Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KAIDAH PENGGUNAAN EJAAN


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Nilai Tugas Kelompok Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Dr. Panca Dewi Purwati, M. Pd

Disusun oleh :
Kelompok 8

1. Lavenia Ayu Caella 1401420388


2. Maulana Zamzuri 1401420395

3. Tazkia Fathia Zuhda 1401420405

4. Taufikurrahman 1401420429

5. Tarissa Destriana Putri 1401420435

ROMBEL E

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Salam Sejahtera Bagi Kita Semua

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami sehingga telah dapat menyelesaikan sebuah Makalah yang menjadi
tugas kelompok yang berkaitan dengan materi pertemuan ke 1 yaitu “KAIDAH
PENGGUNAAN EJAAN”. Tugas Kelompok ini ditulis dalam rangka memenuhi Tugas
Mata Kuliah Bahasa Indonesia.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberi dukungan kepada kami dalam menyelesaikan Tugas Kelompok ini. Semoga apa
yang telah kami usahakan ini dapat memberi manfaat bagi banyak orang.

Kami menyadari bahwa Tugas Kelompok ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu kami mengharapakan saran dan masukan yang membangun dari seluruh pihak demi
perbaikan ke depan.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Cilacap, 14 September 2020

Penyusun
Kelompok 8
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan karena selain digunakan
sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat
komunikasi secara tulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi
demokrasi ini, masyarakat dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan
memahami infrormasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai
bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian
informasi secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita atau materi secara
tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan media tersebut secara baik dan
benar.
Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran
aturan baku tersebut di gunakan dalam hal ini kita selaku warga Negara yang baik
hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik
dan benar. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub materi dalam ketata
bahasaan Indonesia, yang memilik peran yang cukup besar dalam mengatur etika
berbahasa secara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat di sampaikan
dan di fahami secara komprehensif dan terarah. Dalam prakteknya diharapkan aturan
tersebut dapat digunakan dalam keseharian Masyarakat sehingga proses penggunaan
tata bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan benar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari Ejaan ?
2. Bagaimana Fungsi dari Ejaan ?
3. Bagaimana sejarah perkembangan Ejaan ?
4. Apa saja ruang lingkup Ejaan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami pengertian dari Ejaan.
2. Untuk memahami Fungsi dari Ejaan.
3. Untuk memahami sejarah perkembangan Ejaan.
4. Untuk mengetahui ruang lingkup Ejaan.
BAB II
KERANGKA TEORETIS

1. Pengertian Ejaan
Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang
distandardisasikan. Lazimnya, ejaan mempunyai tiga aspek, yakni
1. aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan
penyusunan abjad.
2. Aspek morfologi yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis
3. aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran tanda baca (Haryatmo
Sri, 2009).
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dinyatakan, ejaan adalah cara atau
aturan menuliskan kata-kata dengan huruf. Misalnya kata “huruf” dahulu adalah
“hoeroef”. Kata itu telah diatur dengan ejaan yang sesuai dan sekarang yang
dipergunakan adalah “huruf”.
Ejaan ada dua macam, yakni ejaan fenetis dan ejaan fomenis. Ejaan fenotis
merupakan ejaan yang berusaha menyatakan setiap bunyi bahasa dengan huruf, serta
mengukur dan mencatatnya dengan alat pengukur bunyi bahasa (diagram).
Dengan demikian terdapat banyak lambing atau huruf yang dipergunakan
untuk menyatakan bunyi-bunyi bahasa itu. Ejaan fonemas adalah ejaan yang berusaha
menyatakan setiap fonem dengan satu lambing atau satu huruf, sehingga jumlah
lambing yang diperlukan tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan jumlah
lambing dalam ejaan fonetis (Barus Sanggup, 2013)
Keraf (1988:51) mengatakan bahwa ejaan ialah keseluruhan peraturan
bagaimana menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran dan bagaimana interrelasi
antara lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa.
BAB III
PEMBAHASAN

