Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

LINGUISTIK BANDINGAN ( ANALISIS BAHASA BUGIS DAN BAHASA TORAJA)


DOSEN PENGAMPU : SITI FATHONAH, M.Pd

OLEH :

NAMA : NOVA KALUA

NPM : 1740602101

LOKAL : A3

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan karuniah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah tentang analisis
bahasa Toraja dan bahasa Bugis.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan hasil kerja saya sendiri. Selain itu
Makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembacanya.
Tidak lupa juga saya mengucapkan terimakasih kepada Dosen pengampuh mata kuliah
Linguistik Bandingan Ibu Siti Fathonah, M.Pd dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat dan format penulisan maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki Makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga Makalah tentang analisis bahasa Toraja dan bahasa
Bugis ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dan mempermudah untuk mengetahui materi
Linguistik Bandingan. Saya mengucapkan terimakasih.

Tarakan, 3 September 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................I

DAFTAR ISI..............................................................................................................................II

BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................................................1


B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2

BAB II Tinjauan Pustaka............................................................................................................3

BAB III Hasil dan Pembahasan..................................................................................................4

BAB IV ......................................................................................................................................5

1. Kesimpulan.....................................................................................................................5
2. Saran...............................................................................................................................5

DAFFTAR PUSTAKA...............................................................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG MASALAH
Linguistik bandingan adalah suatu bidang kajian atau disiplin linguistik yang
mengamati, memerikan, dan menjelaskan (mengobservasi, mendeskripsikan, dan
mengeksplanasikan) gejala satu atau dua bahasa atau lebih baik yang satu kurun zaman maupun
tidak berdasarkan sudut pandang historis-diakronis atau sinkronis-deskriptif untuk menemukan
kekerabatan bahasa, keserumpunan bahasa, rumpunrumpun bahasa, bahasa-bahasa induk,
persebaran dan migrasi bahasa, perkembangan dan perubahan bahasa, tipe-tipe struktur bahasa,
dan pengaruh timbal balik antarbahasa dalam proses sejarah.
Tujuan umum kajian linguistik bandingan ialah (1) menemukan keserumpunan dan
kekerabatan bahasa, (2) menemukan rumpun-rumpun bahasa, (3) menemukan bahasa induk
(protolanguage, parent language, ancestor language), (4) menemukan pusat penyebaran
(persebaran) bahasa (negeri asal bahasa, home-land, centre of gravity) dan gerak migrasi
bahasa, (5) menemukan tipologi-tipologi bahasa, dan (6) menemukan pengaruh timbal balik
antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain dalam proses sejarah.
Tujuan pertama, kedua, ketiga, dan keempat merupakan tujuan linguistik bandingan
historis. Tujuan kelima merupakan tujuan linguistik bandingan tipologis. Selanjutnya, tujuan
keenam merupakan tujuan linguistik bandingan areal atau geografis. Sifat kajian linguistik
bandingan, yaitu (a) sinkronis, (b) deskriptif, (c) historis, dan (d) diakronis, di samping (e)
ilmiah. Sinkronis berarti kajian itu bersifat mendatar dan sezaman. Diakronis berarti kajian itu
bersifat menurun dan dua zaman atau lebih. Historis berarti kajian itu bersifat kesejarahan,
dalam arti mengikuti sudut pandang sejarah.

