Anda di halaman 1dari 25

KEPERAWATAN JIWA I

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN WAHAM

Disusun oleh :

Alma Risa Fitriana (11161003)


Evryda Nugrahaini (11161015)
Hana Fauzy Yahya (11161017)
Lutfiana (11161022)
Ninuk Ajeng P (11161027)
Pega Hardiana W (11161029)
Rivani Agus M (11161033)
Shofi Alfiyyah (11161037)
Siti Anzani (11161039)
Suci Nurindah Sari (11161040)

PROGRAM STUDI S1 REGULER KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat
serta karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN WAHAM”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi satu tugas
yaitu dalam mata kuliah Keperawatan Jiwa 1. Selain itu, pembuatan makalah ini juga
dimaksudkan untuk dapat menambahkan informasi serta wawasan kepada pembaca.

Dalam menyusun tugas ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini :

1. Ibu Ns. Tati Suryati, S.Kep, Sp.Jiwa selaku dosen mata kuliah Maternitas I.
2. Orang tua yang telah memberikan doa restu dan dukungan sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini.
3. Semua sumber yang membantu melengkapi makalah.

Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah.

Jakarta, 7 Februari 2018

Penyusun

i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR........................................................................................................................i

Daftar Isi...........................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................3

A. Definisi Waham.................................................................................................................3

B. Proses Terjadinya Waham..................................................................................................3

C. Faktor Prediposisi Waham.................................................................................................5

D. Faktor Presipitasi WAHAM...............................................................................................6

E. Manifestasi Klinis Waham.................................................................................................6

F. Klasifikasi Waham.............................................................................................................7

G. Rentang Respon Waham....................................................................................................8

H. Penatalaksanaan Waham....................................................................................................8

ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................................................9

1. PENGKAJIAN...................................................................................................................9

2. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL.....................................11

3. INTERVENSI KEPERAWATAN....................................................................................11

BAB III PENUTUP........................................................................................................................19

A. Kesimpulan......................................................................................................................19

B. Saran................................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering ditemui pada
gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada
penderita skizofrenia. Semakin akut psikosis semakin sering ditemui waham
disorganisasi dan waham tidak sistematis. Kebanyakan pasien skizofrenia daya tiliknya
berkurang dimana pasien tidak menyadari penyakitnya serta kebutuhannya terhadap
pengobatan, meskipun gangguan pada dirinya dapat dilihat oleh orang lain.
Waham terjadi karena munculnya perasaan terancam oleh lingkungan, cemas,
merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi sehingga individu mengingkari
ancaman dari persepsi diri atau objek realitas dengan menyalah artikan kesan terhadap
kejadian, kemudian individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada
lingkungan sehingga perasaan, pikiran, dan keinginan negatif tidak dapat diterima
menjadi bagian eksternal dan akhirnya individu mencoba memberi pembenaran personal
tentang realita pada diri sendiri atau orang lain. Prevalensi gangguan waham di Amerika
Serikat diperkirakan 0,025 sampai 0,03 persen. Usia onset kira-kira 40 tahun, rentang
usia untuk onset dari 18 tahun sampai 90 tahunan, terdapat lebih banyak pada wanita.
Menurut penelitian WHO prevalensi gangguan jiwa dalam masyarakat berkisar satu
sampai tiga permil penduduk.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi waham ?
2. Bagaimana proses terjadinya waham ?
3. Apa saja faktor predisposisi waham ?
4. Apa saja factor presipitasi waham ?
5. Apa manifestasi klinis dari waham ?
6. Apa klasifikasi dari waham ?
7. Bagaimana rentang respon waham ?
8. Bagaimana penatalaksanaan waham ?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa definisi waham ?
2. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya waham ?
3. Untuk mengetahui apa saja faktor predisposisi waham ?
4. Untuk mengetahui apa saja factor presipitasi waham ?
5. Untuk mengetahui apa manifestasi klinis dari waham ?
6. Untuk mengetahui apa klasifikasi dari waham ?
7. Untuk mengetahui bagaimana rentang respon waham ?
8. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan waham ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Waham
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus,
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006)

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang


salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya klien (Aziz R, 2003).

Ramdi (2000) menyatakan bahwa itu merupakan suatu keyakinan tentang isi
pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensia dan
latar belakang kebudayaannya, keyakinan tersebut dipertahankan secara kokoh dan tidak
dapat diubah-ubah.

B. Proses Terjadinya Waham


Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu :

1. Fase Lack of Human need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan klien baik secara


fisik maupun psikis. Secar fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan
menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk
melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan selft ideal sangat tinggi. Misalnya
ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang dianggap sangat
cerdas, sangat berpengalaman dn diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi
karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi
juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang ( life span history ).

3
2. Fase lack of self esteem

Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan
yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui
kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan
teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan
yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut.
Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi,
pengalaman, pengaruh, support system semuanya sangat rendah.