1. Pengertian Ejaan
Kata “ejaan” berasal bari bahasa arab hija’ menjadi eja yang mendapat akhiran
–an. Hakikat bahasa adalah bahasa lisan. Bahasa tulis merupaka turunan dari bahasa
lisan. Perbedaan antara ragam tulis dan lisan adalah bahsa lisan terutama yang tidak
baku, sangat simpel. Setelah Islam datang, di Nusantara digunakan huruf arab untuk
menulis bahasa melayu. Pada 1901 pertama kali penggunaan huruf latin untuk bahasa
melayu. Ejaan ini dikenal dengan ejaan Van Ophuijsen.
Menurut KBBI (2005: 285) ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan
bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan
tanda baca.
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut
menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah
kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem
aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur
keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi
keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk
akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang mengemudi
kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi.
Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang
tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara pemakai bahasa
dengan ejaan.
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang disempurnakan
(EYD).EYD mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972. Ejaan dalam sejarah
bahasa Indonesia ini memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan sebelumnya
yang sudah dipakai selama dua puluh lima tahun yang dikenal dengan Ejaan Republik
atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada saat Ejaan itu
diresmikan pada tahun 1947).
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) merupakan tata bahasa dalam Bahasa
Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari
pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur
serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan. Dalam
penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan sebuah
karya tulis. Karena dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang
mendetail. Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik
dan benar.

2. Fungsi Ejaan
Dalam kaitannya dengan pembakuan bahasa, baik yang menyangkut
pembakuan tata bahasa maupun kosakata dan peristilahan, ejaan mempunyai fungsi
yang sangat penting. Fungsi tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Sebagai landasan pembakuan tata bahasa
b. Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, serta
c. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia.

Di samping ketiga fungsi yang telah disebutkan diatas, ejaan sebenarnya juga
mempunyai fungsi yang lain. Secara praktis, ejaan berfungsi untuk membantu
pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang disampaikan secara tertulis.