Penelitian dunia Melayu di Indonesia Timur belum banyak diungkap bahkan penelitian
tentang ragam bahasa Melayu di Indonesia Timur belum banyak dilirik orang. Namun, ada
beberapa penelitian yang sudah dilakukan, bahasa Melayu Ambon. Padahal ragam bahasa
Melayu yang ada di Indonesia Timur sangat banyak, seperti yang ada di Pulau Sulawesi. Di
Pulau Sulawesi banyak ditemukan, namun secara garis besar, ragam bahasa Melayu di
Sulawesi ada enam disesuaikan dengan provinsi yang ada. Adapun keenam ragam bahasa
Melayu tersebut adalah ragam bahasa Melayu yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, dan Gorontalo.
Sekalipun ragam ini terpisahkan oleh batas-batas geografi, namun keenamnya
mempunyai persamaan walaupun masing-masing mempunyai kekhasan tersendiri. Di Provinsi
Sulawesi Selatan dan Barat terdapat beberapa bahasa daerah di antaranya adalah bahasa Bugis,
bahasa Makassar, Toraja, dan bahasa Mandar. Bahasa-bahasa tersebut berkembang dan masih
aktif dipakai oleh penuturnya. Bahasa Bugis, bahasa Makassar, dan bahasa Toraja terdapat di
Provinsi Sulawesi Selatan, sedangkan bahasa Mandar terdapat di Sulawesi Barat. Meskipun
bahasa Mandar berada di Sulawesi Barat namun bahasa masuk kelompok bahasa-bahasa
Austronesia.
Ketiga bahasa yang disebutkan di atas terdapat kesamaan dengan bahasa Melayu. Kata
api dalam bahasa Melayu juga api dalam bahasa Bugis, dan bahasa Toraja. Kata baju dalam
bahasa Melayu juga baju begitupun dalam bahasa Bugis, dan Toraja. Demikian pula kata air
dalam bahasa Malayu wae dalam Bugis wai dalam bahasa Toraja Wai.
Dengan memperhatikan banyaknya kesamaan kosakata ketiga bahasa daerah tersebut
dengan bahasa Melayu menjadi daya tarik tersendiri untuk diteliti. Seberapa banyakkah kata
yang sekerabat dari kedua bahasa daerah tersebut dengan bahasa Melayu. Untuk
mengetahuinya digunakan daftar 30 kata. Demikian pula kapan ketiga bahasa tersebut berpisah
dari bahasa induknya. Untuk mengetahuinya digunakan metode leksikostatistik.
Masalah yang Diteliti Masalah yang diteliti adalah jejak bahasa Melayu dalam bahasa
Bugis, dan Toraja. Masalah ini menjadi fokus perhatian penelitian ini bahwa ketiga bahasa
tersebut sangat banyak kemiripannya. Hal ini terlihat jika suku mandar berbicara dapat
dimengerti suku Toraja, demikian pula suku Bugis berbicara dapat dimengerti orang.
2. RUMUSAN MASALAH
a) Apa pengertian dari linguistik bandingan?
b) Mengetahui seberapa banyak (persentase) kemiripan kata bahasa Melayu dengan bahasa
Bugis.
c) Mengetahui seberapa banyak (persentase) kemiripan kata bahasa Melayu dengan bahasa
Toraja.
d) Mengetahui tahun pisah kedua bahasa daerah (Bugis, Toraja) dengan bahasa Melayu.

