Anda di halaman 1dari 7

EJAAN

A. Pengertian
Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaedah pelambangan bunyi bahasa pemisahan,
penggabungan,dan penulisannya dalam suatu bahasa. Batasan tersebut menunjukkan
pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja.Mengeja adalah kegiatan melafalkan
huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas
dari sekadar masalah pelafalan.Ejaan mengatur kesuluruhan cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf,kata,dan tanda baca sebagai sarananya.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan
keseragaman bentuk,terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada
ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang mengemudi kendaraan,ejaan adalah rambu lalu
lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi.Seperti itulah kiranya hubungan antara
pemakai bahsa dan ejaan.
Ejaan sebagai pedoman berbahasa yang saat ini digunakan sebagai tolak ukur, tercipta tidak
luput dari hasil kesepakatan bersama oleh seluruh komponen bangsa. Berbagai macam ejaan
pernah diterapkan di Indonesia sebelumnya, hingga kini ditetapkan ejaan yang lebih sempurna.
Adapun ejaan-ejaan yang dimaksud adalah Ejaan Van Ophuysen, Ejaan Republik/ Ejaan
Suwandi, dan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
B. Sejarah Ejaan Bahsa Indonesia
Pada awal mulanya,bahasa indonesia belum memiliki standrisasi penggunaan huruf,tulisan
dan tanda baca.Hingga pada akhirnya pada tahun 1901 seorang bernama Van Ophuysen
merancang ejaan melayu dengan tulisan latin,sehingga lahirlah ejaan Van Ophuysen.Dalam
perancangannya,Van ophuysen dibantu oleh dua orang,yaitu Engku Nawawigelar Soetan
Makmur dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
Pada tahun 1938,dalam kongres bahasa Indonesia I di solo,terdengar keinginan untuk
menyempurnakan ejaan Van Ophuysen.Sehingga pada tahun 1945 ketika indonesia sudah
merdeka,ejaan Van Ophuysen mengalami beberapa perubahan.Dengan dipelopori oleh mentri
pendidikan,pengajaran dan kebudayaan republik Indonesia saat itu,yaitu Mr.Soewandi,melalui
keputusan mentri pendidikan,pengajaran dan kebudayaan,pada tanggal 15 april 1947
diresmikanlah ejaan baru yang diberi nama Ejaan Republik menggantikan Ejaan Van
Ophuysen.
Upaya untuk menyempurnakan ejaan bahasa indonesia terus berlanjut,sehingga pada bulan
desember 1959,Indonesia bekerjasama dengan rumpun bahasa Melayu untuk membentuk
ejaan Melindo.Dari kerjasama ini terbentuklah ejaan Melindo yang diharapkan dapat
digunakan oleh kedua negara dengan tempo paling lambat yaitu bulan januari 1962.Akan
tetapi,dikarenakan politik kedua negara yang kurang baik,sehingga penggunaan ejaan melindo
dinyatakan gagal.
Pengembangan ejaan bahasa indonesia terus berlanjut,hingga pada akhirnya,dengan
keputusan presiden No.57 tahun1972,pada tanggal 16 agustus 1972,diresmikanlah penggunaan
ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan bisa disingkat dengan EYD.Adapun upaya yang
dilakukan oleh departemen pendidikan dan kebudayaan dalam mengenalkan ejaan tersebut
dengan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan.
Pada tahun 2015,terciptalah ejaan bahasa indonesia yang baru,yaitu Ejaan Bahasa
Indonesia yang disingkat dengan “EBI”.Berdasarkan peraturan Mentri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia no 50 tahun2015 tentang pedoman umum ejaan bahasa
Indonesia,maka ditetapkanlah penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia menggantikan Ejaan Yang
Disempurnakan.Dalam tatanan Ejaan Bahasa Indonesia tidak banyak perbedaan dengan Ejaan
Yang Disempurnakan,hanya terdapat penambahan huruf Diftong,yaitu huruf ei sehingga huruf
diftong menjadi empat huruf,yaitu ai,ei,au,dan oi.Selain penambahan huruf Diftong juga
terdapat beberapa aturan dalam penggunaan huruf tebal dan huruf tipis.

C. Macam – macam Ejaan


1. Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat pengguna bahasa
menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947.Ejaan ini merupakan karya Ch.A. Van
Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat Melayoe (1901). Ciri khusus ejaan Van Ophuysen:
Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti
oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan
Belanda, antara lain:
Huruf (u) ditulis (oe).Komahamzah (k) ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata misalnya bapa’,
ta’Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i), maka di atas akhiran
itu diberi tanda trema (”)Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnyaKata ulang
diberi angka 2, misalnya: janda2 (janda-janda)Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
Dirangkai menjadi satu, misalnya (hoeloebalang, apabila)Dengan menggunakan tanda
penghubung misalnya, (rumah-sakit)Dipisahkan, misalnya (anaknegeri).
Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa huruf tersebut
dibaca sebagai satu suku kata, bukan dipotong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat
ini. Kebanyakan catatan tertulis Bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf Arab yang
dikenal sebagai tulisan Jawi.