3. Sejarah Perkembangan Ejaan


Kedudukan bahasa Indonesia yaitu sebagai bahasa Nasionalseperti dalam ikrar
sumpah pemuda sebagai alat pemersatu bangsa dalam suku yang berbeda-beda, dan
bahasa negara yang tercantum dalam UUD ’45 terutama sebagai bahasa pengantar di
dunia pendidikan.
Namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, begitupun
bahasa yang terus mengalami perubahan dan perkembangan ragam dan variasi bahasa
karena fungsi, kedudukan, serta lingkungan yang berbeda-beda. Mulanya bahasa
Indonesia ditulis dengan tulisan latin-romawi mengikuti ejaan Belanda. Hingga pada
1972 Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dicanangkan.
Bahasa Indonesia yang awalnya berakar dari bahasa Melayu sudah memiliki
aksara sejak beratus tahun yang lalu, yaitu aksara Arab Melayu. Di Nusantara ini,
bukan saja aksara Arab Melayu yang kita kenal. Kita juga mengenal aksara Jawa,
aksara Sunda, aksara Bugis, aksara Bali, aksara Lampung, aksara Kerinci, aksara
Rejang, dan aksara Batak. Aksara itu masing-masing memiliki nama, seperti aksara
Kaganga dan aksara Rencong (incung).
3.1 Ejaan yang diresmikan
a. Ejaan Van Ophuijsen
Aksara Arab Melayu dipakai secara umum di daerah Melayu dan
daerah-daerah yang telah menggunakan bahasa Melayu. Akan tetapi, karena
terjadi kontak budaya dengan dunia Barat, sebagai akibat dari kedatangan
orang Barat dalam menjajah di Tanah Melayu itu, di sekolah-sekolah Melayu
telah digunakan aksara latin secara tidak terpimpin. Oeh sebab itu, pada tahun
1900, menurut C.A. Mees (1956:30), Van Ophuijsen, seorang ahli bahasa dari
Belanda mendapat perintah untuk merancang suatu ejaan yang dapai dipakai
dalam bahasa Melayu, terutama untuk kepentingan pengajaran. Jika
penyususnan ejaan itu tidak cepat-cepat dilakukan, dikhawatirkan bahwa
sekolah-sekolah tersebut akan menyusun dengan cara yang tidak terpimpin
sehingga akan muncul kekacauan dalam ejaan tersebut.
Dalam menyusun ejaan tersebut, Van Ophuijsen dibantu oleh dua
orang pakar bahasa dari Melayu, yaitu Engkoe Nawawi Soetan Ma’moer dan
Moehammad Thaib Soetan Ibrahim. Dengan menggabungkan dasar-dasar
ejaan Latin dan Ejaan Belanda, Van Ophuijsen dan teman-teman berhasil
membuat ejaan bahasa Melayu, yang ejaan tersebut lazim disebut sebagai
“Ejaan Van Ophuijsen”. Ejaan tersebut diresmikan pemakaiannya pada tahun
1901.Ejaan van Ophuijsen dipakai selama 46 tahun, lebih lama dari Ejaan
Republik, dan baru diganti setelah dua tahun Indonesia merdeka.
Beberapa hal yang cukup menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen antara
lain sebagai berikut :
 Huruf y ditulis dengan j
Misalnya
Sayang : Sajang
Saya : Saja
 Huruf u ditulis dengan oe
Misalnya
Umum : Oemoem
Sempurna : Sempoerna
 Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma
diatas
Misalnya
Rakyat : Ra’yat
Bapak : Bapa’
 Huruf j ditulis dengan dj
Misalnya
Jakarta : Djakarta
Raja : Radja
 Huruf c ditulis dengan tj
Misalnya
Pacar : Patjar
Cara : Tjara
 Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch
Misalnya
Khawatir : Chawatir
Akhir : Achir
b. Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)
Beberapa tahun sebelum Indonesia merdeka yakni pada masa
pendudukan Jepang, pemerintah sudah mulai memikirkan keadaan ejaan kita
yang sangat tidak mampu mengikuti perkembangan ejaan internasional. Oleh
sebab itu, Pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
melakukan pengubahan ejaan untuk menyempurnakan ejaan yang dirasakan
sudah tidak sesuai lagi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh sebab itu, pada tahun 1947 muncullah sebuah ejaan yang baru sebagai
pengganti ejaan Van Ophuijsen. Ejaan tersebut diresmikan oleh Menteri
Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. Soewandi,
pada tanggal 19 Maret 1947 yang disebut sebagai Ejaan Republik. Karena
Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan adalah Dr. Soewandi, ejaan
yang diresmikan itu disebut juga sebagai Ejaan Soewandi. Hal-hal yang
menonjol dalam Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik itu adalah sebagai
berikut :
 Huruf /oe/ diganti dengan /u/, seperti dalam kata berikut
goeroe menjdi guru
itoe menjadi itu
oemoer menjdi umur
 Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan /k/, seperti dalam kata
berikut
Pa’ menjadi Pak
ma’lum menjadi maklum
ra’yat menjadi rakyat
 Angka dua boleh dipakai untuk menyatakan pengulangan, seperti kata
berikut
anak-anak menjadi anak2
berlari-larian menjadi ber-lari-2an
berjalan-jalan menjadi ber-jalan2
 Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya, seperti berikut
Diluar (kata depan), dikebun (kata depan), ditulis (awalan), diantara
(kata depan), disimpan (awalan), dipimpin (awalan), dimuka (kata
depan), ditimpa (awalan), disini (kata depan).
 Tanda trema tidak dipakai lagi sehingga tidak ada perbedaan antar
suku kata diftong, seperti kata berikut
Didjoempaϊ menjadi didjumpai
Dihargaϊ menjadi dihargai
Moelaϊ menjadi mulai
 Tanda aksen pada huruf e tidak dipakai lagi, seperti pada kata berikut
ekor menjadi ekor
heran mejadi heran
merah menjadi merah
berbeda menjadi berbeda
 Di hadapan tj dan dj, bunyi sengau ny dituliskan sebagai n untuk
mengindahkan cara tulis
Menjtjuri menjadi mentjuri
Menjdjual menjadi mendjual
 Ketika memotong kata-kata di ujung baris, awalan dan akhiran
dianggap sebagai suku-suku kata yang terpisah
be-rangkat menjadi ber-angkat
atu-ran menjadi atur-an
c. Ejaan Yang Disempurnakan
Pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia (Bapak
Soeharto) meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang lazim disingkat dengan EYD. Peresmian ejaan tersebut
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972. Dengan dasar itu,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang
berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang memuat
berbagai patokan pemakaian ejaan yang baru. Buku yang beredar yang
memuat kaidah-kaidah ejaan tersebut direvisi dan dilengkapi oleh suatu badan
yang berada di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang diketuai
oleh Prof. Dr. Amran Halim dengan dasar surat keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan tanggal 12 Oktober 1972, Nomor 156/P/1972. Hasil kerja
komisi tersebut adalah berupa sebuah buku yang berjudul Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang diberlakukan dengan surat
keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0196/1975. Bersama
buku tersebut, lahir pula sebuah buku yang berfungsi sebagai pendukung buku
yang pertama, yaitu buku Pedoman Umum Pembentukan Istilah.Badan itu
bernama Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang sekarang bernama
Pusat Bahasa.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan
Bahasa Indonesia yang disempurnakan itu adalah sebagai berikut :
 Huruf yang berubah fungsi adalah sebagai berikut
a. /dj/ djalan menjadi /j/ jalan
b. /j/ pajung menjadi /y/ payung
c. /nj/ njanji menjadi /ny/ nyanyi
d. /sj/ isjarat menjadi /sy/ isyarat
e. /tj/ tjukup menjadi /c/ cukup
f. /ch/ achir menjdi /kh/ akhir
 Peresmian penggunaan huruh berikut yang sebelumnya belum resmi
adalah :
a. pemakaian huruf /f/ dalam kata maaf, fakir
b. pemakaian huruf /v/ dalam kata universitas, valuta
c. pemakaian huruf /z/ dalam kata lezat, zeni
 Huruf yang hanya dipakai dalam ilmu eksakta, adalah sebagai berikut:
a. pemakaian huruf /q/ dalam rumus a:b = p:q
b. pemakaian huruf /x/ dalam istilah Sinar-X
 Penulisan di- sebagai awalan dan penulisan di sebagai kata depan
dilakukan seperti berikut :
a. penulisan awalan di- diserangkaiakan dengan kata yang
mengikutinya, seperti dimakan, dijumpai.
b. penulisan kata depan di dipisahkan dengan kata yang
mengikutinya, seperti di muka, di pojok, di antara.
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan itu terdapat
pembicaraan yang lengkap, yaitu:
1. pembicaraan tentang nama dan penulisan huruf
2. pembicaraan tentang pemakaian huruf
3. pembicaraan tentang penulisan kata
4. pembicaraan tentang penulisan unsur serapan
5. pembicaraan tentang pemakaian tanda baca.

