Anda di halaman 1dari 21

1.

EJAAN
1.1 Pengertian Ejaan
Hakikat bahasa adalah bahasa lisan. Bahasa tulis merupaka turunan dari
bahasa lisan. Perbedaan antara ragam tulis dan lisan adalah bahsa lisan terutama yang
tidak baku, sangat simpel.
Menurut KBBI (2005: 285) ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-
bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda
baca.
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut
menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah
kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem
aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur
keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa.
Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ejaan
yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang disempurnakan (EYD).EYD mulai
diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972.EYD (Ejaan yang Disempurnakan)
merupakan tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa
Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf
miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang
disempurnakan. Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang
menyempurnakan sebuah karya tulis. Singkatnya EYD digunakan untuk membuat
tulisan dengan cara yang baik dan benar.

1.2 Fungsi Ejaan 

Ejaan memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai berikut :


a. Sebagai landasan pembakuan tata bahasa.
b. Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan.
c. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia.
d. Secara praktis, ejaan berfungsi untuk membantu pemahaman pembaca di dalam
mencerna informasi yang disampaikan secara tertulis. 

1.3 Sejarah Perkembangan Ejaan 

Kedudukan bahasa Indonesia yaitu sebagai bahasa Nasional seperti dalam


ikrar sumpah pemuda sebagai alat pemersatu bangsa dalam suku yang berbeda-beda,
dan bahasa negara yang tercantum dalam UUD ’45 terutama sebagai bahasa
pengantar di dunia pendidikan.Namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya
zaman, begitupun bahasa yang terus mengalami perubahan dan perkembangan ragam
dan variasi bahasa karena fungsi, kedudukan, serta lingkungan yang berbeda-beda.
Mulanya bahasa Indonesia ditulis dengan tulisan latin-romawi mengikuti ejaan
Belanda.
Bahasa Indonesia yang awalnya berakar dari bahasa Melayu sudah memiliki aksara
sejak beratus tahun yang lalu, yaitu aksara Arab Melayu. Di Nusantara ini, bukan saja aksara
Arab Melayu yang kita kenal. Kita juga mengenal aksara Jawa, aksara Sunda, aksara Bugis,
aksara Bali, dan masih banyak lagi aksara lainnya.

 Ejaan yang diresmikan


a.  Ejaan Van Ophuijsen
Aksara Arab Melayu dipakai secara umum di daerah Melayu dan daerah-daerah  yang
telah menggunakan bahasa Melayu. Akan tetapi, karena terjadi kontak budaya dengan
dunia Barat, sebagai akibat dari kedatangan orang Barat dalam menjajah di Tanah
Melayu itu, di sekolah-sekolah Melayu telah digunakan aksara latin secara tidak terarah.
Oeh sebab itu, pada tahun 1900, menurut C.A. Mees (1956:30), Van Ophuijsen, seorang
ahli bahasa dari Belanda mendapat perintah untuk merancang suatu ejaan yang dapai
dipakai dalam bahasa Melayu, terutama untuk kepentingan pengajaran. Jika penyususnan
ejaan itu tidak cepat-cepat dilakukan, dikhawatirkan bahwa sekolah-sekolah  tersebut
akan menyusun dengan cara yang tidak terarah sehingga akan muncul kekacauan dalam
ejaan tersebut.
Dalam menyusun ejaan tersebut, Van Ophuijsen dibantu oleh dua orang pakar bahasa
dari Melayu, yaitu Engkoe Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Thaib Soetan
Ibrahim. Dengan menggabungkan dasar-dasar ejaan Latin dan Ejaan Belanda, Van
Ophuijsen dan teman-teman berhasil membuat ejaan bahasa Melayu, yang ejaan tersebut
biasa disebut sebagai “Ejaan Van Ophuijsen”. Ejaan tersebut diresmikan pada tahun
1901.Ejaan van Ophuijsen dipakai selama 46 tahun, lebih lama dari Ejaan Republik, dan
baru diganti setelah dua tahun Indonesia merdeka. 
Beberapa ejaan yang ada dalam Ejaan Van Ophuysen antara lain sebagai berikut :
-Huruf y ditulis dengan j            
Misalnya :
Sayang : Sajang; Saya : Saja
-Huruf u ditulis dengan oe
Misalnya :
Umum : Oemoem; Sempurna : Sempoerna
-Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma diatas
Misalnya :
Rakyat : Ra’yat; Bapak : Bapa’
-Huruf j ditulis dengan dj 
Misalnya :
Jakarta : Djakarta; Raja : Radja
-Huruf c ditulis dengan tj
Misalnya :
Pacar : Patjar; Cara : Tjara
-Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch
Misalnya :
Khawatir : Chawatir; Akhir : Achir

b.  Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)


