Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan karena selain digunakan
sebagai alat komunikasi secara langsung atau lisan, bahasa juga dapat digunakan
sebagai alat komunikasi secara tulisan.Dalam era globalisasi dan pembangunan
reformasi demokrasi seperti sekarang ini, masyarakat dituntut secara aktif untuk
dapat mengawasi dan memahami informasi di segala aspek kehidupan sosial secara
baik dan benar.Untuk memahami informasi tersebut, bahasa berfungsi sebagai
media penyampaian secara baik dan tepat dan dengan penyampaian informasi secara
tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan media tersebut secara baik dan
benar.
Guna memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, di sinilah peran
aturan baku digunakan. Dalam hal ini kita selaku warga negara yang baik
hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang
baik dan benar.Ejaan adalah salah satu dari rambu-rambu tersebut.Seringkali ejaan
di Indonesia mengalami pergantian dari tahun ke tahun guna mengikuti
perkembangan zaman.
Adapun tujuan dari pergantian sistem ejaan di Indonesia tak lain untuk
menyempurnakan aturan berbahasa masyarakat Indonesia dan Pedoman Umum
Ejaaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah wujud kongkret dari
penyempurnaan ejaan di Indonesia saat ini. Perkembangan ejaan, khususnya Ejaan
yang Disempurnakan (EYD) di Indonesia adalah submateri dalam ketatabahasaan
Indonesia yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara
tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat disampaikan dan dipahami
secara baik dan terarah. Dalam praktiknya diharapkan aturan tersebut dapat
digunakan dalam keseharian masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa
Indonesia dapat dilakukan secara baik dan benar.

1
Dalam hubungannya dengan pembakuan bahasa, ejaan mempunyai fungsi yang
penting yaitu : sebagai landasan pembakuan tata bahasa, kosa kata dan peristilahan,
serta sebagai alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain kedalam bahasa
Indonesia. Mengingat pentingnya fungsi itu pembakuan ejaan perlu di capai terlebih
dahulu agar dapat menunjang pembakuan aspek aspek kebahasaan lain.
Namun, bukan berarti kita harus menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan
ejaan melainkan kita boleh menggunakan bahasa yang tidak baku/bahasa
percakapan yang tidak formal. Karena sebenarnya penggunaan bahasa pada
dasarnya digunakan sesuai dengan situasi pemakaian.
B. Rumusan Masalah.
1. Apa yang di maksud dengan ejaan bahasa Indonesia?
2. Bagaimana sejarah perkembangan ejaan di Indonesia?
3. Apa saja unsur serapan pada ejaan bhasa Indonesia?
4. Bagaimana cara penggunaan EYD yang benar pada penulisan huruf dan kata?
C. Tujuan Masalah.
1. Untuk mengetahui pengertian ejaan bahasa Indonesia.
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan ejaan di Indonesia.
3. Untuk menetahui unsur unsur serapan nya.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara penggunaan EYD pada penulisan huruf dan
kata.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ejaan.
Ejaaan adalah aturan tulis menulis. Secara lengkap dapat dikatakan bahwa
ejaan adalah keseluruhan peraturan tentang bagaimana melambangkan bunyi-
bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antar lambang tersebut (pemisahan dan
penggabungan dalam suatu bahasa).Secara teknis ejaan adalah aturan tulis-menulis
dalam suatu bahasa yang berhubungan dengan penulisan huruf, pemakaian huruf,
penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca.
Ejaan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi khusus dan segi umum, secara
khusus ejaan dapat diartikan sebagai pelambangan bunyi-bunyi bahasa dengan
huruf, baik berupa huruf demi huruf maupun huruf yang telah disusun menjadi
kata, kelompok kata atau kalimat. Secara umum, ejaan berarti keseluruhan
ketentuan yang mengatur pelambangan bunyi bahasa, termasuk pemisahan dan
penggabungannya yang dilengkapi pula dengan penggunaan tanda baca.
Dari keterangan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa ejaan merupakan hal-
hal mencakup penulisan huruf, penulisan kata, termasuk singkatan, akronim,
angka dan lambang bilangan, serta penggunaan tanda baca. Selain itu, juga tentang
pelafalan dan peraturan dalam penyerapan unsur asing.
Masalah ejaan adalah masalah tulis-menulis dalam bahasa Indonesia. Dalam
usaha memodernkan bahasa Indonesia, cara menulis atau aturan tulis-menulis
dalam bahasa Indonesia sangat perlu diutamakan karena tulisan merupakan tempat
pencurahan konsep pikir para penulis itu sendiri. Dalam hubungan itu, suatu
komunikasi yang dilakukan dengan tulis-menulis (dalam arti komunikasi jarak
jauh dengan surat, umpamanya) harus menerapkan ejaan. Oleh sebab itu, materi
ejaan akan dipakai oleh semua sasaran pembina bahasa Indonesia. Bagi
masyarakat umum, masalah ejaan barangkali saja masih berkutat pada masalah
keniraksaraan sehingga masyarakat tersebut harus dibina dalam hal pengenalan
aksara latin.