Dengan lahirnya Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan itu kini


kita dapat merasakan bahwa ejaan bahasa kita sudah tidak perlu diubah lagi.
Jika ada hal-hal yang perlu dimasukkan ke dalam ejaan yang selama ini tidak
diatur dalam ejaan tersebut, cukup ejaan itu direvisi dalam edisi berikutnya.
3.2 Ejaan yang tidak diresmikan
1. Ejaan Melindo
Pada akhir tahun 1950-an para penulis mulai pula merasakan
kelemahan yang terdapat pada Ejaan Republik itu. Ada kata-kata yang sangat
mengganggu penulisan karena ada satu bunyi bahas yang dilambangkan
dengan dua huruf, seperti dj, tj, sj, ng, dan ch. Para pakar bahasa
menginginkan satu lamabang untuk satu bunyi. Gagasan tersebut dibawa ke
dalam pertemuan dua Negara, yaitu Indonensia dan Malaysia. Dari pertemuan
itu, pada akhir tahun 1959 Sidang Perutusan Indonensia dan Melayu
(Slametmulyana dan Syeh Nasir bin Ismail, masing-masing berperanan sebagi
ketua perutusan) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal
dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia).
Konsep bersama itu memperlihatkan bahwa satu bunyi bahasa
dilambangkan dengan satu huruf. Salah satu lambing itu adalah huruf j sebagai
pengganti dj, huruf c sebagai pengganti huruf tj, huruf η sebagai pengganti ng,
dan huruf ή sebagai pengganti nj. Sebagai contoh :
 sejajar sebagai pengganti sedjadjar
 mencuci sebagai pengganti mentjutji
 meηaηa sebagai pengganti dari menganga
 berήaήi sebagai pengganti berjanji
Ejaan Melindo tidak pernah diresmikan. Di samping terdapat beberapa
kesukaran teknis untuk menuliskan beberapa huruf, politik yang terjadi pada
kedua negara antara Indonesia-Malaysia tidak memungkinkan untuk
meresmikan ejaan tersebut. Perencanaan pertama yang dilakukan dalam ejaan
Melindo, yaitu penyamaan lambang ujaran antara kedua negara, tidak dapat
diwujudkan. Perencanaan kedua, yaitu pelambangan setiap bunyi ujaran untuk
satu lambang, juga tidak dapat dilaksanakan. Berbagai gagasan tersebut dapat
dituangkan dalam Ejaan bahasa Indonensia yang disempurnakan yang berlaku
saat ini.