Beberapa tahun sebelum Indonesia merdeka yakni pada masa pendudukan Jepang,
pemerintah sudah mulai memikirkan ejaan kita yang tidak mampu mengikuti
perkembangan ejaan internasional. Oleh sebab itu,  Pemerintah melalui Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan melakukan pengubahan ejaan untuk menyempurnakan ejaan
yang dirasa sudah tidak sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh
sebab itu, pada tahun 1947 muncullah sebuah ejaan yang diresmikan oleh Menteri
Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. Soewandi, pada tanggal
19 Maret 1947 yang disebut sebagai Ejaan Republik. Karena Menteri Pendidikan
Pengajaran dan Kebudayaan adalah Dr. Soewandi, ejaan yang diresmikan itu disebut
juga sebagai Ejaan Soewandi. Hal-hal yang menonjol dalam Ejaan Soewandi atau Ejaan
Republik itu adalah sebagai berikut :
-Huruf /oe/ diganti dengan /u/, seperti dalam kata berikut:
goeroe menjdi guru; itoe menjadi itu; oemoer menjdi umur
-Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan /k/, seperti dalam kata berikut :
Pa’ menjadi Pak; ma’lum menjadi maklum; ra’yat menjadi rakyat
-Angka dua boleh dipakai untuk menyatakan pengulangan, seperti kata berikut:
anak-anak menjadi anak2; berlari-larian menjadi ber-lari-2an; berjalan-jalan menjadi ber-
jalan2
-Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, seperti berikut :
Diluar (kata depan), dikebun (kata depan), ditulis (awalan), diantara (kata depan),
disimpan (awalan), dipimpin (awalan), dimuka (kata depan), ditimpa (awalan), disini
(kata depan).
-Tanda trema tidak dipakai lagi sehingga tidak ada perbedaan antar suku kata diftong,
seperti kata berikut:
Didjoempaϊ menjadi didjumpai; Dihargaϊ menjadi dihargai; Moelaϊ menjadi mulai
-Tanda aksen pada huruf e tidak dipakai lagi, seperti pada kata berikut
ekor menjadi ekor; heran mejadi heran; merah menjadi merah; berbeda menjadi berbeda
-Di hadapan tj dan dj, bunyi sengau ny dituliskan sebagai n untuk mengindahkan cara
tulis, contoh:
Menjtjuri menjdi mentjuri; Menjdjual menjadi mendjual
-Ketika memotong kata-kata di ujung baris, awalan dan akhiran dianggap sebagai suku-
suku kata yang terpisah, contoh:
be-rangkat menjadi ber-angkat; atu-ran menjadi atur-an

c.  Ejaan Yang Disempurnakan

Pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia (Bapak Soeharto)


meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang lazim
disingkat dengan EYD. Peresmian ejaan tersebut berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 57 Tahun 1972. Dengan dasar itu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang memuat berbagai patokan pemakaian ejaan yang baru. Buku yang
beredar yang memuat kaidah-kaidah ejaan tersebut direvisi dan dilengkapi oleh suatu
badan yang berada di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang diketuai
oleh Prof. Dr. Amran Halim dengan dasar surat keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tanggal 12 Oktober 1972, Nomor 156/P/1972. Hasil kerja komisi tersebut
adalah berupa sebuah buku yang berjudul Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang diberlakukan dengan surat keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 0196/1975. Bersama buku tersebut, ada sebuah buku yang berfungsi
sebagai pendukung buku yang pertama, yaitu buku Pedoman Umum Pembentukan
Istilah. Badan itu bernama Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang sekarang
bernama Pusat Bahasa.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia
yang disempurnakan itu adalah sebagai berikut :
Ø  Huruf yang berubah fungsi adalah sebagai berikut
a.    /dj/ djalan menjadi /j/ jalan
b.    /j/ pajung menjadi /y/ payung
c.    /nj/ njanji menjadi /ny/ nyanyi
d.    /sj/ isjarat menjadi /sy/ isyarat
e.    /tj/ tjukup menjadi /c/ cukup
f.     /ch/ achir menjdi /kh/ akhir
Ø  Peresmian penggunaan huruh berikut yang sebelumnya belum resmi adalah :
a.    pemakaian huruf /f/ dalam kata maaf, fakir
b.    pemakaian huruf /v/ dalam kata universitas, valuta
c.    pemakaian huruf /z/ dalam kata lezat, zeni
Ø  Huruf yang hanya dipakai dalam ilmu eksakta, adalah sebagai berikut:
a.    pemakaian huruf /q/ dalam rumus a:b = p:q
b.    pemakaian huruf /x/ dalam istilah Sinar-X
Ø  Penulisan di- sebagai awalan dan penulisan di sebagai kata  depan dilakukan seperti
berikut :
a.  penulisan awalan di- diserangkaiakan dengan kata yang mengikutinya, seperti
dimakan, dijumpai
b.  penulisan kata  depan di dipisahkan dengan kata yang mengikutinya, seperti di muka,
di pojok, di antara.
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan itu terdapat pembicaraan yang
lengkap, yaitu:
1.  pembicaraan tentang nama dan penulisan huruf
2.  pembicaraan tentang pemakaian huruf
3.  pembicaraan tentang penulisan kata
4.  pembicaraan tentang penulisan unsur serapan
5.  pembicaraan tentang pemakaian tanda baca.
Dengan adanya Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan itu kini kita dapat
merasakan bahwa ejaan bahasa kita sudah tidak perlu diubah lagi. Jika ada hal-hal yang
perlu dimasukkan ke dalam ejaan yang selama ini tidak diatur dalam ejaan tersebut,
cukup ejaan itu direvisi dalam edisi berikutnya.