3. TUJUAN
Melalui makalah ini kita dapat memahami Teoretis Hasil penelitian dan menambah
referensi perbandingan bahasa khususnya bahasa Melayu dengan bahasa Bugis, dan bahasa
Toraja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Orang Melayu di Sulawesi Selatan dan Barat Kedatangan orang-orang Melayu di
Kerajaan Makassar (Kerajaan Gowa) tidak hanya dalam urusan perdagangan dan penyebaran
agama saja, tetapi juga dalam kegiatan sosial budaya. Peranan orang-orang Melayu di Kerajaan
Gowa misalnya, menyebabkan Raja Gowa ke XII, Mangarai Daeng Pamatte Karaeng Tunijallo
membangun sebuah Mesjid di Kampung Mangallekana untuk kepentingan para saudagar
Melayu agar mereka betah tinggal di Makassar, sekalipun ia sendiri belum beragama Islam.
Adanya perkampungan para saudagara Melayu itu membuat struktur kekuasaan Kerajaan
Gowa dibantu juga oleh orang-orang Melayu dan memegang peranan penting di Istana
Kerajaan Gowa.
Hal itu dapat ditemukan dalam untaian kalimat sebagai berikut: 'Kamilah orang-orang
Melayu yang mengajar anak negeri duduk berhadap-hadapan dalam pertemuan adat, mengajar
menggunakan keris panjang yang disebut tatarapang, tata cara berpakaian dan berbagai hiasan
untuk para anak bangsawan" Sejak kedatangan orang-orang Melayu di Tanah Gowa ini budaya
Melayu menyebar. Apalagi sejak tahun 1546 sampai dengan 1565 seorang keturunan Melayu
berdarah campuran Bajo bernama I Mangambari Kare Mangaweang, yang juga dikenal dengan
nama I Daeng
BAB III
PEMBAHASAAN
Linguistik bandingan adalah suatu bidang kajian atau disiplin linguistik yang
mengamati, memberikan, dan menjelaskan (mengobservasi, mendeskripsikan, dan
mengeksplanasikan) gejala satu atau dua bahasa atau lebih baik yang satu kurun zaman maupun
tidak berdasarkan sudut pandang historis-diakronis atau sinkronis-deskriptif untuk menemukan
kekerabatan bahasa, keserumpunan bahasa, rumpunrumpun bahasa, bahasa-bahasa induk,
persebaran dan migrasi bahasa, perkembangan dan perubahan bahasa, tipe-tipe struktur bahasa,
dan pengaruh timbal balik antarbahasa dalam proses sejarah.
Jejak Bahasa Melayu dalam Bahasa Bugis Menurut John Crawfurd dalam bukunya On
the Malayan and Polinesia Language and Race mengemukakan bahwa adanya keserumpunan
bahasa-bahasa yang ada di Nusantara ini (Indonesia). Beliau menyebutkan bahasa-bahasa
Austronesia itu dengan MelayuPolinesia. Kemudian istilah tersebut yang menjadi populer
untuk menyebut keserumpunan bahasa-bahasa dari semenanjung Melayu sampai Polinesia.
Bahasa Bugis salah satu bahasa yang masuk dalam rumpun bahasa-bahasa Austronesia Barat
daya. Untuk melihat jejak bahasa Melayu yang ada dalam bahasa Bugis digunakan 200 daftar
kata dari Morris Swadess. Setelah dibandingkan ternyata banyak kesamaannya hanya beberapa
peristiwa bahasa sehingga keduanya berbeda (Parera, 116-120). Berdasarkan daftar tersebut
terdapat 72 kata yang mirip, di antaranya 11 kata yang sama. Analisis 200 Kata Morris Swadesh
Kata yang Sama.

HASIL
Berikut ini hasil keserumpunan bahasa Melayu, bahasa Bugis dan bahasa Toraja.