4. Ruang lingkup Ejaan dalam Bahasa Indonesia


Secara garis besar, ruang lingkup ejaan terdiri dari hal-hal berikut :
A. Pemakaian Huruf
Nama huruf bahasa Indonesia seperti yang kita kenal dengan huruf
abjad dan ada juga penggabungan untuk melambangkan diftong seperti:
Au(harimau), atau penggabungan khusus, seperti: ng(lambang). Ejaan
Indonesia menggunakan ejaan fonemis dimana hanya ada satu bunyi utuk satu
lambang, lain dengan bahasa Inggris yang satu lambang memiliki beberapa
bunyi.
Karena bahasa Indonesia menggunakan satu sistem ejaan, pada
dasarnya lafal singkatan dan kata mengikuti bunyi nama huruf secara
konsisten, seperti: bus(dibaca:bus)
Yang harus diperhatikan dalam persukuan (pemenggalan kata),
(1)menggunakan tanda hubung, (2)tidak memenggal kata dengan garis bawah,
(3)hindari penggalan satu huruf. Begitupun dengan nama orang, hanya
dibenarkan dengan memisahkan nama pertama dan nama kedua.
Penulisan nama diri ditulis sesuai dengan ejaan yang berlaku.
B. Penulisan Huruf
Huruf terdiri dari: huruf kecil, huruf kapital, dan huruf miring.
Huruf kapital digunakan sebagai:
 huruf pertama awal kalimat
 huruf pertama petikan langsung
 huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal
keagamaan
 huruf pertama gelar kehormatan atau keturunan yang diikuti nama
orang
 huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang.
 huruf pertama nama orang
 huruf pertama hubungan kekerabatan seperti: bapak, ibu, saudara yang
dipakai sebagai kata ganti.
Huruf miring digunakan untuk:
 menulis nama buku, majalah yang dikutip dari karangan
 menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok
kata
 menuliskan nama ilmiyah atau ungkapan asing.
C. Penulisan Kata
Penulisan kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan
Penulisan kata turunan:
 imbuhan ditulis serangkai dengan kata dasar
 kalau gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata
yang langsung mengikutinya.
 kalau gabungan kata, awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan kata
tersebut
kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam unsur kombinasi:
 Jika bentuk terikat diikuti kata berhuruf awal kapital, maka antara
keduanya diberi tanda hubung.
 Jika jika kata maha diikuti kata esa dan selainkata dasar sebagai unsur
gabungan, maka ditulis terpisah.
Bentuk kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan kata hubung.
Penulisan gabungan kata:
 kata majemuk, istilah khusus, bagian-bagiannya ditulis terpisah.
 istilah khusus yang mungkin akan menimbulkan salah baca diberi
tanda hubung.
 kata yang dianggap sudah satu ditulis serangkai.
Penulisan kata ganti ku, mu, kau, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Kata si dan sang ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.
Penulisan partikel:
 partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
 partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah.
Penulisan singkatan dan Akronim:
 singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat
diikuti dengan tanda titik.
 singkatan nama resmi lembaga dan nama dokumen resmi , huruf awal
ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik,
misalnya: BPK, PT, KTP, SLTP.
 singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu titik,
misalnya:dkk.
 singkatan lambang kimia, singkatan satuan ukuran, dan mata uang
tidak diikuti tanda titik.
 akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
ditulis seluruhnya dengan hruruf kapital.
 akronim yang berupa gabungan kata atau huruf dari deret kata ditulis
dengan huruf awal huruf kapital, misalnya: Angkatan Bersenjata RI
(Akabri).
 akronim yang bukan nama diri berupa gabungan kata atau huruf dan
suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Penulisan angka lambang bilangan:
 Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor.
 angka digunakan untuk menyatakan : panjang, berat, dan isi, satuan
waktu, mata uang, nomor jalan.
 penulisan lambang bilangan, misalnya: 3/8(tiga perdelapan)
 penulisan kata bilangan tingkat
 penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an ditulis dengan
angka atau dengan ejaan.
 Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja
sebagian supaya mudah dibaca, kecuali dalam dokumen resmi.
 bilangan tidak perlu ditulis angka dan huruf sekaligus kecuali pada
dokumen resmi.
 bilangan yang dilambangkan dengan kata dan huruf, penulisannya
harus tepat.
D. Penulisan Unsur Serapan
Bahsa arab sebenarnya sudah banyak yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia dan relatif konsisten. Untuk menyerap bahasa arab, kita harus
memperhatikan:
 unsur mad (panjang) ditiadakan.
 konsonan yang tidak ada dalam bahasa indonesia sebaiknya diadaptasi
dengan fonem yang berdekatan dengan fonem bahasa indonesia baik
lafal maupun ejaannya, seperti: rizq(rezeki).