3.2 Ejaan yang tidak diresmikan


1.  Ejaan Melindo

Pada akhir tahun 1950-an para penulis mulai pula merasakan kelemahan yang
terdapat pada Ejaan Republik itu. Ada kata-kata yang tidak sesuai dengan penulisan
karena ada satu bunyi bahas yang dilambangkan dengan dua huruf, seperti dj, tj, sj, ng,
dan ch. Para pakar bahasa menginginkan satu lamabang untuk satu bunyi. Gagasan
tersebut dibawa ke dalam pertemuan dua Negara, yaitu Indonensia dan Malaysia.  Dari
pertemuan itu, pada akhir tahun 1959 Sidang Perutusan Indonensia dan Melayu
(Slametmulyana dan Syeh Nasir bin Ismail, masing-masing berperanan sebagi ketua
perutusan) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama
Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia).  
Konsep bersama itu memperlihatkan bahwa satu bunyi bahasa dilambangkan dengan
satu huruf. Salah satu lambang itu adalah huruf j sebagai pengganti dj, huruf c sebagai
pengganti huruf tj, huruf η sebagai pengganti ng, dan huruf ή sebagai pengganti nj.
Sebagai contoh :
sejajar sebagai pengganti sedjadjar
mencuci sebagai pengganti mentjutji
meηaηa  sebagai pengganti dari menganga
berήaήi sebagai pengganti berjanji
Ejaan Melindo tidak pernah diresmikan. Di samping terdapat beberapa kesukaran
teknis untuk menuliskan  beberapa huruf, politik yang terjadi pada kedua negara antara
Indonesia-Malaysia tidak memungkinkan untuk meresmikan ejaan tersebut. Berbagai
gagasan tersebut dapat digunakan dalam Ejaan bahasa Indonensia yang disempurnakan
yang berlaku saat ini.

4. Ruang lingkup Ejaan dalam Bahasa Indonesia


Secara garis besar, ruang lingkup ejaan terdiri dari:
A. Pemakaian Huruf
Nama huruf bahasa Indonesia seperti yang kita kenal dengan huruf abjad dan ada juga
penggabungan untuk melambangkan diftong seperti: Au(harimau), atau penggabungan
khusus, seperti: ng(lambang). Ejaan Indonesia menggunakan ejaan fonemis dimana
hanya ada satu bunyi utuk satu lambang, lain dengan bahasa Inggris yang satu lambang
memiliki beberapa bunyi.
Karena bahasa Indonesia menggunakan satu sistem ejaan, pada dasarnya lafal
singkatan dan kata mengikuti bunyi nama huruf secara konsisten, seperti:
bus(dibaca:bus)
Yang harus diperhatikan dalam persukuan (pemenggalan kata),

1. Menggunakan tanda hubung,

2. Tidak memenggal kata dengan garis bawah,

3. Hindari penggalan satu huruf. Begitupun dengan nama orang, hanya dibenarkan dengan
memisahkan nama pertama dan nama kedua.
B. Penulisan Huruf
Huruf terdiri dari: huruf kapital dan huruf miring.
1.Huruf kapital digunakan sebagai:

-Huruf pertama kata pada awal kalimat.

Contoh: Dia membaca buku.

-Huruf pertama petikan langsung.

Contoh:” Kemarin engkau terlambat,” katanya.

-Huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan,
kitab suci, dan Tuhan, dan kata gantinya.

Contoh: Yang Maha Kuasa, Alkitab, Islam, kehendak-Nya.


-Huruf pertama gelar kehormatan atau keturunan yang diikuti nama orang.

Contoh: Haji Agus Salim, Imam Syafi’i, Mahaputra Yamin.


-Huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang.

Contoh: Selamat datang, Yang Mulia.


-Huruf pertama unsur nama orang termasuk julukan.

Contoh: Dewa Pedang, Amir Hamzah.


-Huruf pertama hubungan kekerabatan.

Contoh: Surat Saudara sudah saya terima.

-Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

Contoh: bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Lampung.

-Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.

Contoh: bulan Agustus, bulan Maulid, hari Lebaran.

-Huruf pertama nama geografi dan unsur-unsur nama peristiwa sejarah.

Contoh: Amerika Serikat, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

-Huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.

Contoh: Dr. (doktor), S.E. (sarjana ekonomi).

2. Huruf miring digunakan sebagai:

-Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, nama, majalah, atau
nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.

Contoh: Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama karangan Prapanca.

Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat kebangsaan.


Sugiarto, Eko. 2012. Master Skripsi Plus. Yogyakarta: Khitah Publishing.

-Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau
bahasa asing.

Contoh: Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia Mangostana.

Orang tua harus bersikap tut wuri handayani terhadap anak.

-Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata.

Contoh: Huruf pertama kata abad adalah a.

Dia bukan menipu, melainkan ditipu.