3
Ejaan tidak hanya berkaitan dengan cara mengeja suatu kata, tapi juga
berkaitan dengan cara mengatur penulisan huruf menjadi satuan yang lebih besar,
misalnya kata, kelompok kata atau kalimat. Ejaan adalah keseluruhan peraturan
bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara
lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa).
Saat ini bahasa Indonesia menggunakan sistem Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan sebagai sistem tatabahasa yang resmi. Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan tidak hanya meliputi pemakaian huruf, pemakaian huruf
kapital dan huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan dan pemakaian
tanda baca saja, melainkan juga meliputi pedoman umum pembentukan istilah dan
pedoman pemenggalan kata.
Secara defenitif, Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sistem
ejaan bahasa Indonesia yang didasarkan pada Keputusan Presiden No. 57, tahun
1972 yang diresmikan pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik
Indonesia. Sistem ejaan ini, pada mulanya, disebarkan melalui buku kecil yang
berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.Buku kecil ini
merupakan buku patokan pemakaian sistem ejaan ini. Tetapi, di kemudian hari,
karena buku penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa
Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang dibentuk oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat keputusannya tanggal 12 Oktober 1972,
No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih
luas. Kemudian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat keputusannya
No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Kemudian, pada
Tahun 1987, kedua buku pedoman tersebut direvisi.Kemudian, edisi revisi
dikuatkan dengan Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no.
0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.

4
B. Sejarah Perkembangan Ejaan Di Indonesia.
Bahasa Indonesia yang awalnya berakar dari bahasa Melayu sudah memiliki
aksara sejak beratus tahun yang lalu, yaitu aksara Arab Melayu.Di Nusantara ini,
bukan saja aksara Arab Melayu yang kita kenal. Kita juga mengenal aksara Jawa,
aksara Sunda, aksara Bugis, aksara Bali, aksara Lampung, aksara Kerinci, aksara
Rejang, dan aksara Batak. Aksara itu masing-masing memiliki nama, seperti
aksara Kaganga dan aksara Rencong (incung).
a) Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen ditetapkan pada tahun 1901 dan diterbitkan
dalam sebuah buku Kitab Logat Melajoe. Sejak ditetapkannya itu, Ejaan
Van Ophuysen pun dinyatakan berlaku. Sesuai dengan namanya ejaan itu
disusun oleh Ch.A.Van Ophuysen, yang dibantu oleh Engku Nawawi
gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Sebelum
Ejaan Van Ophuysen disusun para penulis pada umumnya mempunyai
aturan sendiri-sendiri dalam menuliskan konsonan, vokal, kata, kalimat,
dan tanda baca. Oleh karena itu, sistem ejaan yang digunakan pada waktu
itu sangat beragam. Terbitnya Ejaan Van Ophuysen sedikit banyak
mengurangi kekacauan ejaan yang terjadi pada masa itu.
Beberapa hal yang cukup menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen antara
lain sebagai berikut :
1. Huruf y ditulis dengan j Misalnya (Sayang : Sajang)
2. Huruf u ditulis dengan oe Misalnya (Umum : Oemoem)
3. Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma
diatas Misalnya (Rakyat : Ra’yat)
4. Huruf j ditulis dengan dj Misalnya (Jakarta : Djakarta)
5. Huruf c ditulis dengan tj Misalnya (Pacar : Patjar)
6. Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch Misalnya (Khawatir :
Chawatir)