Jika tidak, maka tulislah sesuai lafal sebenarnya dengan huruf miring.
E. Pemakaian Tanda Baca
Orang sering mengabaikan tanda baca yang sebenarnya sangat
membantu orang dalam memahami bacaan.
1. Tanda titik (.)
2. Tanda koma (,)
3. Tanda titik koma (; )
4. Tanda titik dua (: )
5. Tanda hubung (-)
6. Tanda tanya (?)
7. Tanda seru (!)
8. Tanda kurung ((…))
9. Tanda garis miring ( / )
10. Tanda petik ganda ("“…” ")
11. Tanda pisah (--)
12. Tanda elipsis (...…)
13. Tanda kurung siku ([ ])
14. Tanda petik tunggal ( ' '‘…)
15. Tanda penyingkat ( ‘' )
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. EYD (Ejaan yang
Disempurnakan) merupakan tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur
penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan
huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan.
Fungsi Ejaan dalam Bahasa Indonesia :
a. Sebagai landasan pembakuan tata bahasa
b. Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, serta
c. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia
Perkembangan ejaan di Indonesia telah mengalami beberapa pergantian, mulai dari
ejaan Van Ophuijsen, ejaan Soewandi (republik), dan ejaan yang disempurnakan.
Bahkan terdapat ejaan yang dirundingkan bersama antara Indonesia dan Malaysia,
yakni ejaan Melindo.Namun, karena faktor-faktor tertentu ejaan tersebut tidak dapat
diresmikan.
Secara garis besar, ruang lingkup ejaan terdiri dari :
 Pemakaian Huruf
 Penulisan Huruf
 Penulisan Kata
 Penulisan Unsur Serapan
 Pemakaian Tanda Baca
2. Saran
Sudah menjadi kewajiban kita sebagai kaum pelajar untuk selalu
mengingatkan kepada masyarakat guna dapat menggunakan kaidah tata bahasa
Indonesia yang baik dan benar.Karena bagaimanapun bahasa memiliki peran penting
dalam proses pembangunan karakter masyarakat dalam bangsa ini.Dengan
mempelajari ejaan yang disempurnakan maka proses pembelajaran, pemahaman, dan
penulisan bahasa Indonesia akan menjadi lebih mudah. Untuk itu pelajarilah ejaan
yang disempurnakan dengan sungguh agar dapat dimengerti.
DAFTAR PUSTAKA

Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Non Jurusan.
Cetakan ke-16, revisi (3). Jakarta : Diksi Insan Mulia
http://www.ikhsanudin.co.cc/2009/05/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia
http://ibnuhasansibuan.wordpress.com/2011/03/06sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia
Waridah, Ernawati. 2008. EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta. :KawanPustaka
Hs, Widiono. 2005. Bahasa Indonesia (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Di Peruruan
Tinggi). Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Yang_Disempurnakan
Depdikbud. 2008. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta:
Hi-Fest Publishing.
Tim Pusat Bahasa. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Jakarta: Balai Pustaka.
https://www.slideshare.net/SupriadiMuslimin/kaidah-penerapan-ejaan

Anda mungkin juga menyukai