C. Penulisan Kata
Pedoman penulisan kata meliputi sebelas hal, yaitu kata dasar; kata berimbuhan;
bentuk ulang; gabungan kata; suku kata; kata depan di, ke, dan dari; partikel; singkatan dan
akronim; angka dan bilangan; kata ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya; serta kata si dan sang.

-Kata dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Contoh: Buku itu sangat menarik.

-Kata berimbuhan

Kata berimbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran).

Contoh: berjalan, gemetar, lukisan, dipermainkan.

-Imbuhan dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau
kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.

Contoh: mem-PHK-kan, di-PTUN-kan, di-upgrade, me-recall.

-Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

Contoh: mahasiswa, prasangka, antarkota.

Bentuk Ulang

-Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.

Contoh: anak-anak, berjalan-jalan, lauk-pauk.

-Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan kata ulang.

Contoh: kekanak-kanakan, perundang-undangan, memata-matai.

Gabungan Kata
-Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, ditulis
terpisah.

Contoh: duta besar, kambing hitam.

-Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan
menambahkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.

Contoh: anak-istri Ali, anak istri-Ali.

-Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat awalan atau
akhiran.

Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi.

-Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.

Contoh: dilipatgandakan, pertanggungjawaban.

-Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.

Contoh: acapkali, manakala, barangkali.

Pemenggalan Kata

-Pemenggalan kata pada kata dasar

Contoh: bu-ah, pan-dai, ba-pak, makh-luk, ben-trok.

Kata Depan

-kata depan di

Contoh: di rumah, di kantor, diminum, diambil.

-Kata depan ke

Contoh: ke pasar, keterampilan, ketiga.

Catatan: Sebagai pedoman, umumnya di dan ke ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya
(sebagai kata depan) jika di dan ke tersebut dapat diganti dengan kata dari.

Contoh: di sini, ke sini > dari sini

Partikel

-Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Contoh: Bacalah buku itu bak-baik!

-Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

Contoh: Hendak pulang tengah malam pun masih ada kendaraan.


-Partikel yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Contoh: Mereka mask ke dalam ruang satu per satu.

Singkatan dan Akronim

Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.

Dalam penulisan singkatan berlaku ketentuan sebagai berikut.

-Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik pada
setiap unsur singkatan itu.

Contoh: A.H. Nasution (Abdul Haris Nasution)

-Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi
ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.

Contoh: DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)

-Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik.

Contoh: PT (perseroan terbatas)

-Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.

Contoh: jml. (jumlah); kpd. (kepada).

-Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.

Contoh: dll. (dan lain-lain); dsb. (dan sebagainya)

-Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam surat-
menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik.

Contoh: a.n. (atas nama); d.a. (dengan alamat).

-Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
dengan tanda titik.

Contoh: Cu (kuprum); cm (sentimeter).

Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata.
Dalam penulisan akronim berlaku ketentuan sebagai berikut.

-Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri dituis
seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.

Contoh: LIPI (Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia); LAN (lembaga Administrasi Negara).
-Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur dituis dengan huruf awal
kapital.

Contoh: Bulog (Badan Urusan Logistik); Kowani (Kongres wanita Indonesia).

-Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan
huruf nonkapital.

Contoh: pemilu (pemiihan umum); iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi).

Angka dan Bilangan

Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan
atau nomor.

Dalam penulisan angka dan bilangan berlaku ketentuan sebagai berikut.

-Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf,
kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau paparan.

Contoh: Mereka menonton drama itu sampai tiga kali

Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang
tidak memberikan suara.

-Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika bilangan pada awal kalimat itu lebih
dari dua kata, susunan kalimat diubah agar bilangan itu tidak berada di awal kalimat.

Contoh: 3 pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta. (sebaiknya dihindari)

Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta. (betul)

-Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya
lebih mudah dibaca.

Contoh: Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.

-Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, beat, luas, isi, dan waktu serta (b)
nilai uang.

Contoh: 0,5 sentimeter; 5 kilogram.

-Angka dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar.

Contoh: Jalan Tanah Abang No. 15

-Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.

Contoh: Bab X, Pasal 5, halaman 252

Surah Yasin: 9

-Penulisan bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara berikut.


Contoh: lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)

-Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.

Contoh: kelapadua, Kotonanampek, Rajaampat, Simpanglima.

Kata Ganti Ku-, Kau-, -Ku, -Mu, Dan –Nya

Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutina, sedangkan –ku, -mu,
dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Contoh: Buku ini boleh kaubaca.

Rumahnya sedang diperbaiki.

Kata Si dan Sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Contoh: Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.

Siti mematuhi nasihat sang kakak.

E. Pemakaian Tanda Baca


Orang sering mengabaikan tanda baca yang sebenarnya sangat membantu orang dalam
memahami bacaan.
1. Tanda titik (.)

Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan.

Contoh: Ayahku tinggal di Solo.


2. Tanda koma (,)

Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur pada suatu perincian atau pembilangan.

Contoh: Telepon seleuler, komputer, atau internet bukan barang asing lagi.
3. Tanda titik koma (; )

Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat setara yang lain di dalam kalimat majemuk.

Contoh: Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku.


4. Tanda titik dua (: )

Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau
penjelasan.

Contoh: Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
5. Tanda hubung (-)

Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris.
Contoh: Di samping cara lama diterapkan juga ca-

ra baru.

