdapat macam-macam keyakinan.
Sebagai mahasiswa yang memahami Pancasila, tentu sila pertama ini harus
diterapkan. Menjunjung tinggi toleransi antar mahasiswa dengan keyakinan yang
berbeda. Dengan hari besar yang berbeda-beda pula, mahasiswa harus saling
menghormati perayaan tersebut. Misalnya saja pada saat bulan Ramadhan dimana
umat muslim menjalankan ibadah puasa, maka mahasiswa yang tidak menjalankan
ibadah tersebut harus menghormati dengan tidak makan dan minum seenaknya di
depannya. Sebaliknya jika di kampus ada perayaan Natal atau Paskah oleh umat
Kristen, maka mahasiswa saling membantu kelancaran proses perayaan tersebut,
misalnya dengan membantu penyediaan fasilitas. Dengan mengamalkan sila ini dan
bertoleransi, maka hubungan antar mahasiswa dan warga kampus lainnya juga akan
rukun.

b. Sila kedua: Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


Sila ini mengandung arti kesadaran sikap dan prilaku sesuai dengan nilai- nilai
moral dalam hidup bersama atas dasar tuntunan hati nurani. 12 Mahasiswa
keperawatan yang nantinya akan menjadi seorang perawat profesional, pastinya
harus bekerja dan melayani dengan sepenuh hati dan rasa ikhlas terhadap klien.
Dalam lingkungan kampus, sebagai mahasiswa dalam interaksinya dengan sesama
mahasiswa lainnya juga harus mengamalkan sila ini. Pergaulan yang semakin lama
semakin dipengauruhi budaya luar jangan sampai masuk dalam diri mahasiswa.
12
http://aivonijufiratsel.blogspot.co.id/2015/12/makalah-pancasila.html

16
Dalam kehidupan di lingkungan kampus, bersikap sopan dan menjunjung tinggi
moral merupakan hal yang wajib dilakukan oleh mahasiswa terhadap sesama teman
maupun warga kampus lainnya seperti misalnya dosen. Saling menyapa dan
mengucapkan salam adalah salah satu contohnya. Bergaul dengan teman,
bercanda-canda dengan tidak menyinggung perasaannya apalagi berkata kasar.
Saling membantu jika ada teman yang kesusahan dengan hati yang ikhlas dan tanpa
pamrih.

c. Sila ketiga: Persatuan Indonesia


Persatuan memiliki makna utuh dan tidak terpecah belah. Dalam kehidupan
mahasiswa yang berada dalam lingkungan kampus dimana di dalamnya terdapat
orang-orang dengan perbedaan yang mencakup agama, budaya, bahkan suku, tentu
sila ketiga ini berperan sangat penting demi mempersatukan perbedaan tersebut.
Dengan banyaknya kasus mengenai perbedaan yang tengah menggoyangkan tubuh
Pancasila, tentu merupakan suatu tantangan bagi mahasiswa untuk tidak
terpengaruh dan membawa dampak negatif ke dalam lingkungan kampus. Karena
perbedaan itu justru dipelajari dan dihargai, bukan untuk menjadi alasan membenci.

d. Sila keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan
Sila ini menjelaskan tentang bermusyawarah dalam memecahkan sebuah
masalah, hingga mencapai kata mufakat atau persetujuan. Dalam dunia perkuliahan,
penerapan sila ini bisa dilihat dari pemilihan pengurus kelas. Biasanya dipilih
kandidat yang akan masuk dalam susunan pengurus kelas, kemudian pemilihan
pengurus dimusyawarahkan dengan hikmat. Setiap mahasiswa berhak
menyampaikan aspirasi mengenai calon-calon pengurus kelas, dan mahasiswa
lainnya tidak boleh mencela atau merendahkan aspirasinya. Musyawarah
dilaksanakan sampai menemukan titik terang dan membuahkan hasil yang telah
disetujui bersama-sama. Contoh lain dalam penerapan sila keempat bagi mahasiswa
keperawatan yaitu dalam diskusi kelompok mengenai suatu kasus keperawatan.
Dalam diskusi ini masing-masing mahasiswa menyampaikan pendapatnya tentang
bagaimana rencana tindakan untuk menangani masalah keperawatan tersebut.

17
e. Sila kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila ini menegaskan bahwa setiap manusia berhak mendapatkan keadilan
mengenai segala unsur kehidupannya. Sebenarnya sila ini berkaitan dengan sila
kedua dan ketiga, dimana dalam lingkungan pergaulan mahasiswa, tidak boleh
membeda-bedakan perlakuan karena perbedaan latar belakang. Dalam bergaul,
boleh memilih-milih teman mana yang baik dan membawa dampak positif bagi
dirinya tetapi jangan sampai menunjukkan sikap yang pilih kasih. Contohnya saat
pembagian kelompok, tidak harus selalu dengan kelompok yang sama. Mahasiswa
yang pandai tidak boleh egois dengan hanya mau bergaul dengan yang pandai juga,
dan bersikap acuh terhadap temannya yang kurang pandai. Sikap seperti itu akan
membawa dampak negatif bagi temannya, bisa saja membuat ia merasa rendah diri
dan tidak termotivasi, merasa dikucilkan dan tidak mendapat keadilan yang
seharusnya ia dapatkan.

18
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Pancasila yang terdiri atas lima sila merupakan suatu sistem filsafat. Yang
dimaksud dengan sistem itu sendiri adalah suatu kesatuan dari bagian-bagian yang
saling berhubungan, bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan terjadi
dalam suatu lingkungan yang kompleks.

Peran pancasila sebagai sistem filsafat bagi mahasiswa keperawatan sangat


banyak dan penting. Dalam lingkungan perkuliahan, peran pancasila harus dijunjung
tinggi untuk mencapai kerukunan antar mahasiswa dan warga kampus.

4.2 SARAN
Dari uraian di atas, diketahui bahwa filsafat Pancasila berperan sangat
penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan di dalam dunia
keperawatan, terutama bagi mahasiswa. Maka dari itu, hendaknya kita mengetahui,
memahami, dan mengamalkan sila-sila Pancasila yang hakikatnya sangat berkaitan
erat dengan segala unsur kehidupan supaya dapat lebih memperkuat Persatuan dan
Kesatuan Bangsa dan Negara Indonesia.

19
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta.

Parwanto, Dwi Isnawan. 2007. Pendidikan Falsafah Kemanusiaan Indonesia.


Yogyakarta.

Zubaidi, Achmad dan Kaelan. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan


Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.

Surajiyo. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. 2005. Jakarta: PT Bumi Aksara.

http://www.landasanteori.com/2015/09/pengertian-perawat-definisi-peran.html

https://carapedia.com/pengertian_definisi_keperawatan_info2346.html

http://aivonijufiratsel.blogspot.co.id/2015/12/makalah-pancasila.html

https://www.academia.edu/11613521/Pandangan_Ilmu_Filsafat_Sebagai_Filosofi_Il
mu_Keperawatan_Berdasarkan_Rumpun_Ilmu_Sosial

Anda mungkin juga menyukai