5
b) Ejaan Republik( Ejaan soewandi )
Ejaan Republik ialah ejaan baru yang disusun oleh Mr. Soewandi.
Penyusunan ejaan baru dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan yang
berlaku sebelumnya yaitu Ejaan Van Ophuysen juga untuk
menyederhanakan sistem ejaan bahasa Indonesia. Pada tanggal 19 Maret
1947, setelah selesai disusun ejaan baru itu diresmikan dan ditetapkan
berdasarkan surat keputusan menteri pendidikan, pengajaran, dan
kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A, tanggal 19 Maret
1947. ejaan baru itu diresmikan dengan nama Ejaan Republik.
Ejaan Repubik lazim disebut Ejaan Soewandi karena nama itu
disesuaikan dengan nama orang yang memprakarsainya. Seperti kita
ketahui, Soewandi merupakan nama Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan ketika ejaan itu disusun oleh karena itu, kiranya wajar jika
ejaan yang disusunnya juga dikenal sebagai Ejaan Soewandi.
Ada beberapa Perbedaan Ejaan Republik dan Ejaan Van
Ophuysen, yaitu ada Beberapa perbedaan yang tampak mencolok dalam
kedua ejaan iu dapat diperhatikan dalam uraian di bawah ini :
1. Gabungan huruf oe dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan u
dalam Ejaan Republik (Oemoer =Umur).
2. Bunyi hamzah (‘) dalam Ejaan Van Ophuysen diganti dengan k
dalam Ejaan Republik (Ma’loem = maklum)
3. Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan
Republik ( rata-rata = Rata2)
4. Huruf e taling dan pepet dalam Ejaan Republik tidak
dibedakan(Keritik = Kritik)
5. Tanda trema (“) dalam Ejaan Van Ophuysen dihilangkan dalam
Ejaan Republik(ẽkor = Ekor)

6
Meskipun dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan yang berlaku
seelumnya, Ejaan Republik ternyata masih memiliki beberapa kelemahan.
Kelemahan itu antara lain karena huruf-huruf seperti F,V,X,Y,Z,SJ(Sy)
dan Ch(Kh) yang lazim digunakan untuk menulis kata-kata asing tidak
dibicarakan dalam ejaan baru itu. Padahal, huruf-huruf tersebut pada masa
itu masih merupakan permasalahan dalam bahasa Indonesia.
c) Ejaan Baru (Ejaan LBK)
Ejaan Baru Merupakan lanjutan dari rintisan panitia ejaan
melindo.Pelaksananya pun terdiri dari panitia Ejaan LBK (Lembaga
bahasa dan Kasusaatraan,sekarang bernama Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa) juga dari panitia Ejaan bahasa Melayu yang
berhasil merumuskan ejaan yang disebut Ejaan Baru.Namun lebih di
kenal dangan ejaan LBK. Adapun Perubahan yang terdapat dalam ejaan
Baru Adalah :
1) Gabungan konsonan dj di ubah menjadi j Misalnya : remadja →
remaja
2) Gabungan konsonan tj di ubah menjadi c. Misalna : tjakap →
cakap
3) Gabungan konsonan nj di uban menjadi ny. Misalnya : Sunji →
sunyi
4) Gabungan konsonan sj di ubah menjadi sy. Misalnya : Sjarat →
syarat
5) Gabungan konsonan ch di ubah menjadi kh. Misalnya : Ichlas →
ikhlas
6) Huruf e taling dan e pepet penulisannya tidak dibedakan dan
hanya di tulis dengan e/tanpa penanda. Misalnya : Ségar → segar
7) Huruf asing f, v, dan z di masukkan kedalam sistem ejaan bahasa
Indonesia karena huruf huruf itu banyak di gunakan. Misalnya :
Fasih, Vakum, Zaman

7
C. Unsur- Unsur Serapan Ejaan.
Sebelum saya menyabutkan terkait unsur unsur serapan, alangkah baiknya
kita tahu terlebih dahulu apa sih itu unsur serapan. Jadi pengertian dari unsur
serapan adalah unsur suatu bahasa (bahasa asli)yang masuk dan menjadi bagian
dari bahasa lain(bahasa penerimaan), yang kemudian di gunakan oleh penutur
seolah olah berada dalam bahasanya sendiri. Dalam hal ini pinjaman di gunakan,
atau di gunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Semua itu di lakukan
unruk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari.
Ada beberapa istilah unsur serapan yang mana di antaranya adalah:
a. Kata serapan
Kata asing atau daerah masuk kosa kata bahasa Indonesia.
b. Kata serapan budaya
Kata asing masuk kosakata bahasa indnesia melaluli perdagangan, ilmu
pengetahuan dan agama.
c. Kata serapan mesira
Dua bahasa di gunakan di daerah yang secara topografis, dan politis,
merupakan suatu masyarakat. Hal ini terjadi karena penjajahan dan
imigrasi.
d. Bahasa tinggi dan bahasa rendah
Ketiak suatu Negara di jajah oleh bangsa lain, bahasa colonial memiliki
status yang tinggi sedangkan bahsa masyarakat yang terjajah memiliki
status rendah.
e. Adaptasi
Kata serapan yang selaras secara fonologis, morfologis, dan sintaksis
dalam bahasa Indonesia atau keslarasan dalam bnetuk.
f. Adopsi
Penyerapan kata yang masuk dalam kosakan bahasa Indonesia melalui
perubahan konsep dan makna.