6. Tanda tanya (?)

Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.

Contoh: Kapan dia berangkat?


7. Tanda seru (!)

Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.

Contoh: Alangkah indahnya taman laut ini!


8. Tanda kurung ((…))

Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

Contoh: Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM).


9. Tanda garis miring ( / )

Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, serta setiap.

Contoh: Mahasiswa/mahasiswi.
10. Tanda petik ganda ("“…” ")

Tanda petik ganda dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain.

Contoh: “Merdeka atau mati!” seru Bung Tomo dalam pidatonya.


11. Tanda pisah (--)

Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan
di luar bangun utama kalimat.

Contoh: Keberhasilan itu -kita sependapat- dapat dicapai kalau kita mau berusaha keras.

12. Tanda elipsis (...…)

Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian
yang dihilangkan.

Contoh: Penyebab kemerosotan... akan diteliti lebih lanjut.


13. Tanda kurung siku ([ ])

Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atau tambahan atas kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang ditulis orang lain.

Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.


14. Tanda petik tunggal ( ' '‘…)
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau
ungkapan.

Contoh: Tergugat ‘yang digugat’


15. Tanda penyingkat atau apostrof( ‘' )

Tanda penyingkat dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka
tahun dalam konteks tertentu.

Contoh: Malam ‘lah tiba. (‘lah=telah)

2. KALIMAT EFEKTIF

2.1 Pengertian Kalimat Efektif


Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan
kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti gagasan yang ada
pada pikiran pembicara atau penulis. Kalimat efektif mengandung pengertian tepat guna,
artinya kalimat tersebut akan berguna jika dipakai pada keadaan yang tepat. Pengertian
efektif dalam kalimat adalah ketetapan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu
dalam situasi kebahasaan tertentu pula. Syarat umum kalimat efektif adalah sebagai
berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau
pembaca dengan yang dipikirkan pembicara atau penulisnya.1
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang
dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami
oleh pendengar/pembaca.

2.2 Ciri-Ciri Kalimat Efektif


Kalimat efektif memiliki beberapa kekhasan atau ciri-ciri mencolok bahwa sebuah
kalimat itu menunjukan struktur atau kaidah yang disebut dengan efektif. Antara lain, ciri-
ciri kalimat efektif ialah sebagai berikut :
1. Memiliki unsur penting atau pokok, minimal unsur SP.
2. Taat terhadap tata aturan ejaan yang berlaku.
3. Menggunakan diksi yang tepat.
4. Menggunakan kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang logis dan
sistematis.
5. Menggunakan kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai.
6. Melakukan penekanan ide pokok.
7. Mengacu pada kehematan penggunaan kata.
8. Menggunakan variasi struktur kalimat.
2.3 Pola Kalimat Tunggal

1
Melati Syukrina, ”Makalah Tulisan Efektif” https://melatisyukrina.blogspot.com/2017/01/makalah-kalimat-
efektif.html?m=1 (diakses pada 29 Agustus pukul 08.00 WIB.)
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu pola dasar. Pola-pola
dasar kalimat tunggal adalah sebagai berikut.
1. S-P-(K)
Contoh:
Adik bermain di halaman.
Adik berangkat ke sekolah.
Dia datang tadi malam.
Kami pergi ke masjid.

2. S-P-O-(K)
Contoh:
Dia membaca buku di kamar.
Ayah mencangkul sawah setiap hari.
Dia membeli buku kemarin lusa.
Adik membeli beras di toko.

3. S-P-Pel-(K)
Contoh:
Adik belajar mengaji di suatu surau.
Dia berpakaian rapi setiap hari.
Ayah dan ibu berangkat haji tahun ini.
Dia bertemu dengan ibunya dua hari yang lalu.

4. S-P-O-Pel-(K)
Contoh:
Ibu memasak nasi jagung setiap hari.
Adik membersihkan halaman rumah setiap hari.
Ayah membeli sarung baru di toko.
Ibu mengantarkan baju batik ke rumah paman.

Unsur keterangan dalam suatu kalimat ditempatkan di dalam kurung karena bersifat
manasuka.2
2.4 Syarat-Syarat Kalimat Efektif
Berbicara tentang kalimat efektif, pastinya terdapat poin-poin yang dapat menjadikan
sebuah kalimat menjadi efektif. Diantara syarat-syarat tersebut yakni:
1. Kelogisan
Menurut Arifin dan Amran Tasai, kelogisan adalah ide kalimat itu dapat diterima oleh
akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Contoh kalimat efektif kelogisan:
Waktu dan tempat kami persilahkan. (Salah)
Bapak dosen kami persilahkan. (Benar)

2
M. Zubad Nurul Yaqin, Bahasa Indonesia keilmuwan, (Malang: UIN Maliki Press,2011), hlm. 59
2. Keparalelan
Syarat atau prinsip keparalelan dalam kalimat efektif adalah sebuah imbuhan pada
kata yang berada di dalam kalimat dan dapat disesuaikan dengan makna yang berada
di dalam kalimat secara utuh dan menyeluruh. Dalam kalimat ini kesamaan kata atau
imbuhan yang digunakan dalam kalimatnya harus sejajar.

