Anda di halaman 1dari 11

MATA KULIAH

KEPERAWATAN JIWA

Ns. Sri Supami, S.kep, S.Pd, M.Kes

LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM

Disusun oleh :

Avendea Esa Chandra 11161006

Destria Ramadhanty Noer 11161010

Nurfadillah Subana 11161028

Rivani Agusmawati 11161033

Saskia Putri Maharani 11161035

Siti Anzani 11161039

S1 Keperawatan (Regular 9A)

STIKes Pertamina Bina Medika

Jalan Bintaro Raya No.10 Tanah Kusir, Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan

Tahun Ajaran 2018


LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM

I. Kasus (Masalah Utama)


Perubahan Isi Pikir: Waham
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-
menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Budi Anna Keliat, 2006).
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang
salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien (Aziz R, 2003).
Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang
tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah
secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang
sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011).

II. Proses Terjadinya masalah


A. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi

Ada beberapa faktor predisposisi diantaranya Genetis, yaitu


diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif. Neurobiologis, yaitu
adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic.
Neurotransmitter yait abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat.
Psikologis yaitu ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.

Ada beberapa faktor presipitasi diantaranya proses pengolahan


informasi yang berlebihan, mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
serta adanya gejala pemicu.

B. Jenis
1. Waham kebesaran
Individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan
khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, “Saya ini pejabat di separtemen kesehatan lho!” atau, “Saya
punya tambang emas.”

1
2. Waham curiga
Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya dan siucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai kenyataan. Contoh, “Saya tidak tahu seluruh saudara saya ingin
menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya.”
3. Waham agama
Individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu agama secara
berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh, “Kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian
putih setiap hari.”
4. Waham somatik
Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau
terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Misalnya, “Saya sakit kanker.” (Kenyataannya pada
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi
pasien terus mengatakan bahwa ia sakit kanker).
5. Waham nihilistik
Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal
dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, ”Ini
kan alam kubur ya, sewmua yang ada disini adalah roh-roh”.
6. Waham sisip pikir
Keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan ke
dalam pikirannya.
7. Waham siar pikir
Keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan
walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang tersebut
8. Waham kontrol pikir
Keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan di luar
dirinya.
C. Fase-fase

Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu :


1. Fase Lack of Human need

2
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis. Secar fisik klien dengan waham dapat terjadi
pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas.
Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan
kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan selft ideal sangat
tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai
seorang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dn diperhitungkan
dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan
bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya
penghargaan saat tumbuh kembang ( life span history ).
2. Fase lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta
dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan
sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah
banyak yang kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih,
berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap
memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self
reality-nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman,
pengaruh, support system semuanya sangat rendah.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa
yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai
dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu
yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk
dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam
hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara
optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa
sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan
secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif

3
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang
lain.

4. Fase environment support


Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan
tidak berfungsinya norma ( Super Ego ) yang ditandai dengan tidak ada
lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri
dan menghindar interaksi sosial ( Isolasi sosial ).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap
waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham
yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-
kebutuhan yang tidak terpenuhi ( rantai yang hilang ). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan
klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan relegiusnya
bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada
konsekuensi sosial.

4
D. Rentang Respon

Adaptif
Maladaptif

 Pikiran logis  Pikiran kadang  Gangguan proses


 Persepsi akurat menyimpang ilusi pikir : waham
 Emosi konsisten  Reaksi emosional  Halusinasi
dengan pengalaman berlebihan dan  Kerusakan emosi
 Perilaku social kurang  Perilaku tidak
 Hubungan sosial  Perilaku tidak sesuai
sesuai  Ketidakaturan
 Menarik diri isolasi sosial

Rentang respons neurobiologis Waham. (sumber : Keliat, 2009).

E. Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari pengalaman
yang menakutkan dengan respon neurobiologist yang maladaptive meliputi:
regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dengan upaya untuk
mengatasi ansietas, proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan
persepsi, menarik diri, pada keluarga: mengingkari.

III. A. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri, orang lain dan


lingkungan

Perubahan Proses Pikir: Waham

Harga Diri Rendah

5
B. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji

Masalah Keperawatan : Perubahan Isi Pikir : Waham


1) Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai kenyataan.
2) Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,
merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat
waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien
tegang, mudah tersinggung.