2. Ejaan Republik/Ejaan Suwandi


Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mr.
Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret 1947.Sebab ejaan ini disebut sebagai Ejaan
Suwandi. Sistem ejaan suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk Bahasa Indonesia.
Ciri khusus Ejaan Republik/ Suwandi :
Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u).Tanda trema pada huruf (a) dan (i)
dihilangkan.Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k)
misalnya kata’ menjadi katak.Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda
khusus, misalnya ejaan, seekor, dsb.Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara.
Contohnya :
a. Berlari-larian
b. Berlari2-an
3. Ejaan Malindo
Ejaan Malindo (Melayu-Indonesia) adalah suatu ejaan dari perumusan ejaan melayu dan
Indonesia.Perumusan ini berangkat dari kongres Bahasa Indonesia tahun 1954 di Medan,
Sumatera Utara.Ejaan Malindo ini belum sempat diterapkan dalam kegiatan sehari-hari karena
saat itu terjadi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia.
4. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan/EYD
Pada Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan
pemakaianEjaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden
No. 57,Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang
berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian
ejaan itu.

D. Huruf-Huruf Ejaan
Dalam penggunaan huruf ejaan,terdapat 26 huruf dengan fonem tertentu,dan dibagi
menjadi dua bagian yaitu huruf vokal dan huruf konsonan.Menurut pengertiannya huruf vokal
adalah ujaran yang keluar dengan lantang tanpa hambatan,dan huruf konsonan adalah huruf
mati yang berjumlah 21 selain vokal.Huruf vokal terdiri dari 5 huruf yait: a,e,i,u,o,adapun
huruf konsonan terdiri 21 huruf yaitu,b,c,d,f,g,h,j,k,l,m,n,p,q,r,s,t,u,v,w,x,y,z.
Selain daripada huruf vokal dan konsonan terdapat huruf Diftong atau huruf vokal
rangkap.Huruf diftong adalah penggabungan antara dua huruf vokal yang menghasilkan bunyi
rangkap,huruf diftong terdiri dari 4 huruf yaitu,ai,ei,au,dan oi.Dalam huruf konsonan juga
terdapat huruf konsonan rangkap yang terdiri dari
kh,ng,ny,sy.Contohnya,nyanyi,khasiat,syaraf,lambang,dsb.
Berikut adalah huruf-huruf Ejaan Bahasa Indonesia yang sudah meliputi huruf vokal dan
huruf-huruf konsonan beserta International Phonetic Alphabet-nya:

Huruf Huruf Huruf Huruf


IPA IPA
besar kecil besar kecil
A a /a/ N n /n/
B B /b/ O o /o/
C c /tʃ/ P p /p/
D D /d/ Q q /k/
E e /e, ɛ, ə/ R r /r/
F F /f/ S s /s/
G G /ɡ/ T t /t/
H H /h/ U u /u/
I i /i/ V v /v, f/
J j /dʒ/ W w /w/
K K /k/ X x /ks/
L l /l/ Y y /j/
M m /m/ Z z /z/

E. Berikutnya adalah contoh-contoh dari huruf Diftong serta contoh penggunaannya:


Contoh Pemakaian Dan
Huruf Letaknya
Diawal Ditengah Diakhir
Ai Aib Baik sungai
Ei Eiger Geiser survei
Au Audisi Saudara pulau
Oi Oi Toilet koboi

F. Penulisan Huruf Kapital Dan Huruf Miring


Penulisan kata dalam Ejaan Bahasa Indonesia menyangkut beberapa hal
diantaranya,pemakaian huruf besar dan huruf miring.Penggunaan huruf kapital atau huruf
besar dapat dipakai pada saat hal-hal berikut.
1. Penggunan huruf kapital pada awal kata di awal kalimat. Contoh: Pagi hari ini saya akan
pergi ke pasar.
2. Ungkapan terkait nama Tuhan dan kitab suci. Contoh :Allah, Alqur’an,Yang Maha
Melihat.
3. Nama kebesaran atau gelar kehormatan dan keagamaan. Contoh: Nabi Muhammad, Haji
Agus Salim.
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Contoh: Kakak bertanya,
“Kapan kita ke taman safari?”
5. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama gelar jabatan dan pangkat. Contoh:Mentri
Pertanian,Presiden Jokowi.
6. Digunakan saat penulisan nama orang. Contoh: Muhammad Fahmi.
7. Dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Contoh: Dalam hal
ini Bangsa Indonesia, Suku Jawa.
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah. Contoh: tahun Gajah,bulan Mei,Perang Diponegoro.
G. Berikutnya adalah pembahasan tentang penggunaan huruf miring, penggunaan huruf
miring dapat digunakan pada saat hal-hal berikut.
1.Huruf miring dipakai untuk menuliskan nama buku,majalah,dan surat kabar yang dikutip
dalm karangan.
Misalnya: Majalah Inovasi,surat kabar Kompas.
2.Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau menghususkan huruf,bagian kata,atu
kelompok kata.
Misalnya: Huruf pertama kata Allah ialah a,dia bukan menipu,melainkan ditipu.
3.Huruf miring digunakan untuk menulisakn kata nama ilmiah atau ungkapan asing.
Misalnya:Nama ilmiah padi ialah Oriza sativa,Politik devide et impera pernah merajalela.
H. Penggunaan Tanda Baca
A. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat bukan pertanyaan atau seru.
Misalnya: Anak kecil itu menangis.
2. Dipakai di belakang angka atau huruf pengodean suatu judul bab dan subbab.
Misalnya: Departemen Dalam Negri, Isi Karangan.
3. Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka,jam,menit,dan detik yang
menunjukkan waktu. Misalnya: pukul 12.10.20 (pukul 12 lewat 10 menit 20 detik)