3. Ketegasan
Ketegasan atau penekanan adalah suatu perlakukan menonjol pada ide pokok kalimat.
Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Ada beberapa cara untuk
membentuk penekanan dalam kalimat, yaitu:

a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di awal kalimat.


Contoh:
Harapan Presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya: harapan Presiden.

b. Membuat urutan kata yang bertahap.


Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar (salah).
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar (benar).

c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).


Contoh:
Saya suka akan kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.

d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.


Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan mujur.

e. Menggunakan partikel penekanan (penegasan).


Contoh:
Saudaralah yang harus bertanggung jawab.

4. Ketepatan
Menurut Finoza, ketepatan adalah kesesuaian atau kecocokan pemakaian unsur-unsur
yang membentuk suatu kalimat sehingga tercipta pengertian yang bulat dan pasti.
Contoh kalimat ketepatan, misalnya dibawah ini tentang kesalahan dalam penggunaan
tanda koma:
Sidik lupa bagaimana cara melukis, mengecat dan berjahitan. (Salah)
Sidik lupa bagaimana cara melukis, mengecat, dan menjahit.(Benar)

5. Kepaduan
Menurut Finoza, koherensi adalah terjadinya hubungan yang padu antara unsur-unsur
pembentukan kalimat.
Merupakan syarat dari kalimat efektif agar diharapakan nantinya setiap informasi
yang diterima tidak terpecah-pecah.
Ciri-ciri di contoh koherensi dibawah ini yaitu koherensi yang rusak karena tempat
kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat.
Misalnya:

Ikan memakan adik tadi pagi (Salah)


Adik memakan ikan tadi pagi (Benar)
Selain itu, satu contoh lagi koherensi yang rusak karena menyisipkan sebuah kata
seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh kalimat kepaduan:
Mereka membahas daripada kehendak rakyat. (Salah)
Mereka membahas kehendak rakyat. (Benar)

6. Keharmonisan
Keharmonisan kalimat artinya setiap kalimat yang kita buat harus harmonis
antara pola berpikir dan struktur bahasa.
a. Subjek
Subjek(S) adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, sosok,
benda,sesuatu hal.
b. Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahukan melakukan apa atau
dalam keadaan bagaimana subjek. Predikat dapat juka berupa sifat, situasi,
status,ciri, atau jati diri subjek.

c. Objek dan pelengkap


Objek dan pelengkap adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat.
d. Keterangan
Keterangan (K) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal
mengenai bagian yang lainnya.

2.5 Struktur Kalimat Efektif


Struktur kalimat efektif dibagi menjadi menjadi beberapa macam, yaitu:
1. Struktur Kalimat Efektif Umum
Unsur-unsur yang terdapat pada kalimat umum ini dibagi dua yaitu, unsur
wajib dan unsur tidak wajib. Unsur wajib terdiri dari subjek dan predikat. Sementara
unsur tidak wajib terdiri dari unsur yang boleh ada dan boleh juga tidak ada seperti,
kata kerja bantu, keterangan tempat, waktu, cara, dsb.

2. Struktur Kalimat Efektif Paralel


Yaitu kesejajaran antara dua atau lebih kata dalam suatu rangkaian. Contohnya
terdapat pada kalimat berikut:
Anda perlu membeli komputer, memasangnya di atas meja, dan hidupkanlah.
Kalimat tersebut tidak paralel karena bagian “hidupkanlah” berbeda dengan bagian
lain. Bagian ini merupakan kata seru, sedangkan 2 bagian lain (membeli dan
memasang) merupakan kata kerja. Struktur paralel dari kalimat tersebut adalah:
Anda perlu membeli komputer, memasangnya di atas meja, dan menghidupkannya.
Prinsip paralelisme menekankan kepada konsistensi, yakni menggunakan unit bahasa
yang sejajar. Misalnya, jika menggunakan kata kerja, gunakan jenis kata ini pada
semua bagian rangkaian.