3. Fase control internal external

Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang
ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat,
karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan
koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak
dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.

4. Fase environment support

Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya


menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang
dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari
sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma ( Super
Ego ) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

5. Fase comforting

4
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya.
Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya.
Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindar interaksi sosial ( Isolasi
sosial ).

6. Fase improving

Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu


keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering
berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutkebutuhan-kebutuhan
yang tidak terpenuhi ( rantai yang hilang ). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali
untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya
keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta
ada konsekuensi sosial.

Penyebab

Berbagai kehilangan dapat terjadi pada pasca bencana, baik kehilangan harta
benda, keluarga maupun orang yang bermakna. Kehilangan ini menyebabkan stress
bagi mereka yang mengalaminya. Jika stress ini berkepanjangan dapat memicu
masalah gangguan jiwa dan waham. (Budi Anna Keliat, 2006: 147)

Akibat

Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang
ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi,
pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang lain
yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

C. Faktor Prediposisi Waham


1. Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.

5
2. Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic

3. Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat.

4. Virus : paparan virus influensa pada trimester III

5. Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.

D. Faktor Presipitasi WAHAM


1. Proses pengolahan informasi yang berlebihan

2. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.

3. Adanya gejala pemicu

E. Manifestasi Klinis Waham


a. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)

Cara berpikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk dan pengorganisasian
bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial)

b. Fungsi persepsi

Depersonalisasi dan halusinasi

c. Fungsi emosi

Afek tumpul à kurang respon emosional, afek datar, afek tidak sesuai, reaksi
berlebihan, ambivalen

d. Fungsi motoric

Imfulsif à gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotopik à gerakan yang


diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas, katatonia

e. Fungsi sosial : kesepian

Isolasi sosial, menarik diri dan harga diri rendah

6
f. Dalam tatanan keperawatan jiwa respon neurobiologis yang sering muncul adalah
gangguan isi pikir : waham dan gangguan persepsi sensori : halusinasi.

F. Klasifikasi Waham
Adapun jenis-jenis waham menurut Marasmis, stuart and sundeen ( 1998) danKeliat
(1998) waham terbagi atas beberapa jenis, yaitu:

a. Waham agama
Keyakinan klien terhjadap suatu agama secara berlebihan diucapkan beulang kali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Waham kebesaran
Klien yakin secara berlebihan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuatan khusus
diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
c. Waham somatic
Klien meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya teganggu dan terserang penyakit,
diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
d. Waham curiga
Kecurigaan yang berlebihan dan tidak rasional dimana klien yakin bahwa ada
seseorang atau kelompok orang yang berusaha merugikan atau mencurigai dirinya,
diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
e. Waham nihilistic
Klien yakin bahwa dirinya sudah ridak ada di dunia atau sudah meninggal, diucapkan
beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
f. Waham bizar
1. Sisip pikir : klien yakin ada ide pikiran orang lain yang dsisipkan di dalam
pikiran yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
2. Siar pikir : klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan
walaupun dia tidak menyatakan kepada orang tersebut, diucapkan beulang kali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
3. Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.

7
Kategori Waham :

1. Waham sistematis: konsisten, berdasarkan pemikiran mungkin terjadi walaupun


hanya secara teoritis.

2. Waham nonsistematis: tidak konsisten, yang secara logis dan teoritis tidak
mungkin

G. Rentang Respon Waham

Respon Adaptif <-----------------------------------> Respon Maladaptif


Pikiran Logis Distorsi Pikiran Gangguan Pikiran
1. Persepsi Kuat 1. Ilusi 1. Sulit Berespon
2. Emosi Konsisten 2. Reaksi Emosi 2. Emosi
Dengan Pengalaman Berlebihan 3. Perilaku kacau
3. Perilaku Sesuai
4. Berhubungan Sesuai

H. Penatalaksanaan Waham
1. Psikofarmakologi

2. Pasien hiperaktif / agitasi anti psikotik low potensial

3. penarikan diri high potensial

4. ECT tipe katatonik

5. Psikoterapi

6. Perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif

8
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
1.1 Data yang perlu dikaji
a. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
1). Data subjektif :

Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada seseorang,
klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal, atau marah, melukai / merusak barang-barang dan tidak mampu
mengendalikan diri.

2). Data objektif :

Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai,
ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan melempar barang-barang.

b. Kerusakan komunikasi : verbal

1). Data subjektif :

Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistic.

2). Data objektif :

Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan


kontak mata kurang.

c. Perubahan isi pikir : waham (..)


1). Data subjektif :

Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran,


kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan.

Pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengkaji waham :


9
a) Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan
dan menetap?

b) Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien
cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?

c) Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan


tidak nyata?

d) Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?

e) Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?

f) Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang
lain atau kekuatan dari luar?

g) Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan


lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?