IV. Diagnosa Keperawatan


 Gngguan Proses Pikir: Waham

V. Rencana Tindakan Keperawatan


Terlampir

6
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Klien Dengan Waham

Nama Klien : Jenis Kelamin :

Ruangan : No. RM :

Pertemuan : SP : (ke 1)

Tangga : Nama Perawat :

I. Proses Keperawatan
A. Kondisi klien
a. Data Subyektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan.
b. Data Obyektif
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri,
orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat
menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.
B. Diagnosa Keperawatan
Perubahan Isi Pikir: Waham
C. Tujuan Khusus
a. Membina hubungan saling percaya
b. Membantu orientasi realita
c. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
d. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
e. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
D. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dg klien
b. Jangan bantah & mendukung waham klien
c. Yakinkan klien berada dalam lingkungan yg aman dan terlindungi:
d. Observasi apakah waham klien mengganggu aktifitas se’hari2 & perawatan
diri.

7
e. Atur situasi agar Klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya

II. Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan


A. ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
Selamat sore ibu perkenalkan nama saya Intan Sri Novelin. Saya senang
dipanggil intan. Saya mahasiswa STIKes Pertamedika yang akan merawat ibu,
saya praktek disini selama satu minggu, mulai tanggal 20 oktober sampai 7
november 2014. Nama ibu siapa? Senangnya dipanggil siapa?
2. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan ibu hari ini? Bagaimana tidurnya semalam?
3. Kontrak
Topik : ibu saya ingin berbincang-bincang tentang kemampuan yang
ibu miliki.
Waktu : ibu kita akan berbincang-bincang jam berapa? Dan berapa
lama? bagaimana jika jam 16.00 sampai 16.10?
Tempat : dimana kita akan berbincang-bincang, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang disini?
Tujuan Interaksi : kita berbincang-bincang agar saling mengenal.

B. KERJA (langkah-langkah tindakan keperawatan)


Ibu sudah berapa lama disini?apa yang ibu rasakan hari ini? Waktu
dibawa kesini ada kejadian apa dirumah? Oow ibu merasa diri ibu
adalahYesus.Saya mengerti dengan yang ibu rasakan.Memang ibu lahir tahun
berapa?Ow Yesus kan lahir sudah lama sekali dan sekarang sudah wafat,
sedangkan ibu masih hidup, iakan? Jadi sebenarnya apa yang sedang ibu
butuhkan untuk kehidupan sehari-hari ibu? Ooh ibu ingin mempunyai kegiatan.
Coba sekarang ibu tulis kegiatan apa saja yang ingin ibu lakukan. Wah bagus
sekali kegiatan yang ibu inginkan.Sekarang ibu pilih 2 kegiatan yang paling ibu
ingin lakukan. Ooh ibu ingin bersih-bersih dan mengobrol. Kalau begitu kita
masukkan kedalam jadwal harian ya bu.Kalau ibu mengerjakannya sendiri beri
tanda M, kalau dibantu suster beri tanda B, kalau tidak dikerjakan beri tanda T.

8
C. TERMINASI
1. Evaluasi respons klien berharap tindakan keperawatan
Evaluasi klien (Subjektif)
Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang – bincang dengan saya dan
menyusun kegiatan harian ibu?
Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement)
Coba ibu sebutkan lagi kegiatan apa saja yang ibu ingin lakukan.
2. Rencana tindak lanjut (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan
yang telah dilakukan)
Saya harap ibu melakukan kegiatan-kegiatan tadi ya dan memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian ya bu.
3. Kontrak Topik yang akan datang :
Topik : Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi dan berbincang –
bincang lagi.
Waktu : Bagaimana kalau kita berbincang- bincang kembali besok
jam 16.00 WIB selama 15 menit, apakah ibu setuju?
Tempat : Mau dimana besok kita berbincang-bincang, bagaimana kau
ditempat ini agi ? Baikah sampai bertemu agi. Selamat
sore Ibu

9
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 2006. Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa. Jakarta :
FIK, Universitas Indonesia
Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo.
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Edisi 1. Bandung,
RSJP Bandung.
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba
Medika
Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .

10

Anda mungkin juga menyukai