3. Struktur Kalimat Efektif Periodik


Struktur ini akan lebih mengemukakan unsur tambahan baru, kemudian
menuju unsur intinya. Hal ini dilakukan agar dapat menarik perhatian pembaca.
Contoh:
 Oleh warga kemarin jenazah yang busuk itu dikuburkan (O-K-S-P)
 Tanggal 22 Desember 2011 Hari Ibu dirayakan oleh Dharma Wanita Desa
Balangan (K-S-P-O)
2.6 Penerapan Kalimat Efektif
Setelah mempelajari beberapa komponen dan syarat kalimat efektif, kita perlu
mengetahui cara penerapan sesungguhnya kalimat efektif. Penerapannya pun memiliki
beberapa komponen, yaitu sebagai berikut :
1. Kalimat Efektif dan Penerapan EYD
EYD merupakan kaidah yang berisi aturan tata tulis bahasa Indonesia yang harus
diikuti dalam penulisan kecuali ada pertimbangan khusus seperti masalah hukum,
nama diri/pribadi, keilmuan (Misalnya, Soekarno, Universitas Padjadjaran)
2. Kalimat Efektif dan Pemilihan Kata (Diksi)
Diksi adalah pemilahan, pemilihan, dan penempatan kata ketika seseorang sedang
berbahasa. Kata-kata yang digunakan dalam tulisan dipilih untuk menyampaikan
informasi. Dalam membangun kalimat efektif, harus digunakan kata yang tepat.
3. Kalimat Efektif dan Kesepadanan Serta Kesatuan
Kalimat yang lengkap dapat terdiri dari unsur-unsur kalimat yang meliputi subjek,
predikat, objek, keterangan, dan pelengkap. Kesepadanan ialah hubungan timbal balik
antara subjek dan predikat, antara predikat dan objek, serta dengan keterangan atau
pelengkap. Kesatuan ialah bahwa setiap kalimat harus mengandung suatu ide pokok
atau kesatuan pikiran.
4. Kalimat Efektif dan Kesejajaran Bentuk
Yang dimaksud kesejajaran (paralelisme) di dalam penyusunan kalimat efektif adalah
penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama atau konstruksi bahasa yang sama dan
dipakai dalam susunan serial. Frasa (kelompok kata) disejajarkan dengan frasa.
Demikian juga, kata benda, kata kerja, dan kata sifat, disejajarakn dengan kata benda,
kata kerja, atau kata sifat.
5. Kalimat Efektif dan Penekanan Ide Pokok
- Posisi Kata Dalam Kalimat
“Delegasi pemerintah Indonesia dan pimpinan Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
akhirnya sepakat memulai perundingan tentang perdamaian di Aceh.
- Urutan Logis
“Penderitaan para pengungsi itu susah, sulit, dan tragis.
- Pengulangan Kata
“Pembangunan dapat dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai banyak
dimensi, tidak hanya dimensi ekonomi, tetapi juga dimensi politik, dimensi sosial,
dan dimensi budaya.
6. Kalimat Efektif dan Penghematan Kata
- Pengulangan Unsur Kalimat
“Pemuda itu segera mengubah rencananya setelah (dia) bertemu dengan pemimpin
perusahaan.”
- Penggunaan Hiponomi
“Rumah penduduk di kota itu terang benderang oleh (cahayanya lampu) neon.”

7. Kalimat Efektif dan Variasi Struktur


- Penempatan Unsur-Unsur Kalimat
“Kesulitan bernafas dapat diatasi dengan cara pasien terus-menerus diawasi secara
ketat di ruang perawatan.”

- Variasi Panjang Pendek Kalimat


Kalimat yang pendek belum tentu mencerminkan kalimat yang baik atau efektif.
Kalimat yang panjang pun belum tentu selalu rumit dan tidak efektif. Kalimat yang
panjang pun, karena yang akan diungkapkan cukup banyak dan perlu rinci, dapat
lebih efektif. Dalam suatu tulisan keduanya dapat dipadukan untuk menghindari
kejenuhan pembaca.
- Pemilihan Jenis Kalimat
Variasi kalimat dapat dilakukan juga dengan memanfaatkan berbagai jenis kalimat
yang ada. Adat tiga macam jenis kalimat yang ditinjau: kalimat berita, tanya, dan
kalimat perintah. Dengan variasi kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah
akan menyegarkan tulisan.
- Pemilihan Bentuk Aktif dan Pasif
Kalimat aktif apabila subjeknya melakukan suatu perbuatan. Umumnya, predikat
kalimat aktif berupa kata kerja yang berawalan me-, ber-, dan ada pula yang tidak
menggunakan awalan (aus). Kalimat pasif apabila subjek kalimat tersebut tidak
berperan sebagai pelaku, tetapi sebagai sasaran perbuatan yang dinyatakan oleh
predikat. Karya ilmiah umumnya cenderung menggunakan kalimat pasif untuk
lebih menunjukkan hasil dari suatu perbuatan, daripada pelakunya. Kalimat pasif
dapat berciri predikatnya menggunakan imbuhan di- dan imbuhan ter-.
2.7 Contoh-Contoh Kalimat Efektif
Kalimat tidak efektif : Surabaya adalah merupakan salah satu kota besar di Indonesia
Kalimat efektif : Surabaya merupakan salah satu kota besar di Indonesia

Kalimat tidak efektif : Demi untuk anaknya, Bu Susi rela bekerja seharian
Kalimat efektif : Demi anaknya, Bu Susi rela bekerja seharian
Kalimat tidak efektif : Ada banyak macam-macam makanan yang dijual di restoran
itu.
Kalimat efektif : Ada macam-macam makanan yang dijual di restoran itu.