8
D. Ejaan Yang Disempurnakan Dan Cara Penggunaan Yang Benar Pada
Penulisan Huruf Dan Kata.
Ejaan Yang disempurnakan (EYD) diresmikan oleh Presiden Republik
indonesia Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1972.merupakan lanjutan dari ejaan
baru atau ejaan LBK.
Pedoman ejaan bahasa Indonesia di sebut pedoman umum,karena dasarnya
hanya mengatur hal-hal yang bersifat umum.Namun ada hal-hal lain yang bersifat
khusus,yang belum di atur dalam pedoman itu,yang di sesuaikan dengan bertitik
tolak pada pedoman umum itu. Ejaan Yang Disempurnakan merupakan hasil
penyempurnaan dari beberapa ejaan yang di susun sebelumnya,terutama ejaan
republik yang di padukan pula dengan konsep konsep ejaan pembaharuan,ejaan
melindo dan ejaan baru.
1. Penggunaan Huruf Pada Pedoman EYD
1) Penggunaan Huruf Kapital
a. Jabatan tidak diikuti nama orang
Dalam butir 5 Pedoman EYD dinyatakan, huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama unsure nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Contoh,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur Jawa Barat, Profesor
Jalaluddin Rakhmat, Sekretaris Jendral, Departemen Pendidikan
Nasional. Jabatan tidak diikuti nama orang tidak memakai huruf
kapital. Contoh, Menurut bupati, anggaran untuk pendidikan naik 25
% dari tahun sebelumnya.
b. Huruf pertama nama bangsa
Dalam butir 7 dinyatakan, huruf kapital digunakan sebagai
huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Contoh, bangsa
Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris. Ditegaskan, huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa
yang dipakai bentuk dasar kata turun.
Contoh: kesunda-sundaan, keinggris-inggrisan, kebatak-batakan meng
Indonesiakan seharusnya: kesunda-sundaan, keinggris inggrisan,
kebatak-batakan, mengindonesiakan
c. Nama geografi sebagai nama jenis

9
Dalam butir 9 ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Contoh, berlayar ke teluk, mandi di kali, menyebrangi selat, pergi ke
arah tenggara, kacang bogor, salak bali, pisang ambon, pepaya
bangkok, nanas subang, tahu sumedang, peuyeum bandung dan telur
brebes.
d. Setiap unsur bentuk ulang sempurna
Dalam butir 11 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama
badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Contoh, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial,
Yayasan Ahli-Ahli Bedah Plastik Jawa Barat, Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia, Garis-Garis Besar Haluan Negara.
e. Penulisan kata depan dan kata sambung
Dalam butir 12 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan
judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk
yang tidak terletak pada posisi awal. Biasanya dipakai pada penulisan
judul cerpen, novel. Contoh, Harimau Tua dan Ayam Centil, Hari-
Hari Penantian dalam Gua Neraka, Kado untuk Setan, Taksi yang
Menghilang.
2) Penulisan Huruf Miring
a. Penulisan nama buku
Pada butir 1 pedoman penulisan huruf miring ditegaskan, huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah,
dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Contoh, Buku Jurnalistik
Indonesia, Majalah Sunda Mangle, Surat Kabar Bandung Pos.
b. Penulisan penegasan kata dan penulisan bahasa asing
Butir 2 pedoman penulisan huruf miring menyatakan, huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Contoh, boat modeling, aeromodeling, motorsport.

a. Penulisan kata ilmiah


Butir 3 pedoman penulisan huruf miring menegaskan, huruf
miring dan cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah dan
ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

10
Contoh, royal-purple amethyst, crysacola, turqoisa, rhizopoda,
lactobacillus, dsb.
3) Penulisan Gabungan Kata
a. Penulisan gabungan kata istilah khusus
Butir 2 pedoman penulisan gabungan kata mengingatkan,
gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk
menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan. Contoh; alat
pandang- dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung
tangan, ibu-bapak kami.
b. Penulisan gabungan kata serangkai
Butir 3 pedoman penulisan gabungan kata menegaskan,
gabungan kata berikut harus ditulis serangkai. Contoh, acapkali,
adakalanya, akhirulkalam, daripada, darmawisata, belasungkawa,
dukacita, kacamata, kasatmata, manakala, manasuka, matahari,
olahraga, padahal, peribahasa, radioaktif, saptamarga, saripati,
sediakala, segitiga, sekalipun, sukacita, sukarela, sukaria, titimangsa.
2. Penggunaan EYD yang benar Pada angka dan tanda baca
1) Penulisan Angka
Pedoman EYD menetapkan empat jenis penulisan angka,
Pertama, angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau
nomor. Dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka
Romawi.
Kedua, angka digunakan untuk menyatakan :
(1) ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
(2) satuan waktu,
(3) nilai uang, dan
(4) kuanitas.
Ketiga, angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan,
rumah, aparteman, atau kamar pada alamat.
Keempat, angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan
ayat kitab suci.