B. Tanda Koma (,)


1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya: Reni membeli permen,roti,dan air mineral.
2. Tanda koma digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu dan kalimat
setara berikutnya Yang didahului oleh tetapi atau melainkan. Misalnya: Saya ingin
datang,tetapi hari hujan.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat.

Anak Kalimat Induk Kalimat


Jika hujan tidak reda, saya tidak akan pergi.
Karena sedang sakit, Umar tidak bisa hadir.

C. Tanda Tanya (?)


1. Tanda tanya digunakan pada akhir kalimat. Contoh: Kapan Akrom wisuda? Saudara
paham,bukan?
2. Tanda tanya digunakan dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikaan Kebenarannya. Contoh: Siti Aminah dilahirkan pada tahun 2000 (?)
D. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berua seruan perintah.
Misalnya: Jangan nyalakan lampu!,Merdeka!

E. Tanda Kurung ((.....))


1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya: Pemakalah hari ini mengambil referensi dari KBBI (Kamus Besar
Bahasa Indonesia)
2. Tanda kurung digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian integral Pokok pembicaraan. Misalnya: Kumpulan puisi L.K. Ara yang
berjudul “Laut Tawar” (nama danau di Aceh) ditulis tahun 1982.
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam
teks dapat dihilangkan. Misalnya: Pejalan kaki itu berasal dari (daerah) Baduy.
F. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk. Misalnya: Ayah membaca buku;
ibu sibuk mengetik; adik menghafal nama-nama hewan; saya sendiri sibuk
menonton siaran sepakbola
2. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan unsur-unsur dalam kalimat
kompleks yang tidak cukup dipisahkan dengan tanda koma demi memperjelas arti
kalimat secara keseluruhan. Misalnya: Masalah kenakalan remaja bukanlah
semata-mata menjadi tanggung jawab orang tua, guru,polisi,atau dinas sosial;
sebab sebagian besar penduduk negri ini terdiri atas anak-anak, dan pemuda
dibawah umur 21 tahun.
3. Tanda titik koma digunakan dalam perincian berbentuk frasa yang di paparkan
secara vartikal. Misalnya: Syarat untuk menjadi karyawaan adalah
1. Berijazah minimal SLA;
2. Berdomisili di DKI Jakarta;
3. Berbadan sehat;
G. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
perincian. Contoh: Saya memerlukan alat tulis; pensil,penggaris,penghapus,dan kerta
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian
Contoh: Ketua : Muhammad Fahmi
Sekretaris : Rosalina
Bendahara : Angelina
H. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung berfungsi untuk menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah
oleh pergantian baris. Misalnya : disamping program lama ada juga prog-
Ram yang baru
2. Tanda hubung dipakai untuk menyambung huruf kata yang dieja satu-satu ataupun
bagian-bagian Tanggal,bulan,tahun. Misalnya: r-e-f-o-r-m-a-s-i
3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Contoh: tanda-tanda,kata-
kata,satu-satu.
4. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang
diawali dengan Huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –a Contoh:
se-Asia,hari-H,hadiah ke-3,tahun 60-an,mem-PHK-kan,sinar-X.
I. Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor alamat dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam periode. Misalnya: No: 7/PK/VIII/2002.
2. Tanda garis miring digunakan sebagai pengganti kata atau dan tiap.
Misalnya:dikirimkan lewat darat/laut, biaya fotokopi Rp.90,00/lembar
J. Tanda Petik (“....”)
1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan dan naskah bahan tertulis lain. Contoh: “Saya belum siap”,kata
sandra, “tunggu sebentar!”
2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul syair,karangan atau bab buku yang
diacu dalam kalimat Sajak “Berdiri Aku” adalah ciptaan penyair Amir Hamzah.

DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Lamuddin Finoza. Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa. Jakarta:
Diksi Insan Mulia, 2007.
Drs. Marwoto, Ms. Dra. Suyatmi, Drs. Suyitno. Komposisi Praktis. Yogyakarta: PT. Hanindita
Offset.

INTERNET
https://en.wiktionary.org/wiki/Wiktionary:International_Phonetic_alphabet
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ejaan_yang_Disempurnakan
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Bahasa_Indonesia

Anda mungkin juga menyukai