Kalimat tidak efektif : Saran yang dikemukakakan olehnya akan


dipertimbangkan oleh kami
Kalimat efektif : Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan

Kalimat tidak efektif : Budi adalah anak paling terpintar di kelasnya


Kalimat efektif : Budi adalah paling pintar di kelasnya

3. PARAGRAF ILMIAH

Menurut Nur Alviah, Paragraf ilmiah adalah suatu paragraf yang disusun secara
sistematis dan bersifat ilmiah. paragraf ilmiah tersebut disusun menurut aturan tertentu,
sehingga antara kata satu dengan yang lain menjadi padu. sedangkan bersifat ilmiah artinya
paragraf ilmiah tersebut bersifat dan berada pada kawasan keilmuan yang diperoleh dengan
menggunakan metode ilmiah.3

Paragraf ilmiah merupakan karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan
ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Penyusunan paragraf ilmiah harus
ditulis secara jujur dan akurat berdasarkan kebenaran tanpa mengingat akibatnya. Kebenaran
dalam sebuah paragraf ilmiah harus berupa kebenaran objektif dan positif sesuai dengan fakta
dan data di lapangan. Contohnya :

Dolanan Tradisional dalam Membentuk Karakter Anak


BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Permainan atau dolanan tradisional mempunyai karakteristik yang berdampak positif bagi
perkembangan anak. Kata bermain bagi anak merupakan refleksi pembebasan jiwa dari
keterikatan dengan aturan orang tua. Saat anak bermain, ia akan mengekspresikan
kegembiraan hatinya dan juga berkomunikasi dengan teman sebayanya. Sehingga, anak dapat
belajar bersosialisasi dan bergaul dengan lingkungan sekitar.

2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dolanan tradisional?
b. Apa pengaruh dolanan tradisional dalam membentuk karakter anak?
3. Tujuan Penelitian

3
http://nralviah.blogspot.com/2015/12/paragraf-ilmiah-sesuai-fakta-dan-logika.html https:// (Malang, 8
september 2019)
Untuk mengetahui pengertian dolanan tradisional dan pengaruhnya untuk karakter anak.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Dolanan Tradisional
Kata “dolanan” merupakan suatu kata yang diambil dari Bahasa Jawa. Kata dolanan
memiliki arti mainan atau permainan. Sedangkan kata tradisional adalah cara berpikir dan
tingkah laku yang sesuai dengan adat serta sudah ada dari zaman dahulu. Dolanan anak
disebut sebagai simbolisasi pengetahuan yang turun temurun dan memiliki berbagai macam
fungsi didalamnya.
2. Pendidikan Karakter
Secara sederhana, pendidikan karakter ialah segala usaha yang dapat dilakukan untuk
memengaruhi karakter para siswa. Usaha itu dilakukan agar seseorang dapat memahami
pentingnya karakter yang postif dalam diri. Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona
adalah pendidikan tentang sikap meliputi ilmu hingga tindakan. Tak hanya itu, perasaan juga
termasuk dalam pendidikan karakter.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dolanan tradisional tidak hanya sekedar permainan yang memberi dampak gembira.
Dolanan tradisional juga mempunyai banyak manfaat. Manfaat itu ialah melatih kecerdasan
otak dan motorik anak serta dapat membentuk karakter pada anak. Anak dapat meningkatkan
jiwa sosial pada dirinya dan juga berkomunikasi yang baik dan bekerjasama dengan teman
sepermainan dan lingkungan.4
Paragraf ilmiah diatas menunjukkan paduan antara kalimat satu dengan kalimat yang lain
dan susunanya yang sistematis.
Adapun ciri-ciri paragraf ilmiah adalah sebagai berikut :
1. Dari segi isi, paragraf ilmiah menyajikan pengetahuan berupa gagasan, deskripsi
tentang sesuatu atau pemecah suatu masalah.
2. Pengetahuan yang disajikan dalam paragraf ilmiah harus sesuai dengan fakta dan
dapat dipercayai kebanarannya.
3. Sebuah paragraf ilmiah mengandung kebenaran yang objektif serta ditulis dengan
sejujur-jujurnya
4. Sistematika atau metodologi penulisan paragraf ilmiah harus didasarkan pada
ketentuan yang telah disepakati bersama.
Paragraf ilmiah yang ditulis dengan aturan aturan yang sudah ditetapkan, memiliki
tujuan-tujuan tertentu. Diantaranya:
1. Seorang yang berpendidikan tinggi diharapkan mampu menuangkan ide atau
gagasannya melalui sebuah paragraf ilmiah.
2. Berbagai pengamatan yang dilakukan di lapangan, menunjukkan bahwa kemampuan
menulis guru yang mengikuti pendidikan tinggi masih belum memadai, apalagi dalam
penulisan paragraf ilmiah.

4
https://thegorbalsla.com/contoh-karya-tulis-ilmiah/ (Malang, 8 september 2019)
3. Paragraf ilmiah memiliki ciri khas yang membedakannya dengan jenis tulisan atau
karangan deskripsi lainnya. Oleh karena itu, ciri khas tersebut harus dikuasai agar bisa
diterapkan dengan benar ketika menulis.
secara sistematis dan sesuai dengan kaidah kaidah yang telah disepakati. Hal ini
dikarenakan paragraf ilmiah memiliki ciri khas tulisan tertentu(penyusunan yang
sistematis).
4. Memudahkan pemahaman dengan cara menyekat-nyekat ide pokok satu ke ide pokok
yang lain pada setiap paragraf.
5. Memudahkan pembaca mengikuti uraian penulis secara sistematis dari ide satu ke ide
yang lain.

Anda mungkin juga menyukai