2) Tanda Titik (. )
a. Tanda titik di pakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan
atau seruan. Misalnya: Ayahku tinggal di Solo.

11
b. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.Misalnya:
A. S. Kramawijaya
c. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan
sapaan Misalnya: Bc. Hk.(Bakalaureat Hukum), Dr. (Doktor)
dan lain sebagainya.
3) Tanda Koma ( , )
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu
pemerincian atau pembilangan. Misalnya: Saya membeli kertas,
pena, dan tinta. Satu, dua, . . . tiga!
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang
satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata
tetapi dan melainkan.
Misalnya: -Saya ingin datang, tetapi hari hujan.,-Didi bukan
anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
3. Tanda Titik Dua ( : )
a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap
bila diikuti rangkaian atau pemerian.Misalnya: Yang kita
perlukan sekarang ialah barang yang berikut: kursi, meja, dan
lemari. Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonorni Umum
dan Ekonomi Perusahaan.
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian.
Misalnya:a. Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
4. Tanda Tanya ( ? )
a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya Misalnya: Kapan ia
berangkat?
b. Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan
bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat
dibuktikan kebenarannya. Misalnya: la dilahirkan pada tahun
1683 (?).
5. Tanda Seru (!).
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang
berupa seruan atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan,

12
ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat. Misalnya: Alangkah
seramnya peristiwa itu!, Merdeka!.
6. Tanda Ulang ( ,....2 ) (angka 2 biasa)
Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk
menyatakan pengulangan kata dasar.Misalnya: kata2, lebih2, Dan
sekali2.

BAB III

13
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Dapat di simpulkan dari makalah di atas bahwasanya ejaan ini adalah
peraturan tentang bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran dan bagaimana
hubungan antar lambang pada tulisan, atau (pemisahan dan penggabungan dalam
suatu bahasa).Secara teknis juga di jelaskan tidak jauh dari penjelasan tadi
bahwasanya ejaan adalah aturan tulis-menulis dalam suatu bahasa yang
berhubungan dengan penulisan huruf, pemakaian huruf, penulisan kata, penulisan
unsur serapan, dan pemakaian tanda baca, intinya ejaan ini adalah aturan dalam
tulis menulis. Dalam sejara perkembangan ejaan juga di jelaskan bahwa ada
banyak macam ejaan. Diantaranya, Ejaan Van Ophuysen, Ejaan Republik atau
Ejaan soewandi, dan yang ketiga ada ejaan baru/LBK.
Bukan hanya itu saja dalam pembahasan di atas juga di jelaskan bahwasnaya
ada yang namanya serapan, nah jadi unsur serapan adalah unsur suatu bahasa yang
masuk dan menjadi bagian dari bahasa lain, yang kemudian di gunakan oleh
penutur seolah olah berada dalam bahasanya sendiri. Nah Dalam hal ini pinjaman
di gunakan, atau di gunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Ada
beberapa istilah unsur serapan yang mana di antaranya adalah, Kata serapan, Kata
serapan budaya, Kata serapan mesira, Bahasa tinggi dan bahasa rendah, Adaptasi,
Adopsi. Di atas juga sudah di jelaskan bagaimana ejaan yang disempurnakan dan
cara penggunaan yang benar pada penulisan huruf dan kata itu seperti, dari
penggunaan huruf pada pedoman eyd yang benar itu seperti apa, ejaan kata, tulisan
miring dan lain senagainya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anugrah Agung, Perkembangan Dan Ejaan Yang Di Sempurnakan, Hal3-


6,Bengkulu, 2024.
Sugono, Dendy 2018, “Pemanfaatan Bahasa Daerah Dalam Pengembangan
Bahsa Indonesia Media Massa.”. Pusat Bahasa Depdiknas, (Http:// Pondok Bahasa
Wordpress.Com/2008/08/07. Pemanfaatan Bahasa Daerah Dalam Pengembangan
Bahasa Indonesia Media Massa). Diakses Tanggal 07 Oktober 2023.

15

Anda mungkin juga menyukai