2). Data objektif :

Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri,
orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.

d. Gangguan harga diri rendah

1). Data subjektif :

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.

2). Data objektif :

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup.

10
2. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1) Resiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
2) Kerusakan komunikasi verbal.
3) Perubahan isi pikiran : waham.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
3.1 Diagnosa Keperawatan 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan waham.

1. Tujuan Umum :

Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

2. Tujuan Khusus:

a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Tindakan:

· Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama


perawat dan jelaskan tujuan interaksi.

· Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

· Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

· Beri perhatian dan penghargaan : teman klien walau tidak menjawab.

b) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

Tindakan:

· Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.

· Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.

· Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan


sikap tenang.

11
c) Klien dapat mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan.

Tindakan :

· Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat


jengkel/kesal.

· Observasi tanda perilaku kekerasan.

· Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang dialami klien.

d) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Tindakan:

· Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

· Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa


dilakukan.

· Tanyakan “apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?”

e) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

Tindakan:

· Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.

· Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.

· Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.

f) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap


kemarahan.

Tindakan :

· Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.

12
· Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika
sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.

· Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung

· Secara spiritual : berdo’a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk


diberi kesabaran.

g) Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.

Tindakan:

· Bantu memilih cara yang paling tepat.

· Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.

· Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.

· Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.

· Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.

h) Klien mendapat dukungan dari keluarga.

Tindakan :

· Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan


keluarga.

· Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

i) Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).

Tindakan:

· Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping)

· Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat,
dosis, cara dan waktu).
13
· Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.

3.2 Diagnosa Keperawatan 2: kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan


waham

1. Tujuan umum :

Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal

2. Tujuan khusus :

a) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Tindakan :

· Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri,


jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak
yang jelas topik, waktu, tempat).

· Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat


menerima keyakinan klien “saya menerima keyakinan anda” disertai
ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi
ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.

· Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan


perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman,
gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.

· Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan


diri.aktivitas harian dan perawatan diri.

b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.

Tindakan :

· Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.

14
· Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan
saat ini yang realistis.

· Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk


melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan
diri).

· Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan


waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.

c) Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi

Tindakan :

· Observasi kebutuhan klien sehari-hari.

· Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah


maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah)

· Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.

· Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan


memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).

· Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan


wahamnya.

d) Klien dapat berhubungan dengan realitas

Tindakan :

· Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat
dan waktu).

· Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.

· Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

e) Klien dapat menggunakan obat dengan benar


15
Tindakan :

· Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping minum obat.

· Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien,


obat, dosis, cara dan waktu).

· Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang


dirasakan.

· Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

f) Klien dapat dukungan dari keluarga

Tindakan :

· Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang: gejala


waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.

· Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga.

3.3 Diagnosa Keperawatan 3: Perubahan isi pikir : waham berhubungan dengan


harga diri rendah

1. Tujuan umum :

Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan
meningkat harga dirinya.

2. Tujuan khusus :

a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Tindakan :

16
· Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas
(waktu, tempat dan topik pembicaraan).

· Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

· Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.

· Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri

b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

Tindakan :

· Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

· Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan


memberi pujian yang realistis.

· Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

c) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Tindakan :

· Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

· Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke


rumah.

d) Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan


kemampuan yang dimiliki.

Tindakan :

· Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari


sesuai kemampuan.

17
· Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.

· Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.

e) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan.

Tindakan :

· Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan.

· Beri pujian atas keberhasilan klien.

· Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.

f) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

Tindakan :

· Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.

· Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.

· Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

· Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering ditemui pada
gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada
penderita skizofrenia. Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien. Proses terjadinya waham yaitu Fase Lack of Human need, Fase
lack of self esteem, Fase environment support, Fase comforting, Fase improving.
Penyebab dari waham yaitu berbagai kehilangan dapat terjadi pada pasca bencana, baik
kehilangan harta benda, keluarga maupun orang yang bermakna. Kehilangan ini
menyebabkan stress bagi mereka yang mengalaminya. Jika stress ini berkepanjangan
dapat memicu masalah gangguan jiwa dan waham.
Faktor Prediposisi WAHAM yaitu : Genetis, Neurobiologis, Neurotransmitter,
Virus, Psikologis. Faktor Presipitasi WAHAM yaitu : Proses pengolahan informasi yang
berlebihan, Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal, Adanya gejala pemicu.
Klasifikasi Waham, yaitu: Waham agama, Waham kebesaran, Waham somatic, Waham
curiga, Waham nihilistic, Waham bizar Kategori Waham, yaitu : Waham sistematis dan
Waham nonsistematis.

B. Saran
Perawat sebagai seseorang yang memberikan asuhan keperawatan pada klien,
perlu melakukan pendekatan singkat namun sering dilakukan sebagai upaya untuk
membina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien dan untuk membantu
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh klien.

19
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. (2006). Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa. Jakarta : FIK,
Universitas Indonesia

Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo.
2003

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung,
2000

Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika

Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC.

https://dokumen.tips/documents/makalah-waham.html

Anda mungkin juga menyukai