No Bahasa Indonesia Bahasa Toraja Bahasa Bugis

1 Makan Kumande Mandre


2 Nika Tonika Mabotting
3 Pergi Male Lao
4 Bukan Tanggia Tania
5 Dia Kalena Alena
6 Siapa Inda Niga
7 Apa Matumbai Aga
8 Sedikit Sido’ Ce’de
9 Satu Misa’ Siddi,
10 Dua Da’dua Duwa
11 Tiga Da’tallu Tellu
12 Empat A’pa, Eppa
13 Lebar Kalua Mallebba’
14 Besar Kapua Maloppo
15 Panjang Kalando Malampe
16 Tebal Makamban Maumpe’
17 Kecil Kabittik Mabiccu’
18 Tipis Manippik Manipi’
19 Anak Anak,na Ana’
20 Ayah Ambe’ Ambo’
21 Telur Tallo Tello
22 Rambut Buliak Belua
23 Muntah Tilua Tallua
24 Lihat Mentiro Makkita
25 Tidur Mamma’ Matinro
26 Jalan Ma’lingka Jokka
27 Hujan Uran Bosi
28 Dekat Mandappik Macawe
29 Jauh Mambela Bela
30 Dalam Lan Laleng
BAB IV
KESIMPULAN
Linguistik bandingan adalah suatu bidang kajian atau disiplin linguistik yang
mengamati, memerikan, dan menjelaskan (mengobservasi, mendeskripsikan, dan
mengeksplanasikan) gejala satu atau dua bahasa atau lebih baik yang satu kurun zaman maupun
tidak berdasarkan sudut pandang historis-diakronis atau sinkronis-deskriptif untuk menemukan
kekerabatan bahasa, keserumpunan bahasa, rumpunrumpun bahasa, bahasa-bahasa induk,
persebaran dan migrasi bahasa, perkembangan dan perubahan bahasa, tipe-tipe struktur bahasa,
dan pengaruh timbal balik antarbahasa dalam proses sejarah.
Tujuan umum kajian linguistik bandingan ialah:
a) menemukan keserumpunan dan kekerabatan bahasa,
b) menemukan rumpun-rumpun bahasa,
c) menemukan bahasa induk (protolanguage, parent language, ancestor language),
d) menemukan pusat penyebaran (persebaran) bahasa (negeri asal bahasa, home-land, centre
of gravity) dan gerak migrasi bahasa,
e) menemukan tipologi-tipologi bahasa, dan
f) menemukan pengaruh timbal balik antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain dalam
proses sejarah.
Bahasa Bugis, dan Toraja adalah bahasa-bahasa daerah yang ada di Sulawesi Selatan
dan Barat. Kedua bahasa daerah tersebut masih tumbuh dan digunakan di Indonesia. Kedua
bahasa tersebut mempunyai kesamaan bahasa. Berdasarkan kosakata daftar 30 kata , kosakata
yang mirip total dengan bahasa Melayu adalah bahasa Bugis 4 , dan bahasa Toraja 5 kata.
Adapun jumlah kata yang mirip secara keseluruhan dari 2 bahasa dengan bahasa
Melayu adalah: bahasa Bugis 7 kata, dan bahasa Toraja 9 kata. Tahun pisah keempat bahasa
tersebut adalah: bahasa Bugis 415 Masehi atau sebelum Masehi, bahasa Makassar 165 M atau
sebelum M, bahasa Mandar 165 M atau SM, dan bahasa Toraja 5 Masehi. 5.1 Saran Penelitian
tentang bahasa Melayu dan bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia perlu dilanjutkan secara
menyeluruh.

SARAN
Dalam penyusunan makalah ini, saya banyak mendapat tantangan dan hambatan yang
dikarenakan kekuranagan pengetahuan dan pengalaman. Akan tetapi, kegigihan dan usaha
akhirnya dapat teratasi.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari segi penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran yang membangun sangat saya
butuhkan dari semua pihak, agar dalam penyusunan makalah kedepannya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Parera. J. D. (1983). Pengantar Linguistik Umum: Kisah Zaman, Seri A. Ende-Flores Nusa
Indah. Robins, R.H. (1992). Linguistik Umum: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius dan
ILDEP.
Ba'dulu, A. Muis. 1980. "Interferemsi Gramatikal Bahasa Mandar dalam bahasa Indonesia
Murid Sekolah Dasar di Sulawesi Selatan." Laporan Penelitian IKIP Makassar
Collins, James. 2008. "Sejarah, Diversitas, dan Kompleksitas bahasa Melayu di Indonesia
Timur, Pusat
Studi Melayu Unhas.Keraf, Gorys. 1990. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta, Gramedia.
Muthalib, Abdul. 1986. Sistem Perulangan Bahasa Mandar. Makassar. Proyek Penelitian
Bahasa dan Sastra Indonesia, Sulawesi Selatan.
Parera, Jos Daniel. 1991. Kajian Lingusitik Umum Historis Komparatif dan Tipologi
Struktural. Jakarta, Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai